Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY

D DENGAN DIAGNOSA FRACTURE FEMUR SINISTRA DI INSTALASI GAWAT


DARURAT RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Gawat Darurat

Pembimbing Akademik :
Ns. Harmilah, S.Pd, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB

Disusun oleh :
Titalia Aurelie Nur Cahyani (P07120522062)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah yang Berjudul “Laporan


Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny D dengan Diagnosa
Fracture Femur Sinistra di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr Soeradji
Tirtonegoro”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Keperawatan Gawat Darurat

Nama : Titalia Aurelie Nur Cahyani

Hari/tanggal :

Tempat : Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr Soeradji


Tirtonegoro

Mengetahui,

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

(Ns. Harmilah, S.Pd, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB) ( )


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur merupakan terputus atau rusaknya kontinuitas jaringan tulang yang
disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
oleh tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung, kekuatan yang
meremukkan, gerakkan memuntir yang mendadak atau bahkan karena kontraksi otot
yang ekstrem (Brunner & Suddart, 2016). Fraktur merupakan istilah dari hilangnya
kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian, biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Helmi, 2016).
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang paha yang dapat disebabkan
oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi
tulang/osteoporosis. Hilangnya kontinuitas tulang paha tanpa atau disertai adanya
kerusakan jaringan lunak seperti otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah .
Fraktur femur dapat menyebabkan komplikasi, morbiditas yang lama dan juga
kecacatan apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik. Komplikasi yang 9
timbul akibat fraktur femur antara lain perdarahan, cedera organ dalam, infeksi luka,
emboli lemak, sindroma pernafasan, selain itu pada daerah tersebut terdapat pembuluh
darah besar sehingga apabila terjadi cedera pada femur akan berakibat fatal, oleh
karena itu diperlukan tindakan segera (Suriya & Zurianti, 2019).
Penyebab utama fraktur adalah peristiwa trauma tunggal seperti benturan,
pemukulan, terjatuh, posisi tidak teratur atau miring, dislokasi, penarikan, kelemahan
abnormal pada tulang (fraktur patologik) (Noorisa, 2017). Dampak lain yang timbul
pada fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada bagian tubuh yang terkena cidera,
merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa nyeri. Nyeri terjadi akibat luka yang
mempengaruhi jaringan sehat. Nyeri mempengaruhi homeostatis tubuh yang akan
menimbulkan stress, ketidaknyamanan akibat nyeri harus diatasi apabila tidak diatasi
dapat menimbulkan efek yang membahayakan proses penyembuhan dan dapat
menyebabkan kematian (Septiani, 2015). Seseorang yang mengalami nyeri akan
berdampak pada aktivitas sehari-hari seperti gangguan istirahat tidur, intoleransi
aktivitas, personal hygine, gangguan pemenuhan nutrisi (Potter & Perry, 2015).
Penatalaksanaan pada fraktur dengan tindakan operatif atau pembedahan.
Penatalaksanaan fraktur tersebut dapat mengakibatkan masalah atau komplikasi
seperti kesemutan, nyeri, kekakuan otot bengkak atau edema serta pucat pada anggota
gerak yang di operasi (Carpintero, 2016). Manajemen untuk mengatasi nyeri dibagi
menjadi 2 yaitu manajemen farmakologi danmanajemen non farmakologi.
Manajemen farmakologi dilakukan antara dokter dan perawat, yang menekankan pada
pemberian obat yang mampu menghilangkan rasa nyeri, manajemen non farmakologi
teknik yang dilakukan dengan cara pemberian kompres hangat, teknik relaksasi,
imajinasi terbimbing, distraksi, stimulus saraf elektrik transkutan, stimulus terapi
musik dan massage yang dapat membuat nyaman karena akan merileksasikan otot
otot sehingga sangat efektif untuk meredakan nyeri (Mediarti, 2015).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menyusun laporan kasus pada
Ny. D dengan diagnosa Fracture Femur Sinistra di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien
Ny. D dengan diagnosa Fracture Femur Sinistra di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum : Diketahuinya asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien
Ny. D dengan diagnosa Fracture Femur Sinistra di Instalasi Gawat Darurat RSUP
Dr. Soeradji Tirtonegoro
2. Tujuan Khusus :
a. Diketahuinya data kasus Ny. D dengan diagnosa Fracture Femur Sinistra
secara komprehensif di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
b. Diketahuinya diagnose keperawatan Ny. D dengan diagnosa Fracture Femur
Sinistra secara tepat di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
c. Diketahuinya intervensi keperawatan Ny. D dengan diagnosa Fracture Femur
Sinistra secara komprehensif di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
d. Diketahuinya penatalaksanaan Ny. D dengan diagnosa Fracture Femur
Sinistra secara komprehensif di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
e. Diketahuinya evaluasi keperawatan Ny. D dengan diagnosa Fracture Femur
Sinistra secara komprehensif di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Fracture Femur Sinistra


1. Definisi
Fraktur adalah suatu kondisi yang terjadi ketika keutuhan dan kekuatan
dari tulang mengalami kerusakan yang disebabkan oleh penyakit invasif atau
suatu proses biologis yang merusak (Kenneth et al., 2017). Fraktur atau patah
tulang disebabkan karena trauma atau tenaga fisik, kekuatan dan sudut dari tenaga
tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang merupakan penentu
apakah fraktur terjadi lengkap atau tidak lengkap (Astanti, 2017) Menurut
Smeltzer (2018), fraktur adalah gangguan komplet atau tak-komplet pada
kontinuitas struktur tulang dan didefinisikan sesuai jenis keluasannya (Smeltzer,
2018).
Fraktur femur adalah diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa terjadi
akibat trauma secara langsung (kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian),
dan biasanya lebih banyak dialami laki-laki dewasa (Desiartama, 2017).

2. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya remuk, gerakan punter
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Umumnya fraktur disebabkan oleh
trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Pada orang tua,
perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada laki-laki yang berhubungan
dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan
hormon pada menopause (Lukman & Ningsih, 2019). Penyebab fraktur menurut
Andini, 2018 dapat dibedakan menjadi:
a. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan
2) Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
b. Fraktur patologik
Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor
mengakibatkan :
1) Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
2) Infeksi seperti osteomielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
3) Rakitis
4) Secara spontan disebabkan oleh stres tulang yang terus menerus
Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja,
kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat
faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi (Noorisa dkk, 2017).

3. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur femur menurut Kusuma (2015), yaitu :
a. Fraktur intrakapsuler femur/ fraktur collum femoris
Fraktur collum femoris adalah fraktur yang terjadi di sebelah
proksimal linea intertrichanterica pada daerah intrakapsular sendi panggul.
b. Fraktur subtrochanter
Fraktur subtrochanter merupakan fraktur yang terjadi antara trochanter
minor dan di dekat sepertiga proksimal corpus femur. Fraktur dapat meluas ke
proksimal sampai daerah intertrochanter. Fraktur ini dapat disebabkan oleh
trauma berenergi tinggi pada pasien muda atau perluasan fraktur
intertrochanter kearah distal pada pasien manula.
c. Fraktur intertrochanter femur
Fraktur intertrochanter adalah fraktur yang terjadi diantara trochanter
major dan minor sepanjang linea intertrichanterica, diluar kapsul sendi.
Trauma berenergi tinggi dapat menyebabkan fraktur tipe ini pada pasien
muda. Pada keadaan ini, fraktur introchanter biasanya menyertai fraktur
compus (shaft) femoralis.
d. Fraktur corpus femoris / fraktur batang femur
Fraktur corpus femoris adalah fraktur diafisis femur yang tidak
melibatkan daerah artikular atau metafisis. Fraktur ini sering berhubungan
dengan trauma jaringan lunak yang berat dan pada saat yang bersamaan terjadi
luka terbuka.
Batang femur didefinisikan sebagai bagian yang memanjang dari
trokanter hingga kondil. Sebagian besar fraktur batang femur disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas atau trauma industri, khususnya kecelakaan yang
melibatkan kecepatan tinggi atau kekuatan besar.
e. Fraktur suprakondilar femur
Fraktur femur suprakondilar melibatkan aspek distal atau metafisis
femur. Daerah ini mencakup 8 sampai 15 cm bagian distal femur. Fraktur ini
sering melibatkan permukaan sendi. Pada pasien berusia muda, fraktur ini
biasanya disebabkan oleh trauma berenergi tinggi seperti tertabrak mobil.
Fraktur suprakondilar femur lebih jarang dibandingkan fraktur batang femur.

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur menurut Smeltzer (2018) meliputi :
1. Nyeri akut terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
2. Kehilangan fungsi
3. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
4. Pemendekan ekstremitas. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
5. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
6. Edema lokal
7. Ekimosis
5. Pathway
Trauma, Patologis, Degenerasi, Spontan

Dekontinuitas tulang

Fraktur Nyeri Akut Gangguan


Pola Tidur

Kerusakan Perdarahan di Kehilangan cairan/ Tindakan operasi


Integritas Tulang periosterum perdarahan ORIF

Syok hipovolemik Luka terbuka (pasang


Cedera Vasikuler Kerusakan
pen, plat, kawat)
jaringan di ujung
tulang
Kerusakan rangka Kekurangan
volume cairan Luka operasi
neuromuskuler (terputusnya
Hematoma di kontinuitas jaringan)
kanal medulla
Diberikan infus
Gangguan dan transfusi darah
Mobilitas Fisik Kurang informasi
Peradangan
(dolor. Kalor, Risiko Infeksi
rubor, tumor, Defisit pengetahuan
fungsiolaesa)

Perubahan fungsi jaringan

Gangguan Integritas
kulit/jaringan

(Sumber : SDKI, 2017)


6. Patofisiologi
Pada kondisi trauma, diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan batang
femur individu dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi karena trauma langsung
dan tidak langsung pada pria muda yang mengalami kecelakaan kendaraan
bermotor atau jatuh dari ketinggian. Kondisi degenerasi tulang (osteoporosis) atau
keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur patologis tanpa riwayat trauma,
memadai untuk mematahkan tulang femur (Muttaqin, 2015).
Kerusakan neurovaskular menimbulkan manifestasi peningkatan risiko syok,
baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak ke dalam jaringan
maupun syok neurogenik karena nyeri yang sangat hebat yang dialami klien.
Respon terhadap pembengkakan yang hebat adalah sindrom kompartemen.
Sindrom kompartemen adalah suatu keadaan terjebaknya otot, pembuluh darah,
jaringan saraf akibat pembengkakan lokal yang melebihi kemampuan suatu
kompartemen/ruang lokal dengan manifestasi gejala yang khas, meliputi keluhan
nyeri hebat pada area pembengkakan, penurunan perfusi perifer secara unilateral
pada sisi distal pembengkakan, CRT (capillary refill time) lebih dari 3 detik pada
sisi distal pembengkakan, penurunan denyut nadi pada sisi distal pembengkakan
(Muttaqin, 2015).
Kerusakan fragmen tulang femur menyebabkan gangguan mobilitas fisik dan
diikuti dengan spasme otot paha yang menimbulkan deformitas khas pada paha,
yaitu pemendekan tungkai bawah. Apabila kondisi ini berlanjut tanpa dilakukan
intervensi yang optimal akan menimbulkan risiko terjadinya malunion pada
tulang femur (Muttaqin, 2015).

7. Komplikasi
Komplikasi Awal :
a. Syok
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat perdarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun interna) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang
rusak (Smeltzer, 2018).
b. Sindrom emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darah karena
tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena
katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam
lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah. Globula
lemak akan bergabung dengan trombosit membentuk emboli, yang kemudian
menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal, dan organ
lain. Awitan gejalanya yang sangat cepat dapat terjadi dari beberapa jam
sampai satu minggu setelah cedera, namun paling sering terjadi dalam 24
sampai 72 jam (Smeltzer, 2018).
c. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan
dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk jaringan, bisa disebabkan
karena penurunan kompartemen otot (karena fasia yang membungkus otot
terlalu ketat atau gips atau balutan yang menjerat) atau peningkatan isi
kompartemen otot (karena edema atau perdarahan) (Smeltzer, 2018).
Komplikasi Lambat :
a. Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan Penyatuan terlambat terjadi bila
penyembuhan tidak terjadi dengan kecepatan normal. Penyatuan terlambat
mungkin berhubungan dengan infeksi sistemik dan distraksi (tarikan jauh)
fragmen tulang.
b. Nekrosis avaskuler tulang Nekrosis avaskuler terjadi bila tulang kehilangan
asupan darah dan mati. Tulang yang mati mengalami kolaps atau diabsorpsi
dan diganti dengan tulang baru (Smeltzer, 2018).
c. Reaksi terhadap alat fiksasi interna Alat fiksasi interna biasanya diambil
setelah penyatuan tulang telah terjadi, namun pada kebanyakan pasien alat
tersebut tidak diangkat sampai menimbulkan gejala. Masalah yang dapat
terjadi meliputi kegagalan mekanis (pemasangan dan stabilisasi yang tidak
memadai), kegagalan material (alat yang cacat atau rusak), berkaratnya alat,
respon alergi terhadap campuran logam yang dipergunakan (Smeltzer, 2018).

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur dapat dapat dilakukan dengan empat cara yaitu:
reduksi, traksi, imobilisasi dan pembedahan (Smeltzer & Bare, 2018) :
a. Reduksi
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang
pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi fraktur dilakukan sesegera
mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat
infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi
fraktur menjadi semakin sulit dilakukan bila cedera sudah mulai mengalami
penyembuhan. Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus
dipersiapkan untuk menjalani prosedur, dan analgetika diberikan sesuai
ketentuan, mungkin perlu dilakukan anastesia. Ekstremitas yang akan
dilakukan manipulasi harus ditangani dengan lembut untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut.
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya dengan manipulasi dan traksi manual. Ekstremitas dipertahankan
dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat lain dipasang.
Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan ekstremitas untuk
penyembuhan tulang. Reduksi terbuka digunakan pada fraktur tertentu dengan
memakai alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau
batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang
dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. Traksi dapat
digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi
disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
b. Traksi
Traksi adalah cara penyembuhan fraktur yang bertujuan untuk
mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat
mungkin. Metode pemasangan traksi terdiri dari traksi manual dan traksi
mekanik. Traksi mekanik ada dua macam yaitu traksi kulit dan traksi skeletal.
Traksi kulit dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain,
misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban kurang daru 5
kg. Traksi skeletal merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang
merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi
dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
c. Imobilisasi fraktur
Setelah fraktur direduksi fragmen tulang harus diimobilisasi atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna atau eksterna.
Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu.
Metode fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau
batangan logam
d. Pembedahan
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak
keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut
fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada
tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik
menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-
fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi
dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah
direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alatalat ortopedik
berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.
Prinsip penanganan fraktur dikenal dengan empat R yaitu :
a. Rekognisi, yaitu menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian dan
kemudian di rumah sakit.
b. Reduksi, yaitu usaha serta tindakan memanipulasi fragmen tulang yang
patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya.
c. Retensi, yaitu aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang untuk
mempertahankan reduksi harus melewati sendi diatas dan sendi dibawah
fraktur.
d. Rehabilitasi, yaitu pengobatan dan penyembuhan fraktur (Price & Wilson,
2012).

