Anda di halaman 1dari 35

KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIABETES MELITUS

Dosen Pengampu : Ns. Petronela Mamentu, S. Kep, M. Kep

Di Susun Oleh :

KELOMPOK VII

Sukma Manahapu 1901047

Rosalia Katili 1901049

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

T.A 2021

MANADO
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, akhirnya makalah


tentang “Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang Definisi sampai komplikasi dan asuhan keperawatan
meningitis.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Petronela Mamentu, S. Kep,
M. Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak II yang telah memberi tugas ini
sehingga kami dapat memperoleh banyak ilmu, informasi dan pengetahuan selama kami
membuat dan menyelesaikan makalah ini.

kami berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca meskipun terdapat banyak
kekurangsempurnaan di dalamnya. Akhir kata kami meminta maaf sebesar-besarnya kepada
pihak pembaca jika terdapat kesalahan dalam penulisan, penyusunan maupun kesalahan lain
yang tidak berkenan di hati pembaca, karena hingga saat ini kami masih dalam proses belajar.
Oleh karena itu kami memohon kritik dan sarannya demi kemajauan bersama.

Manado, November 2021

Kelompok VII
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II KONSEP TEORI

A. Definisi Diabetes Melitus


B. Insedensi Diabetes Melitus
C. Etiologi Diabetes Melitus
D. Gambaran Klinis Diabetes Melitus
E. Pathofisiologi Diabetes Melitus
F. Pemeriksaan Diagnostik Diabetes Melitus
G. Prognosis Diabetes Melitus
H. Penatalaksanaan Medis Diabetes Melitus

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus (DM) secara klinis adalah kumpulan dari gangguan
metabolisme yang ditandai oleh tingginya kadar glukosa darah yang abnormal.
Keadaan hiperglikemia terjadi akibat resistensi sel tubuh terhadap aktivitas insulin,
defisiensi insulin, atau keduanya. Biasanya dalam keadaan ini juga terjadi gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.Tingkat kesakitan dan kematian adalah
akibat dari gangguan metabolisme akut,komplikasi jangka panjang dapat
mempengaruhi aliran darah secara makro maupun mikro menyebabkan retinopati,
nefropati, neuropati, penyakit jantung ischemic, dan obstruksi arteri yang
menyebabkan gangren pada ektremitas bawah ( diabetic foot).
Diabetes mellitus pada anak bukanlah sebuah kelainan yang sering di temui
dalam praktek klinis sehari - hari prevalensinya hanya 3% di Inggris, dan menurut
beberapa literatur lain hanyalah 2- 5 % dari seluruh populasi, diabetes pada anak
melibatkan beberapa faktor namun kelainan genetis dan kerusakan sel beta pankreas
akibat reaksi autoimmun pada islet sel B pankreas yang mengakibatkan defisiensi
yang cukup besar pada produksi insulin ( insulin endogen ) merupakan faktor utama
dalam penyebab diabetes pada anak, kerusakan sel B pulau langerhans pankreas ini
menyebabkan ketergantungan individu secara absolut terhadap insulin dari
luar( insulin eksogen ) “insulin dependent diabetes mellitu s” ( IDDM)dan kebutuhan
akan pemantauan kadar glukosa darah rutin, serta perubahan pola konsumsi sehari -
hari yang cukup ekstrem.
Diabetes mellitus pada anak bukanlah sebuah kelainan yang sering ditemui
dalam praktek klinis sehari - hari prevalensinya hanya 3% di Inggris, dan menurut
beberapa literatur lain hanyalah 2- 5 % dari seluruh populasi, diabetes pada anak
melibatkan beberapa faktor namun kelainan genetis dan kerusakan sel beta pankreas
akibat reaksi autoimmun pada islet sel B pankreas yang mengakibatkan defisiensi
yang cukup besar pada produksi insulin ( insulin endogen ) merupakan faktor utama
dalam penyebab diabetes pada anak, kerusakan sel B pulau langerhans pankreas ini
menyebabkan ketergantungan individu secara absolut terhadap insulin dari
luar( insulin eksogen ) “insulin dependent diabetes mellitu s” ( IDDM)dan kebutuhan
akan pemantauan kadar glukosa darah rutin, serta perubahan pola konsumsi sehari -
hari yang cukup ekstrem.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II

