Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

“ CA GASTER”

A. KONSEP MEDIS

1. Pengertian

Ca.Gaster merupakan neoplasma maligna yang ditemukan dilambung. Karsinoma

merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling sering terjadi dan menyebabkan
sekitar 2,6% dari semua kematian akibat kanker (Price, 2001).

2. Etiologi

Secara pasti, penyebab kanker belum diketahui. Berikut faktor-faktor presdiposisi


yang memicu terjadinya kanker :

a. Bahan-bahan kimia karsinogenik. Misalnya : bahan pengawet, pewarna, rokok,


bahan-bahan kimia di lingkungan kerja seperti asbestos, benzena, formaldehide.

b. Penyakit-penyakit lambung seperti : ulkus lambung kronis, gastritis atrofik,

terdapat 2 tipe, tipe A yaitu diffuse corporeal→ pada anemia pernisiosa, tipe B
multifocal → oleh karena infeksi kronis.
c. Usia. Semakin tua usia seseorang, semakin tinggi dia beresiko terkena kanker.
Kemungkinan ini disebabakan oleh penumpukan kerusakan sel-sel.

d. Faktor gaya hidup. Diet dan gaya hidup bisa mempengaruhi resiko
perkembangan kanker. Misalnya : makanan berlemak, obesitas, kurang olahraga,

dan kebiasaan minum alkohol meningkatkan resiko perkembangan kanker.

Kanker lambung bisa timbul akibat makanan yang mengandung campuran nitrat
dan garam, misal : ikan asin kering.

e. Radiasi. Radiasi bersifat karsinogenik. Misalnya : paparan zat-zat radioaktif dan


debu-debu nuklir dapat meningkatkan resiko perkembangan kanker.

f. Infeksi. Beberapa virus mempunyai hubungan yang kuat dengan terjadinya


kanker tertentu. Kanker lambung disebabkan oleh infeksi helicobacter pylori.

g. Sistem imun. Penurunan sistem imun meningkatkan resiko kejadian kanker.

h. Faktor keturunan. Beberapa kanker mempunyai hubungan yang kuat dengan


hubungan genetik/keturunan.

3. Manifestasi Klinis

Gejala awal dari Ca.Gaster sering tidak nyata dan sering timbul setelah proses

keganasan sudah mencapai target lanjut, karena kebanyakan tumor ini dikurvatura
kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung. Beberapa

penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri pada perut bagian atas

yang beraneka ragam coraknya, bisa bersifat ringan dan berat serta menetap

menyerupai gejala pada pasien ulkus benigna sifatnya dan bisa hilang dengan
antasida.Gejala lain meliputi anoreksia,dispepsia,konstipasi disertai dengan nausea
dan terjadi penurunan berat badan. Gejala ditetapkan oleh bentuk dan lokasi

kanker.Tumor polipoid dikardia menyumbat esopagus menimbulkan muntah-muntah,

perut terasa cepat kenyang bila diisi sedikit makanan.Jika terjadi ulserasi, selain rasa

nyeri bisa timbul perdarahan dengan gejala hematemesis dan atau melena.Gejala
yang ditimbulkan oleh metastasis adalah perut membesar asites,ikterus obstruktif
yang timbul akibat penyumbatan saluran empedu,ileus obstruktif( Suparman ,1990).

4. Patofisiologi
Beberapa faktor dipercaya menjadi prekursor kanker yng mungkin yaitu polip, anemia
pernisiosa, prostagastrektomi, gastritis atrofi kronis dan ulkus lambung. Diyakini
bahwa ulkus lambung tidak mempengaruhi individu menderita kanker lambung,

tetapi kanker lambung mungkin ada bersamaan dengan ulkus lambung dan tidak
ditemukan pada pemeriksaan diagnostik awal. Ca.Gaster adalah adenokarsinoma

yang muncul paling sering sebagai massa irregular dengan penonjolan ulserasi
sentral yang dalam ke lumen dan menyerang lumen dinding lambung. Tumor

mungkin menginfiltrasi dan menyebabkan penyempitan lumen yang paling sering di


antrum. Infiltrasi dapat melebar ke seluruh lambung, menyebabkan kantong tidak

dapat meregang dengan hilangnya lipatan normal dan lumen yang sempit, tetapi hal

ini tidak lazim. Desi polipoid juga mungkin timbul dan menyebabkan sukar untuk

membedakan dari polip benigna X-ray. Ca.Gaster mungkin timbul sebagai

penyebaran tumor superfical yang hanya melibatkan permukaan mukosa dan


menimbulkan keadaan granuler walaupun hal ini jarang. Kira-kira 75% dari karsinom

ditemukan pada 1/3 distal lambung, selain itu menginvasi struktur lokal seperti

bagian bawah dari esophagus, pankreas, kolom transversum dan peritoneum.