9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnosik yang dilakukan pada pasien dengan fraktur antara lain
(Smeltzer & Bare, 2018) :
a. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran tiga
dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan dua
proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan
proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi
yang dicari karena adanya superposisi. Hal yang harus dibaca pada x-ray:
bayangan jaringan lunak, tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi
periosteum atau biomekanik atau juga rotasi, trobukulasi ada tidaknya rare
fraction, sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan
osteoblastik dalam membentuk tulang. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase,
Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase
yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
c. Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi. Biopsi tulang dan otot: pada intinya
pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila
terjadi infeksi. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang
diakibatkan fraktur. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau
sobek karena trauma yang berlebihan. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini
didapatkan adanya infeksi pada tulang. MRI: menggambarkan semua
kerusakan akibat fraktur.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan pada pasien dengan Fraktur Femur Sinistra adalah sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah suatu proses untuk mengumpulkan
informasi dari pasien, membuat data dasar tentang pasien, dan membuat catatan
tentang respons kesehatan pasien. Pengkajian yang komperehensif atau
menyeluruh, sistematis, yang logis akan mengarah dan mendukung pada
identifikasi masalah-masalah pasien. Masalah-masalah ini dengan menggunakan
data pengkajian sebagai dasar formulasi yang dinyatakan sebagai diagnosa
keperawatan (Dokumentasi Keperawatan, 2017), yang meliputi sebagai berikut
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status pernikahan, suku bangsa, nomor register, tanggal dan jam
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Identitas Penganggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien
b. Pengkajian Primer
1) Airway
Pada pengkajian Airway, Penilaian kelancaran airway pada klien yang
mengalami fraktur meliputi, pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas
atau fraktur di bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus
memproteksi tulang servikal karena itu tehnik Jaw Thurst dapat digunakan
pasien dengan gangguan kesadaran atau GCS kurang dari 8 biasanya
memerlukan pemasangan airway definitif (Krisanty p, 2018).
2) Breathing
Pengkajian pada pernapasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan
napas dan keadekuatan pernapasan pada pasien
a) Look
1. Lihat pengembangan dada
2. Retraksi intercostal
3. Penggunaan otot aksesoris pernapasan
b) Listen
1. Apakah terdengar suara napas
2. Bunyi napas (Ngorek, bersiul, megak dan lainlain)
3. Suara napas tambahan (ronchi, wheezing, rales, dll)
c) Feel
1. Apakah ada hembusan darah dari hidung
2. Frekuensi napas
3) Circulation
Pada pengkajian kegawatdaruratan pada pasien fraktur femur,
dilakukan penilaian terhadap fraktur ketika mengevaluasi sirkulasi maka
yang harus diperhatikan di sini adalah volume darah, pendarahan, dan
cardiac output. Pendarahan sering menjadi permasalahan utama pada
kasus patah tulang, terutama patah tulang terbuka. Patah tulang femur
dapat menyebabkan kehilangan darah dalam paha 3 – 4 unit darah dan
membuat syok kelas III. Menghentikan pendarahan yang terbaik adalah
menggunakan penekanan langsung dan meninggikan lokasi atau
ekstrimitas yang mengalami pendarahan di atas level tubuh. Pemasangan
bidai yang baik dapat menurunkan pendarahan secara nyata dengan
mengurangi gerakan dan meningkatkan pengaruh tamponade otot sekitar
patahan. Pada patah tulang terbuka, penggunaan balut tekan steril
umumnya dapat menghentikan pendarahan. Penggantian cairan yang
agresif merupakan hal penting disamping usaha menghentikan pendarahan.
(Kristanty P, 2018).
4) Dissability
Pada Pengkajian dissability dilakukan pengkajian neurologi, untuk
mengetahui kondisi umum pasien dengan cepat mengecek tingkat
kesadaran pasien dan reaksi pupil pasien.
Menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat
terhadap keadaan neurologis. yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran,
ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinal.
5) Exposure
Pada pengkajian exposure, Pasien harus dibuka keseluruhan
pakaiannya, seiring dengan cara menggunting, guna memeriksa dan
evaluasi pasien. setelah pakaian dibuka, penting bahwa pasien diselimuti
agar pasien tidak hipotermia. pemeriksaan tambahan pada pasien dengan
trauma muskuloskeletal seperti fraktur adalah imobilisasi patah tulang dan
pemeriksaan radiologi.
c. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan dulu Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan
penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut
akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang
menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung.
Selain itu, penyakit diabetes dengan luka sangat beresiko terjadinya
osteomielitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat
proses penyembuhan tulang.
b) Riwayat kesehatan sekarang Untuk memperoleh data pengkajian yang
lengkap mengenai data pasien digunakan PQRST:
1. Proboking insiden: Apa yang menjadi faktor nyeri. Pada pasien
post fraktur, nyeri dirasakan akibat adanya luka proses
pembedahan.
2. Quality of pain: Seperti apa nyeri yang dirasakan pasien, seperti
tersayat-sayat/tertusuk-tusuk.
3. Region Radiation of pain: Berada pada daerah mana nyeri terasa,
apakah nyeri berada hanya di satu titik atau menyebar. Pada pasien
fraktur, nyeri terasa pada bagian luka fraktur.
4. Severity/scale of pain: Nyeri yang dirasakan pasien fraktur berada
pada skala sedang-berat.
5. Time: Waktu dimana pasien merasa nyeri. Pada pasien fraktur,
nyeri dirasakan saat bagian fraktur digerakkan
c) Riwayat kesehatan keluarga
keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang seperti diabetes,
osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker
tulang yang cenderung diturunkan secara genetik. Kemungkinan lain
anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang dialami klien
atau gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan
gangguan hormonal seperti:
1. Obesitas
2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
3. Kelainan pada kelenjar tiroid
4. Diabetes mellitus
5. Infertilitas
2) Riwayat dan Mekanisme Trauma
Pasien akan mengatakan awal mula sakit sampai harus dibawa ke rumah
sakit
3) Pemeriksaan Fisik
Menurut (Muttaqin 2015) ada dua macam pemeriksaan fisik yaitu
pemeriksaan fisik secara umum (status general) untuk mendapatkan
gambaran umum dan pemeriksaan setempat (Status local). Hal ini
diperlukan untuk dapat melaksanakan perawatan total (total care).