KONSEP TEORI

A. DEFINISI DIABETES MELITUS


Menurut American Diabetes Assosiation (ADA, 2010), diabetes militus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan kronis dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekrasi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya yan membutuhkan peralatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk
mencegah komplikasi akut dan menurunkan risiko komplikasi jangka panjang.
Menurut WHO, diabetes militus di definisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan
oleh gangguan produksi insulin beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan
oleh kurang responsifnya selsel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008).
Diabetes Mellitus adalah kondisi ketika tubuh tidak dapat mengendalikan
kadar gula dalam darah (glukosa), yang normalnya pada gula darah puasa 80-130
mg/dL, kadar gula darah sewaktu 100-200mg/dL, serta kadar gula darah 2 jam PP
120-200. Glukosa merupakan hasil penyerapan makanan oleh tubuh, yang kemudian
menjadi sumber energi. Pada umumnya, penderita Diabetes Mellitus, kadar glukosa
ini terus meningkat sehingga terjadi penumpukan (Pudiastuti, 2013). Secara umum
Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketidakstabilan
kadar glukosa darah yang ditandai dengan adanya ketidakabsolutan insulin dalam
tubuh (Kemenkes RI, 2014)
Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat
lemak dan protein yang berkaitan dengan defisiensi atau resistensi insulin secara
absolute maupun relatif yang bersifat kronis, ditandai dengan ciri khas peningkatan
kadar Glukosa darah atau Hiperglikemia diatas nilai normal, Hiperglikemia terjadi
karena adanya gangguan kerja insulin atau sekresi insulin didalam tubuh (Miharja,
2013, Awad dkk, 2013). Glukosa darah dikatakan normal jika tidak melebihi 70-<100
mg/dl pada gula darah puasa, jika melebihi gula darah puasa antara 100-125
pdikatakan pre Diabetes, sedangkan seseorang dikatakan terkena Diabetes Melitus
jika kadar Glukosa darah >126 mg/dl (Subekti, 2012).
B. INSEDENSI DIABETES MELITUS
C. ETIOLOGI DIABETES MELITUS
Penyebab Diabetes Melitus pada umumnya disebebkan oleh rusaknya
sebagian besar atau kecil sel betha pankreas yang berfungsi sebagai penghasil insulin
didalam tubuh, karena ada kerusakan sel betha maka berakibat tubuh akan kekurangan
insulin (Riyadi, 2012). Selain itu terdapat juga faktor-faktor resiko yang
mempengaruhi terjadinya Diabetes Melitus faktor tersebut ada yang bisa diubah dan
tidak dapat diubah, Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu:
1. Faktor Genetik
Penyakit Diabetes Melitus dapat diturunkan oleh orangtua kepada anak.
Penyebabnya yaitu Gen orangtua akan dibawa oleh anak pada saat anak masih
didalam kandungan, pewarisan ini dapat berlanjut sampai sampai kecucunya
bahkan bisa sampai cicit walaupun resikonya sangat kecil (Kekenusa, 2013).
2. Usia
Menurut Hardianah (2012), Diabetes Melitus mengalami peningkatan pada usia
muda dikarenakan meningkatnya kejadian obesitas pada usia muda.
3. Gender
Meskipun sampai saat ini belum ditemukan prevalensi Diabetes Melitus pada
wanita dan pria, namun berbagai study menyatakan bahwa ada perbedaan
prevelensi antara jenis kelamin tersebut, study yang dilakukan pencegahan dan
pengendalian penyakit 2012, menunjukan peningkatan kejadian Diabetes Melitus
pada wanita sebasar 4,8%, dan 3,2% pada pria (Hotma,2014).
4. Diabetes Melitus Gestasiaonal
Adalah suatu kondisi intoleransi terhadap glukosa yang ditemukan pada ibu hamil
dengan gangguan toleransi glukosa. Berkembangnya GDM pada masa kehamilan
menjadi faktor resiko penyebab Diabetes Melitus (Damayanti, 2015).
Faktor resiko yang dapat diubah antara lain:
1. Obesitas
Pola makan yang tidak sehat yang banyak mengandung gula dan lemak akan
menumpuk didalam tubuh sehingga menyebabkan kelenjar pankreas bekerja lebih
keras untuk menghasilkan insulin untuk mengelola gula yang masuk kedalam
tubuh (American Diabetes Association, 2017).
2. Pola hidup
Penyebab Diabetes melitus juga disebabkan oleh pola hidup, kurangnya olahraga
dan aktifitas fisik dapat beresiko tinggi terkena Diabetes Melitus karena fungsi
olahraga yaitu untuk membakar kalori yang berlebihan didalam tubuh, kalori yang
terlalu banyak didalam tubuh merupakan faktor utama penyebab Diabetes Melitus
(Tarwoto, 2012).
D. GAMBARAN KLINIS DIABETES MELITUS
Manifestasi klinik utama Diabetes Mellitus:
1. Poliuri (banyak kencing)
Merupakan gejala umum pada penderita Diabetes Mellitus. Banyaknya kencing
ini disebabkan kadar gula dalam darah (glukosa) yang berlebih, sehingga
merangsang tubuh untuk mengeluarkan kelebihan gula tersebut melalui ginjal
bersama urine. Gejala ini terutama muncul pada malam hari, yaitu saat kadar gula
dalam darah relative lebih tinggi dari pada malam hari (Ginting, 2014).
2. Polidipsi (banyak minum)
Merupakan akibat reaksi tubuh karena banyak mengeluarkan urine. Gejala ini
sebenarnya merupakan usaha tubuh untuk menghindari kekurangan cairan
(dehidrasi). Oleh karena tubuh banyak mengeluarkan air, secara otomatis
menimbulkan rasa haus untuk mengganti cairan keluar. Selama kadar gula dalam
darah belum terkontrol baik, akan timbul terus keinginan untuk terus-menerus
minum. Sebaliknya minum banyak akan terus menimbulkan keinginan untuk
selalu kencing. Dua hal ini merupakan serangkaian sebab akibat yang akan terus
terjadi selagi tubuh belum dapat mengendalikan kadar gula dalam darahnya
(Ginting, 2014).
3. Polipaghi (banyak makan)
Merupakan gejala lain yang dapat diamati. Terjadi gejala ini, disebabkan oleh
berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah
tinggi. Oleh karena ketidakmampuan insulin dalam menyalurkan gula sebagai
sumber tenaga dalam tubuh, membuat tubuh merasa lemas seperti kurang tenaga
sehingga timbul rasa lapar (Ginting, 2014).
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat dari gangguan aliran darah pada klien
diabetes lama, ketabolisme protein diotot dan ketidak mampuan sebagian besar sel
dalam menggunakan glukosa sebagai energi (Ginting, 2014).
5. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi
imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik (Ginting, 2014).
6. Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi di daerah ginjal. Lipatan kulit
seperti diketiak dan di bawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya jamur
(Sukarmin & Riyadi, 2013).
7. Kelainan genekologis keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama
candidia (Sukarmin & Riyadi, 2013).
8. Kesemutan rasa kebas akibat terjadinya neuropati karena regenerasi sel
persyarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang
berasal dari unsur protein akibatnya perifer mengalami kerusakan (Sukarmin &
Riyadi, 2013).
9. Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang
dilakukan oleh sel melalui proses glikogenesis tidak dapat berlangsung secara
optimal (Sukarmin & Riyadi, 2013).\
10. Mata kabur yang disebabkan oleh gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa
oleh hiperglikemi (Sukarmin & Riyadi, 2013).
E. PATHOFISIOLOGI DIABETES MELITUS
Kombinasi antara faktor genetic faktor lingkungan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin merupakan penyebab DM. faktor lingkungan yang
mempengaruhi seperti obesitas, kurangnya aktifitas fisik, stress dan pertambahan
umur (Kaku, 2013).
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari gula darah yang
tinggi. Jika kadar gula darah melebihi 160-180 mg/dl maka glukosa akan dikeluarkan
melalui air kemih dengan jumlah yang banyak (poliuri). Sehingga penderita akan
sering haus dan akan banyak minum (polidipsi). Sejumlah kalori akan hilang ikut
terbuang didalam air kemih sehingga penderita akan mengalami penurunan berat
badan. Untuk mengkompensasi hal ini seringkali penderita akan merasakan lapar
yang luar biasa sehingga penderita akan banyak makan dalam jumlah yang banyak
(polifagi). Gejala lainya adalah pandangan kabur, pusing, mual, dan berkurangnya
ketahanan tubuh selama beraktifitas atau olahraga. Penderita Diabetes Melitus dengan
kadar gula kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi (Muttaqin, 2010).
Pada penderita Diabetes Melitus tipe 1 akan menimbulkan keadaan yang
disebut ketoasidosis diabetikum, Meskipun kadar glukosa tinggi tetapi sebagian besar
sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga kebutuhan energi sel
diambil dari sumber lain, sumber lain biasanya diambi dari lemak tubuh. Sel lemak
dipecah dan akan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang
mengakibatkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoadosis
diabetikum adalah rasa haus dan berkemih dengan jumlah yang banyak, mual,
muntah, lelah dan nyeri perut. nafas menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha
memperbaiki keasaman darah, bau nafas penderita akan berbau seperti aseton, jika
tanpa pengobatan ketoadosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, biasanya
hanya dalam waktu beberapa jam. Bahkan setelah rutin terapi insulin, penderita
Diabetes Melitus tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika penderita lupa atau
melewatkan penyuntikan insulin atau penderita mengalami stres akibat infeksi,
kecelakaan atau penyakit yang serius (Soegondo, 2010).
Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada normalnya insulin
akan terikat reseptor kusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya reseptor dengan
insulin maka terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel. Dengan demikian insulin tidak efektif untuk menstimulus dalam pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang lambat maka Diabetes Melitus
tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika pasien mengalami gejala tersebut bersifat
ringan dan mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsia, luka yang lama proses
penyembuhanya, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosa sangat
tinggi) (Andra Saferi, 2013)
Diabetes Melitus dapat membuat gangguan/komplikasi melalui kerusakan
pada pembuluh darah diseluruh tubuh yang disebut juga dengan angiopati diabetik.
Penyakit ini bisa menjadi kronis dan dibagi menjadi gangguan pembuluh darah besar
(makrovaskuler) disebut dengan makroangiopati. dan pada pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) disebut dengan mikroangiopati. yang berefek terhadap saraf perifer
dan suplay faskuler gangguan pada pembuluh darah kecil dapat mengakibatkan
neuropati, dan terhambatnya suplai oksigen dan sari-sari makanan kejaringan,
sehingga bisa mengakibatkan timbulnya ulkus diabetikum, neuropati sensori perifer
memungkinkan terjadinya trauma sehingga mengakibatkan terjadinya Gangguan
integritas jaringan dibawah area kalus. (Subekti,2012)
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 disebabkan oleh faktor usia, genetik, obesitas
yang menjadikan sel beta pankreas mengalami penurunan fungsi. Karena penurunan
fungsi sel beta pankreas mengakibatkan terjadinya gangguan sekresi insulin yang
seharusnya didapat oleh tubuh. Gangguan sekresi insulin mempengaruhi tingkat
produksi insulin, sekresi insulin yang tidak adekuat membuat produksi insulin
menjadi menurun dan mengakibatkan ketidakseimbangan produksi insulin.
Penurunan sekresi intra sel menjadikan insulin tidak terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel yang pada akhirnya gula dalam darah tidak dapat dibawa masuk
oleh sel. Gula yang tidak dapat masuk ke dalam sel mengakibatkan kadar glukosa
dalam darah meningkat dan menyebabkan hiperglikemi. Pengobatan yang tidak
teratur serta ketidakpatuhan dalam diit mengakibatkan glukosa dalam darah tidak
dapat menjadi energi sehingga menyebabkan terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa
darah (Ginting, 2014)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSATIK DIABETES MELITUS
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan didapatkan adanya glukosa urine/pemeriksaan dilakukan
dengan cara benedict(reduksi).
2. Kadar glukosa darah
Pemeriksaan darah meliputi : pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) nilai normal
100-126 mg/dl, gula darah puasa 70-<100 mg/dl. Dan gula darah 2 jam post
pradial <180 mg/dl (Subekti, 2012).
