DISUSUN OLEH :
1. MUHAMMAD AMIN KUTBI
NIM. P.07.120.522.021
Mengetahui,
1. Definisi DM
(Henderina, 2010).
darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula darah puasa ≥126 mg/dl.
2. Etiologi
sekunder.
a. Diabetes Mellitus primer disebablan oleh faktor herediter,
karena obat, kelainan insulin dan sindrom genetik. Selain itu juga
diabetes mellitus :
1) Usia
tahun.
4) Riwayat keluarga.
3. Klasifikasi DM
a. Diabetes tipe 1
2014).
c. Diabetes gestational
2015).
4. Patofisiologi DM
sel.
dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau
hormone yang disekresikan oleh sel–sel beta yang salah satu dari
bahkan kematian.
seperti gangren.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
diantaranya:
ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang
2011).
d. Peyusutan berat badan
6. Komplikasi DM
1) Hipoglikemia
2) Ketoasidosis diabetik
nonketotik)
Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang
yaitu :
(Widiastuti, 2012).
b) Penyakit serebrovaskuler
menempel ke dinding.
mengakibatkan stroke.
a. Diet
dan mineral)
b. Latihan
pada diabetes.
c. Terapi
kali per hari (atau bahkan lebih sering lagi) untuk mengendalikan
d. Pendidikan Kesehatan
18
Reaksi Autoimun obesitas,usia,genetik
DM tipe I DM tipe II
Defisiensi Insulin
Jaringan
ganggren jaringan
19
intolenransi kerusakan integritas kulit
aktivitas
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data
1. Riwayat Kesehatan
20
c. Riwayat kesehatan keluarga
a. Pola persepsi
tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka takut
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
c. Pola eliminasi
21
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada
f. Kongnitif persepsi
h. Peran hubungan
i. Seksualitas
22
pada vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko
j. Koping toleransi
kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
3. Pemeriksaan fisik
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah
dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal,
Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika
terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi
23
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran
f. Pemeriksaan
normal
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa
baal
j. Pemeriksaan Neurologi
25
benar
Edukasi:
- Jelaskan mamfaat dan efek samping
pengobatan
- Anjurkan mengosomsi obat sesuai
indikasi
2 Nyeri Akut b.d Agen cedera Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1 Manajemen nyeri
fisik x24 jam diharapkan nyeri menurun
KH : Observasi :
Tingkat nyeri menurun - Identifikasi identifikasi lokasi,
Penyembuhan luka membaik karakteristik, durasi, frekuensi,
Tingkat cidera menurun kualitas,intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab dan periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
26
Edukasi teknik nafas dalam
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik
nafas dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas dalam
27
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Perawatan luka
Observasi :
- Monitor karakteristik luka (drainase,
warna ukuran, bau)
- Monitor tanda tanda infeksi
Terapeutik :
- Lepaskan balutan dan plester seccara
perlahan
- Bersihkan dengan Nacl
- Bersihkan jaringan nikrotik
- Berikan salaf yang sesuai kekulit
- Pertahan teknik steril saat
melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Jelaskan tanda,gejala infeksi
Kolaborasi:
- Kolaborasi prosedur debridement
28
4 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan Terapi aktivitas
imobilitas selama 1x 24 jam intoleransi aktivitas
membaik Observasi :
KH : - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
Toleransi aktivitas membaik - Identifikasi kemapuan berpartisipasi
Tingkat keletihan menurun dalam aktivitas tertentu
Terapeutik :
- Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuiakan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas
yang di pilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
Manajenen program latihan
Observasi :
- Identifikasi pengetahuan dan
pengalaman aktivitas fisik
sebelumnya
- Identifikasi kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Motivasi untuk memulai/
29
melanjutkan aktivitas fisik
Edukasi:
- Jelaskan mamnfaat aktivitas fisik
30
2.2.3 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
2.2.4 EVALUASI
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
A. Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Pasien
a) Nama Pasien : Ny S
b) Tempat, Tanggal Lahir : Lebak Burikan, 21-08-1967
c) Jenis Kelamin : Perempuan
d) Agama : Islam
e) Pendidikan : SMP
f) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g) Status Perkawinan : Kawin
h) Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
i) Alamat : Sleman
j) Diagnosa Medik : Diabetes Melitus pada
Stroke Non Hemoragik
k) No RM : 18xxxx
l) Tanggal Masuk RS : 9 September 2022
2) Pengangguang jawab / Keluarga
1) Nama : Tn N
2) Umur : 24 Tahun
3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan : Karyawan Swasta
5) Alamat : Sleman
6) Hubungan Dengan Pasien : Anak
7) Status Perkawinan : Belum Menikah
b. Riwayat Kesehatan
1) Kesehatan Pasien
a) Keluhan Utama Saat Pengkajian
Keluarga mengatakan kaki kanan dan tangan
kanan terasa lemas dan kebas juga sulit
digerakan dan terasa panas. Pasien mengalami
afasia (Kesulitan Berbicara).
