PENDAHULUAN
1
osteomyelitis pada umumnya kasus ini banyak terjadi laki-laki dengan
perbandingan 2 : 1.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Osteomelitis.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Osteomelitis.
3. Untuk mengetahui etiologi dari Osteomelitis.
4. Untuk mengetahui pathway dari Osteomelitis.
5. Untuk mengetahu patofisiologi dari Osteomelitis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Osteomelitis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Osteomelitis
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Osteomelitis.
9. Untuk mengetahui komplikasi dari Osteomelitis.
10. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien
Osteomelitis.
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus Osteomelitis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Lama dan biaya yang tinggi. Banyak klien fraktur terbuka yang datang
terlambat dan biasanya datang dengan komplikasi osteomilitis. Osteomolitis
3
adalah infeksi pada tulang, baik karena infeksi piogenik maupun non-
piogenik, misalnya Mycrobacterium tuberculosis.
4
terutaman disebabkan oleh staphylococus aureus, B. Coli,
Pseudomonas dan kadang-kadanag oleh bakteri anaerob seperti
Clostridium Streptococus anaerobic, atau Bacteroides.
Gambaran klinis osteomielitis akibat fraktur terbuka sama
dengan osteomielitis lainnya. Pada fraktur terbuka, sebaiknya
dilakukan pencegahan infeksi melalui pembersihan dan
debridemen luka. Luka dibiarkan terbuka dan diberikan antibiotik
yang adekuat. Pada fraktur tebuka perlu dilakukan pemerikasaan
biakan kuman guna menentukan organisme penyebabnya.
Osteomielitis jenis ini terjadi setelah operasi tulang (terutama pada
operasi yang menggunakan implan), invasi bakteri disebabkan
oleh lingkungan bedah. Gejala infeksi dapat timbul segera setelah
operasi atau beberapa bulan kemudian.
5. Osteomielitis pasca operasi
yang paling ditakuti adlaah osteomielitis setelah operasi
antroplasti. Pada keadaan ini, pencegahan osteomielitis lebih
penting daripada pengobatan. Scrub nurse/ perawat instrumen
operasi sangat berperan dalam menjaga kesterilan dan sirkulasi
instrumen operasi.
6. Osteomielitis sclerosing atau osteomielitis Garre
adalah suatu osteomielitis subakut dan terdapat kavitas
yang dikelilingi oleh jaringan sklerotik pada daerah metafisis dan
disfisis tulang panjang. Klien biasanya remaja dan orang-orang
dewasa, terdapat nyeri dan mungkin sedikit pembengkakan pada
tulang. Pada foto rontgen terlihat adanya kavitas yang dikelilingi
oleh jaringan sklerotik dan tidak ditemukan adanya kavitas yang
sentral, hanya berupa kavitas yang difus.
5
2.3 Etiologi Osteomielitis
1. Osteomielitis dapat terjadi karena penyebaran hematogen (melalui
darah) dari focus infeksi tempat lain (Osteomielitis Primer ).
2. Osteomielitis yang disebaabkan oleh bakteri disekitarnya seperti
bisul dan luka (stafilokokus aureus ( 75%), atau E.colli, Proteus
atau Pseudomonas).
3. Staphylolococcus hemolyticus ( koagulasi positif) sebanyak 90 % dan
jarang Sterptococcus hemolyticus.
4. Haemophilus influenza ( 5- 50 %) pada anak usia dibawah 4 tahun.
5. Organisme lain seperti B. coli, B. aeruginosa 6apsulate, pneumokokus,
Salmonella typhosa, pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Brucella,
dan bakteri anaerob yaitu Bacteroides fragilis.
6
2.4 Pathway Osteomielitis
7
2.5 Patofisiologi Osteomielitis
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80%
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai
pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia
Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin,
nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi
dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering
berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial.
Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan
setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah
pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis
pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan
iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan
jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas
medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan
lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun
yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.
Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan
mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga
tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang
baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius
kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang
hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik
8
2.6 Manifestasi Klinis Osteomielitis
Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak,
sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (misalnya,
menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara
lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian
yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien
menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat
dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang
terkumpul. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di
sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala
septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri
tekan.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah
dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah
9
5. Pemeriksaan radiologi
Pada pemeriksaan foto polos dalam 10 hari pertama, tidak ditemukan
kelainan radiologis yang berarti, dan mungkin hanya ditemukan
pembengkakan jaringan lunak. Gambaran destruksi tulang dapat terlihat
setelah 10 hari (2 minggu). Pemeriksaan radioisotope akan
memperlihatkan penangkapan isotop pada daerah lesi.
10
1. Septikemia. Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotik yang
memadai, kematian akibat septikemia pada saat ini jarang terjadi
atau ditemukan.
2. Infeksi yang bersifat metastatik. Infeksi dapat bermetastase ke
tulang/ sendi lainnya, otak dan paru-paru, dapat bersifat
multifokal dan biasanya terjadi pada klien dengan status gizi
buruk.
3. Artritis supratif. Artritis supratif dapat terjadi pada bayi karena
lempeng epifis bayi (yang bertindak sebagai barier) belum
berfungsi dengan baik. Komplikasi terutama terjadi pada
osteomielitis hematogen akut di daerah metafisis yang bersifat
intra-kapsuler (mis ; pada sendi panggul) atau melalui infeksi
metastastatuk
4. Gangguan pertumbuhan. Osteomielitis hematogen akut pada bayi
dapat menyebabkan kerusakan lempeng epifisis sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan, tulang yang bersangkutan menjadi lebih
pendek. Pada anak yang lebih besar, akan terjadi hiperemia pada
daerah metafisis yang merupakan stimulasi bagitulang untuk
bertumbuh. Pada keadaan ini tulang bertumbuh lebih cepat dan
menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang.
5. Osteomielitis kronik. Apabila diagnosis dan terapi yang tepat
tidak dilakukan, osteomielitis akut akan berlanjut menjadi
osteomielitis kronis.
11
BAB III
3.1 Pengkajian
Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan
system musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan
adanya komplikasi pada tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis
meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik dan pengkajian psikososial.
A. Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
1. Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomor registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan
diagnosa medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus
osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode
PQRST :
Provoking Incident : hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma
pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya osteomielitis hematogen akut.
Quality of pain : rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien
bersifat menusuk.
Region, Radiation, Relief : nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar.
Severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
antara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4.
Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
B. Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh
darah, edema, hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar
12
sehingga pada fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi
tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi
bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah) dan pada osteomielitis akut
yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya
proses supurasi di tulang.
C. Riwayat penyakit dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-
lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat
ditemukan adanya riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-
obatan, atau pengobatan dengan imunosupresif.
D. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (local).
1. Keadaan umum meliputi :
a. Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, compos mentis
yang bergantung pada keadaan klien).
b. Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang,
dan pada kasus osteomielitis biasanya akut).
c. Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis
dengan komplikasi septicemia.
2. B1 (Breathing) : pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis
tidak mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan
taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak
didapatkan suara napas tambahan.
3. B2 (Blood) : pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi
menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi
didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
4. B3 (Brain) : Tingkat kesadaran biasanya compos mentis.
a. Kepala : tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
b. penonjolan, tidak ada sakit kepala)
c. Leher : tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,
d. refleks menelan ada).
13
e. Wajah : terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi
f. bentuk.
g. Mata : tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak
anemis
h. (pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi
perdarahan). Klien osteomielitis yang disertai adanya
malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva anemis.
i. Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan
normal.
j. tidak ada lesi atau nyeri tekan.
k. Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan
cuping hidung.
l. Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak
terjadi
m. perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
n. Pemeriksaan saraf kranial :
a) Saraf I : biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman
b) Saraf II : tes ketajaman penglihatan normal.
c) Saraf III, IV, dan VI :Biasanya tidak ada gangguan
mengangkat kelopak mata, pupil isokor.
d) Saraf V : klien osteomielitis tidak mengalami paralisis
pada otot wajah dan refleks kornea tidak ada kelainan.
e) Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal
dan wajah simetris.
f) Saraf VIII : tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli
presepsi.
g) Saraf IX dan X : kemampuan menelan baik
h) Saraf X : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus
dan trapezius.
i) Saraf XII : lidah simetris, tidak ada devisiasi pada satu
sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
14
Pemeriksaan refleks : biasanya tidak terdapat refleks
patologis
5. B4 (Bladder) : pengkajian keadaan urine meliputi, warna, jumlah,
karakteristik,dan berat jenis. Biasanya osteomielitis tidak mengalami
kelainan pada system ini.