3. Pemeriksaan fungsi tiroid
Pemeriksaan aktifitas hormon tiroid meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan
insulin (Srihartini, 2014)
G. PROGNOSIS DIABETES MELITUS
Sekitar 60% pasien diabetes melitus tipe 1 yang mendapatkan insulin dapat bertahan
hidup seperti orang normal namun penderita insulin hanya dapat mengurangi sebagian
dari resiko insiden komplikasi. Sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal
kronik dan kemungkinan meninggal lebih cepat. Dan perlu di catat bahwa sekitar 80%
penderita diabetes melitus dewasa meninggal akibat penyakit kardiovaskuler.
Pada penderita diabetes potensial, factor lingkungan terutama overweight tampaknya
lebih signifikan untuk prognosisdari pada faktor genetic. Frekuensi diabetes nyatanya
lebih tinggi pada wanita dibandingkan dari pada laki-laki. Jumlah harapan hidup rata-
rata sekitar 70% dari jumlah seluruh kasus. Rat-rata kesembuhan setelah manifestasi
adalah lebih dari 18 tahun. Coma diabetic telah hampir menghilang sebagai penyebab
kematian. Sekarang, sekitar 75% penderita diabetes meninggal karena komplikasi
vaskular, terutama dari penyakit jantung koroner. Pria dan wanita yang menderita
diabetes memiliki frekuensi yang sama untuk menderita penyakit jantung koroner.
Komplikasi renovaskuler adalah penyebab utama kematian pada penderita diabetes
yang masih muda. Makro-diabetes dan microangiopati berkolerasi dengan durasi,
tidak dengan tingkat keparahan diabetes. Sangat penting bagi dokter untuk
mengontrol diabetes dengan sangat ketat, terutama pada tahun-tahun pertama setelah
manifestasi, dengan tujuan untuk mengurangi frekuensi dan/atau tingkat keparahan
dari komplikasi vaskular.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS DIABETES MELITUS
1. Edukasi
Pemberian informasi tentang gaya hidup yang perlu diperbaiki secara khusus
memperbaiki pola makan, pola latihan fisik, serta rutin untuk melakukan
pemeriksaan gula darah. Informasi yang cukup dapat memperbaiki pengetahuan
serta sikap bagi penderita Diabetes Mellitus
2. Terapi Gizi
Pada penderita Diabetes Mellitus prinsip pengaturan zat gizi bertujuan untuk
mempertahankan atau mencapai berat badan yang ideal, mempertahankan kadar
glukosa dalam darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik
serta meningkatkan kualitas hidup diarahkan pada gizi seimbang dengan cara
melakukan diet 3J:
a. Jumlah makanan
Kebutuhan kalori setiap orang berbeda, bergantung pada jenis kelamin, berat
badan, tinggi badan serta kondisi kesehatan pada klien. Penghitungan
kebutuhan kalori klien berdasarkan pada rumus Harris-Benedict yang
memperhitungkan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, hingga
tingkat aktivitas fisik yang dilakukan.
Pada pria :
Pada wanita :
Hasil dari penghitungan kemudian dikalikan dengan faktor aktivitas fisik.
Faktor aktifitas fisik dibagi menjadi 3 yaitu :
- Pada aktivitas fisik rendah dikalikan 1,2
- Pada aktivitas fisik sedang dikalikan dengan 1,3
- Pada aktivitas fisik berat dikalikan dengan 1,4
b. Jenis makan
Pada penderita Diabetes Mellitus sebaiknya menghindari makanan dengan
kadar glukosa yang tinggi seperti madu, dan susu kental manis. Pilih makanan
dengan indeks glikemik rendah dan kaya serat seperti sayur-sayuran, biji-
bijian dan kacang-kacangan. Batasi makanan yang mengandung purin (jeroan,
sarden, burung darah, unggas, kaldu dan emping). Cegah dislipidemia dengan
menghindari makanan berlemak secara berlebih (telur, keju, kepiting, udang,
kerang, cumi, santan, susu full cream atau makanna dengan lemak jenuh).
Batasi konsumsi garam natrium yang berlebih.
c. Jadwal makanan.
Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan intervalnya yaitu dengan :
- Sarapan pagi jam 6.00
- Kudapan/snack jam 9.00
- Makan siang jam 12.00
- Kudapan/snack jam 15.00
- Makan malam jam 18.00
- Kudapan/snack jam 21.00
Mengatur jam makan yang teratur sangat penting, jarak antar 2 kali makan
yang ideal sekitar 4-5jam jika jarak waktu 2 kali makan terlalu lama akan
membuat gula darah menurun sebaliknya jika terlalu dekat jaraknya gula
darah akan tinggi.
3. Latihan Fisik
Dalam penatalaksannan diabetes, latihan fisik atau olahraga sangatlah penting
bagi penderita Diabetes Mellitus karena efeknya dapat menurunkan kadar gula
darah dan mengurangi faktor resiko kardio vaskuler.
4. Farmakoterapi
Penggunaan obat-obatan merupakan upaya terakhir setelah beberapa upaya yang
telah dilakukan tidak berhasil, sehingga penggunaan obat-obatan dapat membantu
menyeimbangkan kadar glukosa darah pada penderita Diabetes Mellitus.
a) Obat
Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)
(1)Golongan Sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas untuk
mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila sel-sel beta
utuh, menghalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekaan jaringan
terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon.
(2)Golongan Biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan biguanid
dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya tidak
pernah menyebabkan hipoglikemi.
(3)Alfa Glukosidase Inhibitor
Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glucosidase didalam saluran
cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabkan hipoglikemi serta tidak berpengaruh pada kadar insulin.
(4)Insulin Sensitizing Agent
Efek farmakologi pada obat ini meningkatkan sensitifitas berbagai masalah
akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
b) Insulin
kerjanya sedang (NPN) dengan masa kerja 6-12 jam; yang kerjanya lambat
(Protamme Zinc Insulin) masa kerjanya 12-24 jam.
5. Mengontrol Gula Darah
Bagi penderita Diabetes Mellitus mengontrol gula darah sebaiknya dilakukan
secara rutin agar dapat memantau kondisi kesehatan saat menjalankan diet
maupun tidak. Dengan mengontrol gula darah secara rutin, penderita dapat
memahami kondisi tubuhnya mengalami hiperglikemi atau hipoglikemi. Dari
sekian banyak jenis insulin menurut cara kerjanya yaitu; yang bekerja cepat
(Reguler Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam; yang
