Anda di halaman 1dari 11

DIABETES TYPE 1

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Promosi Kesehatan


Dosen pengampu : Edi Supriadi,S.Kep.,Ners.,M.kep

Disusun Oleh :

1. Fadila Ameliani 21.062


2. Hendi Hanova Rizka Nur Tisna 21.067
3. Ismi Kartika Solehah 21.070
4. Rizka Kharizma 21.091
5. Tarisa Fadilah Dina Lestari 21.100
6. Yanti Susanti 21.101

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS DUSTIRA


PRODI D III KEPERAWATAN
Jalan Dustira No. 1 Cimahi
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
tentang “Diabetes Type 1” sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kami dalam menyelesaikan mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 sebagai mahasiswa tingkat 2 D-III Keperawatan . Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta berpartipasi dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat sedikit banyak menambah
pengetahuan para pembaca.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
penyempurnaan makalah ini.

Cimahi, Oktober 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah suatu kelompok gangguan metabolik dengan karakteristik


hiperglikemia atau kadar glukosa daraha yang tingi yang dapat terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua- duanya.Hiperglikemia kronik pada Diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ
tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah (Priyono & bettiza,
2010; American Diabetes Association (ADA) 2004). Secara global, diperkirakan 422 juta
orang dewasa hidup dengan diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta
pada tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah
meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5%
pada populasi orang dewasa. Kasus diabetes melitus di Indonesia menurut Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) memperlihatkan peningkatan angka prevalensi yang cukup
signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018; sehingga estimasi
jumlah penderita di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang (Kementrian Kesehatan
RI, 2018). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018 melaporkan ada 1220
anak penyandang DM tipe-1 di Indonesia.

Klasifikasi diabetes ada beberapa jenis, yaitu Diabetes Mellitus yaitu Diabetes Mellitus
Tipe I, Diabetes Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional,dan Diabetes
Mellitus Tipe Lainnya.Jenis Diabetes Mellitus yang paling banyak diderita adalah
Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit
gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gulah darah akibat penurunan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin)
(Trisnawati & Setyorogo, 2013; Depkes, 2005).

Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel beta pankreas (reaksi
autoimun). Sel beta pankreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang menghasilkan
insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam tubuh. Bila kerusakan sel
beta pankreas telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai muncul. kerusakan sel ini
lebih cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1
sebagian besar oleh karena proses autoimun dan sebagian kecil non autoimun. DM tipe
1 yang tidak diketahui penyebabnya juga disebut sebagai type 1 idiopathic dan
ditemukan insulinopenia tanpa adanya petanda autoimun dan mudah sekali mengalami
ketoasidosis. DM tipe 1 sebagian besar (75% kasus) terjadi sebelum usia 30 tahun dan
DM tipe 1ni diperkirakan terjadi sekitar 5-10 % dari seluruh kasus DM yang ada
(American Diabetes Association, 2018).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus
2. Tujuan Khusus
1. Mampu Melakukan Pengkajian dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
Diabetes melitus
2. Mampu melakukan menerapkan diagnosa keperawatan pada pasien Diabetes Melitus
3. Mampu mengintervensi asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus
4. Mampu mengimplementasi rencana asuhan keperewatan pada pasien Diabetes Melitus
5. Mampu mengelevalusi asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien Diabetes Melitus
6. Mampu Mendokumentasi asuhan Keperawatan yang diberikan pada pasien Diabetes
Melitus

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.Konsep Dasar Penyakit
A. Pengertian
Diabetes melitus adalah sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekres insulin, kerja insulin, atau
keduanya. Tiga komplikasi akut utama diabetes terkait ketidakseimbangan kadar glukosa yang
berlangsung dalam jangka waktu pendek yaitu hipoglikemia, ketoasidosis diabetik (DKA) dan
sindrom nonketotik hiperosmolar hiperglikemik. Hiperglikemia jangka panjang dapat berperan
menyebabkan komplikasi mikrovaskular kronik (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi
neuropatik. Diabetes juga dikaitkan dengan peningkatan insidensi penyakit makrovaskular,
seperti penyakit arteri koroner (infark miokard), penyakit serebrovaskular (stroke), dan penyakit
vaskular perifer.