Metastase timbul pada paru, pleura, hati, otak dan lambung.

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemerikasaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis Ca Gaster


(Harnawatiaj,2008):

a. Barium intake dan doule contrast :sulit membedakan ulkus an Ca

b. Endoskopi dan biopsi

Akurasi : 90 % untuk eksotik, 50 % untuk infiltrating

Lokasi : Ca di semua bagian

Ulkus jinak : di kulvatora minor / prepilorik

c. USG dengan flexible endoscopi

d. CT Scan

e. Citologi cairan lambung

f. Laparatomi eksplorasi
6. Komplikasi

Ulkus berulang
Kegagalan untuk mencapai pengurangan adekuat dalam produksi asam lambung bisa

menyebabkan ulserasi berulang setelah operasi, suatu keadaan yang lebih sering

terlihat setelah operasi bagi penyakit ulkus duodeni dibandingkan penyakit ulkus
ventrikuli. Ulkus berulang terletak pada sisi enterik anastomosis setelah reseksi, tetapi
ia bisa timbul dengan frekuensi yang sama didalam usus dan lambung setelah

tindakan reseksi. Diagnosis tidak sulit kebanyakan pasien mengalami mulainya nyeri

ulkus peptikum khas yang berulang. Komfirmasi diagnosis dibuat secara endoskopi.
Pemeriksaan barium terkenal tak dapat diandalkan, karena anatomi pascabedah

berubah. Pemotongan vagus tak lengkap menjadi sebab terlazim ulkus berulang,

yang bertanggung jawab bagi lebih dari 80 persen kasus. Kebanyakan ulkus berulang

mudah diterapi yang menggunakan agen penghambat reseptor H2. Bila ini gagal,

maka revagotomi dengan reseksi atau re-reseksi di indikasikan, kecuali pada pasien
gastrinoma, seperti yang dibicarakan sebelumnya.

a. Dumping “pascamakan dini”

Dumping pascamakan dini merupakan sindroma pasca gastrektomi terlazim, yang

timbul sampai dalam 50 persen pasien setelah gastrektomi sebagian, dalam 30 persen

pasien setelah vagotomi sel parietalis. Sindrom ini terdiri dari kumpulan gejala dan
tanda gastrointestinalis dan vasomotor yagng timbul dalam setengah jam pertama

setelah makan suatu makanan. Komponen gastrointestinalis mencakup kepenuhan

epigastrium, mual, nyeri abdomen kram, muntah dan diare eksplosif. Komponen

vasomotor mencakup berkeringat, kelemahan, kepucatan yang diikuti “flushing”,


palpitasi, dan takikardia. Sindrom ini timbul sebagai akibat pengosongan lambung
yang cepat bagi chyme hiper osmolar dari sisa lambung kedalam usus halus.

Kemudian ia menyebabkan gerakan cairan ekstrasel kedalam lumen usus dalam usaha
mencapai isotonisitas. Penurunan akibatnya dalam volum plasma yang bersirkulasi

telah didalilkan sebagai bertanggungjawab bagi komponen vasomotor sindrom ini.


Disamping tetapi itu bukti belakangan ini menggambarkan bahwa distensi usus halus

proksimal membebaskan berbagai senyawa humoral (misalnya : serotonin, bradikinin,


dan enteroglukagon) yang bisa bertanggungjawab bagi flushing wajah, peningkatan
motilitas usus halus serta diare eksplosit yang ditemukan dalam kasus parah.
1. Obstruksi gelung eferen
Obstruksi gelung eferen juga suatu komplikasi bedah lambung yang jarang di
temukan. Ia terlazim timbul dalam masa pasca bedah segera, tetapi dapat

bermanifestasi sendiri bertahun-tahun setelah tindakan asli. Biasanya obstruksi


suatu akibat herniasih interna bagi ekstremitas eferen, biasanya posterior

terhadap anastomosis gastroentrik. Pasien mengeluh nyeri epigastrium kolik


yang serupa sifatnya dengan yang terlihat pada obstruksi usus halus.