6. B5 (Bowel) : inspeksi abdomen, bentuk datar, simetris, tidak ada
hernia. Palpasi, turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi, suara
timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi, peristaltik usus
normal (20x/menit). Inguinal-genitalia-anus : tidak ada hernia, tidak
ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan defekasi. Pola nutrisi dan
Metabolisme: klien osteomelitis harus mengonsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari-hari, sperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C,
dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang.
Evaluasi terhadap nutrisi klien dapat membantu menentukan
penyebab masalah musculoskeletal dan mengantisipasi komplikasi
dari nutrisi yang tidak adekuat, terutama kalsium dan protein.
Masalah nyeri pada osteomelitis menyebabkan klien kadang mual
atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang. Pola eliminasi:
tidak ada gangguan eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi,
konsistensi, warna, serta bau fases. Pada pola berkemih, dikaji
frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumalah urine.
7. B6 (Bone). Adanya osteomelitis hematogen akut akan
ditemukan gangguan pergerakan sendi karena pembekakan
sendi akan menggangu fungsi motorik klien. Kerusakan
integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai
dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
a. Look
Pada osteomelitis hematogen akut akan ditemukan
gangguan pergerakan sendi karena pembekan sendi dan
gangguan bertambah berat bila terjadi spasme local.
Gangguan pergerakan sendi juga dapat disebab kan oleh
efusi sendi atu infeksi sendi (arthritis septic). Secara
15
umum, klien osteolelitis kronis menunjukan adanya luka
khas yang disertai dengan pengeluaran pus atau cairan
bening yang berasal dari tulang yang mengalami infeksi
dan dan proses supurasi. Manifestasi klinis osteomelitis
akibat fraktur terbuka biasanya berupa demam, nyeri,
pembekakan pada daerah fraktur, dan sekresi pus pada
luka.
b. Feel.
Kaji adanya nyeri tekan.
c. Move
Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan
gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat
adalah gerakan aktif dan pasif. Pemeriksaan yang didapat
adalah adanya gangguan atau keterbatasan gerak sendi
pada osteomelitis akut.
8. Pola tidur dan istirahat. Semua klien osteomelitis merasak
nyeri sehingga dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur.,
suasana, kebiasaan, dan kesulitan serta penggunaan obat tidur.
3.2 Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
b. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi
dan keterbatasan menahan beban berat badan.
c. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan
abses tulang
d. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan proses
supurasi di tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi
inflamasi tulang.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam
bergerak
f. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
16
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa
nyaman
h. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi
penyakit dan pengobatan.
3.3 Intervensi
a. Nyeri yang berhubungan dengan proses supurasi di tulang dan
pembekan sendi
Tujuan: nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.
kriteria hasil : klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat di atasi,
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi
nyeri. Klien tidak gelisah. Skala nyeri 0-1 atau teratasi.
Intervensi Rasional
17
5. Ajarkan relaksasi: 5. Teknik ini melancarkan
teknik mengurangi peredaran darah sehingga
ketegangan otot rangka kebutuhan O2 pada jaringan
yang dapat mengurangi dapat terpenuhi dan nyeri
intensitas nyeri dan berkurang.
meningkatkan relaksasi
masase.
6. Mengalihkan perhatian klien
6. Ajarkan metode
terhadap nyeri ke hal-hal yang
distraksi selama nyeri
menyeangakan.
akut.
7. Istirahat merelaksasi semua
7. Beri kesempatan waktu
jaringan sehingga
istirahat bila terasa
meningkatkan kenyamanan.
nyeri dan beri posisi
yang nyaman.