B. Anotomi dan Fisiologi


Pankreas merupakan organ pada sistem pencernaan yang memiliki fungsi utama yaitu untuk
menghasilkan enzim pencernaan dan beberapa hormon penting seperti insulin. Kalenjar pankreas
terdapat pada bagian belakang lambung dan bersangkutan dengan duodenum (usus dua belas
jari).
Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu kerap kali
disebut pulau-pulau Langerhans. Setiap pulau berisikan sel beta yang fungsinya mengeluarkan
hormon insulin. Dimana hormon insulin mempunyai peran penting dalam mengatur kadar
glukosa darah. Setiap pankreas mengandung kurang lebih 100.000 pulau Langerhans dan tiap
pulau berisi 100 sel beta. Di samping sel beta terdapat juga sel alfa yang memproduksi glukagon
bekerja sebaliknya dari insulin yaitu mengingkatkan kadar glukosa darah dan ada delta yang
mengeluarkan somatostatin. (www.klikdokter.com).
Selain itu terdapat sel f yang menghasilkan polipeptida pankreatik, dan berperan mengatur fungsi
eksokrin pankreas. (dr Jan Tamboyang: 2001:75).

C. Etiologi
Insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) disebabkan oleh destruksi sel B pulau langerhans
akibat proses autoimun. DM tipe 1 biasanya ditandai oleh awitan mendadak yang terjadi pada
segala usia, namun biasanya usia muda (<30 tahun) (Smeltzer and Bare, 2002 1221). Sedangkan
Non-Insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) disebabkan oleh karena ketidak berhasilan
relatif sel B dan resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Sel B tidak bisa mengimbangi resistensi ini sepenuhnya. Sehingga terjadi
defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa atau pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain.
Berarti sel B pankreas mengalami desinsitisasi terhadap glukosa (Mansjoer, 2000: 580).

D. Patofisiologi
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan pengaruh utama kekurangan
insuliun sebagai berikut:
1. Pengurangan pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat meningkatkan konsentrasi
glukosa darah sebanyak 300 sampai 1200 mg Per 100ml.
2. Peningkatan nyata mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak menyebabkan kelainan
metabolisme lemak atau pengendapan lipid pada dinding vaskular yang mengakibatkan
aterosklerosis.
3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh (Guyton, A.C., 1990).
4. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan
perubahan pada saraf perifer. Hai ini akan mempercepat terjadinya gangren (Price, 2005 1262).

E. Pahtway
F. Manifestasi Klinis
Diagnosa DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala berupa poliuria, polidipsia, lemas dan
berat badan menurun. Gejala lain yang mungkin dirasakan pasien yaitu kesemutan, gatal, mata
kabur dan impotensi pada pria serta pruritus, vulva pada wanita (Mansjoer, 2000: 580).

G. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis DM harus berdasarkan pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak dapat ditegakkan hanya
atas dasar adanya glukosuria . Dalam mendirikan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan
darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM pemeriksaan yang
disarankan seperti pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan glukosa darah
plasma vena. Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering
yang umumnya sederhana dan mudah dipakai. Untuk mengamati kadar glukosa darah dapat
dipakai bahan darah kapiler. Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan
penyaring. Uji diagnostik DM dilakukan untuk orang yang memperlihatkan gejala atau tanda
DM Sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidenfikasi mereka yang tidak
bergejala tetapi memiliki risiko DM.

H. Penatalaksanaan Medis
Tujan utama terapi yaitu menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah supaya
mengurangi munculnya komplikasi vaskular dan neropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah untuk memperoleh kadar glukosa darah normal (eughlikemia) tanpa disertai
hipoglikemia dan tidak mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Terdapat lima komponen
penatalaksanaan diabetes, nutrisi, olahraga, pemantauan, terapi farmakologis, dan edukasi.
Terapi primer untuk diabetes tipe I adalah insulin dan terapi primer untuk diabetes tipe 2 adalah
penurunan berat badan. Olahraga sangat diperlukan untuk meningkatkan keefektifan insulin.
Penggunaan agens hipoglikemik oral apabila diet dan olahraga tidak berhasil mengontrol kadar
gula darah. Injeksi insulin bisa digunakan pada kondis akut. Mengingat terapi bervariasi selama
perjalanan penyakit karna adanya perubahan gaya hidup dan status fisik serta emosional dan
kemajuan terapi, kemudian kaji dan modifikasi rencana terapi serta lakukan penyesuaian terapi
setiap hari. Edukasi dibutuhkan untuk pasien dan keluarga.

