GILBERDT SOLISSA
18190000070
JAKARTA
2020
A. Pengertian
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian
atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito,
Lynda Juall, 2000)
Ventilator adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang
lama (Brunner and Suddarth, 2001).
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik
adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas
pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui
jalan nafas buatan. Ventilator mekanik merupakan peralatan “wajib” pada
unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang
untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan
utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan
fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali
ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan
positif atau negative yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan
napas pasien sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian
oksigen dalam jangka waktu lama. Tujuan pemasangan ventilator mekanik
adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka
memenuhi kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki hipoksemia, dan
memaksimalkan transport oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).
Merawat pasien pada ventilator mekanis telah menjadi bagian integral
dari asuhan keperawatan di unit perawatan kritis, di unit medikal bedah
umum, di fasilitas perawatan yang luas, dan bahkan di rumah. Perawat,
dokter, dan ahli terapis pernapasan harus mengerti masing-masing kebutuhan
pernapasan spesifik pasien dan bekerja bersama untuk membuat tujuan yang
realistis. Rumusan penting untuk hasil pasien yang positf termasuk memahami
prinsip-prinsip ventilasi mekanis dan perawatan yang dibutuhkan dari pasien,
juga komunikasi terbuka diantara tim perawatan kesehatan tentang tujuan
terapi, rencana penyapihan (weaning), dan toleransi pasien terhadap
perubahan dalam pengesetan ventilator.
B. Klasifikasi Ventilator
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum
adalah ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif. Sampai sekarang
kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator tekanan-positif.
Ventilator tekanan-positif juga termasuk klasifikasi metoda fase inspirasi
akhir (tekanan-bersiklus, waktu-bersiklus dan volume-bersiklus).
1 Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara untuk mengalir ke dalam paru-paru, sehingga
memenuhi volumenya. Secara fisiologis, jenis ventilasi terbaru ini serupa
dengan ventilasi spontan. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada
gagal nafas kronik yang berhubungan dengan kondisi neurovaskular seperti
poliomielitis, distrofimuskular, sklerosis lateral amiotrofik, dan
miasteniagravis. Penggunaannya tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil
atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilatori sering.
Ventilator tekanan negatif adalah alat yang mudah digunakan dan tidak
membutuhkan intubasi jalan nafas pasien. Ventilator ini digunakan paling
sering untuk pasien dengan fungsi pernafasan borderline akibat penyakit
neuromuskular.
Akibatnya, ventilator ini sangat baik untuk digunakan di lingkungan
rumah. Terdapat beberapa jenis ventilator tekanan negatif: iron lung, body
wrap, dan chest cuirass.
Drinker Respirator Tank (Iron Lung). Iron Lung adalah bilik tekanan
negatif yang digunakan untuk ventilasi. Alat ini pernah digunakan secara
luas selama epidemik polio pada masa lalu dan sekarang digunakan oleh
pasien-pasien yang selamat dari penyakit polio dan kerusakan
neuromuskular lainnya.
D. Indikasi Ventilator
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO 2),
peningkatan kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten
(penurunan pH), maka ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Selain itu
pada kondisi kondisi di bawah ini diindikasikan menggunakan ventilator
mekanis.
1. Gagal Napas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnue) maupun
hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan
indikasi ventilator mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan
pemasangan ventilator mekanik sebelum terjadi gagal napas yang
sebenarnya. Distress pernapasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan
atau oksigenisasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan (seperti pada
pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernapasan dada (kegagalan
memompa udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi Jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan
pernapasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF,
peningkatan kebutuhan aliran darah pada system pernapasan (system
pernapasan sebagai akibat peningkatana kerja napas dan konsumsi oksigen)
dapat mengakibatkan kolaps. Pemberian ventilator untuk mengurangi beban
kerja system pernapasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
3. Disfungsi Neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe berulang
juga mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik
berfungsi untuk menjaga jalan napas pasien. Ventilator mekanik juga
memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan peningkatan
tekanan intra cranial.
4. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative
sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas
selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan
keberadaan ventilator mekanik.