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGAKAJIAN
Pengkajian keperawatan adalah salah satu komponen dari proses keperawatan,
yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan
yang meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien
secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin,
2014). Pengkajian pada pasien diabetes melitus tipe II dengan gangguan integritas
kulit menurut (Andara & Yessie, 2013), sebagai berikut :
1. Identitas pasien
Nama, No RM, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status, tanggal MRS,
dan tanggal pengkajian
2. Keluhan utama
Keluhan utama meliputi
a. Nutrisi : peningkatan nafsu makan, mual, muntah, penurunan atau
peningkatan berat badan, banyak minum dan perasaan haus.
b. Eliminasi : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan
berkemih, diare.
c. Neurosensori : nyeri kepala, parathesia, kesemutan,pada
ekstermitas, penglihatan kabur, gangguan penglihatan.
d. Integumen : gatal pada kulit, gatal pada sekitar penis dan vagina, dan luka
ganggren.
e. Muskuloskeletal : kelemahan dan keletihan.
f. Fungsi seksual : ketidakmampuane ereksi (impoten), regiditas, penurunan
libido, kesulitan orgasme pada wanita.
3. Riwayat penyakit sekarang
Adanya gatal pada kulit disertai luka tidak sembuh-sembuh, terjadinya
kesemutan pada ekstermitas, menurunnya berat badan, meningkatnya nafsu
makan, sering haus, banyak kencing, dan menurunnya ketajaman penglihatan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumya pernah mengalami penyakit diabetes mellitus dan pernah
mengalami luka pada kaki
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga diabetes mellitus atau penyakit keturunan yang
menyebabkan terjadinya difesiensi insulin misal, hipertensi, jantung.
6. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sambungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
7. Pola Fungsi Kesehatan Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang
pengetahuan dan penatalaksanaan penderita diabetes mellitus dengan
ganggren kaki.
b. Pola nutrisi
Penderita diabetes mellitus mengeluh ingin selalu makan tetapi berat
badannya justru turun karena glukosa tidak dapat ditarik ke dalam sel dan
terjadi penurunan massa sel (Tarwoto,2012)
c. Pola eliminasi
Data eliminasi untuk buang air besar (BAB) pada klien diabetes mellitus
tidak ada perubahan yang mencolok. Sedangkan pada eliminasi buang air
kecil (BAK) akan dijumpai jumlah urin yang banyak baik secara frekuensi
maupun volumenya.
d. Pola tidur dan istirahat
Sering muncul perasaan tidak enak efek dari gangguan yang berdampak
pada gangguan tidur (insomnia)
e. Pola aktivitas
Pola pasien dengan diabetes mellitus gejala yang ditimbulkan antara lain
keletihan, kelelahan, malaise, dan seringnya mengantuk pada pagi hari.
f. Nilai dan keyakinan
Gambaran pasien diabetes mellitus tentang penyakit yang dideritanya
menurut agama dan kepercayaannya, kecemasan akan kesembuhan, tujuan
dan harapan akan sakitnya.
8. Pemeriksan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda-tanda vital.
b. Pemeriksaan Head To Toe:
1) Kepala :Wajah dan kulit kepala Bentuk muka , ekspresi wajah gelisah
dan pucat, rambut, bersih/tidak dan rontok/tidak, ada/tidak nyeri tekan.
2) Mata : Mata kanan dan kiri simetris / tidak , mata cekung/tidak,
konjungtiva anemis/ tidak, selera ikterit/tidak, ada/tidak sektet, gerakan
bola mata normal/tidak, ada benjolan/tidak, ada/tidak nyeri tekan,
fungsi penglihatan menurun/tidak.
3) Hidung : ada/Tidak polip, ada/tidak sektet, ada/ tidak radang, ada/tidak
benjolan, fungsi penghidu baik/buruk.
4) Telinga : Canalis bersih/kotor, pendengaran baik/menurun, ada/tidak
benjolan pada daun telinga, ada/ tidak memakai alat bantu
pendengaran.
5) Mulut :Gigi bersih/kotor, ada/tidak karies gigi, ada/tidak memakai gigi
palsu, gusi ada/ tidak peradangan, lidah bersih/kotor, bibir
kering/lembab.
6) Leher :ada/Tidak pembesaran kelenjar thyroid, ada/tidak nyeri tekan,
ada/tidak bendungan vena jugularis dan ada/tidak pembesaran kelenjar
limpa.
7) Thorax dan paru :Bentuk dada normal chest simetris/tidak kanan dan
kiri.Paru – paru Inspeksi : pada paru – paru didapatkan data tulang iga
simetris/tidak kanan dan kiri, payudara normal/tidak, RR normal atau
tidak, pola nafas regular/tidak, bunyi vesikuler/tidak, ada/tidak sesak
nafas.Palpasi : Vocal fremitus anteria kanan dan kiri simetris/tidak,
ada/tidak nyeri tekan. Vocal fremitus posterior kanan = kiri, gerak
pernafasan kanan = kiri simetris/tidak.Auskultasi : suara
vesikuler/tidak, ada/tidak rokhi maupun wheezing.Perkusi : suara paru
– paru sonor/tidak pada paru kanan dan kiri.JantungInspeksi : lokasi
lotus di gic midclavikula dan denyut jantung Nampak/tidak.Palpasi :
teraba denyut jantung dengan gerakan.Perkusi : di sic 5 mid axial dari
laterat ke media bunyinya sonor/tidak sampai dengan sternum 2 jari ke
sternum peka.Auskultasi : s1 = s2 murni regular, bunyi jantung normal,
tidak ada mur – mur dan gallop.
8) AbdomenInspeksi : abdomen simetris/tidak, datar dan ada/tidak
lukaAuskultasi : peristartik 25x/ menitPalpasi : ada/tidak nyeri di
kuadran kiri atas.Perkusi : suara hypertimpani.
9) Genitalia Data tidak terkaji, terpasang kateter/tidak.
10) Muskuluskeletal:Ekstresmitas atas : simetris/tidak, ada/tidak odema
atau lesi, ada/tidak nyeri tekan, Ekstremitas bawah : kaki kanan dan
kaki kiri simetris ada /tidak kelainan. Ada atau tidak luka.
11) Integumentum:Warna kulit, turgor kulit baik/jelek/kering ada
lesi/tidak, ada/tidak pengurasan kulit, ada/tidak nyeri tekan.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa
b. Gula darah sewaktu atau random >200mg/dl.
c. Gula darah puasa atau nuchter >140 mg/dl.
d. Gula darah 2 jam PP (post prandial) >200 mg/dl
e. Aseton plasma jika hasil (+) mencolok.
f. Asam lemak bebas adanya peningkatan lipid dan kolesterol.
g. Osmolaritas serum (>330 osm/l).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d infark miokard akut
3. Gangguan integritas kulit b.d neuropati perifer
4. Risiko cedera b.d gangguan penglihatan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnose keperawatan Intervensi