I. Komplikasi
 Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi akibat intoleransi glukosa yang terus berlaku dalam jangka waktu
pendek dalam glukosa darah. Terdapat tiga komplikasi akut pada diabetes mencakup sebagai
berikut:
- Hipoglikemia
- DKA
- HHNS
 Komplikasi kronik
Komplikasi kronik yaitu komplikasi jangka panjang diabetes yang dapat menyerang semua sistem
organ dalam tubuh. Dan biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan diabetes melitus.
Komplikasinya mencakup berikut:

- Penyakit makrovaskular (pembuluh darah besar)


mempengaruhi sirkulasi koroner,pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak.
- Penyakit mikrovaskular (pembuluh darah kecil)
mempengaruhi mata (retinopati dan ginjal) dan (nefropati); kontrol kadar gula darah
untuk menghentikan atau mencegah awitan komplikasi mikrovaskular maupun
makrovaskular.

- Penyakit neuropati
mempengaruhi saraf sesori motorik dan otonom serta berperan memunculkan sejumlah
masalah,seperti impotensia dan ulkus kaki.
B.Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari Proses keperawatan, semua data data dikumpulkan secara
sistematik guna menentukan status kesehatan pasien (Asmadi,2012).

a. Pengumpulan data
1) Indentitas
a) Usia yang sering mengalami DM yaitu:
(1) Untuk DM Tipe 1 terdeteksi biasa pada umur sekitar
kurang dari umur 30 tahun.
(2) Untuk DM Tipe 2 adalah DM yang Biasanya terdeteksi pada sekitar setelah umur 40 ditandai dengan
pasein obesitas.
(3) Untuk Diabetes gestasional adalah biasanya dengan intolerasi glukosa atau ditemukan terjadi pada
perempuan pertama mengalami kehamilan (Black, 2014).
c) Jenis Kelamin
Jenis kelamin menurut Nasriati (2013) sebagai berikut:
(1) Dalam penelitianya DM tipe 1 jenis kelamin perempuan lebih banyak tekena gejala penyakit diabetes
lebih sering dibandingkan dengan laki laki.
(2) Dalam penelitianya untuk DM Tipe 2 banyak ditemukan
pada perempuan.
(3) Untuk Diabetes Gestasional atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg sehingga mempuyai
resiko untuk menderita diabetes.

b. Riwayat Kesehatan
1). Alasan masuk Rumah Sakit
Riwayat Penyakit Diabetes Biasanya disertai penyakit jantung, penyakit obesitas penyakit
arteroklerorisis (Bararah, 2013).
2). Keluhan Utama
Pasien dengan Penyakit diabetes biasanya akan mengalami Nyeri, Kesemutan serta mengalami
baal (Aini, 2016).
3). Keluhan Saat dikaji
Riwayat Penyakit sekarang adalah tentang kapan penyebab luka itu terjadi dan upaya penderita
untuk mengatasinya (Bararah,2013).
4). Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Penyakit Keluarga biasanya terdapat adanya salah satu anggota keluarga yang juga
menderita Diabetes melitus atau
5). Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat Penyakit Sebelumnya Diabetes melitus atau penyakit penyakit lain yang ada kaitan
dengan defiesien urin antara lain penyakit pankreas. Adanya penyakit lain seperti penyakit
jantung, penyakit obesitas penyakit arteroklerorisis, tindakan medis yang pernah didapat maupun
obat obat yang seiring digunakan oleh penderita (Bararah, 2013).

C. Pola Aktivitas

No Aktivitas Sebelum masuk Rs Sesudah masuk RS

1 Nutrsi
a.Makan
- Frekuensi -
- Jenis
- Makanan yang disukai
- Makanan yang tidak disukai
- Makanan pantangan/alergi
- Nafsu makan
- Porsi

b.Minum
- Jumlah
- Jenis
2 Eliminasi
a. BaB
- Frekuensi -
- Warna
- Bau
- Konsistensi
- Keluhan
b.BAK
- Frekuensi
- Warna
- Bau
- Konsistensi
- Keluhan