8. Pengetahuan tersebut
8. Tingkatkan
membantu mengurangi nyeri
pengetahuan tentang
dan dapat membantu
penyebab nyeri dan
meningkatkan kepatuhan klien
hubungan dengan
terhadap rencana terapeutik.
berapa lama nyeri akan
berlangsung.
9. Analgetik memblok lintasan
9. Kolaborasi pemberian
nyeri sehingga nyeri akan
analgetik
berkurang.
18
4.) Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas
Intervensi Rasionalisasi
19
c. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan
abses tulang
Tujuan / Hasil Pasien : Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang
dialami
Kriteria Hasil: Mencapai waktu penyembuhan
Intervensi dan rasionalisasi:
Intervensi Rasionalisasi
20
indikasi 5. Mungkin diberikan secara
profilaktik sehubungan
dengan peningkatan resiko
infeksi pada prostatektom
21
dengan NaCl yang mudah di absorbsi oleh
dicampur dengan jaringa daripada larutan
antibiotic. anti septic. NaCl yang di
campur dengsn stibiotik
dapat mempercepat
penyembuhan luka
akibat infeksi
osteomelitis.
d. Lakukan nekrotomi d. Jaringan nekrotik dapat
pada jaringa yang menghambat
sudah mati penyembuhan luka
e. Rawat luka setiap hari e. Memberi rasa nyaman
atau setiap kali bila pada klien dan dapat
pembalut basah atau membantu peningkatan
kotor pertumbuhan jaringan
luka.
f. Hindarai pemakaian f. Pengendalian infeksi
perawatan luka yang nosokominal dengan
sudah kontak dengan menghindari
klien osteomelitis, kontaminasi langsung
jangan digunakan lagi dari perawatan luka
untuk melakukan yang tidak steril.
perawtan luka pada
klien lain
g. Gunakan perban elastic g. Pada klien osteomelitis
dan gips pada luka dengan kerusakan
yang disertai kerusakan tulang, stabilitas formasi
tulang atau pembekkan tulang sangat labil. Gips
sendi. dan perban elastic dapat
membantu memfiksasi
dan mengimobilisasi
sehingga dapat
22
mengurangi nyeri.
23
dari luka. yang sesuai dengan
kuman yang sensitive atau
resisten terhadap
beberapa jenis antibiotic.
5. Pemberian 5. Antimikroba yang sesuai
antibiotic/antimikroba dengan hasil kultur (
reaksi sensitive) dapat
membunuh atau
mematikan kuman yang
menginvasi jaringan
tulang.
24
fiisk yang memungkinkan
peningkatan kemampuan
otot bantu pernapasan
4. Kaji respon abdomen 4. Respon abdomen
setelah beraktivitas melipuit nadi, tekanan
darah, dan pernapasan
yang meningkat
5. Berikan kompres air 5. Kompres air hangat dapat
hangat mengurangi rasa nyeri
6. Beri waktu istirahat 6. Meningkatkan daya tahan
yang cukup pasien, mencegah
keletihan
25
3. Lakukan kompres dingin 3. Menurunkan panas
atau kantong es untuk melalui proses konduksi
menurunkan kenaikan serta evaporasi, dan
suhu tubuh. meningkatkan kenyaman
pasien.
4. Motivasi asupan cairan 4. Memperbaiki kehilangan
cairan akibat perspirasi
serta febris dan
meningkatkan tingkat
kenyamanan pasien
5. Kolaborasi pemberian 5. Antipiretik membantu
obat antipiretik sesuai mengontrol peningkatan
dengan anjuran suhu tubuh
26
pola lama dan sebanyak kebiasaan lama,
lingkungan baru stres dan ansietas dapat
berkurang
4. Cocokkan dengan teman 4. Menurunkan
sekamar yang kemungkinan bahwa
mempunyai pola tidur teman sekamar yang
serupa dan kebutuhan “burung hantu” dapat
malam hari menunda pasien untuk
terlelap atau
menyebabkan terbangun
5. Dorong beberapa 5. Aktivitas siang hari dapat
aktifitas fisik pada siang membantu pasien
hari, jamin pasien menggunakan energi dan
berhenti beraktifitas siap untuk tidur malam
beberapa jam sebelum hari
tidur
6. Instruksikan tindakan 6. Membantu menginduksi
relaksasi tidur
7. Kurangi kebisingan dan 7. Memberikan situasi
lampu kondusif untuk tidur
8. Gunakan pagar tempat 8. Pagar tempat tidur
tidur sesuai indikasi, memberikan keamanan
rendhkan tempat tidur dan dapat digunakan
bila mungkin untuk membantu
merubah posisi
9. Berikan sedatif, hipnotik 9. Mungkin diberikan untuk
sesuai indikasi membantu pasien tidur
atau istirahat selama
periode transisi dari
rumah ke lingkungan
baru
27
h. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi
penyakit dan pengobatan.