1 Risiko defisit nutrisi b.d Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan mencerna Observasi :
makanan - Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan toleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastrik
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet(mis.
Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogatrik jika asuhan oral dapat
ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang terprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
2 Risiko perfusi serebral tidak Manajemen peningkatan tekanan
efektif b.d infark miokard intracranial
akut Observasi :
- Identifikasi penyebab peningkatan TIK
(mis. Lesi, gangguan metabolism, edema
serebral)
- Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
( mis, ktekanan darah meningkat,tekanan
nadi melebar bradikardia, pola napas
ireguler,kesadaran menurun)
- Monitor MAP (mead arterial pressure )
- Monitor CVP (central venous pressure ),
jika perlu
- Monitor PAWP, jika perlu
- Monitor PAP, jika perlu
- Momitor ICP ( intra carnial
presseure ),jika tersedia
- Monitor CPP ( cerebral perfusion
pressure )
- Monitor gelombang ICP
- Momitor status pernapasan
- Monitor intake dan output cairan
- Monotor cairan serebro – spinalis ( mis.
Warna,konsistensi )
Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan
menyediakanlingkungan yang tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hindari maneuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari pemberian cairan IV hipotonik
- Atur ventilator agar PoCO2 optimal
- Pertambahan suhu tubu normal
Kolaorasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian diuretic osmosis,
jika perlu
- Kolaborasi pemberin pelunak tinja, jika
perlu
3 Gangguan integritas kulit Perawatan integritas kulit
b.d neuropati perifer Observasi
- Identifikasi penyebeb ganggun integritas
kulit ( mis.perubahan sirkulasi perubahan
status nutrisi,penurunan kelembaban,
suhu lingkungan ekstrem, penurunan
mobilitas)
Terapeutik
- Ubah posis tiap 2 jam jika tirah baring
- Lakukan pemijatan pada area penonjolan
tulang, jika perlu
- Bersihkan perinealdengan air
hangat,terutama selama priode diare
- Gunakan produk berbahan petroleum
atau minyak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada kulit sensitif
- Hindari produk berbahan dasar alcohol
pada kulit kering
Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab
(mis.lotion,serum )
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan miningkatkan asupan buah dan
sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrim
- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada di luar rumah
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
4 Risiko cedera b.d gangguan Pencegahan cedera
penglihatan Observasi
- Identifikasi area lingkungan yang
berpotensi menyebabkan cedera
- Identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cedera
- Identifikasi kesesuaian alas kasi atau
stoking elastis pada ekstremitas bawah
Terapeutik
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Gunakan lampu tidur selama jam tidur
- Sosialisasikan pasien dan keluarga
dengan lingkungan ruang rawat ( mis,
telepon,tempat tidur, penerangan ruangan
dan lokasi kamar mandi )
- Gunakan alas lantai jika beresiko
mengalami cedera serius
- Sediakan alas kaki anti slip
- Sediakan pispot atau urinal untuk
eliminasi di tempat tidur, jika perlu
- Pastikan bel panggilan atau telepon
mudah dijangkau
- Pastikan barang – barang pribadi mudah
dijangkau
- Pertahankan posisi tempet tidur di posisi
terendah saat digunakan
- Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda
dalam kondisi terkunci
- Gunakan pengaman tempat tidur sesuai
dengan kebijakan fasilitas peleyanan
kesehatan
- Pertimbangkan penggunaan alam
elektronik pribadi atau alam sensor pada
tempat tidur atau kursi
- Diskusikan mengenal latihan dan terapi
fisik yang diperlukan
- Diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas yang sesuai ( mis, tongkat atau
alat bantu jalan )
- Diskusikan bersama anggota kelurga
yang dapat mendampingi pasien
- Tingkitak frekuensi observasi dan
pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi secara perlahan
dan duduk selama beberapa menit
sebelem berdiri

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam
Haryanto, 2007).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas
pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat
respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nettina,
2002).
Jadi, implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat
yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk
membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria
hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian peoses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali,
2009)Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah. (Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah
tercapai.Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperwatan tetapi
tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah
dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu
dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan
pada tahap intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat
dicapai secara efektif. (Nursalam, 2008)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS PADA An.L DENGAN DIAGNOSA DIABETES


MELITUS TIPE I

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama/Nama panggilan : An. L
Tempat tanggal lahir/usia : 10 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : tidak ada
Alamat : betawi
Tanggal masuk : 01-11-2018
Tangal pengkajian : 01-11-2018
Diagnosa Medik : diabetes mellitus tipe 1
Rencana therapi :
b. Identitas Orang Tua
1) Ayah
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
2) Ibu
Nama : Ny.A
Usia : 32 Tahun
Pendidikan :
Pekerjaan : pns
Agama : islam
Alamat : betawi
2. Keluhan Utama/Alasan Masuk RS
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun datang ke rumah sakit Medistra dengan
keluhan : anak mengatakan bahwa ia banyak makan, banyak minum, banyak kencing,
berat badannya turun, enuresis. Ia juga mudah tersinggung, tidak bisa perhatian lama
ketika mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah, penglihatan kabur, sakit kepala,
kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang flu.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB: 25 kg, PB: 135 cm, suhu: 37,5 0C, nadi:
92x/menit. Respirasi: 24x/menit, TD: 110/70 mmHg. Turgor kulit kembali segara,
kulit kering, membrane mukosa kering. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan: Hb: 11,2gr/dl, Hematokrit: 30%, eritrosit: 4,0(x106/uL), trombosit:
210000/mm3, leukosit: 9.500/uL, glukosa darah 300mg/dl.
Pasien mengatakan sangat cemas dengan keadaannya. Keluarga mengatakan ibu
pasien menderita diabetes melitus. Orang tua pasien khawatir memikirkan masa depan
anaknya. Terapi/instruksi medis yang diberikan saat ini : cek gula darah 2x/hari,
insulin 2 unit dari U 100 sebelum makan.
3. Riwayat Sekarang
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu pasien juga mengatakan anaknya mudah tersinggung, tidak bisa perhatian
lama ketika mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah, penglihatan kabur, sakit
kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang flu.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan ibu pasien menderita diabetes melitus.
Genogram

4. Riwayat Imunisasi

No Jenis imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian


1
2
3
4
5

5. Riwayat Tumbuh Kembang


a. Pertumbuhan Fisik
- Berat badan : kg
- Tinggi badan : cm
- Waktu tumbuh gigi : bulan
- Tanggalnya gigi : thn
b. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat : (3 bulan)
- Berguling :
- Duduk :
- Merangkak :
- Berdiri :
- Berjalan :
- Senyum kepada orang lain :
- Bicara pertama kali :
- Berpakaian tanpa bantuan :
c. Riwayat Nutrisi
- Pemberian ASI
Pertama kali disusui :
Cara pemberian : setiap kali menangis terjadwal
Lama pemberian : tahun
- Pemberian Susu
Alasan pemberian :
Jumlah pemberian :
Cara pemberian : dengan dot sendok

6. Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahapan Usia

Usia Jenis nutrisi Lama pemberian

7. Riwayat Psikososial
- Apakah anak tinggal di : ( ) apartemen, ( ) rumah sendiri, ( ) kontrak
- Lingkungan berada di : ( ) kota, ( ) setengah kota, ( ) desa
- Hubungan antar anggota keluarga : ( ) harmonis, ( ) berjauhan
- Pengasuh anak : ( ) orang tua, ( ) baby siter, ( ) pembantu, ( ) nenek/kakek
8. Riwayat Spiritual
- Support system dalam keluarga :
- Kegiatan keagamaan :
9. Reaksi Hospotalisasi
a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS :
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak :
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini : ( ) cemas, ( ) takut, ( ) khawatir, ( )
biasa
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke RS :
- Menurutmu apa penyebab kami sakit :
- Apakah dokter menceritakan keadaanmu
- Bagaimana rasanya di rawat di RS : ( ) Bosan, ( ) takut, ( ) senang
10. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi

Kondisi Saat sakit Sebelum sakit

1. Selera makan
2. Menu makan
3. Frekuensi makan
4. Makanan disukai
5. Makanan pantangan
6. Pembatasan pola makan
7. Cara makan
8. Ritual saat makan
b. Cairan :
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Jenis minuman
2. Frekuensi minum
3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan
c. Eliminasi (bak/bab) :

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
d. Istirahat tidur :

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Jam tidur
- Siang
- Malam
2. Pola tidur
3. Kebiasaan sebelum tidur
4. Kesulitan tidur
e. Istirahat tidur :

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Program olah raga
2. Jenis dan frekuensi
3. Kondisi setelah olahraga
f. Personal Hygiene :

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Mandi
- Cara
- Frekuensi
- Alat mandi
2. Cuci rambut
- Frekuensi
- Cara
3. Gunting kuku
- Frekuensi
- Cara
4. Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara
g. Aktivitas/Mobilisasi Fisik

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal harian
3. Penggunaan alat bantu aktivitas
4. Kesulitan pergerakan tubuh
h. Rekreasi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Perasaan saat sekolah
2. Waktu luang
3. Perasaan setelah rekreasi
4. Waktu senggang keluarga
5. Kegiatan hari libur

i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum klien
2. Tanda-tanda vital :
- Suhu : oC
- Nadi : kali/menit
- Respirasi : C
- Tekanan Darah :
3. Antropometri :
- Tinggi badan : cm
- Berat badan : kg
- Lingkar lengan atas: cm
- Lingkar kepala : cm
- Lingkar dada : cm
- Lingkar perut : cm
- Skin Fold : cm