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Alasan Masuk RS
Pada tanggal 9 September 2022 siang pukul 14.15
WIB tiba - tiba kaki kanan dan tangan kanan terasa
lemas dan kebas juga sulit digerakkan
Seketika itu keluarga langsung membawa pasien ke
RS Sleman
(2) Riwayat kesehatan pasien
Pasien datang ke IGD dengan diagnosa post stroke
TD : 130/80 mm/Hg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 0C
Kesadaran Compos mentis
Terpasang infus NaCl 20 tt/menit di tangan kiri
c) Riwayat Kesehtan Dahulu
Keluarga mengatakan sekitar 3 bulan yang lalu baru
mengetahui gula darah pasien tinggi saat periksa
dipuskesmas setempat. Setelah itu pasien tidak pernah
mengontrolkan gula darahnya lagi. pasien hanya periksa
kepuskesmas apabila terasa tidak enak badan.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Genogram
Keterangan gambar :
: laki – laki
: perempuan
: pasien
: tinggal serumah
: garis pernikahan
: garis pernikahan
b) Status Gizi
TB : 155 cm
BB : 55 Kg
IMT = BB = 155
TB2 (54)2
= 22,9 (Normal)
2) Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo –Ccaudal)
a) Kulit
Warna kulit normal tidak tampak pucat dan bersih. Tugor
kulit baik
b) Kepala
Mesochepal, warna rambut putih kehitaman, tidak ada lesi,
dan bersih. Pada muka bentuk simetri dan tidak ada lesi
c) Leher
Bentuk simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid. Tidak terdapat kekakuan
kuduk dan tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
d) Tengkuk
Tidak terdapat benjolan, dan tidak terdapat kaku kuduk
e) Dada
(1) Inspeksi
Bentuk dada pectus carinum simetris kanan kiri, tidak
ada dypsnea, ada retraksi otot dada, transversal
banding antero posterial 2:2. Pernapasan dada.
(2) Palpasi
Ekspansi dada simetris, tidakadanyeritekan
(3) Perkusi
Interkosta kanan 1-5 resonan, interkosta 6 redup.
Sebelah kiri interkosta 1-4 resonan, interkosta 5 dan 6
redup.
(4) Auskultasi
Suara nafas rongki. Auskultasi jantung S1 dan S2
tunggal reguler, tidak ada mur-mur, dan tidak ada
bruit.
f) Abdomen
(1) Inspeksi
Tidak ada joundis, warna kulit sama dengan warna
sekitar, perut tidak membesar, vena-vena tidak
membesar.
(2) Auskultasi
Peristaltik usus terdengar 5 x/menit.
(3) Perkusi
Pada kuadran kanan atas terdengar timpani. Pada
kuadran kiri atas terdengar redup, kuadran kiri bawah
dan kanan bawah juga terdengar timpani.