a) Status General
1. Keadaan umum
a. Kesadaran pasien yaitu apatis, sopor, koma, gelisah dan
komposmentis.
b. Kesakitan, keadaan penyakit yaitu akut, kronik, ringan,
sedang, berat, dan pada kasus fraktur biasanya akut.
2. Tanda- tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
3. Pemeriksaan dari kepala ke ujung jari kaki atau tangan harus
diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neurovaskuler
b) Status Lokal
1. Look
Yaitu melihat adanya suatu deformitas (angulasi atau membentuk
sudut, rotasi atau pemutaran dan pemendekan), jejas, tulang yang
keluar dari jaringan lunak, sikatrik (jaringan parut baik yang
alami maupun buatan seperti bekas operasi), warna kulit,
benjolan, pembengkakan atau cekungan dengan hal-hal yang
tidak biasa (abnormal) serta posisi dan bentuk dari ekstremitas
(deformitas).
2. Feel
Yaitu adanya respon nyeri atau ketidaknyamanan, suhu disekitar
trauma, fluktuasi pada pembengkakan, nyeri tekan (tenderness),
krepitasi, letak kelainan (sepertiga proksimal, tengah atau distal).
3. Move
Yaitu gerakan abnormal ketika menggerakkan bagian yang
cedera dan kemampuan Range Of Motion (ROM) mengalami
gangguan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (DPP PPNI, 2017). Diagnosa berdasarkan
SDKI adalah :
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (mis amputasi,
terbakar, abses, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan) (D.0077)
b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan Integritas Struktur
Tulang (D.0054)
c. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanis
(diskonituitas jaringan tulang) (D.0129)
d. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan Penurunn arteri dan/atau
Vena (D.0009)
e. Risiko Jatuh yang dibuktikan dengan Kekuatan Otot Menurun (D.0143)
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan SIKI adalah :
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI (I.08238)
Etiologi : asuhan keperawatan 1 x 8 jam, Observasi
1. Agen Pencedera maka tingkat nyeri menurun a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas nyeri
Fsiologis b. Identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil :
2. Agen Pencedera c. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Kimiawi a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun Terapeutik :
3. Agen Pencedera Fisik
c. Gelisah menurun a. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

d. Sulit tidur menurun (napas dalam)


e. Pola tidur membaik b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

(L.08066) c. Fasilitasi istirahat dan tidur


Edukasi :
a. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(napas dalam)
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Gangguan Integritas Jaringan Setelah dilakukan tindakan PERAWATAN INTEGRITAS KULIT (I.11353)
(D.0129) asuhan keperawatan 1 x 8 jam, Observasi :
Penyebab : maka intergritas kulit dan a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
1. Perubahan sirkulasi sirkulasi, perubahan status nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu
jaringan meningkat kriteria
2. Perubahan status nutrisi lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
3. Kekurangan/kelebihan hasil: Terapeutik :
a. Kerusakan jaringan
volume cairan menurun a. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
4. Penurunann mo ilitas b. Nyeri menurun b. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
5. Bahan kiia iritatif (L.14125) c. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode
6. Suh lingkungan yang diare
ekstrem d. Gunakan produk berbahan petrolium  atau minyak pada kulit
7. Faktor mekanis/faktor kering
elektris e. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
8. Efek samping radiasi sensitif
9. Kelembababn f. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
10. Proses penuaan Edukasi :
11. Neuropati perifer a. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
b. Anjurkan minum air yang cukup
c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
e. Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
f. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada
diluar rumah

Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan DUKUNGAN AMBULASI (I.06171)


(D.0074) asuhan keperawatan 1 x 8 jam, Observasi :
Etiologi : maka Gangguan mobilitas fisik a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
1. Kerusakan integritas b. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
meningkat kriteria hasil:
struktur tulang Terapeutik :
2. Perubahan metabolisme a. Pergerakan ektremitas a. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar
3. Ketidakbugaran fisik meningkat tempat tidur)
4. Penurunan kendali otot b. Rentang gerak meningkat b. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
5. Penurunan massa otot c. Nyeri menurun c. Libatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan
6. Penurunan kekuatan d. Kelemahan fisik menurun pergerakan
otot (L.05042) Edukasi :
7. Keterlambatan a. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
perkembangan b. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
8. Kekuatan sendi c. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
9. Kontraktur
10. Malnutrisi
11. Gangguan
muskuloskeletal
12. nyeri

Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi


(D.0009) keperawatan selama 1x 8 jam ( 1.02079)
Etiologi : diharapkan tingkat jatuh Observasi
1. hiperglikemia menurun dengan kriteria hasil : 1. Monitor tanda-tanda vital
2. penurunan konsentrasi a. Jatuh dari tempat tidur 2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
hemoglobin menurun 3. Monitor perubahan pada ekstermitas, nyeri atau suhu tubuh
3. peningkatan tekanan b. Jatuh saat dipindahkan Terapeutik
darah menurun a. Lakukan perawatan kaki dan kuku
4. kekurangan volume (L.02011) b. Lakukan hidrasi
cairan Edukasi
5. penurunan aliran arteri a. Anjurkan berolahraga rutin
dan/atau vena b. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
6. kurang terpapar c. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
informasi d. Anjurkan menghabiskan diet yang diberikan
7. kurang aktivitas fisik

Risiko Jatuh (D.0143) Setelah dilakukan tindakan PENCEGAHAN JATUH ( 1.14540)


Faktor risiko : asuhan keperawatan 1 x 8 jam, Observasi
1. Usia ≥ 65 tahun pada maka Gangguan mobilitas fisik a. Identifikasi faktor risiko jatuh
dewasa atau ≥ 2 tahun b. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift
meningkat kriteria hasil:
pada anak c. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh
2. Anggota gerak bawah a. Pergerakan ektremitas d. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala
prostesis meningkat e. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda
3. Penggunaan alat bantu b. Rentang gerak meningkat Terapeutik
berjalan c. Nyeri menurun a. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
4. Penurunan tingkat d. Kelemahan fisik menurun b. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi
kesadaran (L.05042) terkunci
5. Perubahan fungsi c. Pasang handraill tempat tidur
kognitif d. Alur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
6. Lingkungan tidak aman e. Tempatkan pasien beresiko jatuh dekan dengan pantauan perawat
7. Kondisi pasca operasi f. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
8. Hipotensi ortostatik Edukasi
9. Perubahan kadar glukosa e. Anjurkan untuk memanggil perawat jika membutuhkan bantuan
darah untuk berpindah
10. Anemia f. Anjurkan menjaga konsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien. Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
(Setiadi, 2012).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan
untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Manurung, 2011).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
1. Pengkajian
Pengkajian Umum
Tanggal pengkajian : 10 Januari 2023
Jam : 09.00 WIB
Oleh : Titalia Aurelie Nur Cahyani / P07120522062
Sumber Data : Pasien, keluarga pasien, rekam medis dan tim kesehatan
Metode Pengumpulan Data : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi
dokumen

