Oleh :
Nama : Riyandi Hamundu (1801024)
Siti Warda (1801001)
Mustika reny (1801039)
Rafly (1501065)
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta dan Pemelihara
alam semesta ini, atas karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“PERITONITIS”. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan bagi nabi Muhammad
SAW, keluarga dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman termasuk kita semua.
Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah ini dari
teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi untuk itu besar harapan kami akan saran
dan masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah
memberi arahan untuk membuat Makalah ini dan tidak lupa untuk rekan rekan mahasiswa
kami ucapkan terima kasih semoga apa yang saya susun bermanfaat.
1. Pengertian
2. Etiologi
Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau nekrosis
(infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal terutama
disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas.
3. Patofisiologi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang
menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.
Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-
pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila
infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis umum,
aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan
meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus
yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan
obstruksi usus.
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus karena
adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik usus sebagai
usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus sederhana yaitu obstruksi usus
yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus
stangulasi obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan
berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena
penyebaran bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis.
Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan kuman S.
Typhi yang masuk tubuh manusia melalui mulut dari makan dan air yang tercemar. Sebagian
kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk keusus halus dan mencapai
jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertropi ditempat ini
komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi, perforasi ileum pada tifus
biasanya terjadi pada penderita yang demam selama kurang lebih 2 minggu yang disertai
nyeri kepala, batuk dan malaise yang disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defans muskuler,
dan keadaan umum yang merosot karena toksemia.
Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritoneum yang mulai di
epigastrium dan meluas keseluruh peritonium akibat peritonitis generalisata. Perforasi
lambung dan duodenum bagian depan menyebabkan peritonitis akut. Penderita yang
mengalami perforasi ini tampak kesakitan hebat seperti ditikam di perut. Nyeri ini timbul
mendadak terutama dirasakan di daerah epigastrium karena rangsangan peritonium oleh asam
lambung, empedu dan atau enzim pankreas. Kemudian menyebar keseluruh perut
menimbulkan nyeri seluruh perut pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang
fase ini disebut fase peritonitis kimia, adanya nyeri di bahu menunjukkan rangsangan
peritoneum berupa mengenceran zat asam garam yang merangsang, ini akan mengurangi
keluhan untuk sementara sampai kemudian terjadi peritonitis bakteria.
Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul abdomen
dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang berongga
intra peritonial. Rangsangan peritonial yang timbul sesuai dengan isi dari organ berongga
tersebut, mulai dari gaster yang bersifat kimia sampai dengan kolon yang berisi feses.
Rangsangan kimia onsetnya paling cepat dan feses paling lambat. Bila perforasi terjadi
dibagian atas, misalnya didaerah lambung maka akan terjadi perangsangan segera sesudah
trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat sedangkan bila bagian bawah seperti kolon,
mula-mula tidak terjadi gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk
berkembang biak baru setelah 24 jam timbul gejala akut abdomen karena perangsangan
peritoneum.
4. Pathway
Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau
pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi.
Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai
sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita
secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi
peritoneum.
3. USG
a. JDL, elektrolit
b. Pemeriksaan radiologis abdomen
c. Asoirasi Oeritoneal
7. Penatalaksanaan
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah focus utama. Analgesik diberikan
untuk mengatasi nyeri anti emetic dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah.
Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara
adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan napas dan bantuk ventilasi diperlukan.
Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis, syok, hilangnya bising usus, terdapat darah
dalam lambung, buli-buli dan rectum, adanya udara bebas intraperitoneal dan lavase
peritoneal yang positif juga merupakan indikasi melakukan laparotomi. Bila tidak ada, pasien
harus diobservasi selama 24-48 jam. Sedangkan pada pasien luka tembak dianjurkan agar
dilakukan laparotomi
8. Komplikasi
Ketidakseimbangan elektrolit
Dehidrasi
Asidosis metabolic
Alkalosis respiratorik
Syok
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PERITONITIS
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama pasien
Umur
Jenis kelamin
Suku /Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
2. Keluhan utama:
Keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kesakitan di bagian perut sebelah kanan dan
menjalar ke pinggang.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Peritinotis dapat terjadi pada seseorang dengan peradangan iskemia, peritoneal diawali
terkontaminasi material, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus, dan sirosis
hepatis dengan asites.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Seseorang dengan peritonotis pernah ruptur saluran cerna, komplikasi post operasi, operasi
yang tidak steril dan akibat pembedahan, trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa dan
ruptur hati.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi peritonitis tidak diturunkan, namun jika peritonitis ini disebabkan oleh
bakterial primer, seperti: Tubercolosis. Maka kemungkinan diturunkan ada.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan
Pola nafas irregular (RR> 20x/menit), dispnea, retraksi otot bantu pernafasan serta
menggunakan otot bantu pernafasan.