j. Sistem Pernafasan
1. Hidung : ( ) Simetris, ( ) pernafasan cuping hidung, ( ) sekret, ( ) Polip, ( )
epistaksis
2. Leher : pembesaran kelenjar ( ), tumor ( )
3. Dada :
- Bentuk dada normal ( ), barrel ( ), pigeon chest ( )
- Perbandingan ukuran AP dengan tranversal :
- Gerakan dada : simetris ( ), terdapat retraksi ( ), alat bantu pernapasan (
)
- Suara napas : VF ( ), Ronchi ( ), Wheezing ( ), Stridor ( ), Rales ( )
4. Apakah ada clubbing finger

k. Sistem Cardio Vaskuler


1. Conjungtiva anemia : ( ), bibir pucat/cyanosis ( ), arteri carotis : Kuat/lemah,
Tekanan vena jugularis : meninggi/tidak
2. Ukuran jantung : Normal ( ), membesar ( ), IC/apex ( )
3. Suara jantung : S1 ………….; S2 ……………...
4. Capillary refilling time : ……. Detik
l. Sistem Pencernaan
1. Sklera : Ikterus ( ), Bibir : lembab/kering/pecah-pecah, labia skizis ( )
2. Mulut : stomatis ( ), palato skizis ( ), jumlah gigi ……, kemampuan
menelan : baik/sulit, lain-lain
3. Gaster ; kembung ( ), lien ginjal faeces
4. Anus : lecet
Hemaroid
m. Sistem Indra
1. Mata
- Kelopak mata ……. bulu mata ……. alis …….. lain-lain
- Visusu (Gunakan snellen chard)
- Lapang pandang
2. Hidung
- Penciuman ( ), perih di hidung ( ), trauma ( ), mimisan ( )
- Sekret yang menghalangi penciuman
3. Telinga
- Keadaan daun telinga : kanal alditoris : bersih ( ), serumen ( )
- Fungsi pendengaran :

n. Sistem Indra
1. Fungsi Cerebral
- Status mental : orientasi ……… daya ingat …… perhatian & perhitungan
…………; bahasa ………..
- Kesadaran : eyes ……..: motorik : …….. verbal : ……… dengan GCS
……..
- Bicara ekspresif ……… resipirate
2. Fungsi Cranial
- NI: ( )
- N II : visus …………lapang pandang …………………
- N III, IV, VI : Gerakan bola mata ………………pupil : isokor ( ), an
isokor ( )
- NV : Sensorik ………………motorik……………………
- N VII : Sensorik………………otonom…………motorik……………
- N VIII: Pendengaran : ………………keseimbangan ………………
- N IX : ………………..
- NX : Gerakan uvula ……………..rangsang muntah/menelan ( )
- N XI : Sternocledomastoideus : ……………trapezius
- N XII : Gerakan lidah

3. Fungsi motorik : massa otot …………tonus otot …….kekuatan otot….


4. Fungsi sensorik : suhu ……nyeri…………getaran…………posisi……..
diskriminasi …………
5. Fungsi cerebellum : koordinasi …………keseimbangan …………
6. Refleks : Biseps ………, trisep ………patella………babinski………
7. Iritasi meningen : Kaku dduk ( ), laseque sign ( ), Brudzinski I/II ( )

o. Sistem Muskolo Skeletal


- Kepala : Bentuk kepala : ………………gerakan : …………………
- Vertebrae : Scoliosis ( ), Lordosis ( ), gerakan ( ), ROM ( ), fungsi gerak
…………
- Pelvis : Gaya/jalan…………gerakan…………ROM …………Trendelberg
test…………Ortolani/Barlow
- Lutut : Bengkak ( ), kaku ( ), gerakan ( ), MC Murray Test ( ),
Ballotement test ( ).
- Kaki bengkak ( ) : gerakan …………kemampuan jalan …………tana
tarikan …………
- Tangan : bengkak ( ), gerakan …………ROM…………
p. Sistem Intugen
- Rambut : warna : ……………………mudah tercabut……………………
- Kulit ; warana …………temperatur …………kelembaban …………bulu kulit
…………erupsi…………tahi lalat…………ruam : …………teksture
- Kuku : warna : ……………………permukaan kuku : ……………………
mudah patah ( ), kebersihan ……………………
q. Sistem Endokrin :
1. Kelenjar thyroid :
2. Ekskresi urine berlebihan …………poldipsi …………Poliphagi …………
3. Suhu tubuh yang tidak seimbang ……………………keringat berlebihan
……………………
4. Riwayat urine dikelilingi semut :
…………………………………………………
r. Sistem Perkemihan
- Oedema palpebra : ( ), moon fase ( ), oedema anasarka ( )
- Keadaan kandung kemih : ……………………
- Nocturia ( ), dysuria ( ), kencing batu ( )
s. Sistem Reproduksi :
1. Wanita
- Payudara : putting…………aerola mammae…………cesar …………
- Labia mayora & minora bersih ( ), sekret ( ), bau ( )
2. Laki-laki
- Keadaan glans penis : uretra …………….. ; kebersihan …………………
- Testis sudah turun ……………………
- Pertumbuhan rambut : kumis ……………………janggut…………………
ketiak
- Pertumbuhan jakun ……………………perubahan suara
t. Sistem Imun
- Alergi (cuaca ( ), debu ( ), bulu binatang ( ), zat kimia …………………

11. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


a. 0 - 6 tahun
Dengan menggunakan DDST
- Motorik kasar…………………………………………………………………
- Motorik halus…………………………………………………………………
- Bahasa……………………………………………………………………….
- Personal social ……………………………………………………………..
b. 6 tahun keatas
- Perkembangan kognitif
- Perkembangan psikoseksual
- Perkembangan psikososial
12. Test Diagnostik :
a. Laboratorium
b. Foto Rontgen
c. CT Scan
d. MRI, USG, EEG, ECG, dll.
13. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)

Anda mungkin juga menyukai