A. Identitas Pasien
Nama lengkap : Ny D
Tempat/tanggal lahir : Klaten, 25 Juli 1951
Status perkawinan : Menikah
Agama/suku : Islam/Jawa
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Dx medis : Fraktur Femur Sinistra

B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. T
Hubungan dengan pasien : Anak
Alamat : Klaten
Pekerjaan :Wiraswasta
Pengkajian Data Dasar
A. Primarry Assesment
Airway : Jalan napas paten, lidah tidak jatuh kebelakang, tidak terdapat benda
asing pada jalan napas, ridak terdapat nyeri telan, tidak terdapat suara
nafas tambahan
Breathing : Pola nafas pasien efektif, Klien mengatakan tidak sesak saat bernafas,
dengan frekuensi nafas 20 x/menit dengan irama teratur, tidak
menggunakan otot bantu napas, tidak terdapat suara nafas tambahan,
saturasi oksigen 99%.
Circulation : Tidak terdapat sianosis, nadi 89 x/menit teraba kuat, dan irama teratur,
untuk tekanan darah 172/96 mmHg dengan suhu 36, °C, dengan
Capilary refill < 2 detik, akral hangat dibagian ekstremitas saat di
palpasi, turgor kulit sedang, warna kulit sawo matang.
Disability : Tingkat kesadaran klien Composmentis dengan nilai GCS 15
(E4V5M6), reaksi pupil positif terhadap cahaya, kekuatan otot
ekstremitas :
5 5
5 3

B. Fokus Assesment
Keadaan Umum : Kesadaran : E4M6V5 (GCS = 15)
Status Gizi :TB = 155 cm IMT= 22,9 (Gizi Baik)
BB = 55 Kg
Tanda Vital :TD = 172/96 mmHg SPO2 = 99 %
Nadi = 89 x/mnt Suhu = 36,5 °C
RR = 20 x/mnt
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
Keluhan Utama : Pasien mengatakan kaki kiri atas bagian femur mengalami nyeri.
P : nyeri disebabkan karena close fracture femur sinistra
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk dan menjalar ke tubuh
R : pada bagian kaki kiri bagian atas
S : skala nyeri 6 dan bertambah jika bergerak
T : nyeri dirasakan secara terus- menerus
C. Sekunder Assesment
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan pada hari Selasa tanggal 10 Januari
2023 pukul 08.00 WIB pasien akan mencuci di kamar
mandi lalu terpeleset di kamar mandi dan bagian kaki kiri
atas bak kamar mandi. Setelah kejadian pasien dalam
keadaan sadar penuh dan langsung dilarikan ke IGD
RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten untuk mendapat
penanganan lebih lanjut pada pukul 09.00 WIB.
Riwayat Penyakit Dahulu : Ny. D mengatakan mempunyai riwayat penyakit
hipertensi sudah 5 tahun dan masih kontrol rutin.
Riwayat Penyakit Keluarga : Ny. D mengatakan terdapat keluarga yang memiliki
riwayat penyakit hipertensi juga yaitu ibunya.

D. Genogram

Keterangan :
Laki-laki Tinggal serumah Pasien

Perempuan
Meninggal

Pisah
E. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat hematom, luka,
maupun kelainan bentuk tulang.
b. Mata
Tidak terdapat luka pada mata dan lingkaran mata, pupil isokor, konjunctiva mata
tidak anemis, sklera mata tidak ikterus.
c. Telinga
Tidak terdapat luka ditelinga, tidak ada benda asing yang masuk ke telinga lubang
telinga
d. Hidung
Tidak terdapat cairan seperti darah dan luka di hidung maupun benda asing, tidak
terdapat pernafasan cuping hidung.
e. Leher
Tidak ada nyeri tekan di leher.
f. Dada/ Paru
- Inspeksi : struktur dada simetris, pasien tidak terdapat otot bantu napas, tidak
ada luka
- Aukultasi : tidak terdapat suara tambahan dan suara napas vesikuler
- Palpasi : tidak terdapat krepitasi
- Perkusi : Suara paru sonor
g. Abdomen
- Inspeksi : dinding abdomen simetris, tidak ada bekas luka / luka
- Aukultasi : bising usus normal 18x/menit
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Terdapat suara timpani
h. Genetalia
Genetalia simetris, tidak terdapat luka garukan, pembengkakan, massa maupun
varises.
i. Ekstremitas
1. Atas
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari. Capilary refill < 2 detik, turgor
kulit baik. Terpasang infus NaCl 0,9% 20 tpm ditangan kiri sejak tanggal 10
Januari 2023.
2. Bawah
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari, tampak terpasang pembalutan dan
pembidaian pada kaki kiri atas yang dibuktikan pada hasil rontgen terdapat
fraktur OS femur 1/3 distal sinistra. Terdapat nyeri tekan, capilary refill < 2
detik, turgor kulit cukup, dan tidak ada edema.
Kekuatan otot ekstremitas : 5 5
5 3
j. Kulit
Tidak ada luka, bekas luka, dan tidak terdapat infeksi jamur pada kulit.

Pengkajian risiko jatuh (Morse)

Skoring
No Risiko Skala
Tgl 10/01/2023
1. Riwayat jatuh, yang baru atau Tidak 0
dalam 3 bulan terakhir Ya 25 25
2. Diagnosa medis sekunder >1 Tidak 0 0
Ya 15
3. Alat bantu jalan:
0
Bed rest/dibantu perwat
Penopang/tongkat/
15 15
walker
Furniture 30
4. Menggunakan infus Tidak 0 0
Ya 25
5. Cara berjalan/berpindah:
0
Normal/bed rest/imobilisasi
Lemah 15
Terganggu 30 30
6. Status mental:
0 0
Orientasi sesuai kemampuan diri
Lupa keterbatasan 15
Jumlah skor 70
Tingkat Resiko Jatuh
Paraf & Nama Perawat Tita
Tingkat Risiko :
Tidak berisiko bila skor 0-24 → lakukan perawatan yang baik
Risiko rendah bila skor 25-50 → lakukan intervensi jatuh standar (lanjutkan formulir
pencegahan)
Risiko Tinggi bila skor ≥ 51 lakukan intervensi jatuh
F. Terapi Obat

Hari/ Nama Obat Dosis dan Rute Jam Pemberian


Tanggal Satuan

10 Januari NaCl 0,9% IV 09.20 WIB


2023
Ranitidine 50 mg/ 12 jam IV 09.20 WIB

Metamizole 1 gr/ 8 jam IV 09.20 WIB

G. Terapi Obat
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Lab Hasil Normal

HEMATOLOGI

Hematologi Rutin

Hemoglobin 13,8 12-16 g/dl

Hematokrit 39,7 35-47 %

Lekosit 13,30 4,0-11,0 ribu/ul

Trombosit 232 150-450 ribu/ul

Eritrosit 4,47 4,2-5,0 juta/ul

Index Eritrosit

RDW-CV 12,7 11,5-14,5 %

MCV 88,8 80-100 fL

MCH 30,9 26-34 pg

MCHC 34,8 32-36 %

Hitung Jenis Lekosit

Neutrofil 54,25 50-70 %

Limfosit 37,79 25-40 %

Monosil 5,50 3-9 %

Eisonofil 1,56 0,5-5 %

Basofil 0,1 0-1

HEMOSTASIS

PTT 15,1 9,4-12,5 detik

INR 1,10 0,9-1,50 detik

APTT 26,00 25,1-36,5 detik

IMUNOSEROLOGI

Antigen SARS-CoV-2 Negatif Negatif

Fungsi Hati

SGOT 22,2 10-50 U/L

SGPT 10,6 10-50 U/L

Fungsi Ginjal
2. Pemeriksaan Radiologi
Hari/ Tanggal Kesan/Interpretasi
Hasil :
- Tampak fraktur di OS femur 1/3 distal sinistra
10 Januari 2023 - Trabekulasi tulang normal, celah dan
permukaan sendi dalam batas normal
- Tak tampak klasifikasi abnormal
- tak tampak eros/destruksi tulang
- tak tampak soft tissue/swelling
kesimpulan :
Fraktur OS femur 1/3 distal sinistra