Pemeriksaan radiografi bisa menunjukkan bukti obstruksi usus halus tinggi, terapi
bedah hampir selalu diperhatikan, jika seperti biasanya terjadi ditemukan suatu

hernia retroanastomotik, maka ia harus direforsisi dan ruang retroansomotik

harus ditutup.

2. Rasa kenyang dini

Rasa kenyang dini yang juga dikenal sebagai sindroma lambung kecil,
merupakan akibat kehilangan fungsi reservoar lambung yang berlebihan. Lebih

besar reseksi, maka lebih besar kemungkinan akan timbul sindrom ini, khas

pasien mengeluh suatu sensasi penuh sangat tak menyenangkan setelah makan

hanya sedikit makanan. Biasanya timbul muntah, jika pasien mencoba


meningkatkan masukan oral. Dalam kasus parah, hanya sedikit makanan cair

yang dapat ditoleransi. Berbagai tindakan nonbedah telah dinasehatkan tidak

satupun mencapai keberhasilan yang mencolok mata atau penerimaan pasien.

Kenyataanya telah diperkirakan bahwa rasa kenyang dini merupakan sindrom


pasca gastrektomi yang paling refrakter terhadap terapi non bedah. Bila

dilakukan operasi, maka tindakan ini bertujuan menciptakan reservoar lambung

pengganti yang adekuat, yang menggunakan berbagai kantong yang dibuat

dengan pembedahan. Sayangnya tidak ada tindakan bedah dapat


menghilangkan seluruh gejala kenyang dini. Sehingga terapi terbaik sindrom

lambung kecil dengan mencegahnya dalam tempat pertama.

3. Diare pascavagotomi
Peningkatan dalam frekuensi tinja bisa dialami oleh sebanyak 30 persen pasien

setelah transeksi nervus vagus. Pada kebanyakan kasus, keadaan ini sembuh

sendiri atau mudah ditata laksana secara non bedah.


4. Gastritis refluks alkali

Refluks berlebihan isi usus atas ke dalam lambung setelah gastrektomi atau
tindakan ablasi pylorus telah dilibatkan sebagai kelompok spesifik gejala dan
tanda pascabedah: nyeri medio-epigastrium terbakar yang tak dapat dihilangkan
dengan antasid dan sering diperburuk oleh makanan, muntahan, empedu,
hipokloridria, gastritis endoskopi (eritema keseluruhan membran mukosa

lambung), penurunan berat badan dan anemia.


5. Kanker tunggul lambung

Karsinoma tunggul lambung timbul dalam sekitar 3 persen pasien yang


menjalani gastrektomi, insiden yang jauh lebih besar dari pada yang diamati

dalam individu sebanding, tetapi tidak dioperasi.


6. Keadaan lain

Ekspresi lemak di dalam tinja lebih dari jumlah normal relatif lazim terjadi setelah

semua jenis tindakan bedah atas lambung. Pada kebanyakan kasus, kecil jumlah

mutlak kehilangan lemak tinja dan tanpa akibat klinik. Tetapi dalam beberapa

kasus malabsorpsi lemak bisa menyebabkan diare diinduksi asam lemak dan
difisiensi bermakna dalam ambilan vitamin larut lemak

7. Penatalaksanaan

a. Endoskopi

Polip lambung jinak diangkat dengan menggunakan endoskopi

b. Pembedahan

Bila carsinoma ditemukan dalam lambung ,pembedahan biasanya dilakukan


untuk mencoba menyembuhkannya.Sebagian besar atau semua lambung dan
kelenjar getah bening didekatnya ikut di angkat.

c. Pengobatan ( obat multiple: flourosil, mitomicin C dan doksorubicin )

bila carsinoma telah menyebar ke luar dari lambung, tujuan


pengobatannyaadalah untuk mengurangi gejala dan memperpanjang harapan
hidup

d. Kemoterapi dan terapi radiasi


Kemoterapi dan terapi penyinaran bisa meringankan geja .hasil kemoterapi dan
terapi penyinaran pada limfoma lebih baik daripada kaesinoma.Mungkin
penderita akan bertahan hidup lebih lama bahkan bisa sembuh