(4) Palpasi
Bagian tengah perut sampai garis batas sebelah kiri
teraba keras.
g) Payudara
(1) Inspeksi
Bentuk simetris, tidak tampak lesi atau benjolan
h) Punggung
Tidak tampak lesi dan kemerahan.
i) Abdomen
(1) Inspeksi
Tidak tampak lesi, terlihat simetris
(2) Auskultasi
Terdengar bising usus 14 x/menit
(3) Perkusi
Terdengar bunyi timpani
(4) Palpasi
Tidak teraba adanya massa, tidak ada nyeri tekan
j) Panggul
Tidak ada keluhan nyeri
k) Anus dan Rectum
(1) Inspeksi
Tidak tampak hemoroid, tidak tampak kemerahan dan
tidak tampak lesi
(2) Palpasi
Tidak ada massa serta nyeri tekan
l) Ektermitas
(1) Atas
Anggota gerak lengkap dan ditangan kiri klien
terpasang infuse NaCl 0,9% dengan terapi 20 tpm.
Akral teraba hangat.
(2) Bawah
Anggota gerak lengkap dan tidak terlihat adanya
edema. Akral teraba hangat.
Kekuatan otot
52
52
Keterangan :
0 : paralisis total
1 : tidak ada gerakan
2 : Gerakan otot penuh dengan
sokongan 3 : Gerakan normal
menentang gravitasi
4 : Gerakan normal dengan sedikit tahanan
5 : Gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan tahanan penuh
Tabel 3.1 Penilaian Status fungsional (Barthel Index)
Pasien Ny S di Ruang Alamanda 1 RSUD Sleman tanggal 12 September 2022
Keterangan:
20 : Mandiri
12 – 19 : Ketergantungan Ringan
9 – 11 : Ketergantungan Sedang
5–8 : Ketergantungan Berat
0–4 : Ketergantungan Total
Tabel 3.2 Pengajian Resiko Jatuh
Pasien Ny. S di Ruang Alamanda 1 RSUD Sleman tanggal 12 September 2022
Tingkat resiko
Tidak beresiko : 0 – 24 lakukan perawatan yang baik
Resiko rendah : 25 – 50 lakukan intervensi jatuh standar ( lanjutkan
formulir pencegahan )
Resiko tinggi : >= 51 lakukan intervensi jatuh resiko tinggi (lanjutkan
dengan pencegahan jatuh pasien dewasa)
Tabel 3.3 Tabel Resiko Luka Dekubitus (skala Norton)
Pasien Tn.T di Ruang Alamanda 1 RSUD Sleman tanggal 12 September 2022
Tangga Penilaian 4 3 2 1
l
Kondisi Baik Sedang Buruk Sangant
fisik buruk
Status Sadar Apatis Bingung Stupor
mental
Aktifitas Jalan Jalan dengan Kursi roda Ditempat
sendiri bantuan tidur
Mobilitas Bergerak Agak Sangat Tidak
bebas terbatas terbatas mampu
bergerak
Inkontensi Kontine Kadang Selalu Inkontenensi
a n kadang inkontenensi a urin dan alvi
inkontenensi a
a
Skor 12 6 0 0
Total skor 18
Paraf dan nama
perawat Amin
Tangga Penilaian 4 3 2 1
l
Kondisi Baik Sedang Buruk Sangant
fisik buruk
Status Sadar Apatis Bingung Stupor
mental
Aktifitas Jalan Jalan dengan Kursi roda Ditempat
sendiri bantuan tidur
Mobilitas Bergerak Agak Sangat Tidak
bebas terbatas terbatas mampu
bergerak
Inkontensi Kontine Kadang Selalu Inkontenensi
a n kadang inkontenensi a urin dan alvi
inkontenensi a
a
Skor 12 6 0 0
Total skor 18
Paraf dan nama
perawat Amin
Tangga Penilaian 4 3 2 1
l
Kondisi Baik Sedang Buruk Sangant
fisik buruk
Status Sadar Apatis Bingung Stupor
mental
Aktifitas Jalan Jalan dengan Kursi roda Ditempat
sendiri bantuan tidur
Mobilitas Bergerak Agak Sangat Tidak
bebas terbatas terbatas mampu
bergerak
Inkontensi Kontine Kadang Selalu Inkontenensi
a n kadang inkontenensi a urin dan alvi
inkontenensi a
a
Skor 12 6 0 0
Total skor 18
Paraf dan nama
Perawat Amin
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)
Keterangan :
16 – 20 : resiko rendah terjadi dekubitus
12 – 15 : resiko sedang terjadi dekubitus
<12 : resiko tinggi terjadi dekubitus
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Patologi klinik
Pemeriksaan laboratorium Ny S di ruang alamanda 1 RSUD Sleman
TD : 130/80 mm/Hg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 0 C
2. Ds : keluarga pasien
mengatakan 3 bulan yg lalu Hiperglikemia ; Ketidakstabilan
baru mengetahui gula tinggi Disfungsi kadar glukosa
dan tidak rutin untuk periksa Pankreas darah
ataupun meminum obat gula
TD : 130/80 mm/Hg
N : 84 x/menit RR : 22 x/menit S : 360 C
54
3. Pasien tampak
Rileks.
2. Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan 1. Cek gula darah secara rutin
glukosa darah
Tindakan 2. Ajarkan pasien cara
berhubungan dengan
hiperglikemia : disfungsi keperawatan 3 x 24 menyuntik insulin
pankreas
jam kestabilan gula 3. Diskusiakan dengan pasien dan keluarga mengenai
darah pasien perilaku yang beresiko (menjaga pola makan dan
menghindari luka akibat benda tajam) terhadap
membaik dengan kesehatan pasien
kriteria hasil : 4. Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai
penanganan yang tepat apabila terjadi komplikasi
1. Gula darah dalam pada pasien.
batas normal
(GDS 70 5. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diet y ang
– 140 mg/dl) tepat
2. Pasien dan untuk pasien
keluarga mampu
mencegah
perilaku yang
beresiko berupa
menjaga pola
makan dan
menghindari luka
akibat benda
tajam.
3. Pasien dan
keluarga
mengetahui
55
tentang
komplikasi
yang mungkin
terjadi dan cara
penanganan
apabila terjadi
komplikasi
terhadap
pasien.
56
Implementasi Keperawatan
Pasien Ny. S di ruang Alamanda 1 RSUD Sleman 12-09-2022
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
1. Risiko perfusi perifer tidak Senin 12-09-2022 Senin 12-09-2022
efektif berhubungan Pukul 09.00 WIB Pukul 09.00 WIB
dengan hiperglikemia 1. Mengkaji keadaan umum dan
tanda vital pasien S:
2. Memberikan posisi semi Keluarga pasien mengatakan kelemahan pada
fowler kaki kanan dan tangan kanan, terasa kebas,
3. Memberikan oksigen (O2) keluarga pasien mengatakan pasien terlihat
sesuai terapi yaitu 2 lt/menit lebih nyaman saat posisi tempat tidur agak di
tinggikan.
Pukul 10.00 WIB
O: Kekuatan Otot 5 2
4. Mengkaji kekuatan otot pasien 5 2
5. Mengajarkan pasien
menggerakan bagian kaki TD : 130/80
kanan dan tangan kanan yang mmHg
kebas (naik turun, menekuk,
N : 80X/Menit
dan menggerakan jari jari kaki
dan tangan) RR : 20x/menit
S : 36,5’C
Pukul 12.00 WIB
Pasien masih tampak kesulitan dalam
6. Mengelola terapi pasien menggerakan kaki, jari - jari kaki, tangan,
Injeksi Citicolin 500 mg jari- jari tangan sebelah kanan
/12 jam intra vena
A : Risiko Perifer Tidak Efektif berhubungan
dengan hiperglikemia belum teratasi
57
Injeksi Mecobalamin 500
mg /12 jam intra vena P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda – tanda vital
CPG 75 mg Per Oral Miniaspi 80
2. Berikan O2 sesuai terapi
mg Per Oral
3. Monitor kekuatan otot
4. Ajarkan pasien untuk
menggerakan anggota badan
yg kebas (jari – jari)
5. Berikan posisi semi fowler
6. Kelola pemberian terapi
a. Injeksi Citicolin 500
mg /12 jam intravena
b. Injeksi Mecobalamin 500
mg /12 jam intravena
c. CPG 75 mg Per Oral
d. Miniaspi 80 mg Per Oral
Amin
2. Ketidakstabilan kadar Senin 12-09-2022 Senin 12-09-2022
glukosa darah Pukul 09.00 WIB Pukul 09.00 WIB
berhubungan dengan 1. Mengkaji keadaan umum pasien
S : Keluarga Pasien mengatakan 3 bulan
hiperglikemia : disfungsi 2. mencek gula darah puasa
lalu baru mengetahui punya sakit gula dan
pankreas