Tujuan / Hasil Pasien :Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan
memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria Evaluasi : Ekspresi wajah relaks
Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi Rasionalisasi
1. Jelaskan tujuan pengobatan 1. Mengorientasi program
pada pasien pengobatan. Membantu
menyadarkan klien untuk
memperoleh kontrol
2. Kaji patologi masalah 2. Informasi menurunkan takut
individu. karena ketidaktahuan.
3. Kaji ulang tanda / gejala 3. Memberika pengetahuan
yang memerlukan evaluasi dasar untuk pemahaman
medik cepat,contoh nyeri kondisi dinamik
dada tiba-tiba, dispnea,
distres pernapasan lanjut.
4. Kaji ulang praktik 4. Berulangnya pneumotorak
kesehatan yang baik, /hemotorak memerlukan
istirahat. intervensi medik untuk
mencegah / menurunkan
potensial komplikasi.
5. Kolaborasi obat sedatif 5. Mempertahanan kesehatan
sesuai dengan anjuran umum meningkatkan
penyembuhan dan dapat
mencegah
kekambuhan.rapeutik.
Banyak pasien yang
membutuhkan obat
28
penenang untuk mengontrol
ansietasnya
3.4 Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah
direncanakan
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan perencanaan berhasil di capai.
Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan :
a) Proses ( sumatif )
Fokusnya adalah aktifitas dari proses keperawatan dan kualitas
tindakan evaluasi dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan.
b) Hasil ( formatif )
fokusnya adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien
pada akhir tindakan keperawatan.
Evaluasi yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi :
a. Mengalami peredaan nyeri
1) Melaporkan berkurangnya nyeri
2) Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
3) Tidak mengalami ketidak nyamanan bila bergerak
b. Peningkatan mobilitas fisik
1) Berpartisipasi dalam aktifitas perawatan diri
2) Mempertahankan fungsi penuh ekstermitas yang sehat
3) Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu
dengan aman
c. Tidak terjadi perluasan infeksi
1) Memakai antibiotic sesuai resep
2) Suhu badan normal
3) Tidak ada pembengkakan
29
4) Tidak ada pus
5) Angka leukosit dan laju endap darah (LED) kembali normal
d. Integritas kulit membaik
1) Menyatakan kenyamanan
2) Mempertahankan intergritas kulit
3) Mempertahankan proses penyembuhan dalam batas normal
e. Mematuhi rencana terapeutik
1) Memakai antibiotic sesuai resep
2) Melindungi tulang yang lemah
3) Melakukan perawatan luka yang benar
4) Melaporkan bila ada masalah segera.
30
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS OSTEOMELITIS
4.2 Pengkajian
a. Identitas Umum
Nama : Tn. L
Usia : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
b. Riwayat penyakit sekarang
Tn. L mengeluh nyeri, demam, anoreksia pada kaki sebelah kiri.
c. Pemeriksaan fisik
Terdapat luka dan mengeluarkan pus di kaki sebelah kiri
bagian fibula sampai pedis, infeksi menyebar ke diafisis serta
terjadi sekuester, muka klien tampak meringis, skala nyeri 7
(1-10), nyeri yang dirasakan klien menyebar ke daerah paha
bagian atas, klien mengatakan nyeri yang dialami sangat
menganggunya apalagi kalau digerakan dan berkurang apabila
klien sudah minum obat dan tertidur.