8. Pathway (terlampir)

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Kebanyakan populasi menunjukkan bahwa orang laki-laki mempunyai resiko lebih


tinggi untuk terkena Ca.Gaster daripada perempuan dengan rasio 2 : 1 (Schwarts,

1999. Ca.Gaster lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker tertentu

terjadi pada orang dibawah usia 50 tahun.). Penyakit ini hampir tidak pernah

ditemukan di negara Amerika Serikat. Malaysia, Chile, Islandia, Jepang merupakan


negara-negara dengan angka kejadian Ca.Gaster tertinggi di dunia.

b. Riwayat Keperawatan

1. Keluhan utama

Mual dan nyeri perut bagian atas.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Gejala awal seperti nyeri pada perut bagian atas yang beraneka ragam coraknya,

bisa bersifat ringan dan berat serta menetap menyerupai gejala pada pasien
ulkus benigna sifatnya dan bisa hilang dengan antasida.kemudian pada kondisi
yang memburuk atau kronis nyeri bertambah saat makan atau sesudah makan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mempunyai riwayat penyakit magh.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama,orang yang
golongan darah A.

5. Keadaan Kesehatan Lingkungan

Rumah tinggal px dekat pabrik rokok.

6. Riwayat Kesehatan Lainnya

Ada riwayat pemakaian obat-obatan anti inflamasi non steroid jangka panjang,

konsumsi alcohol dan rokok, gaya hidup ( makan tidak teratur),diet tinggi

asam,penyakit infeksi yang disebabkan bakteri dan virus,terpapar bahan


korosif( keracuna asam atau basa kuat),stress fisik dan fisiologis.

7. Riwayat psikososial

Karena penyakit prosedur pengobatan dan prognosa membuat cemas baik klien

maupun keluarga.terjadi perubahan konsep diri,tipe kepribadian mudah


marah,mudah stress

3. Pemeriksaan Fisik Dengan Pendekatan Ros

a. B 1 : Breath

Pada tahap awal tidak ada masalah. RR meningkat saat nyeri, turun saat

perdarahan. Bila terjadi metastase timbul batuk ,sesak nafas.tirah baring yang
lama penumpukan sekret.

MK

Pola nafas tidak efektif.

Bersihan jalan nafas tidak efektif

a. B 2 : Blood

Pada perdarahan massif ditemukan gejala syok, misalnya penurunan tekanan


darah, nadi cepat dan kecil. Pada perdarahan yang sedikit-sedikit akan ditemukan

anemia defisiensi besi. Gejala :hipotensi, takikardi,disritmia (hipovolemi/

hypoxemia) ,nadi perifer lemah. pengisisan kapiler lambat (CRT >3 detik). Warna
kulit pucat, sianosis (tergantung jumlah kehilangan darah).Kelembaban kulit/
membran mukosa: berkeringat menunjukkan ststus syok,nyeri akut,respon
psikologis).

MK

Perubahan perfusi jaringan

c. B 3 -Brain

Jika terjadi syok terjadi penurunan kesadaran,gelisah,rasa berdenyut pusing/sakit

kepala,kelemahan sampai terjadi koma. Nyeri ( Daerah abdomen ) terjadi

sebelum pembedahan akibat terjadinya ulserasi dan pasca pembedahan Terjadi


gangguan istirahat tidur karena nyeridan respon psikologis.

MK

Gangguan istirahat tidur

Nyeri akut

d. B.4 : Bladder

Haluaran urin sedikit menurun

MK

Tidak ada

e. B 5 : Bowel

Nyeri tekan abdomen,BU sering hiperaktif selama perdarahan,karakter feses

diare,darah warna gelap,kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah,berbusa

bau busuk ( steatorea ) .Anoreksia ,mual,muatah , ceguken,nyeri ulu hati,

sendawa bau asam, tidak toleran terhadap makanan, penurunan berat

badan.Muntah warna kopi, gelap atau merah cerah dengan atau tanpa bekuan
darah

MK

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


menurunya asupan makanan dan ganguan penyerapan

f. B6 : Bone
Kelelahan, kelemahan fisik, takipnoe/hiperventilasi/takikardi terhadap respon
aktifitas. Terjadi diskontinuitas jaringan pasca pembedahan .

