Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

A. Anatomi fisiologi

1. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang
berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses “osteogenesis”
menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses
mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
 Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
 Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak.
 Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan )
 Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).
 Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.
2. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan
untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok
otot terdiri dari:
 Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk
memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan
menghasilkan panas
 Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran
perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan
kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
 Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.
3. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat.
Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-
sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada
di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat
kolagen didapatkan pada kartilago.
4. Tendon.
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang
membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung
yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit.
Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang memberikan lumbrikasi
untuk memudahkan pergerakan tendon.
5. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang
tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana
tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan
jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada
jumlah pergerakan yang dilakukan.

Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua. Ada jangka periode waktu tertentu
dimana individu paling mudah mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini
terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan
yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system
muskuloskeletal dan fungsinya sangat bervariasi diantara individu selama proses menjadi
tua.
Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari
kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel bertumbuh
berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada jumlah dan elasitas
dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan.
Perubahan fisiologis yang umum adalah:

a. Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada maturasi
usia tua.
b. Lebar bahu menurun.
c. Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

B. Definisi
Artritis Reumatoid adalah peradangan pada persendian, baik yang terjadi secara
mendadak (akut) atau menahun (kronis). Artritis ini dapat menyerang satu sendi atau
beberapa sendi sekaligus. Penyakit ini biasanya disertai dengan pembengkakan dan rasa
nyeri pada sendi yang terkena. Bila penyakitnya kronis, kadang hanya timbul rasa nyeri
saja (Annonimous 2009).
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehinga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi
(Annonimous, 2007).
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada
saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan
peradangan dalam waktu lama pada sendi.Penyakit ini menyerang persendian, biasanya
mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan
strukturstruktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.

B. Etiologi
Hingga kini penyebab Rematoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa
menunjukkan bahwa RA dipengaruhi oleh aktor – faktor :
1. Mekanisme Imun (Antigen-Antibodi) seperti interaksi antara IGC dan faktor
reumatoid.
2. Gangguan metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit rematoid artritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi). Faktor metabolik, dan
infeksi virus (Suryatun, 2008).

C. Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3
bulan

D. Patofisiologi
Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang
akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan
mengalami perubahan degenerative dengan menghilangnya elastisitas otot dan
kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2010).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian
ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.
Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi
nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat. Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang
ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan
kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 2010).
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
Kriteria dari American Rheumatism Association (ARA) yang direvisi tahun 2009),
adalah:
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada persendian dan
disekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 1 jam sebelum
perbaikan maksimal.
2. Artritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian (soft
tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang (hiperostosis). Terjadi
pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan dalam observasi seorang
dokter. Terdapat 14 belas persendian yang memenuhi kriteria, yaitu interfalang
proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan
metatarsofalang kiri dan kanan.
3. Artritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu
persendian tangan seperti tertera diatas.
4. Terbatasnya pergerakan
5. Kekuatan berkurang
6. Nyeri persendian atau adanya nyeri tekan

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita b.
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi

H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan,
memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita dan
mencegah atau memperbaiki deformitas. Namun secara umum penatalaksanaan yang
dapat diberikan antara lain :
1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan
dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk
tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
2. Rehabilitasi, bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya antara lain
dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan, pemanasan, dan sebagainya.
Fisioterapi dimulai segera setelah rasa pada sendi berkurang atau minimal

I. Komplikasi
1. Cervical myelopathy : Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang
sendi tulang leher dan mengganggu saraf tulang belakang.\
2. Carpal tunnel syndrome : Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis
menyerang sendi pergelangan tangan, sehingga menekan saraf di sekitarnya.
3. Limfoma : Limfoma merupakan sejenis kanker darah yang tumbuh pada sistem
getah bening.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

a) Pengkajian.

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk


mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan
data dan perumusan diagnosis keperawatan. (Lismidar, 2010)

b) Keluhan utama : pasien biasanya mengeluh nyeri pada persendian, Kaku pada
eksteremitas yang sakit
c) Riwayat penyakit sekarang : Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau
pada tungkai. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
d) Pola nutrisi yang di konsumsi : apakah sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak,
makanan yang mengandung banyak minyak.
e) Pemeriksaan fisik fokus :
1. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
a. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
b. Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
c. Catat bila ada krepitasi
d. Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
2. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
a. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
b. Ukur kekuatan otot
c. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
d. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
f) Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.
c. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat,
kesalahan interpretasi informasi

Intervensi :

1. Dx 1 : Nyeri akut
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2x24 jam,
diharapkan tingkat nyeri apat berkurang dan terkontrol.
Kriteria hasil:

Outcome SA ST
A. Tingkat Nyeri
1. Panjangnya episode nyeri
2. Ekspresi nyeri wajah
3. Tidak bisa beristirahat
4. Nyeri yang di laporkan
B. Nyeri : Efek Yg Mengganggu
1. Ketidaknyamanan
2. Gangguan konsentrasi
3. Gangguan pergerakan fisik
4. Gangguan pada ADL
Intervensi :

1. Manajemen lingkungan/ kenyamanan


a. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
b. Edukasi pasien dan pengunjung mengenai terganggunya lingkungan
2. Pemberian analgesik
a. Cek adanya alergi obat
b. Monitor tanda vital setelah dan sebelum memberikan analgesik
3. Manajemen nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehesif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/ durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan factor pencetus
b. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan
2. Dx 2 : Hambatan mobilitas fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama, diharapkan klien dapat


melakukan pergerakan fisik
Outcome SA ST
1. Koordinasi Pergerakan
3. Kontraksi kekuatan otot
4. Kecepatan gerakan
5. Kemantapan gerakan
6. Keseimbangan gerakan
7. Tegangan otot
Intervensi :
1. Libatkan keluarga untuk membantu memahami / memahamkan informasi
dari / ke klien
2. Bantu pasien untuk mengekplorasi keyakinan sendiri, motivasi, dan
tingkat kebugaran neuromuskuloskeletal
3. Berikan informasi mengenai penuaan terkait perubahan struktur
neuromuskuloskeletal
4. Instruksikan untuk perlahan – lahan meregangkan otot atau sendi yang
tidak kaku atau pegal secara bertahap pindah ke kelompok otot / sendi
yang lebih kaku
5. Instruksikan untuk menghindari gerakan yang cepat, kuat, untuk
mencegah stimulasi berlebihan
6. Evaluasi kembali rencana latihan jika toleransi menetap setelah
penghentian latihan
DAFTAR PUSTAKA

Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.

Malya, Arina. (2013). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Surakarta: Buku Ajar.

Reeves, Charlene J., Gayle, Roux., & Lockhart, Robin. (2012). Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: Salemba Medika

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Mengenal Gout Artritis. Jakarta:


Dep.Kes.

Anda mungkin juga menyukai