31
d. Pemeriksaan penunjang
HB : 7gr/dl
leukosit : 16.600 gr/dl
PCV : 219
trombosit : 450.000
GDS : 260
Bakteri : Staphylococcus aureus positif.
DO: Osteomyelitis
1. Muka klien
tampak meringis
2. Skala nyeri 7 (1- Fagositosis
10)
32
Proses inflamasi
hyperemia,
pembengkakan,
gangguan fungsi,
pembentukan pus
dan kerusakan
integritas jaringan
Peningkatan tekanan
jaringan tulang dan
medulla
Pembentukan abses
tulang
Nyeri
DS: Faktor predisposisi; Kerusakan
1. Klien mengeluh luka infeksi integritas kulit
nyeri, anoreksia
pada kaki sebelah Invasi
kiri. mikroorganisme dari
tempat lain yang
DO: beredar melalui
1. Terdapat luka dan siklus darah
33
mengeluarkan pus di
kaki sebelah kiri Masuk kejuksta
bagian fibula sampai epifisis tulang
pedis, infeksi panjang
menyebar ke diafisis
serta terjadi sekuester Osteomyelitis
2. HB : 7gr/dl
Leukosit : 16.600 gr/dl Fagositosis
PCV : 219
Trombosit : 450.000
GDS : 260 Proses inflamasi
Bakteri: hyperemia,
staphylococcus aureus pembengkakan,
positif. gangguan fungsi,
pembentukan pus
dan kerusakan
integritas jaringan
Kemampuan tonus
otot menurun
Kelemahan fisik
Penekanan lokal
Kerusakan integritas
kulit
DS: Faktor predisposisi; Hambatan
1. Klien mengeluh
luka infeksi mobilitas
nyeri, anoreksia
fisik
pada kaki
Invasi
sebelah kiri.
34
2. Klien mengatakan mikroorganisme dari
nyeri yang dialami tempat lain yang
sangat menganggunya beredar melalui
apalagi kalau siklus darah
digerakan dan
berkurang setelah Masuk kejuksta
minum obat. epifisis tulang
DO: panjang
1. Terdapat luka dan
mengeluarkan pus di Osteomyelitis
kaki sebelah kiri
bagian fibula sampai Fagositosis
pedis, infeksi
menyebar ke diafisis
serta terjadi sekuester Proses inflamasi
2. Muka klien tampak hyperemia,
meringis pembengkakan,
3. Skala nyeri 7 (1-10). gangguan fungsi,
pembentukan pus
dan kerusakan
integritas jaringan
Kemampuan tonus
otot menurun
Kelemahan fisik
Hambatan
mobilitas fisik
35
4.4 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai
dengan skala nyeri 7 (1-10).
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan infeksi inflamasi tulang
ditandai dengan pus di kaki sebelah kiri bagian fibula sampai
pedis.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan skala nyeri 7 (1-10).
36
persepsi akan
intensitas rasa
sakit
4. Berikan aktivitas 4. Memfokuskan
hiburan. Mis; kembali
membaca, perhatian
berkunjung, dll mungkin dapat
meningkatkan
kemampuan
untuk
menanggulangi
5. Lakuka 5. Meningkatkan
tindakan paliatif. relaksasi atau
Mis; menurunkan
pengubahan ketegangan otot
posisi, messase,
rentang gerak
pada sendi yang
sakit
6. Intruksikan 6. Meningkatkan
klien/ dorong relaksasi dan
untuk perasaan sehat
menggunakan
viualisasi atau
bimbingan
imajinasi,
relaksasi
progresif, dan
teknik nafas
dalam
7. Kolaborasi 7. Memberikan
pemberian penurunan nyeri
37
analgetik/antipir atau tidak
ertik, analgesik nyaman dan
narkotik mengurangi
demam.
