Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

KARDIOVASKULAR DISEKSI AORTA

Di susun oleh Kelompok 2

Nama :

1. Alim Pratama (16.1128.S)


2. Damayanti Aprilia (16.1140.S)
3. Ike Sho Khikha Sari (16.1150.S)
4. Nurhikmah Rizkiani (16.1174.S)
5. Uun (16.1199.S)
Kelas 4 A

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem kardio
vaskular Diseksi aorta” dengan baik tanpa halangan apapun.

Kami menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna, karena manusia pasti mempunyai
kekurangan. Kami juga tidak lepas dari sifat kekurangan itu, sehingga apa yang tertulis dalam
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun kami usahakan semaksimal mungkin. Oleh
karena itu, kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
menjadi lebih baik lagi.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala jasa, kebaikan-kebaikan, serta bantuannya
yang telah diberikan kepada kami.

Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya. Aamiin.

Pekalongan, oktober 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
B. Tujuan ............................................................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................................... 5
TINJAUAN TEORI ...................................................................................................................................... 5
A. Pengertian ......................................................................................................................................... 5
B. Etiologi.............................................................................................................................................. 5
C. Patofisiologi ...................................................................................................................................... 6
D. Manifestasi klinis .............................................................................................................................. 6
E. Pemeriksaan penunjang..................................................................................................................... 7
F. Penatalaksanaan ................................................................................................................................ 7
G. Komplikasi ........................................................................................................................................ 7
BAB III ......................................................................................................................................................... 8
ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................................................... 8
A. Diagnosa ........................................................................................................................................... 8
B. Gambaran EKG pasien diseksi Aorta ............................................................................................. 11
BAB IV ....................................................................................................................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aorta adalah pembuluh darah besar (main trunk) dari pembuluh darah cabangnya
yang berfungsi membawa darah teroksigenasi keberbagai jaringan di tubuh untuk
kebutuhan nutrisinya. Secara umum, aorta memiliki dinding tebal yang reesusun oleh tiga
lapisan otot yang mampu menahan perubahan tekanan yang dihasilkan pada setiap
jantung berdenyut. Ketidak mampuan lapisan dinding aorta menahan tekanan yang tinggi
sehingga timbulnya robekan pada lapisan tersebut menimbulkan suatu keadaan yang
disebut diseksi aorta.

Diseksi aorta di tandai oleh robekan lapisan intima dinding aorta yang diawali
oleh suatu proses degenerasi atau disertai nekrosis kistik dari lapisan tunika media. Darah
akan mengalir melalui robekan yang memisahkan lapisan intima dengan lapisan media
atau lapisan adventisi, yang kemudian membentuk ruang palsu (false lumen).

Mengacu kepada berbagai kelainan pada aorta, disesksi aorta merupakan


komplikasi serius paling banyak dengan frekuensi 2x lebih sering menyebabkan rupture
dinding aorta. Mortalitas diseksi aorta tinggi pada tujuh hari pertama, banyak pasien
meninggal sebelum sampai ke IGD atau sebelum diagnose di buat di IGD. Kebanyakan
aneurisma aorta tidak terditeksi hingga mengalami rupture.

B. Tujuan
1. Menjelaskan definisi diseksi aorta
2. Menjelaskan etiologi diseksi aorta
3. Menjelaskan patofisiologi diseksi aorta
4. Menjelaskan manifestasi diseksi aorta
5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang diseksi aorta

4
6. Menjelaskan penatalaksanaan diseksi aorta
7. Menjelaskan komplikasi diseksi aorta

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Diseksi aorta adalah sebuah gangguan dimaan lapisan dalam dinding aorta robek
dan terpisah dari lapisn tengah dinding aorta. Aorta merupakan arteri terbesar dalam
tubuh yang berperan menerima darah saraf oksigen dari jantung, dan mengalirkannya
keseluruh tubuh melalui cabang-cabang arteri.akibat robekan pada lapisan dalam dinding
aorta, darah dapat bocor dan mengalir melalui robekan, lalu membuat lapisan dalam
terpisah dari lapisan luar, sehingga membentuk saluran darah palsu pada dinding aorta.
Kondisi ini dapat berakibat fatal apabila robekan tersebut menyebabkan robeknya seluruh
dinding aorta (struktur aorta) atau menutup aliran darah normal di aorta.

B. Etiologi
Diseksi aorta terjadi akibat terdapat area yang lemah dan rusak pada dinding aorta. Ada
beberapa hal yang menyebabkan kerusakan dinding aorta antara lain :
1. Hipertensi, menyebabkan kerusakan dinding aorta karena menekan jaringan aorta,
sehingga lebih rentang untuk robek.
2. Penyakit genetic
3. Peradangan pembuluh darah
4. Sifili
5. Cedera pada dada
6. Kelainan bawaan pada jantung
7. Arterosklerosis / pengerasan arteri
8. Riwayat operasi jantung
9. Merokok atau menggunakan kokain
10. Melakukan olahraga angkat beban secara berlebihan

5
11. Kehamilan.