tidak rutin untuk periksa ataupun meminum
Pukul 10.00 WIB
obat gula
3. Mengkaji pengetahuan keluarga
O : Pasien tampak lesu
pasien tentang penyakit diabetes
4. Mengkaji pengetahuan keluarga GD puasa : 224
pasien mengenai perilaku yang GD 2 PP : 228
beresiko A : Ketidakstabilan kadar glukosa darah
58
terhadap Kesehatan pasien berhubungan dengan hiperglikemia :
disfungsi pancreas belum teatasi
Pukul 11.30 WIB P : Lanjutkan intervensi
5. mencek gula darah 2 jam PP 1. cek gula darah pasien secara rutin
6. memberikan obat insulin (injeksi 2. ajarkan pasien cara menyuntik insulin
sub cutan apidra 4 unit) 3. diskusikan dengan pasien dan keluarga
mengenai komplikasi dan cara penanganan
yang tgpat apabila terjadi komplikasi pada
pasien
4. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diet
yang tepat untuk pasien
Amin
1. Risiko perfusi perifer tidak Selasa 13-09-2022 Selasa 13-09-2022
efektif berhubungan Pukul 02.00 WIB Pukul 02.00 WIB
dengan hiperglikemia 1. Mengkaji keadaan umum dan S:
tanda vital pasien Keluarga pasien mengatakan kelemahan pada
2. Memberikan posisi semi kaki kanan dan tangan kanan. Terasa kebas.
fowler Keluarga pasien mengatakan pasien terlihat
3. Memberikan oksigen (O2) lebih nyaman saat posisi tempat tidur agak di
sesuai terapi yaitu 2 lt/menit tinggikan.
O: Kekuatan Otot 5 2
Pukul 03.00 WIB 5 2
4. Mengkaji kekuatan otot pasien TD :
5. Mengajarkan pasien
menggerakan bagian kaki 130/80 mmHg
kanan dan tangan kanan yang N : 80X/Menit
kebas (naik turun, menekuk,
59
dan menggerakan jari jari kaki
RR : 20x/menit
dan tangan)
Pukul 05.00 WIB S : 36,5’C
Pasien masih tampak kesulitan dalam
6. Mengelola terapi pasien
menggerakan kaki, jari – jari kaki, tangan,
Injeksi Citicolin 500 mg
jari- jari tangan sebelah kanan
/12 jam intra vena
A : Risiko Perifer Tidak Efektif berhubungan
Injeksi Mecobalamin 500
dengan hiperglikemia belum teratasi
mg /12 jam intra vena
S : Lanjutkan intervensi
CPG 75 mg Per Oral Miniaspi 80 1. Monitor tanda – tanda vital
mg Per Oral 2. Berikan O2 sesuai terapi
3. Monitor kekuatan otot
4. Ajarkan pasien untuk
menggerakan anggota badan
yg kebas (jari – jari)
5. Berikan posisi semi fowler
6. Kelola pemberian terapi
e. Injeksi Citicolin 500
mg /12 jam intravena
f. Injeksi Mecobalamin 500
mg /12 jam intravena
g. CPG 75 mg Per Oral
h. Miniaspi 80 mg Per Oral
Amin
2. Ketidakstabilan kadar Selasa 13-09-2022 Selasa 13-09-2022
60
glukosa darah Pukul 02.00 WIB Pukul 02.00 WIB
berhubungan dengan 1. Mengkaji keadaan umum pasien
S: Keluarga pasien mengatakan tidak
hiperglikemia : disfungsi 2. mencek gula darah sewaktu
mengetahui penyebab pasien terkena stroke
pankreas dengan stik
merupakan akibat dari penyakita gula darah
yang tidak terkonrol.
Pukul 03.00 WIB
Keluarga pasien mengatakan mengerti
3. Mengkaji pengetahuan pasien
dengan makanan yang boleh dimakan serta
tentang komplikasi dan cara
cara pengolahan makanan yang baik untuk
penanganan bila terjadi komplikasi
pasien.
