Anda di halaman 1dari 62

A.

Pengertian
1. Ventilasi mekanik dengan alatnya
yang disebut ventilator adalah suatu
alat bantu mekanik yang berfungsi
memberikan bantuan nafas pasien dengan
cara memberikan tekanan udara positif
pada paru-paru melalui jalan nafas buatan.
Ventilasi mekanik merupakan peralatan
wajib pada unit perawatan intensif atau
ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
2. Ventilasi mekanik adalah suatu
alat bantu mekanik yang berfungsi
memberikan bantuan nafas pasien
dengan cara memberikan tekanan
udara positif pada paru-paru melalui
jalan nafas buatan adalah suatu alat
yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses
ventilasi untuk mempertahankan
oksigenasi ( Brunner dan Suddarth,
2002).
3. Ventilasi mekanik (Ventilator) adalah
suatu system alat bantuan hidup yang
dirancang untuk menggantikan atau
menunjang fungsi pernapasan yang normal.
Tujuan utama pemberian dukungan
ventilator mekanik adalah untuk
mengembalikan fungsi normal pertukaran
udara dan memperbaiki fungsi pernapasan
kembali ke keadaan normal. (Bambang
Setiyohadi, 2006)
B. Tujuan pemasangan ventilasi
mekanik
1. Mengurangi kerja pernapasan
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan
pasien
3. Pemberian MV yang akurat
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi
dan perfusi
5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan
adekuat
C. Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik
1. Pasien dengan gagal nafas.
Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas,
henti nafas (apnu) maupun hipoksemia yang
tidak teratasi dengan pemberian oksigen .
Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan
pemasangan ventilasi mekanik sebelum terjadi
gagal nafas yang sebenarnya.
Distres pernafasan disebabkan ketidak
adekuatan ventilasi dan atau oksigenasi.
Prosesnya dapat berupa kerusakan paru (seperti
pada pneumonia) maupun karena kelemahan
otot pernafasan dada (kegagalan memompa
udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung.
Tidak semua pasien dengan ventilasi
mekanik memiliki kelainan pernafasan
primer.
Pada pasien dengan syok kardiogenik dan
CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah
pada sistem pernafasan (sebagai akibat
peningkatan kerja nafas dan konsumsi
oksigen) dapat mengakibatkan jantung
kolaps.
Pemberian ventilasi mekanik untuk
mengurangi beban kerja sistem
pernafasan sehingga beban kerja jantung
juga berkurang.
3. Disfungsi neurologist
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang
beresiko mengalami apnu berulang juga
mendapatkan ventilasi mekanik.
Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi
untuk menjaga jalan nafas pasien serta
memungkinkan pemberian hiperventilasi
pada klien dengan peningkatan tekanan
intra cranial.
4. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan
penggunaan anestesi dan sedative sangat
terbantu dengan keberadaan alat ini.
Resiko terjadinya gagal napas selama
operasi akibat pengaruh obat sedative
sudah bisa tertangani dengan keberadaan
ventilasi mekanik.
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara
alat tersebut mendukung ventilasi, dua kategori
umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan
positif.
a) Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan
negatif pada dada l. Dengan mengurangi tekanan
intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara
mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi
volumenya.
Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal
nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi
neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi
muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia
gravis. Saat ini sudah jarang di pergunakan lagi
karena tidak bias melawan resistensi dan
Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan
paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif
pada jalan nafas dengan demikian mendorong
alveoli untuk mengembang selama inspirasi.
Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi
endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara
luas digunakan pada klien dengan penyakit paru
primer.
Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu
tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume
bersiklus.
Volume Cycled Ventilator.