C. Patofisiologi
Tekanan darah tinggi, rengganagan jaringan ikat dan adanya kelaianan pada tunika intima
(aterosklerosis) menyebabkan robekan mendadak pada tunika intima. Darah masuk ke
lapisan diantara tunika intima dan media, dan tekanan yang tinggi menyebabkan darah
mengalir kearah longitudinal sepanjang aorta, kearah depan dan belakang dari titik
masuk, membentuk lumen palsu. Darah dalam lumen palsu bisa membeku, atau tetap cair
dengan sedikit aliran.
Diseksi aorta dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :
1. Diseksi aorta Tipe A : titik robekan intima ada pada aorta esendens. Disesksi aorta
biasanya menjalar kea rah distal mengenai aorta dessendens kemudian kea rah
proximal merusak apparatus katup aorta dan masuk kedalam pericardium.
2. Diseksi aorta Tipe B : titik rbekan intima terdapat pada aorta dessendens, biasanya
tepat dibawah ujung awal arteri subclavia sinistra, robekan jarang menyebar kearah
proximal.

D. Manifestasi klinis
1. Nyeri dada dan punggung atas, rasa nyeri tersebut muncul secara mendadak, nyeri
hebat dan terasa seperti ada benda tajam yang menusuk di dada.
2. Nyeri perut hebat secara tiba-tiba jika terjadi penyumbatan pada arteri mesentrika
yang mengalirkan darah ke usus. Rasanya nyeri tersebut menjalar dari leher hingga
punggung bawah.
3. Nyeri tungkai, sulit berjalan dan kelumpuhan tungkai.
4. Kelumpuhan pada satu sisi tubuh
5. Sulit bicara
6. Denyut nadi yang lemah pada satu lengan atau paha di banding sisi lainnya
7. Sesak nafas
8. Pingsan
9. Pusing
10. Berkeringat.

6
Diseksi aorta dapat terjadi dibagian aorta yang dekat dengan jantung (ascending
aorta) yang sering digolongkan menjadi diseseksi aorta tipe A, atau dibagian aorta
yang sudah akan bercabang ke dada atau perut ( descending aorta) yang sering di
sebut sebagai tibe B . disecsi aorta tipe A lebih membahayakan dibandingkan tipe B.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Foto rontgen dada. Pada sebagian besar penderita disecsi aorta ditemukan adanya
aorta yang melebar, namun hasil ini juga dapat disebabkan oleh gangguan lain
2. SC scan dengan zat kontras, dengan pemeriksaan ini kondisi jantung, aorta, dan
masalah lainnya dapat terlihat lebih jelas.
3. Ekocardiografi trasesofageal , alat ini dapat menghasilkan gambaran jantung yang
lebih jelas.
4. Magnetic resonance angiogram ( MRA). Alat ini menggunakan medan maghnet dan
energy gelombang radio untuk menghasilkan citra pembuluh darah.

F. Penatalaksanaan
1. Anagesik opiate dan bloker β intravena untuk menurunkan tekanan darah untuk
mencegah diseksi atau rupture lebih lanjut.
2. Operasi dilakukan jika lokasi diseksi sangat dekat dengan aorta dan jantung.
3. Obat penurun kolesterol.
4. Diet dengan gizi seimbang dan menjaga berat badan ideal.
5. Tidak merokok.

G. Komplikasi
1. Stroke. Saat penyumbatan terjadi pada arteri serebral yang memasok darah ke otak.
2. Serangan jantung jika terjadi penyumbatan darah pada arteri koroner yang memasok
darah pada otot jantung.
3. Kerusakan saraf tulang belakang yang mengakibatkan tungkai tidak bisa digerakkan,
jika pembuluh arteri spina atau saraf tulang belkang terhambat
4. Gaga ginjal dapat terjadi jika penyumbatan terjadi pada arteri renal yang memasok
darah ke ginjal.
Selain penyumbatan, diseksi aorta dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah
aorta (rupture), sehingga terjadi perdarahan yang dapat mengakibatkan kematian.

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah arteri
sekunder akibat ekstravasasi darah melalui diseksi aorta
a. Kriteria hasil
1. Pasien sadar dan terorientasi
2. Kulit hangat dan kering
3. TDS 80-100 mm Hg atau serendah mungkin yang dapat mempertahankan
perfungsi sistemik
4. Haluaran urine 30 ml/jam atau 0,5-1 ml/kg/jam
5. Denyut nadi kuat dan sama secara bilateral
6. Pengisisan kapiler <3 detik pada semua ekstremitas
7. Pupil sama dan normoreaktif
8. Kekuatan motorik kuat dan sama secara bilateral
b. Intervensi
1. Berikan terapai oksigen sesuai intruksi
2. Pertahankan pasien tetap tirah baring untuk mencegah diseksi lebih lanjut
3. Nitripusida dapat diberikan untuk menurunkan TD
4. Agens penyekat-beta seperti propanolol dapat diberikan untuk mengurangi
tekanan pada dinding aorta
5. Antisipasi intervensi pembedahan
2. Nyeri akut berrhubungan dengan diseksi aorta
a. Kriteria hasil
1. Pasien menyampaikan bahwa nyeri hilang atau dapat ditoleransi
b. Intervensi

8
1. Apabila TD sudah membaik, morfin sulfat dapat diberikan sesuai intruksi
2. Berikan agen anti hipertensi untuk mengontrol TD
3. Kurangi ansietas dengan memberikan kepastian yang realistis dan memberikan
dukungan keluarga sesuai idikasi
3. Resiko ketidakefektifan perlindungan diri
a. Kriteria hasil
1. Suhu 36,50 C (97,70 F) sampai 380C (100,40F)
2. Tidak ada menggigil, diaforesis
3. Kulit tanpa kemerahan dan eksudat
4. Membran mukosa utuh
5. Suara nafas bersih
6. Tidak ada disuria
7. Urine berwarna kuning jernih
8. Sel darah putih (SDP) 5000-10.000 / ml
b. Intevensi
1. Hindari kontaminasi silang : cuci tangan, hindari penggunaan peralatan bersama,
gunakan peralatan steril, dan hindari melakukan aktifitas yang kotor kemudian
yang bersih
2. Ukur suhus setiap 4 jam dan kaji diaforesis dan menggigil
3. Pertahankan suhu lingkungan unit perawatan intensif (ICU) kira-kira 750 F
(23,80C)
4. Resiko gangguan proses keluarga
a. Kriteria hasil
1. Keluarga akan menyatakan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi
2. Keluarga akan memperlihatkan perilaku koping yang adekuat
b. Intervensi
1. Perkenalkan diri kepada keluarga dan menyiapkan keluarga untuk menghadapi
lingkungan unit perawatan intensif (ICU)
2. Tunjukkan kompetensi dalam merawat kerabat mereka
3. Tunjukkan pengetahuan personal tentang pasien

9
4. Lakukan pendekatan pada keluarga dengan sikap rileks, dan humanistik serta
berikan informasi dengan sering tanpa menunggu untuk ditanya
5. Kaji titik kritis atau titik resiko yang dapat mempengaruhi harapan keluarga dan
kepuasan
6. Berikan informasi tertulis kepada keluarga tentang kebijakan unit dan pelayanan
yang tersedia
7. Menginformasikan kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien dan perubahan
dalam layanan medis atau asuhan keperawatan setiap hari
8. Klarifikasi persepsi keluarga tentang penyakit kerabat mereka dan falidasi
pemahaman mereka tentang situasi tersebut
9. Berikan waktu kunjungan khusus, dan jelaskan perawatan yang digunakan
10. Yakinkan keluarga bahwa mereka akan dihubungi jika kondisi kerabat mereka
memburuk
11. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk menemui rohaniawan rumah sakit
atau pekerja sosial
12. Dorong keluarga untuk memnuhi kebutuhan fisik dan personal mereka sendiri
seperti makan dan tidur.

10
B. Gambaran EKG pasien diseksi Aorta

11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diseksi Aorta merupakan kegawwatdaruratan aorta dengan presentasi klinis
bervariasi dan mortalitas tinggi terutama bila tidak dekenali dini. Kewaspadaan diagnosis
merupakan kunci utama diagnosis dini pada pasien dengan presentasi klinis atipikal.
Diagnosis dini dan terapi yang sesuai diharapkan dapat meminimalkan angka kematian
akibat diseksi aorta.

B. Saran
Dari makalah ini kami mengharapkan agar para pembaca bisa membacanya,
memahaminya dan membuat makalah ini menjadi referensi untuk belajar, mengetahui
tentang penyakit diseksi aorta yang merupakan salah satu penyakit dari sistem
kardiovaskular. Demi kesempurnaannya makalah ini saya mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik untuk
selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Marbun JMH. 2016. Diseksi Aorta. Kegawatdaruratan kardiovaskular : CKD

Morton, Patrisia Gonce, dkk. 2016. Keperawatan Kritis Volume 2. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler.Jakarta: Salemba medika.

13

Anda mungkin juga menyukai