O :Pasien tampak sedikit lemas, Keluarga
Pukul 04.30 WIB pasien kooperatif ketika diajak berdiskusi
4. mencek gula darah sewaktu menegnai diit yang tepat oleh perawat
dengan stik sebelum makan Keluarga pasien tampak memahami ketika
5. mengajarkan keluarga pasien perawat menjelaskan tentang apa yang boleh
menyuntikan insulin ( Inj apidra 3 x di makan cara pengolahan yang tepat untuk
4 unit ) pasien
Keluarga Pasien tampak sudah bisa untuk
melakukan suntik insulin sendiri
GDS stik pagi : 178 mg/dl
GDS stik siang : 168 mg/dl
A : Ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hiperglikemia :
disfungsi pancreas teratasi sebagian
P : Lanjutkan Inetrvensi
1.Cek gula darah secara rutin
2. Jelakan tentang komplikasi dan cara
penanganan bila terjadi komplikasi pada
pasien.
61
3. Diskusikan dengan keluarga
mengenai perilaku yang beresiko (menjaga
pola makan dan menghindari luka akibat
benda tajam) terhadap kesehatan pasien.
Amin
1. Risiko perfusi perifer tidak Rabu 14-09-2022 Rabu 14-09-2022
efektif berhubungan Pukul 08.00 WIB Pukul 08.00 WIB
dengan hiperglikemia 1. Mengkaji keadaan umum dan S:
tanda vital pasien Keluarga pasien mengatakan kelemahan pada
2. Memberikan posisi semi fowler kaki kanan dan tangan kanan, terasa kebas,
3. Memberikan oksigen (O2) sesuai Keluarga pasien mengatakan pasien terlihat
terapi yaitu 2 lt/menit lebih nyaman saat posisi tempat tidur agak di
tinggikan.
Pukul 09.00 WIB
4. Mengkaji kekuatan otot pasien O: Kekuatan Otot 5 2
5. Mengajarkan pasien 5 2
menggerakan bagian kaki kanan dan TD :
tangan kanan yang kebas (naik
turun, menekuk, dan menggerakan 130/80 mmHg
jari jari kaki dan tangan) N : 80X/Menit
RR : 20x/menit
Pukul 12.00 WIB
S : 36,5’C
6. Mengelola terapi pasien Pasien masih tampak kesulitan dalam
Injeksi Citicolin 500 mg menggerakan kaki, jari – jari kaki, tangan,
jari- jari tangan sebelah kanan
/12 jam intra vena
Injeksi Mecobalamin 500 A : Risiko Perifer Tidak Efektif berhubungan
62
mg /12 jam intra vena dengan hiperglikemia belum teratasi
CPG 75 mg Per Oral Miniaspi 80 S : Lanjutkan intervensi
mg Per Oral 7. Monitor tanda – tanda vital
8. Berikan O2 sesuai terapi
9. Monitor kekuatan otot
10. Ajarkan pasien untuk
menggerakan anggota badan
yg kebas (jari – jari)
11. Berikan posisi semi fowler
12. Kelola pemberian terapi
i. Injeksi Citicolin 500
mg /12 jam intravena
j. Injeksi Mecobalamin 500
mg /12 jam intravena
k. CPG 75 mg Per Oral
l. Miniaspi 80 mg Per Oral
Amin
2. Ketidakstabilan kadar Rabu 14-09-2022 Rabu 14-09-2022
glukosa darah Pukul 08.00 WIB Pukul 08.00 WIB
berhubungan dengan 1. Mengkaji keadaan umum pasien
S : Keluarga pasien mengatakan sudah lebih
hiperglikemia : disfungsi 2. mencek gula darah sewaktu
paham mengenai perilaku yang beresiko
pankreas dengan stik
menimbulkan komplikasi pada pasien
Pukul 10.00 WIB seperti pola makan yang sehat dan menjaga
agar tidak terjadi luka di kaki atau anggota
3. Memberikan penjelasan tubuh lainya.
63
mengenai perilaku yang beresiko Keluarga pasien mengatakan mengerti cara
menimbulkan komplikasi penangan apabila terjadi komplikasi pada
4. Mendiskusikan bagaimana cara pasien yaitu segera dibawa ke dokter atau
penanganan apabila terjadi Rumah Sakit terdekat.
komplikasi seperti ini lagi di O : Pasien tampak sedikit lemas, keluarga
kemudian hari. pasien kooperatif ketika diajak berdiskusi
mengenai perilaku yang beresiko dan cara
penanganan komplikasi.