Volume cycled merupakan jenis


ventilator yang paling sering
digunakan di ruangan unit perawatan
kritis.
Perinsip dasar ventilator ini adalah
cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi
bila telah mencapai volume yang
ditentukan.
Keuntungan volume cycled ventilator
adalah perubahan pada komplain
paru pasien tetap memberikan
Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien
dewasa dengan gangguan paru secara umum.
Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi pasien
dengan gangguan pernapasan yang diakibatkan
penyempitan lapang paru (atelektasis, edema
paru).
Hal ini dikarenakan pada volume cycled
pemberian tekanan pada paru-paru tidak
terkontrol, sehingga dikhawatirkan jika
tekanannya berlebih maka akan terjadi
volutrauma. Sedangkan penggunaan pada bayi
tidak dianjurkan, karena alveoli bayi masih
sangat rentan terhadap tekanan, sehingga
memiliki resiko tinggi untuk terjadinya
Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya
menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila
telah mencapai tekanan yang telah ditentukan.
Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan
ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type
ini bila ada perubahan komplain paru, maka
volume udara yang diberikan juga berubah.
Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak
stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak
dianjurkan, sedangkan pada pasien anak-anak
atau dewasa mengalami gangguan pada luas
lapang paru (atelektasis, edema paru) jenis ini
sangat dianjurkan.
Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah
cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau waktu
inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi
(jumlah napas permenit).
Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi )1 : 2.
Berbasis aliran (Flow Cycle)
Memberikan napas/ menghantarkan oksigen
berdasarkan kecepatan aliran yang sudah diset
Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu
mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila
:
Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2
kurang dari 70 mmHg.
PaCO2 lebih dari 60 mmHg (35 -45)
Vital capasity kurang dari 15 ml / kg
a. Controlled Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi
pernafasan. Pemberian volume dan frekuensi
pernapasan diambil alih oleh ventilator. Ventilator
tipe ini meningkatkan kerja pernafasan klien.
b. Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi,
volume tidal dan kecepatan. Bila klien gagal untuk
ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator
ini diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan
yang spontan dari klien, biasanya digunakan pada
tahap pertama pemakaian ventilator.
c. Synchronized Intermitten Mandatory
Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan
tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah dan
efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui
nafas spontan biasanya tergantung pada aktivasi
klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal
volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.
d. Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan
positif dan diberikan pada pasien yang sudah bisa
bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian
mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan
melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien
dilepas dari ventilator.
Frekuensi pernafasan permenit
Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang
dilakukan ventilator dalam satu menit.
Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20
x/mnt.
Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah
nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar
10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas
12x/menit dan dibawah 8x/menit.
Sehingga cepat mendeteksi terjadinya
hiperventilasi atau hipoventilasi.
b. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang
dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap kali
bernapas.
Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB,
tergantung dari compliance, resistance, dan jenis
kelainan paru.
Pasien dengan paru normal mampu mentolerir
volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk
pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB.
Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan
dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume
tidal sangat perlu jika pasien menggunakan time
cycled.
Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam
udara inspirasi yang diberikan oleh ventilator ke
pasien.
Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2
pada awal pemasangan ventilator
direkomendasikan sebesar 100%.
Untuk memenuhi kebutuhan FiO2 yang
sebenarnya, 15 menit pertama setelah
pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan
analisa gas darah.
Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka
dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat
bagi pasien.
Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat

Waktu ekspirasi
Keterangan :
1) Waktu inspirasi merupakan waktu yang
diperlukan untuk memberikan volume tidal
atau mempertahankan tekanan.
2) Waktu istirahat merupakan periode
diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
3) Waktu ekspirasi merupakan waktu yang
dibutuhkan untuk mengeluarkan udara
pernapasan
4) Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing
1:2 yang merupakan nilai normal fisiologis
inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang
Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah
tekanan dari ventilator volume cycled. Tekanan
terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam
memberikan volume tidal pernapasan yang telah
disetting permenitnya.
Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa
besar usaha yang diperlukan pasien dalam memulai
inspirasi dai ventilator.
Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2
sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity
adalah antara 2-20 L/menit.
Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka semakin
mudah seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini
biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan
untuk memulai bernapas spontan,
sensitivitas ventilator disetting -2 cmH2O. Sebaliknya
semakin rendah pressure sensitivity maka semakin
susah atau berat pasien untuk bernapas spontan.
Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien yang
tidak diharapkan untuk bernaps spontan.
Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup.
Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat
tentang adanya masalah.
Alarm tekanan rendah menandakan adanya
pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari
pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan
adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien
batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-
lain.
Alarm volume rendah menandakan kebocoran.
Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap
dan harus dipasang dalam kondisi siap.
Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan
tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP
mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional
paru dan sangat penting untuk meningkatkan
penyerapan O2 oleh kapiler paru.
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan
pasien, tapi bila perawatannya tidak tepat bisa,
menimbulkan komplikasi seperti
Pada paru
a. Baro trauma: tension pneumothorax,
empisema subcutis, emboli udara vaskuler.
b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
c. Infeksi paru
d. Keracunan oksigen
e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk),
terekstubasi, tersumbat.
f. Aspirasi cairan lambung
g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
h. Kerusakan jalan nafas bagian atas
Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan
menurunnya aliran balik vena akibat
meningkatnya tekanan intra thorax pada
pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan
tinggi.
Pada sistem saraf pusat
a. Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri
(PaCO2) dibawah normal akibat dari
hiperventilasi.
b. Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas
normal akibat dari hipoventilasi
Peningkatan tekanan intra kranial
Gangguan kesadaran
Gangguan tidur.
Pada sistem gastrointestinal
a. Distensi lambung, illeus
b.Perdarahan lambung
Gangguan lainnya
a. Obstruksi jalan nafas
b. Hipertensi
c. Tension pneumotoraks
d. Atelektase
e. Infeksi pulmonal
f. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi
lambung, perdarahan
g. Gastrointestinal.
h. Kelainan fungsi ginjal
i. Kelainan fungsi susunan saraf pusat
1. pengkajian persistem
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status
pasien dan fungsi ventilator. Dalam mengkaji klien,
perawat mengevaluasi hal-hal berikut :
Biodata klien
Riwayat penyakit atau riwayat keperawatan
Tanda-tanda vital
Bukti adanya hipoksia
Frekuensi dan pola pernafasan
Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
Kebutuhan pengisapan
Upaya ventilasi spontan klien
Pemerikasaan system respirasi
a) Gerakan napas sesuai dengan irama
ventilator.
b) Keadaan ekspansi dada kanan dan kiri.
c) Suara napas : Ronchi, wheezing, vesikuler
d) Gerakan cuping hidung, dan penggunaaan
otot bantu tambahan
e) Secret : jumlah, konsistensi, warna, bau
f) Humidifier, kehangtan, dan batas air
g) Keadaan tubbing/ circutit ventilator
h) Hasil analisa gas darah terakhir, SPO2
i) Hasil poto torax terakhir.
Sistem kardivaskuler
a) Perfusi (sianosis)
b) Berkeringat banyak
c) Gangguan irama jantung
d) Perubahan tanda vital
e) Gangguan hemodinamik yang diakibatkan :
Setting ventilator dan hipoksia
Sistem neurologi
a) Tingkat kesadaran
b) Nyeri kepala
c) Rasa ngantuk
d) Gelisah
e) Kekacauan mental
Sistem urogenital
Penurunan produksi urine (berkurangnya urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal
Status cairan dan nutrisi
Adanya gangguan statrus nutrisi dan cairan akan
memperberat keadaan seperti cairan yang
berlebihan
dan albumin yang rendah akan memperberat
oedema paru.