2 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk
integritas kulit tindakan mengetahui
berhubungan keperawatan 4x24 keadaan umum
infeksi inflamasi jam diharapkan klien
tulang ditandai Kerusakan 2. Kaji kerusakan 2. Menjadi data
dengan pus di kaki integritas kulit jaringan lunak dasar untuk
sebelah kiri bagian teratasi dengan memberi
fibula sampai kriteria : informasi
pedis. Integritas jaringan tentang
membaik secara intervensi
optimal. perawatan
luka, alat dan
jenis larutan
apa yang akan
digunakan
3. Lakukan
3.
perawatan
luka:
a. Lakukan a. Perawatan
perawatan luka dengan
luka dengan tehnik steril
tehnik steril dapat
mengurang
kontaminasi
kuman
langsung ke
area luka.
b. Kaji b. Tehnik
38
keadaan membuang
luka dengan jaringan dan
tehnik kuman di
membuka area luka
balutan dan sehingga
mengurangi keluar dari
stimulus area luka
nyeri. Bila
perban
melekat
kuat,
perban
diguyur
dengan
NaCl
c. NaCl
c. Tutup luka
merupakan
dengan
larutan
kasa steril
fisiologis
atau
yang lebih
kompres
mudah di
dengan
absorbsi
NaCl yang
oleh jaringa
dicampur
daripada
dengan
larutan anti
antibiotic.
septic. NaCl
yang di
campur
dengan
antibiotik
dapat mem-
percepat pe-
39
nyembuhan
luka akibat
infeksi
osteomelitis
d. Lakukan d. Jaringan
nekrotomi nekrotik
pada dapat meng-
jaringa hambat pe-
yang sudah nyembuhan
mati luka
e. Rawat luka e. Memberi
setiap hari rasa nyaman
atau setiap pada klien
kali bila dan dapat
pembalut membantu
basah atau peningkatan
kotor per-
tumbuhan
jaringan
luka.
f. Hindarai f. Pengendali-
pemakaian an infeksi
perawatan noso-
luka yang kominal
sudah dengan
kontak meng-
dengan hindari
klien osteo- kontaminasi
myelitis, langsung
jangan dari
digunakan perawatan
lagi untuk luka yang
40
melakukan tidak steril.
perawtan
luka pada
klien lain
g. Pada klien
g. Gunakan
osteomelitis
perban
dengan
elastic dan
kerusakan
gips pada
tulang,
luka yang
stabilitas
disertai
formasi
kerusakan
tulang
tulang atau
sangat labil.
pembekkan
Gips dan
sendi.
perban
elastic dapat
membantu
memfiksasi
dan
mengimobil
isasi
sehingga
dapat
mengurangi
nyeri.
h. Pemasangan
h. Evaluasi
perban
perban
elastic yang
elastic
terlalu kuat
terhadap
dapat
resolusi
menyebab-
edema
kan edema
41
pada daerah
distal dan
juga
menambah
nyeri padaa
klien.
i. Evaluasi i. Adanya
kerusakan batasan
jaringan waktu
dan per- selama 7x24
kembangan jam dalam
per- melakukan
tumbuhan perawatan
jaringan luka klien
dan lakukan ostemelitis
perubahan menjadi
intervensi tolak ukurr
bila pada ke-
waktu yang berhasilan
ditetapkan intervensi
tidak ada yang
perkemban diberikan .
gan apabila
jaringan masih
yang belum
optimal. mencapai
kreteria
hasil,
sebaiknya
kaji ulang
faktor-
faktor yang
42
meng-
hambat per-
tumbuhan
jaringan
luka.
4. Kolaborasi 4. Bedah
dengan tim perbaikan
bedah untuk terutama pada
bedah klien fraktur
perbaikan pada terbuka luas
kerusakan sehingga
jaringan agar menjadi pintu
tingkat masuk kuman
kesembuhan yang ideal.
dapat Bedah
dipercepat. perbaikan
biasanya
dilakukan
setelah
masalah
infeksi
osteomelitis
teratasi.
5. Pemeriksaan 5. Manajemen
kultur jaringan untuk
(pus) yang mentukan anti
keluar dari mikroba yang
luka. sesuai dengan
kuman yang
sensitive atau
resisten
terhadap
43
beberapa jenis
antibiotic.
6. Pemberian 6. Antimikroba
antibiotic/antim yang sesuai
ikroba dengan hasil
kultur ( reaksi
sensitive)
dapat
membunuh
atau
mematikan
kuman yang
menginvasi
jaringan
tulang.
3 Hambatan Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk
mobilitas fisik tindakan mengetahui
berhubungan keperawatan 3x24 keadaan
dengan nyeri jam hambatan umum klien
ditandai dengan mobilitas fisik 2. Jelaskan 2. Merokok,
skala nyeri 7 teratasi dengan aktivitas dan suhu ekstrim
(1-10). kriteria : faktor yang dan stress
1. Klien dapat menyebabkan
menunjukkan meningkatkan vasokonstruksi
peningkatan kebutuhan pembuluh
toleransi oksigen garah dan
terhadap peningkatan
aktifitas. beban jantung
2. Menurunnya 3. Anjurkan 3. Mencegah
keluhan program hemat penggunaan
terhadap energy energi
kelemahan, dan berlebihan
44
kelelahan 4. Buat jadwal 4. Mempertahan
dalam aktifitas harian, kan
melakukan tingkatkan pernapasan
aktifitas, secara bertahap lambat dengan
berkurangnya tetap
nyeri. mempertahan
kan latihan
fiisk yang me
mungkinkan
peningkatan
kemampuan
otot bantu
pernapasan
5. Kaji respon 5. Respon
abdomen abdomen
setelah melipuit nadi,
beraktivitas tekanan darah,
dan
pernapasan
yang
meningkat
6. Beri waktu 6. Meningkatkan
istirahat yang daya tahan
cukup. pasien,
mencegah
keletihan.
45
4.6 Pertanyaan kasus 2
1. Tindakan keperawatan yang pertama kali dilakukan pada kasus
tersebut?
2. Diagnosa keperawatan yang muncul ?
3. Pemeriksaan penunjang untuk kasus tersebut?
4. Apa hubungnnya anemia dengan kasus? Dan kenapa pcv nya bisa
219?
5. Apa komplikasi dari penyakit tersebut ?
6. Apa penyebab luka mengeluarkan pus?
7. Apa yang menyebabkan sekuester ?
8. Apa yang di derita pasien ada hubungannya dengan gula darah
meningkat ?
Jawaban kasus 2
1. Nyeri : ajarkan tekhnik relaksasi distraksi
Luka : evaluasi luka dan lakukan tindakan antiseptic sesuai sop
2. a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai
dengan skala nyeri 7 (1-10).
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan infeksi inflamasi tulang
ditandai dengan pus di kaki sebelah kiri bagian fibula sampai
pedis.
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan skala nyeri 7 (1-10).
3. Pemeriksaan darah, pemeriksaan MRI, sinar x, kultur darah atau
abses
4. Dari hasil pemeriksaan pcv + Hb pasien sudah mengalami anemia,
khususnya pada area tulang kaki jadi karena infeksi proses
penyembuhannya lama.
5. Bisa menyebabkan kanker kulit jenis sel nya skuomosa, kematian
tulang.
6. Karena luka sudah mengalami infeksi yang menyebar ke diapisis.
7. Karena bakteri stephilococcus aureus sudah masuk kedalam tulang
karena infeksi bakteri.
46
8. Karena pada saat sakit tubuh akan mengeluarkan hormon stress dan
liver/hati mengeluarkan glukosa untuk melawan penyakit sebagai
energi yang menyebabkan gula darah meningkat.
47
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati).
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah)
dari fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi
terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana
terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak,
sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil,
demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran
hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi
tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan
operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis
pascaoperasi.
B. Saran
1. Tenaga Keperawatan
Diharapkan mampu memahami tentang penatalaksanaan pada
pasien dengan osteomyelitis.
2. Mahasiswa
48
DAFTAR PUSTAKA
Anjarwati, Wangi (2010), tulang dan tubuh kita, Getar hati: Yogyakarta
Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan
system muskuloskletal. Jakarta: EGC
Muttaqin, arif. 2009 Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system
muskuloskletal. Jakarta. EGC
Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis. Nanda Nic-
Noc. 2015
Suratun. at all.2009. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Seri
Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
49