E. Komplikasi Ventilator
Pasien dengan ventilator memerlukan observasi, keterampilan dan
asuhan keperawatan berulang. Komplikasi yang dapat terjadi dengan terapi
ventilator ini adalah:
d. Barotrauma
Ventilasi mekanis melibatkan “pemompaan” udara kedalam dada,
menciptakan tekanan positif selama inspirasi. Bila PEEP ditambahkan,
tekanan ditingkatkan dan dilanjutkan melalui ekspirasi. Tekanan positif ini
dapat menyebabkan robekan alveolus atau emfisema. Udara kemudian
masuk ke area pleural, menimbulkan tekanan pneumotorak-situasi darurat.
Pasien dapat mengembangkan dispnea berat tiba-tiba dan keluhan nyeri
pada daerah yang sakit. Tekanan ventilator menggambarkan peningkatan
tajam pada ukuran, dengan terdengarnya bunyi alarm tekanan. Pada
auskultasi, bunyi nafas pada area yang sakit menurun atau tidak ada.
Observasi pasien dapat menunjukkan penyimpangan trakeal. Kemungkinan
paling menonjol menyebabkan hipotensi dan bradikardi yang menimbulkan
henti jantung tanpa intervensi medis. Sampai dokter datang untuk
dekompresi dada dengan jarum, intervensi keperawatannya adalah
memindahkan pasien dari sumber tekanan positif dan memberi ventilasi
dengan resusitator manual, memberikan pasien pernafasan cepat.
F. Setting Ventilator
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa
parameter yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle
ventilator, yaitu :
a. Frekuensi pernafasan permenit
Frekuensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator
dalam satu menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt.
Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset.
Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas
12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya
hiperventilasi atau hipoventilasi.
b. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke
pasien setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB,
tergantung dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien
dengan paru normal mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB,
sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm
tidal volume diseting diatas dan dibawah nilai yang kita seting. Monitoring
volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan time cycled.
c. Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang
diberikan oleh ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%.
Settingan FiO2 pada awal pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar
100%. Untuk memenuhi kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama
setelah pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan analisa gas darah.
Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat dilakukan penghitungan
FiO2 yang tepat bagi pasien.
Keterangan :
1) Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan
volume tidal atau mempertahankan tekanan.
2) Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan
ekspirasi
3) Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
udara pernapasan
4) Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai
normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang
diperlukan fase inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan
ekspirasi untuk menaikan PaO2.
I. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan
mayor pasien dapat mencangkup :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
kapiler alveolar / ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas / spasme jalan nafas / kelainan dan penyakit.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload/
preload / perubahan frekuensi jantung / perubahan irama jantung /
perubahan volume sekuncup.
J. Fokus Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Pertukaran Gas NOC: 1. Kaji suara napas, frekuensi kedalaman dan usaha
Factor yang berubungan : Status pernapasan: pertukaran gas; pertukaran napas, dan produksi sputum sebagai indicator
Perubahan membrane O2 dan CO2 di alveoli untuk keefektifan penggunaan alat penunjang
kapiler-alveolar mempertahankan konsentrasi gas darah 2. Pantau saturasi O2 dengan oksimetri nadi
Ketidakseimbangan Tujuan dan criteria evaluasi 3. Pantau hasil gas darah
perfusi-ventilasi Setelah dilakukan tidakan keperawatan 4. Pantau hasil elektrolit
Batasan karakteristik selama x24 jam : pertukaran alveolar dan 5. Ajarkan kepada pasien teknik bernapas dan
Subjektif perfusi jaringan secara efektif didukung oleh relaksasi
Dispnea ventilasi secara mekanik yang dibuktikanoleh 6. Atur posisi untuk memaksimalkan potensia
Objektif indicator sebagai berikut: ventilasi
Gas darah arteri yang tidak 7. Atur posisi untuk mengurangi dispnea
normal indikator Saat Target 8. Pasang jalan napas melalui mulut atau nasoparing,