3 Personal Hygiene
- Mandi
- Gosok Gigi
- Keramas
- Pakaian
- Kuku

4 Istirahat tidur
- Waktu tidur
- Lama tidur/hari
- Kebiasaan pengantar tidur
- Kebiasaan saat tidur
- Kesulitan dalam hal tidur
5 Gaya Hidup
- Kegiatan dalam pekerjaan
- Olahraga
- kegiatan diwaktu luang

6 Ketergantungan Fisik
- Merokok
- Minuman keras
- Obat-obatan

d. Riwayat Psikologis
1). Status Emosional
2). Konsep diri
a. Gambaran diri
b. Peran diri
c. Ideal diri
d. Identitas diri
e. Harga diri

3). Pola Koping

e. Data sosial
1). Kognitif-Perseptual

2). Pola Hubungan

f. Pola nilai dan Keyakinan


g. Pemeriksaan Fisik
1). Keadaan Umum
Keadaan Secara Umum Biasanya untuk Berobat kerumah sakit dalam Keadaan kesadaran Penuh
atau Composmentis dan mengalami hipoglikemia pada pasien Diabetes Militus dikarenakan
reaksi pengguanan urine kurang tepat. Biasanya Pasien akan mengalami gemetaran, gelisah,
takikardi (60 100x per menit) tremor dan pucat (Bararah, 2013).

c). Antropometri
a. BB :
b. TB :
c. IMT :
=BB(kg)/TB(m)
2). Sistem Pernafasan
Sistem pernafapasan dimulai dari inspeksi megalami sesak nafas selanjutnya palpasi mengetahui vocal
premitus dan mengetahui adanya masa lesi atau bengkak. Dan terakhir auskultrasi yaitu mendengarkan
suara napas normal dan nafas tambahaan (abnormal seperti weheezing, rochi, pleural friction rub)
(Bararah, 2013).
3). Sistem Kardiovaskular
Pengkajian sistem kardiovaskuler dimulai dengan infeksi yaitu antara lain amati ictus korids terlihat atau
tidak selanjutnya adalah palpasi yaitu antara lain dengan pemeriksaan adanya takikardia atau bradikardi,
adanya hipertensi atau hipotensi, nadi perifer lemah atau berkurang selanjutnya perkusi yaitu antara lain
dengan pemeriksaan mengetahui adanya ukuran dan bentuk secara, karidomegali. Dan terakhir
pemeriksaan lakukakn auskultrasi dengan pemeriksaan mendengarkan detak jantung, bunyi jantung dapat
disikpriskan engan cara S1, S2 tunggal (Bararah, 2013).
4). Sistem Gastrointestinal Sistem Perkemihan
5). Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan sistem Muskuluskeletal ialah memeriksa adanya penyebaran lemak,penyebaran massa otot,
perubahan tinggi badan, cepat lelah dan adanya kelemahan dan nyeri (Bararah, 2013).
7). Sistem Integumen
8). Sistem Endokrin
9). Sistem Persarafan
10). Tes Fungsi Sensor
11). Sistem Reproduksi
Pemeriksaan fisik sistem reproduksi pada diabetes biasanya terdapat anginopati dapat terjadi pada sistem
pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas,
maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi (Bararah, 2013).
h. Data Penunjang
Menurut (Aini, 2016) Pemeriksaan Penunjang yang bisa dilakukan antara lain pengecekan A,C atau
HbA,c> 65%, pegecekan kadar gula darah puasa, pengecekan kadar gula darah sewaktu, pengecakan
kadar gula darah 2 Jam puasa, pasien dengan kadar glukosa puasa 2 jam pada TTGO > 200 mg/dl (11,1
mmol).

i Terapi
j. Analisa Data
Menurut (Setiadi, 2012) Analisa Data Terbagi Menjadi 2 yaitu:
1) Data Subjektif Data Subjektif adalah Proses keperawatan dimana data yang di dapat mengenai masalah
kesehatann engan cara melalui verbal Pasien. Data Subjetif bisa diperoleh dari pengkajian riwayat
keperawatan termasuk persepsi pasien, perasaan dan ide tentang kesehatan pasien itu sendiri.sumber data
yang didapat adalah ari keluarga, pasien, konsultan dan tenaga kesehatan lain (Setiadi,2012).

2) Data Objektif
Data Objektif adalah hasil dari observasi atau pengukuran dari status kesehatan pasien oleh perawat atau
baik tenaga kesehatan lain. (Setiadi, 2012).
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


BAB IV PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai