Mengetahui,
Clinical Teaching
2. Usia
Menurut Hardianah (2012), Diabetes Melitus mengalami peningkatan pada usia muda
dikarenakan meningkatnya kejadian obesitas pada usia muda.
3. Gender
Meskipun sampai saat ini belum ditemukan prevalensi Diabetes Melitus pada wanita
dan pria, namun berbagai study menyatakan bahwa ada perbedaan prevelensi antara
jenis kelamin tersebut, study yang dilakukan pencegahan dan pengendalian penyakit
2012, menunjukan peningkatan kejadian Diabetes Melitus pada wanita sebasar 4,8%,
dan 3,2% pada pria (Hotma,2014).
4. Diabetes Melitus Gestasiaonal
Adalah suatu kondisi intoleransi terhadap glukosa yang ditemukan pada ibu hamil
dengan gangguan toleransi glukosa. Berkembangnya GDM pada masa kehamilan
menjadi faktor resiko penyebab Diabetes Melitus (Damayanti, 2015).
C. Klasifikasi
Diabetes Melitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
a) Diabetes Melitus tipe 1 (Diabetes tergantung pada insulin)
Diabetes Melitus tipe 1 terjadi akibat kerusakan dari sel beta pankreas sehingga tubuh
mengalami kekurangan insulin, sehingga penderita Diabetes tipe 1 akan
ketergantungan insuli seumur hidup, Diabetes Melitus tipe 1 disebabkan oleh faktor
genetik (keturunan) faktor imunologik dan faktor lingkungan (Hardianah, 2013).
b) Diabetes Melitus tipe tipe 2 (Diabetes Melitus tidak tergantung pada insulin) Diabetes
Melitus tipe 2 ini disebabkan insulin yang berada didalam tubuh tidak bekerja dengan
baik, bisa meningkat bahkan menurun , Diabetes tipe ini umum terjadi dikarenakan
oleh faktor resikonya yaitu malas olahraga dan obesitas, faktor yang mempengaruhi
Diabetes yaitu riwayat keluarga obesitas, gaya hidup dan usia yang lebih 65 tahun
memiliki resiko tinggi (Muhlisin, 2015)
D. Patofisiologi
Kombinasi antara faktor genetic faktor lingkungan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin merupakan penyebab DM. faktor lingkungan yang mempengaruhi seperti
obesitas, kurangnya aktifitas fisik, stress dan pertambahan umur (Kaku, 2013).Gejala
awalnya berhubungan dengan efek langsung dari gula darah yang tinggi. Jika kadar gula
darah melebihi 160-180 mg/dl maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih dengan
jumlah yang banyak (poliuri). Sehingga penderita akan sering haus dan akan banyak
minum (polidipsi). Sejumlah kalori akan hilang ikut terbuang didalam air kemih sehingga
penderita akan mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini
seringkali penderita akan merasakan lapar yang luar biasa sehingga penderita akan
banyak makan dalam jumlah yang banyak (polifagi). Gejala lainya adalah pandangan
kabur, pusing, mual, dan berkurangnya ketahanan tubuh selama beraktifitas atau olahraga.
Penderita Diabetes Melitus dengan kadar gula kurang terkontrol lebih peka terhadap
infeksi (Muttaqin, 2010).
Pada penderita Diabetes Melitus tipe 1 akan menimbulkan keadaan yang disebut
ketoasidosis diabetikum, Meskipun kadar glukosa tinggi tetapi sebagian besar sel tidak
dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga kebutuhan energi sel diambil dari
sumber lain, sumber lain biasanya diambi dari lemak tubuh. Sel lemak dipecah dan akan
menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang mengakibatkan darah
menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoadosis diabetikum adalah rasa haus dan
berkemih dengan jumlah yang banyak, mual, muntah, lelah dan nyeri perut. nafas menjadi
dalam dan cepat karena tubuh berusaha memperbaiki keasaman darah, bau nafas
penderita akan berbau seperti aseton, jika tanpa pengobatan ketoadosis diabetikum bisa
berkembang menjadi koma, biasanya hanya dalam waktu beberapa jam. Bahkan setelah
rutin terapi insulin, penderita Diabetes Melitus tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika
penderita lupa atau melewatkan penyuntikan insulin atau penderita mengalami stres
akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius (Soegondo, 2010).
Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada normalnya insulin akan
terikat reseptor kusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya reseptor dengan insulin
maka terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi
insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan
demikian insulin tidak efektif untuk menstimulus dalam pengambilan glukosa oleh
jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang lambat maka Diabetes Melitus tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi. Jika pasien mengalami gejala tersebut bersifat ringan dan
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsia, luka yang lama proses
penyembuhanya, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosa sangat tinggi)
(Andra Saferi, 2013)
Diabetes Melitus dapat membuat gangguan/komplikasi melalui kerusakan pada
pembuluh darah diseluruh tubuh yang disebut juga dengan angiopati diabetik. Penyakit
ini bisa menjadi kronis dan dibagi menjadi gangguan pembuluh darah besar
(makrovaskuler) disebut dengan makroangiopati. dan pada pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) disebut dengan mikroangiopati. yang berefek terhadap saraf perifer dan
suplay faskuler gangguan pada pembuluh darah kecil dapat mengakibatkan neuropati,
dan terhambatnya suplai oksigen dan sari-sari makanan kejaringan, sehingga bisa
mengakibatkan timbulnya ulkus diabetikum, neuropati sensori perifer memungkinkan
terjadinya trauma sehingga mengakibatkan terjadinya Gangguan integritas jaringan
dibawah area kalus. (Subekti,2012)
PATHWEY
Defisiensi insulin
Liposis meningkat
Anabolisme proses
Penurunan pemakaian
Gliserol asamlemak bebas glukosa
Kerusakan pada antibody
Kekebalan tubuh Hiperglikemia
Aterosklerosis Ketogenesis
Neuropati sensoriperifer
ketouria
Klien merasa sakit pada poliphagia Viskolitas darah
luka ketoasidosis
Polidipsi Aliran darah
Nyeri abdomen
Nyeri akut melambat
Mual muntah Poliuria
coka Iskemik jaringan
Ketidakefektifan
kadar glukosa Ketidakefektifan
makrovaskular mikrovaskular darah perfusijaringan
perifer
Jantung serebral Retina ginjal
2) Poliuria
Disebut juga dengan kencing yang berlebihan disebabkan karena kadar gula darah
tidat dapat masuk dalam sel dan terjadi penumpukan gula dalam darah
(Hiperglikemia) maka ginjal akan bekerja untuk menskresi glukosa kedalam urin yang
mengakibatkan dieresis osmotik yang memicu gangguan sering berkemih (Laniwati,
2012).
b) Diabetes Ketoasidosis
Merupakan gejala yang paling buruk dari Diabetes yang timbul secara tiba-tiba
karena adanya stres fisik seperti kehamilan atau mengalami penyakit akut dan
trauma (Lemone, 2016).
c) Hiperglikemia
Adalah sebuah perburukan dari Diabetes Melitus dapat memperburuk suatu
penyakit tetapi tidak rentan mengalami ketosis, tetapi akan mengalami
hiperglikemia berat dengan kadar glukosa darah lebih dari 300mg/100 ml bagi
penderita yang mengalaminya (Boedisantoso, 2011).
2) Komplikasi kronik
a) Komplikasi makrovaskuler
Sebuah komplikasi yang menyerang pembuluh darah besar akibat aterosklerotik
(Hotma, 2014)
b) Komplikasi mikrovaskuler
1) Retinopati Diabetikum
Penyebabnya adalah perubahan dalam pembuluh darah kecil yang berda
diretina mata yang banyak mengandung pembuluh darah kecil sehingga dapat
memicu kebutaan jika tidak segera di tangani.
2) Nefropati diabetikum
Adalah penyakit ginjal yang ditandai adanya albumin didalam urine,
hipertensi, edema, dan insufiensi ginjal progresif. (Tjokroprawiro, 2012).
3) Neuropati Diabetikum
Disebabkan karena hiperglikemia yang mengakibatkan darah menjadi kental
sehingga aliran darah kepembuluh darah perifer tidak lancar. Terdapat 2 tipe
neuropati diabetikum yang sering dijumpai yaitu polineuropati sensori dan
neuropati otonom (Hotma, 2014)
G. Penatalaksanaan
Terapi Diabetes Melitus merupakan terapi yang bertujuan untuk menormalkan
aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya mengurangi komplikasi vaskuler dan
neuropatik, Dengan tujuan kadar gula dalam darah menjadi normal tanpa adanya
gangguan yang serius pada pola aktivitas klien (Perkeni, 2015). Terdapat lima komponen
penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu:
1) Penyuluhan atau edukasi
Edukasi kepada penderita Diabetes Melitus dengan tujuan untuk memberikan
penjelasan tentang cara memperbaiki gaya hidup yang lebih sehat kususnya dalam
pola makan dan olahraga. Penyuluhan bisa mengguanakan media lain seperti leaflet,
poster, video dan diskusi kelompok agar lebih jelas dan mudah difahami (Suyono,
2010).
2) Latihan Fisik
Manfaat latihan fisik bagi penderita Diabetes Melitus
b) Lemak
Asupan lemak yang dianjurkan sekitar 20-25% dari total kebutuhan Kalori.
Lemak jenuh<7% dari kebutuhan Kalori.
c) Protein
Makanan sumber protein nabati misal : kacang-kacangan dan biji-bijian yang utuh
dapat membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh.
d) Serat
Dianjurkan makan makanan dengan serat yang tinggi dalam 1000kkl/hari serat
mencapai 25g
4) Farmakoterapi
Digunakan jika dalam upaya-upaya lain tidak dapat menyeimbangkan kadar gula
darah penderita dapat mengguanakan obat-obatan golongan hipoglikemik dalam
mengatur keseimbangan glukosa.
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti mau
muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti
Infark miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
Diagnosa Keperawatan
Perawatan luka
Observasi :
Monitor karakteristik luka (drainase,
warna ukuran, bau)
Monitor tanda tanda
infeksi
Terapeutik :
Lepaskan balutan dan plester seccara
perlahan
Bersihkan dengan Nacl
Bersihkan jaringan nikrotik
Berikan salaf yang sesuai kekulit
Pertahan teknik steril saat melakkan
perawtan luka
Edukasi:
Jelaskan tanda,gejala
infeksi
Kolaborasi:
Kolaborasi prosedur debridement
aktivitas
Edukasi:
Manajenen program
latihan Observasi :
DAFTAR PUSTAKA
Boedisantoso, A. 2011. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Damayanti, S., & Kurniawan, T. (2014). Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 dalam Menjalankan Self-Management Diabetes Family Support of Patients
Type 2 Diabetes Mellitus in Performing Diabetes Self-management. Jurnal
Keperawatan Padjajaran, 2(1).
Hasdianah. 2012. Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak – Anak
Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika
Hotma. 2014. Diabetes Melitus dengan Perubahan Gaya Hidup. Bogor : In Media Mencegah
Kaku K, 2010, Pathophysiology of Type 2 Diabetes and its Treatment Policy, in Japan
Medical Association Journal, vol. 53, no 1, p.41-6
Kekenusa J. 2013. Analisis hubungan antara umur dan riwayat keluarga menderita Diabetes
Mellitus Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada pasien rawat jalan di
Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal
Kesehatan. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Lemone, Priscilla. Burke, Karen M. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:
EGC.
Miharja, A., 2013.faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah Pada penderita
Diabetes Melitus.Buku kedokteran Indonesia. 59:9.
Muhlisin, A., Ambarwati, W.N., Pratiwi, A. (2015). Model Terapi Kognitif Untuk
Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di Komunitas.
University Research Colloquium. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Muttaqin, Arif. 2010.Buku ajar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem endokrin.
Jakarta : Salemba Medika.
Tarwoto, dkk, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Ganguuan Sistem Endokrin. Jakarta: Trans
Info Media.
PPNI Tim. 2018 Standar intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat
PPNI Tim. 2018 Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus
Pusat
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DIABETES
A. Riwayat Kesehatan
Nama : Ny.K
Alamat : Gunungbang, Bejiharjo Karangmojo,Gunung Kidul
Tempat dan Tanggal Lahir : Gunung Kidul, 31 Desember 1936
Jenis kelamin : Perempuan
Tipe Diabetes : DM tipe 2
Lama menderita diabetes : Satu Tahun
Riwayat diabetes keluarga : Tidak diketahui
Genogram
B. Kulit
Hiperpigmentasi : tidak terdapat hiperpigmentasi
Turgor kulit : tugor kulit baik, lembab
Kelainan kulit : Tidak terdapat kelainan pada kulit
Lokasi suntikan :-
C. Mulut
Membran mukosa mulut : Nampak kering tidak terdapat stomatitis
Bibir : Nampak kering
Halitosis : Tidak, pasien rutin menggosok gigi
Gigi :-
D. Kaki dan Jari kaki
Suhu kaki dan jari kaki :-
Pengisian darah perifer : CRT < 2detik
ABI (Ankle Brachial Indeks) kanan : -
ABI (Ankle Brachial Indeks) kiri :-
Hiperpigmentasi : Tidak ada hiperpigmentasi
Tanda gangguan sirkulasi : Tidak
Kelemahan otot kaki : Tidak
Ulkus dan scar : Tidak ada
Hilangnya sensasi : Tidak
Edema di kaki : Tidak terdepat edema\
Infeksi jamur antara jari kaki : Tidak terdapat jamur
Kondisi kuku : Kuku klien bersih dan pendek
Kebersihan kaki : Nampak bersih
Jenis kaos kaki : Tidak menggunakan kaos kaki
Sepatu : Pasien menggunakan sendal
E. Paru-paru
Inspeksi: Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada jejas, terdapat
penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang, pola nafas
takipnea dengan RR: 40x/menit, SpO2= 85% ,diameter thoraks anterior-posterior
meningkat.
Palpasi: Saat dipalpasi klien mengatakan tidak ada nyeri pada bagian dadanya.
Perkusi: Terdengan sonor disemua lapang paru ,dan terdengar pekak dibagian
jantung
Auskultasi: Terdengar bunyi weezing pada nafas klien. Tidak ada bunyi jantung
tambahan.
ANALISA DATA
HARI/ DIAGNOSA
NO JAM IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
TANGGAL KEPERAWATAN
1. 04 Agustus 2021 (D.0005) Manajemen jalan nafas (I.01011) 05:00
Pola nafas tidak efektif b.d Observasi S:
hambatan upaya nafas 01:10 Monitor pola nafas dengan hasil klien Klien mengeluh sesaknya
tampak sesak, frekuensi nafas 40x/menit, berkurang
terdapat penggunaan otot bantu nafas O:
(muscullus intercostalis interna,muscullus Tidak terdapat
sternocleidomastoideus) penggunaan otot bantu
01:13 Monitor bunyi nafas tambahan dengan pernafasan
hasil tidak ada bunyi nafas
Pola nafas abnormal
tambahan,bunyi nafas normal vesikuler
Terapeutik (takipnea)
01:15 Posisikan semi-fowler atau fowler dengan Fase ekspirasi memanjang
hasil pasien diposisikan semifowler. RR= 26x/menit
01:17 Berikan oksigen sesuai kebutuhan dengan SpO2= 90%
hasil klien diberikan terapi oksigen NRM A:
15lpm Masalah Keperawatan polanafas
Edukasi tidak efektif sebagian teratasi.
01:20 Ajarkan mengubah posisi secara mandiri P:
dengan hasil klien Pertahankan Intervensi
Pemantauan respirasi (I.01014)
Observasi TTD
Monitor frekuensi, irama, kedalaman upaya ERIK
nafas dengan hasil frekuensi nafas
40x/menit, nafas dlam, dan fase ekspirasi
memanjang
Monitor pola nafas dengan hasilpola nafas
takipnea
Monitor adanya produksi sputum dengan
hasil tidak ada produksi sputum
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru dengan
hasil paru paru simetris kiri dan kanan
Auskultasi bunyi nafas dengan hasil bunyi
nafas vesikuler
Monitor saturasi oksigen dengan hasil
saturasi oksigen 85%
Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien dengan hasil pemantauan
respirasi dilakukan setiap satu jam sekali
Dokumentasikan hasil pemantauan dengan
hasil pemantauan respirasi di
dokumentasikan dalam asuhan
keperawatan.
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
dengan hasil tujuan disampaikan kepada
pasien dan pasien mengerti
Informasikan hasil pemantauan jika
perludengan hasil disampaikan kepada
pasien dan keluarga.
2. 04 Agustus 2021 (D.0027) Manajemen hiperglikemia (I.03115) 05:00
Ketidakstabilan kadar Observasi S:
glukosa darah b.d disfungsi 01:25 Identifikasi kemungkinan penyebab Klien mengeluh lesu
pankreas hiperglikemia dengan hasil klien sering Klien mengeluh kering
mengkonsumsi makanan yang manis,pola dibagian mulut
makan tidak teratur dan jarang megontrol ke Klien mengeluh hausnya
fasyankes berkurang
01:27 Monitor kadar glukosa darah dengan hasil Klien mengeluh jantungnya
GDS 154 mg/dL sudah tidak berdebar-debar
Monitor tanda dan gejala hiperglikemia lagi
01:30
dengan hasil poliuria, polidipsi, kelemahan,
dan pandangan kabur. O:
KU baik
Terpeutik Kadar glukosa dalam darah
01:34 Konsultasi dengan medis jika tanda dan meningkat (145mg/dL)
gejala hiperglikemi tetap ada atau A:
Masalah Keperawatan
memburuk dengan hasil kondisi klien kettidakseimbangan kadar glukosa
dikonsultasikan dengan dokter spesialis darah sebagian teratasi.
penyakit dalam dan mendapat terapi dari P:
dokter,saat ini kondisi klien lemah Pertahankan intervensi
Edukasi
01:50 Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri dengan hasil klien akan
mejalankan anjuran perawat TTD
01:52 Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan ERIK
olahraga dengan hasil ketika sembuh klien
akan mengontrol gula darahnya dengan diet
dan berolahraga
01:55
Ajarkan pengelolaan diabetes dengan hasil
klien akan mengkonsumsi obat pengontrol
gula darah baik obat oral maupun insulin
Kolaborasi
01:37 Kolaborasi pemberian insulin dengan hasil
klien diberikan terapi insulin ekstra
novorapid 10 unit
Kolaborasi pemberian cairan IV dengan
hasil klien diberikan cairan asering 20tpm.
02:25
Edukasi
Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah dengan hasil klien setelah sembuh
01:35 akan mengkonsumsi obat pengontrol
tekanan darah
Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat dengan hasilklien akan menjaga agar
ekstremitasnya tidak luka, dan akan
merawat kulitnya
Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi dengan hasil klien akan menjalan
kan diet tersebut smpai ia pulang kerumah
Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan dengan hasil jika
terjadi hal-hal yang membahayakan
keluarga akan memberitahukannya kepada
perawat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat dengan hasl
klien diberikan terapi furosemide 2 ampul
B. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien / NO CM : Ny.K/00187185 Ruang: Instalasi Gawat Darurat
HR/
TGL/JAM/ Dx.Kep EVALUASI
(S O A P)
SHIF
04/08/2021 (D.0005) S:
Pola nafas tidak efektif b.d
07:00 Klien mengeluh sesaknya berkurang
hambatan upaya nafas
O:
Tidak terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
Pola nafas abnormal (takipnea)
Fase ekspirasi memanjang
RR= 26x/menit
SpO2= 91%
A:
Masalah Keperawatan pola nafas tidak efektif sebagian teratasi.
P:
Pertahankan Intervensi dan dilanjutkan dengan perawatan dibangsal
TTD
ERIK
04/08/2021 (D.0027)
07:00 Ketidakstabilan kadar glukosa S:
darah b.d disfungsi pankreas
Klien mengeluh lesu
Klien mengeluh kering dibagian mulut
Klien mengeluh hausnya berkurang
Klien mengeluh jantungnya sudah tidak berdebar-debar lagi
O:
KU baik
Kadar glukosa dalam darah meningkat (143mg/dL)
A:
Masalah Keperawatan kettidakseimbangan kadar glukosa darah sebagian teratasi.
P:
Pertahankan Intervensi dan dilanjutkan dengan perawatan dibangsal
TTD
ERIK
04/08/2021 (D.0015) S: -
07:00 Resiko perfusi perifer tidak O:
efektif d.d hiperglikemia,
hipertensi Tekanan darah 200/110 mmHg
Nadi 120 x/menit
Kadar glukosa dalam darah meningkat (145mg/dL)
Edema ekstremitas
A:
Masalah Keperawatan resiko perfusi perifer tidak efektif sebagian teratasi.
P:
Pertahankan Intervensi dan dilanjutkan dengan perawatan dibangsal
TTD
ERIK
KESIMPULAN
1. Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat lemak dan protein yang berkaitan
dengan defisiensi atau resistensi insulin secara absolute maupun relatif yang bersifat kronis, ditandai dengan ciri khas peningkatan kadar Glukosa darah atau
Hiperglikemia diatas nilai normal, Hiperglikemia terjadi karena adanya gangguan kerja insulin atau sekresi insulin didalam tubuh
2. Pengkajian keperawatan pada pasien dengan diagnose medis diabetes melitus dikumpulkan dari pengkajian
pasien dan keluarga serta pemeriksaan fisik pada bagian paru dan ekstremitas sebagai prioritas pengkajian keperawatan.
3. Pasien dalam kasus ini Ny.K berusia 84 tahun, pasien ini sudah menderita diabetes mellitus sejaksatutahun yang
lalu,klien menderita DM tipe 2, klien tidak mengetahui bahwa keluarganya ada yang menderita diabetes mellitus juga
4. Pasien Ny.K masuk ke Instalasi gawat darurat RSUD Wonosari dengan keluhan sesak, lemah, riwayat demam 1
hari yang lalu, tidak nafsu makan, lemas,dan sering BAK.
5. Hasil pengkajian didapatkan bahwa klien sesak, KU lemah, RR: 40x/menit, saturasi 85%, terdapat penggunaan otot bantu nafas. Selain itu klien sering BAK,
terdapat edema di ekstremitas bawah, GDS 154 mg/dL. Klien memiliki riwayat hipertensi, Tekanan darah 233/135 mmHg, Nadi 134 x/menit.
6. Penegakan diagnose keperawatan diagkat berdasarkan prioritas keluhan pasien dan berpedomaan pada SDKI
yaitu pola nafas tidak efektif, ketidakseimbangan kadar glukosa darah, dan resiko perfusi purifier tidak efektif.
7. Intervensi keperawatan disusun sesuai diagnose yang ditegakkan dengan berpedoman pada SIKI. Untuk
diagnose pola nafas tidak efektif diberikan intervensi manajemn njalan nafas dan pemantauan respirasi, untuk diagnose ketidakseimbangan kadar glukosa darah
diberikan intervensi manajemn hiperglikemia dan untuk diagnose resiko perfusi purifier tidak efektif diberikan perawatan sirkulasi.
8. Implementasi keperawatan dilakukan selama 6 jam dan setelah itu dilanjutkan diruang bangsal perawatan. Dari
implementasi tersebut terdapat beberapa perkembagan status kesehatan pasien diantaranya keluhan sesak menurun, RR: 26x/menit, saturasi oksigen 91%,
terdpat penurunan kadar glukosa darah menjadi 143mg/dL serta terdapat penurunan tekanan darah walaupun masih terbilang tidak normah yaitu 200/110
mmHg.