pH arteri yang tidak dikaji sesuai dengan kebutuhan
normal Tingkat pernafasan 9. bersihkan secret dengan menganjurkan batuk atau
ketidaknormalan frekuensi, Irama pernafasan melalui pengisapan
irama, dan kedalaman Kedalaman inspirasi 10. Dukung untuk bernapas pelan, dalam dan batuk
pernapasan Saturasi oksigen 11. Bantu dengan spirometer insentif, jika perlu
warna kulit tidak normal 12. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Perfusi jaringan perifer
sianosis 13. Berikan Oksigen
karbondioksida menurun 14. Ajarkan tentang batuk efektif
Note :
diaphoresis 15. Berikan bronkodilator, jika perlu
1. Deviasi Berat; 2. Cukup Berat; 3. Sedang;
hiperkapnia
4. Ringan 5. Tidak ada
hiperkarbia
hipoksia
hipoksemia
takikardi
DiagnosaKeperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakefektifan bersihan NOC: 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan
jalan nafas Status pernapasan: kepatenan jalan napas; 2. Kaji factor yang berhubungan seperti nyeri, batuk
Factor yang berubungan : jalur napas trakeobronkial bersih dan tidak efektif, mucus kental, dan keletihan
Lingkungan; merokok, terbuka untuk pertukaran gas 3. auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk
menghisap asap rokok, Tujuan dan criteria evaluasi mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan
perokok pasif Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama adanya suara napas tambahan
Obstruksi jalan napas; x24 jam : 4. Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik
terdapat benda asing Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif dan irama jantung sebelum, selama dan setelah
dijalan napas, spasme jalan yang dibuktikan oleh, pencegahan aspirasi, pengisapan
napas status pernapasan: ventilasi tidak terganggu dan 5. Catat jenis dan jumlah sekrat yang dikumpulkan
status pernapasan: kepatenan jalan napasyang 6. Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik
Fisiologis; kelainan dan dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
penyaki napas dalam
Indikator Saat Target 7. Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai
Batasan karakteristik
dikaji dengan instruksi
Subjektif
Kemudahan bernapas 8. Kaji keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
Dispnea
Frekuensi dan irama 9. Kaji kecenderungan pada gas darah arteri jika
Objektif
pernapasan tersedia
Suara napas tambahan
Pergerakan sputum keluar 10.
Perubahan pada irama dan
dari jalan napas 11. Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer,
frekuensi pernapasan
Pergerakan sumbatan dan perawatan paru lainnya sesuai protocol
Batuk tidak ada atau tidak
keluar dari jalan napas 12. Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang
efektif
Nafas pendek abnormal
Sianosis
Batuk
Kesulitan untuk berbicara
Akumulasi Sputum
Penurunan suara napas
Note : 1. Gangguan ekstrem; 2. Berat; 3. Sedang;
Ortopnea
4. Ringan 5. Tidak ada gangguan
Sputum berlebihan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan Curah Jantung NOC: 1. Lakukan pengkajian komprehensif pada sirkulasi
Factor yang berubungan : Keefektifan pompa jantung; kecukupan perifer
Perubahan afterload volume darah yang dipompakan dari ventrikel 2. Monitor tanda-tanda vital
Perubahan frekuaensi kiri untuk mendukung tekanan perfusi sistemik 3. Monitor status pernafasan terkait adanya gejala
jantung Tujuan dan criteria evaluasi gagal jantung
Perubahan irama jantung Setelah dilakukan tidakan keperawatan 4. Auskultasi suara jantung
Perubahan preload selama x24 jam :Menunjukkan keefektifan 5. Monitor EKG
Perubahan volume pompa jantung yang dibuktikan oleh indicator 6. Monitor intake dan output
sebagai berikut: 7. Pastikan aktivitas pasien yang tidak
sekuncup
Batasan karakteristik Indikator Saat dikaji Target membahayakan curah jantung
Perubahan afterload : Tekanan darah sistol 8. Intruksikan pada pasien untuk melapor bisa nyeri
Dispneu, oliguria, Tekanan darah sistol dada
penurunan nadi perifer, Denyut nadi perifer 9. Berikan terapi oksigen
sianosi Keseimbangan intake 10. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
dan output dalam 24 11. Anjurkan teknik batuk efektif untuk
Perubahan frekuaensi
jam mengeluarkan sekret
jantung dan irama
Note : 1. Deviasi Berat; 2. Cukup berat; 3. 12. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
jantung : bradikardia,
Sedang; 4. Ringan 5. Tidak ada 13. Lakukan terapi relaksasi sebagai mana mestinya
palpitasi jantung, aritmia
14. Kelola obat-obatan untuk membebaskan atau
Perubahan preload
mencegah nyeri dan iskemia sesuai dengan
Distensi vena jugular,
kebutuhan
edema, keletihan, murmur
15. Sediakan diet jantung
jantung, peningkatan CVP
K. Daftar Pustaka