Status psikososial
Depresi mental yang dimanifestasikan berupa
kebingungan, gangguan orientasi, merasa
terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan
2. Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan
bahwa ventilator pengaturannya telah dibuat
dengan tepat. Dalam memantau ventilator,
perawat harus memperhatikan hal-hal berikut :
Jenis ventilator
Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
Pengaturan volume tidal dan frekunsi
Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan
tekanan.
Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau
terlipatnya selang.
3.Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada
klien dengan ventilasi mekanik yaitu :
Pemeriksaan fungsi paru
Analisa gas darah arteri
Kapasitas vital paru
Kapasitas vital kuat
Volume tidal
Inspirasi negative kuat
Ventilasi semenit
Tekanan inspirasi
Volume ekspirasi kuat
Aliran-volume
Sinar X dada
Status nutrisi / elaktrolit.
1) Tidak efektifnya bersihan jalan napas
berhubungan dengan intubasi, ventilasi, proses
penyakit, dan kelelahan
Tujuan :
Jalan napas pasien terpelihara baik
Intervensi :
Auskultasi sura napas setiap 2-4 jam
Lakukan suction apabila terdapat secret
Pantau humidifier ventilator dan temperature (950-
1000 F)
Pantau status hidrasi pada pasien
Pantau tekanan jalan napas pada ventilator
Lakukan fisioterapi dada, ubah posisi pasien setiap
2-4 jam
Berikan bronchodilator (kolaborasi dengan dokter)
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
pengembangan paru yang belum efektif
Tujuan :
PaO2 = 80 - 100 mmHg
PaCO2 dalam batas normal
PH darah arteri dalam batas normal

Intervensi :
Periksa analisa gas darah 10-30 menit setelah
perubahan modus ventilator
Pantau analisa gas darah selama proses penyapihan
Observasi posisi pasien yang mengakibatkan
penurunan PaO2 atau pernapasan tidak nyaman
Pantau tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
3) Gangguan pola napas berhubungan dengan
gangguan ventilasi atau sumbatan pada ETT
Tujuan :
Ventilator berfungsi baik
Sumbatan pada ETT tidak ada
Intervensi :