H. Analisa Data
Pasien Ny. D di IGD RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
DATA PENYEBAB MASALAH
Tanggal 10 Januari 2023 Nyeri Akut Agen Pencedera
Pukul 09.00 WIB (SDKI 2017, Fisik (close frature
DS : D.0077) femur sinistra)
- Pasien mengatakan kaki kiri atas (SDKI 2017,
bagian femur mengalami nyeri. D.0077)
P : nyeri disebabkan karena close
fracture femur sinistra
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk dan
menjalar ke tubuh
R : pada bagian kaki kiri bagian atas
S : skala nyeri 6 dan bertambah jika
bergerak
T : nyeri dirasakan secara terus-
menerus
DO :
- KU : Sedang, pasien tampak meringis
kesakitan
- Kesadaran : compos mentis, GCS : (E
: 4, V : 5, M : 6)
- TD = 172/96 mmHg
Nadi = 89 x/mnt
Suhu = 36,5 °C
RR = 20 x/mnt
SPO2 = 99 %
- Klien tampak pucat
- Hasil rontgen pada tanggal 10 Januari
2023 terdapat hasil fraktur OS femur
1/3 distal sinistra
- Kadar hemoglobin 13,30 g/dl
- Akral teraba dingin
Tanggal 10 Januari 2023 Gangguan Integritas Faktor Mekanis
Pukul 09.00 WIB Jaringan (Diskontinuitas
DS : (SDKI 2017, jaringan tulang)
- Pasien mengatakan nyeri pada kaki D.0129) (SDKI 2017,
sebelah kiri D.0129)
- Pasien mengatakan sulit untuk
menggerakkan kaki kiri
DO :
- Hasil rontgen pada tanggal 10 Januari
2023 terdapat hasil fraktur OS femur
1/3 distal sinistra
- Pasien tampak meringis kesakitan
- Bagian kaki kiri pada area fraktur
teraba hangat
- Gerakan kaki kiri pasien tampak
terbatas untuk menghindari
kerusakan pada struktur tulang.
Tanggal 10 Januari 2023 Gangguan Mobilitas Kerusakan Integritas
Pukul 09.00 WIB Fisik Struktur Tulang
DS : (SDKI 2017, (SDKI 2017,
- Pasien mengeluh sulit menggerakan D.0054) D.0054)
kaki kiri bagian atas.
- Pasien mengatakan merasa cemas
saat menggerakkan anggota badan
kare takut kaki kirinya ikut bergeser.
- Pasien mengatakan nyeri pada kaki
kiri bagian atas saat bergerak.
DO :
- Kekuatan otot ektremitas :
5 5
5 3
- Gerakan kaki kiri pasien tampak
terbatas untuk menghindari
kerusakan pada struktur tulang.
Tanggal 10 Januari 2023 Risiko Jatuh Kekuatan Otot
Pukul 09.00 WIB (SDKI 2017, Menurun (SDKI
DS : D.0143) 2017, D.0143)
- Pasien mengatakan masih terasa
lemas
DO:
- Pasien terpasang infus NaCl 0,9%
20 tpm di tangan kiri
- Gerakan sendi terbatas
- Kekuatan otot ektremitas :
5 5
5 3
- Total skor risiko jatuh dalam skala
morse 70 (risiko tinggi)
I. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (close frature femur
sinistra) (SDKI 2017, D.0077)
2. Gangguan Integritas Jaringan berhubungan dengan Faktor Mekanis (Diskontinuitas
jaringan tulang) (SDKI 2017, D.0129)
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan Integritas Struktur
Tulang (SDKI 2017, D.0054)
4. Risiko Jatuh yang dibuktikan dengan Kekuatan Otot Menurun (SDKI 2017,
D.0143)
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pasien Ny. D di IGD RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI (I.08238)
Observasi
dengan Agen Pencedera asuhan keperawatan 1 x 8
jam, maka tingkat nyeri d. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas nyeri
Fisik (close frature femur e. Identifikasi skala nyeri
menurun dengan kriteria
sinistra) (SDKI 2017, hasil : f. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

a. Keluhan nyeri menurun Terapeutik :


D.0077)
b. Meringis menurun d. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (napas

c. Gelisah menurun dalam)


d. Sulit tidur menurun e. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

e. Pola tidur membaik f. Fasilitasi istirahat dan tidur


(L.08066) Edukasi :
TTD d. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
e. Jelaskan strategi meredakan nyeri
f. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (napas
(Titalia) dalam)
Kolaborasi :
b. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan PERAWATAN INTEGRITAS KULIT (I.11353)


Observasi :
Jaringan berhubungan asuhan keperawatan 1 x 8
jam, maka intergritas kulit a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
dengan Faktor Mekanis sirkulasi, perubahan status nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu
dan jaringan meningkat
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
(Diskontinuitas jaringan kriteria hasil:
Terapeutik :
tulang) (SDKI 2017, a. Kerusakan jaringan a. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
menurun b. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
D.0129) b. Nyeri menurun c. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
(L.14125) d. Gunakan produk berbahan petrolium  atau minyak pada kulit kering
TTD e. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
f. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
(Titalia) Edukasi :
a. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
b. Anjurkan minum air yang cukup
c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
e. Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
f. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada
diluar rumah

Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan DUKUNGAN AMBULASI (I.06171)


Observasi :
berhubungan dengan asuhan keperawatan 1 x 8
jam, maka Gangguan c. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Kerusakan Integritas d. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
mobilitas fisik meningkat
Terapeutik :
Struktur Tulang (SDKI kriteria hasil:
d. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat
2017, D.0054) a. Pergerakan ektremitas tidur)
meningkat e. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
b. Rentang gerak f. Libatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan
meningkat pergerakan
c. Nyeri menurun Edukasi :
d. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
d. Kelemahan fisik
e. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
menurun (L.05042) f. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
TTD