b. Sistem kardiovaskuler
Klien mengalami takikardi karena mediator inflamasi dan hipovelemia vaskular karena
anoreksia dan vomit. Didapatkan irama jantung irregular akibat pasien syok (neurogenik,
hipovolemik atau septik), akral : dingin, basah, dan pucat.
c. Sistem Persarafan
Klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak namun hanya mengalami
penurunan kesadaran.
d. Sistem Perkemihan
Terjadi penurunan produksi urin.
e. Sistem Pencernaan
Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Vomit dapat muncul akibat proses ptologis
organ visceral (seperti obstruksi) atau secara sekunder akibat iritasi peritoneal. Selain itu
terjadi distensi abdomen, bising usus menurun, dan gerakan peristaltic usus turun
(<12x/menit).
f. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen
Penderita peritonitis mengalami letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan aktivitas.
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami kelelahan, dan turgor kulit
menurun akibat kekurangan volume cairan.
kerusakan
jaringan pasca
bedah
2. DS: gangguan Ketidakseimbangan
DO: Bibir kering, turgor kulit gastrointestinal cairan dan
jelek, dan tonus otot lemah elektrolit
mual, muntah,
kembung,
anoreksia
3. DS : pascaprosedur Resiko injuri
DO: Klien tampak berhati-hati laparatomi
saat berjalan
4. DS : pasca operatif Resiko tinggi
DO: tampak adanya luka infeksi
pascabedah di bagian perut. port de entree
pasca bedah
D. Intervensi
BAB II
ASKEP TEORITIS
Pengkajian
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy, adalah;
1. Respiratory
Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
1. Sirkulasi
Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
1. Persarafan : Tingkat kesadaran.
2. Balutan
Apakah ada tube, drainage ?
Apakah ada tanda-tanda infeksi?
Bagaimana penyembuhan luka ?
1. Peralatan
Monitor yang terpasang.
Cairan infus atau transfusi.
1. Rasa nyaman
Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi.
1. Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di
abdomen.
2. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi
laparatomi.
3. Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam,
4. pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.
5.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari hasil pengkajian dan diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul, maka rencana intervensi keperawatan adalah sebagai berikut :
A. Pre Operatif
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang atau terkontrol.
Kriteria Hasil :
Rencana Intervensi :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam nutrisi tubuh adekuat.
KH:
Rencana Intervensi :
3. Ansietas b.d perubahan status kesehatan, prosedur tindakan invasif (bedah) yang akan
dilakukan
Rencana Intervensi :
B.Post Operatif
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontiniutas jaringan kulit
akibat insisi
Rencana Intervensi :
Rencana Intervensi :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyebab peritonitis antara lain : penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi,
penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual, infeksi
dari rahim dan saluran telur, kelainan hati atau gagal jantung, peritonitis dapat terjadi setelah
suatu pembedahan, dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal), iritasi tanpa infeksi.
(a) Peritonitis Bakterial Primer
(b) Peritonitis Bakterial Akut Sekunder (Supurativa)
(c) Peritonitis tersier
B. Saran
Dalam makalah ini tidak menutup kemungkinan masih terdapat banyak kekurangan
baik menyangkut isi maupun penulisan. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya dan kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya dalam menambah
wawasan pengetahuan tentang Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang
merupakan pembungkus visera dalam rongga perut
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/82282543/Makalah-Peritonitis
http://www.dewinuryanti.com/2010/03/askep-peritonitis.html