Periksa ventilator setiap 2 jam


Evaluasi semua fungsi alarm dan pastikan sebelum
pemakaian
Pastikan bahwa resuscitator secara manual selalu
tersedia disamping tempat tidur
Lakukan pemantauan untuk mengetahui bahwa tidak
ada sambungan selang yang terlepas, tertekuk, dan
tersumbat
Evaluasi kebocoran balon ETT
Pasang guedel untuk mencegah pasien menggigit ETT
Kaji fiksasi ETT, suara paru kiri dan kanan
Atur pasien pada posisi yang nyaman sehingga ETT tidak
menganggu
Jelaskan pada pasien untuk tidak mencabut ETT, jika
pasien orientasinya tidak bagus dapat diberikan ikatan
pada tangannya
Kaji letak ETT yang tepat pada photo rontgen dan
4) Ketidakmampuan mempertahankan
ventilasi spontan berhubungan dengan
kelemahan otot pernapasan, ARDS, gangguan
metabolik
Tujuan:
Setelah intervensi keperawatan pasien mampu
memperthankan ventilasi spontan dengan Kriteria
hasil :
RR = 12-16 x/ menit
Tidal volume cukup
Tidak mengguanakan otot bantu napas
Tidak ada sianosis
Saturasi O2 95-100%
Intervensi :
Monitor otot-otot pernapasan
Set dan aplikasikan mesin ventilator
Jelaskan pada pasien atau keluarga alasan
penggunaan mesin ventilator
Monitor setting ventilator secara kontinyu
Pastikan system alarm dalam kondisi ON
Cek keberadaan konektor-konektor
Jaga humidifikasi
Monitor saturasi oksigen
Monitor tanda-tanda sianotik
Monitor AGD
Observasi efek penggunaan mesin ventilator
5) Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan edema paru, ARDS
Tujuan :
Setelah intervensi keperawatn, pertukaran gas
optimal dengan Kriteria hasil :
RR= 12-16 x/menit
PaO2 = 95-100%
PCO2= 35-45 mmHg
Tidak sianosis
Ventilasi alveolar meningkat
Intervensi :
Manajemen airway
Manajemen cairan
Ventilasi mekanik
Manajemen asam basa
Monitor respirasi
Kolaborasi antibiotic
6) Nyeri akut berhubungan dengan agent
injury fisik
Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan nyeri hilang atau
berkurang dengan Kriteria hasil :
Melaporkan penurunan rasa nyeri atau
ketidaknyamanan
Mampu mengidentifikasi cara-cara untuk
mengatasi nyeri
Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan
relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai dengan
kebutuhan individu
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
Manajemen nyeri :
Kaji adanya nyeri, bantu pasien menidentifikasi tingkat
nyeri
Evaluasi peningkatan iritabilitas, tegangan otot, gelisah,
dan pantau perubahan tanda-tanda vital.
Berikan tindakan peningkatan rasa nyaman dengan
perubahan posisi, massage, kompres hangat/ dingin
sesuai toleransi pasien
Dorong penggunaan teknik relaksasi atau latihan napas
dalam bila mungkin
Kolaborasi pembertian analgetik :
Identifikasi nyeri sebelum pengobatan
Cek riwayat alergi
Tentukan pilihan analgetik secara tepat berdasarkan
keparahan nyeri
Monitor tanda vital sebelum dan setelah pengobatan
Berikan obat dengan prinsip 5 benar
Monitor reaksi dan efek samping obat
Dokumentasikan
7) Cemas berhubungan dengan penyakit kritis,
takut tehadap ancaman kematian
Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan cemas dapat
berkurang atau hilang dengan Kriteria hasil :
Mampu mengekspresikan kecemasan
Tidak gelisah
Kooperatif
Intervensi :
Lakukan komunikasi terapeutik
Dorong pasien agar mampu mengekespresikan
perasaanya
Berikan sentuhan
Berikan support mental
Berikan kesempatan kunjungan keluarga pada saat-
saat tertentu
Berikan informasi realistis pada tingkatan pemahaman
klien
8) Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan terpasang alat intubasi
Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan Pasien mampu
mempertahankan komunikasi non verbal
menggunakan metode al;ternatif dengan Kriteria
hasil :
Mampu berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa isyarat
Mampu berkomunikasi secara tertulis
Mampu berkomunikasi dengan gambar
Pasien mengerti tentang pesan yang disampaikan
Dapat menangkap pesan secara langsung
Intervensi :
Sediakan metode komunikasi alternative
Libatkan keluarga bila mungkin
Lakukan komunikasi dengan lambat dan suara
yang jelas
Gunakan kalimat yang singkat
Berikan support system untuk mengatasi
ketidakmampuan
Berikan reinforcemen positif pada pasien dan
yakinkan bahwa suara akan kembali bila alat
dilepas
9) Resiko infeksi berhubungan dengan
pemasangan alat-alat invasive
Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan infeksi atau tanda-
tanda infeksi tidak terjadi dengan Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Tanda vital dalam batas normal
Hasil lab dalam batas normal
Intervensi :
Monitor tanda infeksi local dan sistemik
Monitor kulit membran mukosa
Monitor nilai lab terutama angka leukosit
Monitor tanda vital
Terapkan prinsip steril
Cuci tangan sebelum ke klien
10) Resiko cedera berhubunmgan dengan
ventilasi mekanis, selang endotracheal,
ansietas, stress.
Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan Pasien bebas dari
cidera selama ventilasi mekanik dengan Kriteria
hasil :
Tidak terjadi iritasi pada hidung maupun jalan
napas
Tidak terjadi barotrauma
Babas dari jatuh
Bebas dari abrasi, laserasi kulit
Intervensi :
Monitor ventilator terhadap peningkatan secara
tajam
Yakinkan napas pasien sesuai dengan irama
ventilator
Mencegah terjadinya fighting kalau perlu
kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian sedasi
Observasi tanda dan gejala barotrauma
Lakukan penghisapan lendir dengan hati-hati dan
gunakan kateter suction yang lunak dan ujungnya
tidak tajam
Lakukan fiksasi bila pasien gelisah
Atur posisi selang/ tubing ventilator dengan cepat

Anda mungkin juga menyukai