(Titalia)
Risiko Jatuh yang Setelah dilakukan tindakan PENCEGAHAN JATUH ( 1.14540)
dibuktikan dengan Kekuatan asuhan keperawatan 1 x 8 Observasi
Otot Menurun (SDKI 2017, jam, maka Gangguan f. Identifikasi faktor risiko jatuh
D.0143) g. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift
mobilitas fisik meningkat
h. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh
kriteria hasil: i. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala
a. Pergerakan ektremitas j. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda
meningkat Terapeutik
b. Rentang gerak g. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
meningkat h. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi
c. Nyeri menurun terkunci
d. Kelemahan fisik i. Pasang handraill tempat tidur
menurun j. Alur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
(L.05042) k. Tempatkan pasien beresiko jatuh dekan dengan pantauan perawat
TTD l. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Edukasi
e. Anjurkan untuk memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
(Titalia) berpindah
f. Anjurkan menjaga konsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
K. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pasien Ny. D di IGD RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Hari, DX Jam Implementasi Evaluasi
Tanggal Keperawatan
Selasa, Nyeri Akut 09.00 1. Mengkaji skala nyeri Selasa, 10/01/2023 : 14.00 WIB
10/01/2023 berhubungan 09.05 2. Mengkaji faktor yang S :
dengan Agen memperberat nyeri - Pasien mengatakan kaki kiri atas bagian femur
Pencedera Fisik 09.10 3. Memonitor tanda-tanda mengalami nyeri.
(close frature vital P : nyeri disebabkan karena close fracture femur
femur sinistra) 09.20 4. Memberikan kolaborasi sinistra
(SDKI 2017, pemberian obat Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk dan menjalar ke tubuh
D.0077) 09.25 5. Mengajarkan teknik R : pada bagian kaki kiri bagian atas
napas dalam S : skala nyeri 5 dan bertambah jika bergerak
T : nyeri dirasakan secara terus- menerus
- pasien mengatakan paham bagaimana cara
melakukan teknik relaksasi napas dalam.
- Pasien mengatakan tidak nyeri saat diberikan injeksi
obat
O:
- KU : Sedang
- Kesadaran : compos mentis, GCS : (E : 4, V : 5,
M : 6)
- Pasien tampak meringis kesakitan
- TD = 172/96 mmHg
Nadi = 89 x/mnt
Suhu = 36,5 °C
RR = 20 x/mnt
SPO2 = 99 %
- Hasil pemeriksaan rontgen terdapat Fraktur femur
1/3 distal sinistra
- Pasien tampak mengikuti dan mempraktekkan
teknik napas dalam
- Telah diberikan injeksi metamizole 1gr/8 jam
melalui rute IV
- Telah diberikan injeksi Ranitidine 50 mg/12 jam
melalui rute IV
- Tidak terdapat tanda-tanda phlebitis pada area
tusukan infus
- Aliran infus lancar
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Monitor skala nyeri dan faktor yang memperberat
nyeri
- Memonitor tanda-tanda vital
- Menganjurkan untuk melakukan teknik napas dalam
untuk megurangi nyeri
TTD

(Titalia)
Selasa, Gangguan 09.10 1. Memonitor tanda-tanda Selasa, 10/01/2023 : 14.00 WIB
10/01/2023 vital S:
Integritas Jaringan
09.23 2. Memonitor tanda - Pasien mengatakan nyeri pada kaki sebelah kiri
berhubungan kemerahan, hangat, dan bagian atas, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri
perdarahan pada area menurun dari 6 menjadi 5, nyeri dirasakan terus
dengan Faktor
fraktur menerus.
Mekanis 09.25 3. Menganjurkan keluarga - Pasien mengatakan sulit untuk menggerakkan kaki
untuk memantau aktivitas kiri bagian atas
(Diskontinuitas
dan mobilitas pasien - Keluarga mengatakan akan mengawasi aktivitas dan
jaringan tulang) mobilisasi pasien.
O:
(SDKI 2017,
- KU : Sedang
D.0129) - Kesadaran : compos mentis, GCS : (E : 4, V : 5,
M : 6)
- Pasien tampak meringis kesakitan
- TD = 172/96 mmHg
Nadi = 89 x/mnt
Suhu = 36,5 °C
RR = 20 x/mnt
SPO2 = 99 %
- Hasil rontgen pada tanggal 10 Januari 2023 terdapat
hasil fraktur OS femur 1/3 distal sinistra
- Bagian kaki kiri pada area fraktur teraba hangat dan
tampak ada edema
- Gerakan kaki kiri pasien tampak terbatas untuk
menghindari kerusakan pada struktur tulang
A : Gangguan integritas jaringan teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Memonitor tanda-tanda vital
- Anjurkan mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
TTD

(Titalia)
Selasa, Gangguan 09.10 1. Memonitor tanda-tanda Selasa, 10/01/2023 : 14.00 WIB
10/01/2023 Mobilitas Fisik vital S:
berhubungan 09.12 2. Menanyakan pasien - Pasien mengatakan sudah lebih nyaman setelah
dengan Kerusakan adanya nyeri atau keluhan dilakukan pemasangan balut bidai pada kaki kiri
Integritas Struktur fisik lainnya - Pasien mengatakan merasa cemas saat menggerakkan
Tulang (SDKI 09.30 3. Menganjurkan keluarga anggota badan karena takut kaki kirinya ikut bergeser.
2017, D.0054) untuk membantu pasien - Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri bagian atas
dalam meningkatkan saat bergerak.
pergerakan O:
- KU : Sedang
- Kesadaran : compos mentis, GCS : (E : 4, V : 5,
M : 6)
- Pasien tampak meringis kesakitan
- TD = 172/96 mmHg
Nadi = 89 x/mnt
Suhu = 36,5 °C
RR = 20 x/mnt
SPO2 = 99 %
- Kekuatan otot ektremitas :
5 5
5 3
- Klien tampak membutuhkan bantuan orang lain
saat beraktifitas
- Telah dilakukan pembidaian pada kaki kiri untuk
mencegah terjadinya pergeseran tulang
A : Gangguan Mobilitas Fisik teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Memonitor tanda-tanda vital
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Anjurkan keluarga untuk membantu pasien saat akan
melakukan mobilisasi atau pergerakan
TTD

(Titalia)
Selasa, Risiko Jatuh yang 09.02 1. Menanyakan faktor risiko Selasa, 10/01/2023 : 14.00 WIB
10/01/2023 dibuktikan dengan jatuh S:
Kekuatan Otot 09.08 2. Menghitung skor risiko - Pasien mengatakan masih terasa lemas
Menurun (SDKI jatuh - Pasien mengatakan kaki kiri masih sulit untuk
2017, D.0143) 09.10 3. Memasangkan gelang digerakkan dan jika digerakkan terasa nyeri
risiko jatuh pasien O:
09.11 4. Mengunci roda tempat - KU : Sedang
tidur dan memasang - Kesadaran : compos mentis, GCS : (E : 4, V : 5,
handrail M : 6)
09.15 5. Menganjurkan keluarga - TD = 172/96 mmHg
untuk selalu menunggu Nadi = 89 x/mnt
atau memantau pasien Suhu = 36,5 °C
RR = 20 x/mnt
SPO2 = 99 %
- ekstremitas bawah Pasien terpasang infus NaCl
0,9% 20 tpm di tangan kiri
- Gerakan sendi terbatas
- Kekuatan otot ektremitas :
5 5
5 3
- Total skor risiko jatuh dalam skala morse 70
(risiko tinggi)
- Pasien tampak kesulitan bergerak
- Kunci roda pada bed pasien telah dikunci
- Handrail tempat tidur telah terpasang
- Pasien telah terpasang gelang risiko jatuh
A : risiko jatuh teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- monitor tanda-tanda vital
- monitor skor risiko jatuh
- pastikan kunci rodan dan handrail tetap terpasang
TTD