MK

Gangguian aktifitas berhubungan dengan nyeri akut pasca operasi

Kerusakan Intregitas jaringan kulit.

4. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa pre operasi

a. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya ulserasi/perforasi pertumbuhan


sel-sel kanker

b. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan


proses penyerapan

d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia

e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan anemia dan status nutrisi

f. Gangguan pola nafas berhubungan dengan proses metastase

Diagnosa post operasi

a. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan pengaruh anestesi

b. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan pembedahan

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap


tindakan invasif

5. INTERVENSI

Pre operasi
a. Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya ulserasi/perforasi b.d
pertumbuhan sel-sel kanker

Tujuan :Nyeri berkurang atau hilang setelah dilakukan asuhan keperawatan

Kriteria hasil

a. Melaporkan nyeri berkurang atau hilang

b. Expresi wajah rikleks

c. Tidak merintih

d. Bisa istirahat

e. Skala nyeri ringan

Intervensi

1. Lakukan kolaborasi untuk pemberian analgesik

R/ Analgesik efektif mengatasi nyeri

2. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

R/ Teknik relaksasi dan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri

3. Anjurkan periode istirahat

R/ Jaringan memerlukan O2 sedikit selama istirahat karena sedikit energi


yang diperlukan,juga sekresi gastrik lebih sedikit selama istirahat

4. Anjurkan diet porsi kecil 6 kali sehari sebagai ganti porsi diet besar

R/ Kelebihan masukan makanan menyebabkan distensi gastrik yang


menimbulkan nyeri lambung

b. Dx 2 : Cemas berhubungan dengan rencana pembedahan

Tujuan: Kecemasan berkurang

Kriteria hasil:

1. Menceritakan peningkatan rasa nyaman psikologis dan fisiologis

2. menggamgambarkan pola koping yang efektif


3. Mengidentifikasi respon-respon penanganan diri

4. Mendiskusikan kecemasannya

Intervensi

1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan

R/ Pasien kooperatif dalam segala tindakan akan mengurangi


kecemasan pasien

2. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan akan


ketakutannya

R/ Mengurangi kecemasan.

3. Akui rasa takut/masalah pasien dan dorong untuk mengeksprersikannya

R/ Dukung pasien menerima kenyataan penyakit dan pengobatan

4. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat pasien tentang


diagnostik medik

R/ Memberi informasi yang perlu untukmemilih informasi yang tepat

c. Dx 3; Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


gangguan proses penyerapan.

Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil:

1. BB naik

2. Hb > 12 gr/dl

3. Alb 3,5 gr/dl

4. Menunjukkan perbaikan nafsu makan

5. mual muntah tidak ada

6. intake makanan meningkat

Intervensi:
1. Berikan diet tinggi kalori protein

R/ Diet TKTP untuk keseimbangan metabolisme

2. Berikan anti emetik yang telah diresepkan 30 menit sebelum makan

R/ Mual menambah anoreksia

3. Hindari makanan yang terlalu pedas atau asam

R/ Pedas dan asam menimbulkan nyeri pada gastrik yang dapat


mengurangi nafsu makan

4. Kolaborasi pemberian vitamin, mineral, dan suplemen makanan enteral bila


masukan diet < 50 %.

R/ Meningkatkan asupan nutrisi

5. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik nafas dalam.

R/ Tarik nafas dalam membantu dalam bentuk merelaksasi dan mengurangi


mual.

6. Pantau jumlah makanan yang dikonsumsi,timbang BB tiap 2 hari dan


periksa kimia darah tiap minggu.

R/ Untuk mengevalusi keefektifan terap


DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M., Hawks Jane Hokanson. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen

Klinis untuk Hasil yang diharapkan. Edisi 8-Buku 2. CV Pentasada Media Edukasi.
Diana, Nur. Pathway Kanker Gaster.

(http://scribd.com/doc/219887294 , diunduh pada tanggal 30 mai 2014)

Fardila, Vini. CA Lambung.

(http://id.scribd.com/doc/112852672/CA-Lambung. diunduh pada tanggal 1 juni


2014)

NANDA. (2012). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. 2012-2014. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Pearce, Evelyn C. (2011). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.

Price, Sylvia A ., Wilson, Lorraine M. (1994). Patofisilogi : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi 4-Buku 1. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi IX. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran (EGC).

Anda mungkin juga menyukai