Keluarga Pasien tampak memahami
penjelasan mengenai perilaku yang beresiko
dan cara penanganan kompilkasi.
GDS stik pagi : 158 mg/dl
GDS stik siang : 168 mg/dl
A : Ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hiperglikemia :
disfungsi pancreas teratasi sebagian, pasien
pulang.
P : Lanjutkan Intervensi dirumah
1. Cek gula darah secara rutin
2. Jelaskan pada keluarga pasien mengenai
perilaku yang beresiko (menjaga pola makan
dan menghindari luka akibat benda tajam)
terhadap kesehatan pasien.
Amin
64
65
Analisis Jurnal
Dimana Faktor resiko terjadinya stroke salah satunya yaitu diabetes melitus
dimana kadar glukosa darah tinggi mampu menebalkan pembuluh darah otak yang
besar, menebalnya pembulu darah otak akan menganggu kelancaran aliran darah otak
disamping itu diabetes mellitus dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah) yang lebih berat sehingga berpengaruh terjadinya
stroke ( Rambe, 2012). Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan
metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya akibat sebagai akibat suatu
defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau
keduanya dan merupakan suatu penyakit degeneratif (Aulya, 2010). Penyebab
diabetes melitus menjadi stroke iskemik salah satunya adalah suatu proses
aterosklerosis. Sekitar 30% dengan aterosklerosis otak terbukti adalah penderita
diabetes. Terjadinya hiperglikemia menyebabkan kerusakan dinding pembulu darah
perifer disamping itu juga akan meningkatkan agregat platelet dimana kedua proses
tersebut dapat menyebabkan aterosklerosis. Hiperglikemia juga meningkatkan
viskositas darah yang kemudian akan menyebabkan naiknya tekanan darah atau
hipertensi dan berakibat terjadinya stroke iskemik. Proses makroangiopati dianggap
sangat relevan dengan stroke dan juga terdapat bukti adanya keterlibatan
makroangiopati yang ditandai dengan terjadinya stroke pada penderita diabetes
melitus (Ryden et al, 2007 dalam Aulia, 2010). Dalam penelitian Antonius & Siliman
pada tahun 2005 dalam jurnalnya Northeast Florida Medicine mengungkapkan bahwa
diabetes melitus terbukti sebagai faktor resiko stroke dengan peningkatan resiko
relatif pada 1.6 sampai 8 kali. Hal ini didukung dengan penelitian dalam jurnal
National Stroke Association yang menyatakan orang dengan diabetes beresiko
terkena stroke 4 kali daripada seseorang yang tidak menderita diabetes. (Aulya,
2010).
1. Corwin EJ, editor. Pankreas dan diabetes mellitus. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:
EGC. 2000. hal. 618.
2. Hakim, RAS. Hubungan antara Dislipidemia dengan Kejadian Stroke di Bangsal
Rawat Inap Irna B 1 Bagian Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr.
Kariadi. Semarang [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Semarang.
3. Primastuti AW. Hubungan Diabetes Melitus dengan Kejadian Stroke Iskemik di
RSUD dr. Sardjito [Skripsi]. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. 2015.
Jakarta : EGC. 2005. Hal 1269.
4. Ramadany AF, Pujarini LA, Candrasari A. Hubungan diabetes melitus dengan
kejadian stroke iskemik di RSUD dr. Moewardi Surakarta Tahun 2010. Biomedika.
Agustus 2013. 5(2): 12..
5. Sofyan AM, Sihombing IY, Yusuf Hamra. Hubungan umur, jenis kelamin,dan
hipertensi dengan kejadian stroke. Jurnal Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit dalam FK
UHO. 2012.