(Titalia)
BAB IV
ANALISA JURNAL

A. Analisa Jurnal
1. Judul Penelitian : Asuhan Keperawatan Pasien Fraktur Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Aman Nyaman Nyeri
2. Peneliti : Ayu Widiasih dan Anissa Cindy Nurul Afni
3. Abstrak Penelitian :
ABSTRAK
Fraktur adalah retak atau patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik lainya sehingga pasien fraktur akan mengalami nyeri ringan hingga nyeri
berat. Insiden Fraktur didunia sekitar 15 juta orang dengan angka prevalensi 3,2%.
Dampak dari fraktur sendiri sering mengakibatkan gangguan mobilitas yang
disebabkan karena nyeri. Nyeri termasuk kebutuhan dasar Maslow yang kedua yaitu
kebutuhan rasa aman dan nyaman. Upaya untuk mengurangi nyeri selain dengan
memberikan tindakan farmakologi juga diberikan tindakan non farmakologi yaitu
tehnik relaksasi nafas dalam. Tujuan studi kasus ini untuk mengetahui gambaran
asuhan keperawatan pada pasien fraktur dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman
nyaman nyeri. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode
pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah 1 orang pasien dengan
keluhan nyeri diruang IGD. Hasil studi menunjukan bahwa pengelolaan asuhan
keperawatan pada pasien fraktur dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman
nyeri dengan masalah nyeri akut dengan dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam
selama 1 x 6 jam didapatkan hasil skala nyeri pasien menurun dari skala nyeri 6
menjadi skala nyeri 4. Sehingga tidakan tehnik relaksasi nafas dalam efektif dilakukan
pada pasien fraktur denga keluhan nyeri
Kata Kunci : Fraktur, fraktur tertutup, Kebutuhan Dasar Manusia, Nyeri, Teknik
Relaksasi Nafas Dalam.
4. Analisa PICOT
P (Patient/Population) Jumlah responden yang dilakukan penelitan sebanyak 1
responden.
I (Intervention) Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu melakukan
teknik relaksasi nafas dalam kurang lebih 15 menit .
C (Comparation) -
O (Outcome) Hasil studi menunjukan bahwa pengelolaan asuhan
keperawatan pada pasien fraktur dalam pemenuhan
kebutuhan aman dan nyaman nyeri dengan masalah nyeri
akut dengan dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam
selama 1 x 6 jam didapatkan hasil skala nyeri pasien
menurun dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 4.
T (Time) Studi kasus ini dilaksanakan pada tahun 2021 selama 1 x 8
jam
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan kepada Ny D dengan Fracture Femur
Sinistra didapatkan tiga diagnosa keperawatan yaitu :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (close frature femur sinistra)
(SDKI 2017, D.0077)
2. Gangguan Integritas Jaringan berhubungan dengan Faktor Mekanis (Diskontinuitas
jaringan tulang) (SDKI 2017, D.0129)
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan Integritas Struktur Tulang
(SDKI 2017, D.0054)
4. Risiko Jatuh yang dibuktikan dengan Kekuatan Otot Menurun (SDKI 2017, D.0143)
Yang telah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 hari didapatkan hasil :
Diagnosa Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (close frature femur
sinistra) teratasi sebagian yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 8 jam nyeri
menurun yang ditandai dengan nyeri sedikit berkurang dari skala 6 menjadi skala 5, pasien
mengatakan lemas sudah berkurang dan pasien bisa melakukan teknik napas dalam untuk
mengurangi nyeri.
Diagnosa Gangguan Integritas Jaringan berhubungan dengan Faktor Mekanis
(Diskontinuitas jaringan tulang) teratasi sebagian yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1 x 8 jam integritas jaringan meningkat yang ditandai dengan nyeri sedikit
berkurang dari skala 6 menjadi skala 5 dan keluarga pasien mampu mengawasi pasien pada
saat melakukan aktivitas dan mobilisasi.
Diagnosa Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan Integritas Struktur
Tulang teratasi sebagian yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 8 jam tingkat
mobilitas fisik meningkat ditandai dengan pasien sudah lebih nyaman telah terpasang balut
bidai pada kaki kiri bagian paha (femur).
Diagnosa Risiko Jatuh yang dibuktikan dengan Kekuatan Otot Menurun teratasi
sebagian yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 8 jam risiko jatuh membaik yang
ditandai dengan pasien telah terpasang handrail dan kunci pada bed pasien telah dikunci,
tetapi pasien mengatakan masih terasa lemas.
DAFTAR PUSTAKA

Andini, Widiyawati. 2018. Penerapan Mobilisasi Dini Pada Asuhan Keperawatan Pasien Post
Operasi Fraktur Femur dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di RSUD
Sleman. Karya Tulis Ilmiah diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan
Astanti Yuni, (2017). Dengan judul pengaruh Range Of Motion terhadap perubahan nyeri
pada pasien post op fraktur ekstremitas atas di Ruang Asoka RSUD Jombang. thesis,
STIKES Insan Cendekia Medika Jombang
Brunner, & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Carpintero, P., Caeiro, J., Morales, A., Carpintero, R., Mesa, M., Silva, S. (2016).
Complications of Hip Fractures: A Review. World Journal of Orthopedics. Vol. 5 (4),
402 – 411
Desiartama, A. (2017). Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur Femur Akibat Kecelakaan
Lalu Lintas Pada Orang Dewasa di Rumah Sakit Umum Pusat. Sanglah Denpasar
Tahun 2013. E-Jurnal Medika 6 (5), 1 - 4
Helmi, Z. N. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Kenneth A. Egol, Kenneth J. Koval, Joseph D. Zuckerman. 2017. Handbook of Fractures 5th
Edition. New York. Wolters Kluwer
Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jilid 2. Jakarta
: EGC
Kristanty, P., et.al. (2018). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media
Lukman & Ningsih, N. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan System
Muskuloskeletal. . Jakarta:: Salemba Medika
Mediarti Devi. (2015). Jurnal : Pengaruh Pemberian Kompres Dingin terhadap Nyeri pada
Pasien Fraktur Ektremitas Tertutup di IGD RSMH Palembang Tahun 2012.
http://ejurnal.unsri.ac.id
Muttaqin, Arif. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan muskuler.
Jakarta : Salemba Medika.
Noorisa, R., Apriliwati, D., Aziz, A., & Bayusentono S. 2017. The Characteristic Of Patients
With Femoral Fracture In Department Of Orthopaedic And Traumatology Rsud Dr.
Soetomo Surabaya 2013-2016. Journal of Orthopedi & Traumatology Surabaya. 6(1):
ISSN 2460-8742
Potter, A & Perry, A. G. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan
Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC
Septiani, Lisa. 2015. Naskah Publikasi: Analisa Faktor-faktor yang mempengaruhi Nyeri
pada Klien Fraktur di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Smeltzer & Bare . (2018) Buku ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner & Suddarth Edisi
8. Jakarta : EGC.
Suriya, M., & Zurianti. (2019). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Pada Sistem
Muskuloskletal. Sumbar: Pustaka Galeri Mandiri.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperaatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definis dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNIKriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai