Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BP.

DENGAN DIABETES MELLITUS


DI IRNA 1 RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

Heri Wibowo 202254055

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA 2022
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BP.S DENGAN DIABETES
MELLITUS DI IRNA 1 RUMAH SAKIT PANTI RINI

YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

Heri Wibowo 202254055

Yogyakarta, 05 Desember 2022

Perseptor Perseptor Klinik Perseptor Akademik

( ) MI Ekatrina Wijayanti, MSN


BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Diabetes melitus yang dikenal sebagai penyakit kencing manis
adalah kumpulan gejala pada seseorang dikarenakan kadar gula darah
yang meningkat (glukosa), sehingga pankreas bekerja kebih keras
untuk memproduksi insulin guna menyeimbangkan kadar gula di
dalam darah (Dyah restuning, 2015). Kelainan tersebut menyebabkan
abnormalitas dalam metabolisme, karbohidrat, lemak, dan protein.
Penyakit diabetes mellitus (DM) dikenal sebagai penyakit gula darah
adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan
kadar gula dalam darah melebihi 180 mg/dl, di mana batas normal
gula darah adalah 70-150 mg/dl, sebagai akibat adanya gangguan
sistem metabolisme dalam tubuh, di mana organ pankreas tidak
mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh Diabetes
melitus juga merupakan penyakit metabolisme timbul dengan gejala
yang khas, yaitu polidipsia, polifagia, dan poliuria terkadang
mengakibatkan penurunan berat badan. Diabetes melitus bisa
mengakibatkan gangguan Integritas Kulit disebabkan karena tingginya
kandungan glukosa sehingga darah menjadi pekat dan menyebabkan
aliran darah tidak lancar sehingga dapat memunculkan luka
Sementara di Indonesia berdasarkan hasil riset kesehatan dasar
2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia
berdasarkan diagnosis dokter pada umur 15 tahun sebesar 2%.
Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan prevalensi
diabetes melitus pada penduduk 15 tahun pada hasil riset kesehatan
dasar 2013 sebesar 1,5%. Namun prevalensi diabetes melitus menurut
hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi
8,5% pada tahun 2018. Angka ini menunjukkan bahwa baru sekitar
25% penderita diabetes yang mengetahui bahwa dirinya menderita
diabetes (Pusdatin kemenkes, 2020)
Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang paling
sering ditemukan di dunia. DM tipe II meliputi 90 hingga 95% dari
semua populasi DM. DM tipe II disebut juga DM tidak tergantung
insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi
insulin. Pengelolaan terapeutik yang teratur melalui perubahan gaya
hidup pasien yang tepat, tegas, dan permanen sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya komplikasi DM tipe II.
1.1 Tujuan
Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami
penyakit Diabetes Melitus dengan masalah Gangguan system endokrin
diabetes mellitus.
BAB 1

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat lemak dan


protein yang berkaitan dengan defisiensi atau resistensi insulin secara absolute maupun
relatif yang bersifat kronis, ditandai dengan ciri khas peningkatan kadar Glukosa darah
atau Hiperglikemia diatas nilai normal, Hiperglikemia terjadi karena adanya gangguan
kerja insulin atau sekresi insulin didalam tubuh (Miharja, 2013). Glukosa darah dikatakan
normal jika tidak melebihi 70- 126 mg/dl. Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolisme yang disertai
dengan penurunan insulin dalam tubuh yang bersifat kronis, sehingga berakibat
meningkatnya kadar gula didalam darah.

B. Etiologi

Penyebab Diabetes Melitus pada umumnya disebebkan oleh rusaknya sebagian besar atau
kecil sel betha pankreas yang berfungsi sebagai penghasil insulin didalam tubuh, karena
ada kerusakan sel betha maka berakibat tubuh akan kekurangan insulin. Selain itu terdapat
juga faktor-faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya Diabetes Melitus faktor tersebut
ada yang bisa diubah dan tidak dapat diubah, Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu:

a. Faktor Genetik Penyakit Diabetes Melitus dapat diturunkan oleh orangtua kepada
anak. Penyebabnya yaitu Gen orangtua akan dibawa oleh anak pada saat anak masih
didalam kandungan, pewarisan ini dapat berlanjut sampai sampai kecucunya bahkan
bisa sampai cicit walaupun resikonya sangat kecil.
b. Usia, Diabetes Melitus mengalami peningkatan pada usia muda dikarenakan
meningkatnya kejadian obesitas pada usia muda.
c. Gender Meskipun sampai saat ini belum ditemukan prevalensi Diabetes Melitus pada
wanita dan pria, namun berbagai study menyatakan bahwa ada perbedaan prevelensi
antara jenis kelamin tersebut, study yang dilakukan pencegahan dan pengendalian
penyakit 2012, menunjukan peningkatan kejadian Diabetes Melitus pada wanita
sebasar 4,8%, dan 3,2% pada pria (Hotma,2014).
d. Diabetes Melitus Gestasiaonal Adalah suatu kondisi intoleransi terhadap glukosa yang
ditemukan pada ibu hamil dengan gangguan toleransi glukosa. Berkembangnya GDM
pada masa kehamilan menjadi faktor resiko penyebab Diabetes Melitus (Damayanti,
2015).

Faktor resiko yang dapat diubah antara lain:

a. Obesitas Pola makan yang tidak sehat yang banyak mengandung gula dan lemak akan
menumpuk didalam tubuh sehingga menyebabkan kelenjar pankreas bekerja lebih keras
untuk menghasilkan insulin untuk mengelola gula yang masuk kedalam tubuh (American
Diabetes Association, 2017).
b. Pola hidup Penyebab Diabetes melitus juga disebabkan oleh pola hidup, kurangnya
olahraga dan aktifitas fisik dapat beresiko tinggi terkena Diabetes Melitus karena fungsi
olahraga yaitu untuk membakar kalori yang berlebihan didalam tubuh, kalori yang terlalu
banyak didalam tubuh merupakan faktor utama penyebab Diabetes Melitus.

C. Patofisiologi

a. Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat
produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Ketika glukosa yang berlebih
diekskresikan dalam urin ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Akibat kehilangan cairan yang berlebihan pasien akan mengalami polyuria
dan polidipsi (Wijaya dan Putri , 2013).
b. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan (Wijaya dan Putri , 2013).
D. Kalisifikasi

Diabetes Melitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

1. Diabetes Melitus tipe 1 (Diabetes tergantung pada insulin) Diabetes Melitus tipe 1 terjadi
akibat kerusakan dari sel beta pankreas sehingga tubuh mengalami kekurangan insulin,
sehingga penderita Diabetes tipe 1 akan ketergantungan insuli seumur hidup, Diabetes
Melitus tipe 1 disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) faktor imunologik dan faktor
lingkungan.
2. Diabetes Melitus tipe tipe 2 (Diabetes Melitus tidak tergantung pada insulin) Diabetes
Melitus tipe 2 ini disebabkan insulin yang berada didalam tubuh tidak bekerja dengan
baik, bisa meningkat bahkan menurun , Diabetes tipe ini umum terjadi dikarenakan oleh
faktor resikonya yaitu malas olahraga dan obesitas, faktor yang mempengaruhi Diabetes
yaitu riwayat keluarga obesitas, gaya hidup dan usia yang lebih 65 tahun memiliki resiko
tinggi (Muhlisin, 2015).

E. Tanda dan Gejala

1. Kadar gula darah meningkat Dikarenakan kerusakan sel betha pankreas yang
mengakibatkan insulin tidak dapat diproduksi dengan demikian gula darah tidak dapat
masuk dalam sel sehingga terjadi penumpukan gula darah atau disebut juga dengan
Hiperglikemia.
2. Poliuria Disebut juga dengan kencing yang berlebihan disebabkan karena kadar gula
darah tidat dapat masuk dalam sel dan terjadi penumpukan gula dalam darah
(Hiperglikemia) maka ginjal akan bekerja untuk menskresi glukosa kedalam urin yang
mengakibatkan dieresis osmotik yang memicu gangguan sering berkemih.
3. Polifagia (Makan yang berlebihan) Pada Saat berkemih kalori yang berada dipembuluh
darah akan ikut hilang terbawa air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan,
untuk mengkompensasi hal ini penderita sering merasa lapar yang luar biasa.
4. Polidipsia (peningkatan rasa haus) Disebabkan jumlah urin yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi extrasel. intrasel mengikuti dehidrasi extrasel
karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi
keplasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrase merangsang pengeluaran
ADH (antidiuretic hormon) dan menimbulkan rasa haus (Wijaya dan Putri , 2013).

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan didapatkan adanya glukosa
urine/pemeriksaan dilakukan dengan cara benedict(reduksi).

2. Kadar glukosa darah Pemeriksaan darah meliputi : pemeriksaan gula darah sewaktu
(GDS) nilai normal 100-126 mg/dl, gula darah puasa 70-<100mg/dl. Sedangkan gula
darah 2 jam post pradial < 180 mmg/dl
e. Pemeriksaan fungsi tiroid. Merupakan pemeriksaan aktifitas hormone tiroid
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan insulin.

G. Komplikasi

Komplikasi akut :

1. Hipoglikemia Adalah penurunan kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg/dl dan akan
menimbukan gejala yaitu takhicardi, mual, muntah, lapar, dan bisa mengakibatkan
penurunan kesadaran.
2. Diabetes Ketoasidosis Merupakan gejala yang paling buruk dari Diabetes yang timbul
secara tiba-tiba karena adanya stres fisik seperti kehamilan atau mengalami penyakit akut
dan trauma.
3. Hiperglikemia Adalah sebuah perburukan dari Diabetes Melitus dapat memperburuk
suatu penyakit tetapi tidak rentan mengalami ketosis, tetapi akan mengalami
hiperglikemia berat dengan kadar glukosa darah lebih dari 300mg/100 ml bagi penderita
yang mengalaminya (Lemone, 2016).

Komplikasi kronik

1. Komplikasi makrovaskuler Sebuah komplikasi yang menyerang pembuluh darah besar


akibat aterosklerotik
2. Komplikasi mikrovaskuler

a. Retinopati Diabetikum Penyebabnya adalah perubahan dalam pembuluh darah kecil


yang berda diretina mata yang banyak mengandung pembuluh darah kecil sehingga
dapat memicu kebutaan jika tidak segera di tangani.

b. Nefropati diabetikum Adalah penyakit ginjal yang ditandai adanya albumin didalam
urine, hipertensi, edema, dan insufiensi ginjal progresif.

c. Neuropati Diabetikum Disebabkan karena hiperglikemia yang mengakibatkan darah


menjadi kental sehingga aliran darah kepembuluh darah perifer tidak lancar.
Terdapat 2 tipe neuropati diabetikum yang sering dijumpai yaitu polineuropati
sensori dan neuropati otonom (Hotma, 2014)
BAB II
Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus

A. Pengkajian

1. Identitas klien, meliputi : Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
2. Keluhan utama

a. Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing,
dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
b. Kondisi hipoglikemi : Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar,
sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di
daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang disertai
bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh.
Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB
menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat,
haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.

4. Riwayat kesehatan dahulu

5. DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin,


gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid,
beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen. Riwayat kesehatan keluarga :
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
6. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi,
disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi,
kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels,
kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.Integritas ego
c. Integritas ego

Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang


berhubungan dengan kondisi.
Tanda : ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar,
kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada
diare.
e. Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton
f. Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori,
refleks tendon menurun, kejang.
g. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
h. Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i. Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
j. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah
meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
k. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
l. Integumen

Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulkus
B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan disfungsi pancreas.


2. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic.
3. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan gangguan vaskularisasi perifer.
4. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan ditandai dengan peningkatan
metabolisme.
C. Rencana Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Intervensi
keperawatan
1 Ketidakstabilan Kestabilan kadar glukosa darah Managamen Hyperglikemi
gula darah pasien meningkat setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan perawatan selama 5 x 24 jam 1. Identifkasi kemungkinan penyebab
dengan disfungsi dengan kritria : hiperglikemia
pancreas 2. Identifikasi situasi yang menyebabkan
- Kesadaran meningkat
kebutuhan insulin meningkat (mis.
- Mengantuk menurun
penyakit kambuhan)
- Pusing menurun
3. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
- Lelah menurun
4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- Keluhan lapar menurun
(mis. poliuri, polidipsia, polivagia,
- Gemetar menurun
kelemahan, malaise, pandangan kabur,
- Berkeringat menurun
sakit kepala)
- Mulut kering menurun
Terapeutik
- Rasa haus menurun
1. Berikan asupan cairan oral
- Kadar glukosa dalam darah
2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan
membaik
gejala hiperglikemia tetap ada atau
- Kadar glucose dalam urine
memburuk
membaik
3. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi
ortostatik
Edukasi
1. Anjurkan olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
keperawatan
olahraga
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urine, jika perlu
5. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian karbohidrat,
dan bantuan professional kesehatan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin, jika
perlu
Managemen hypoglikemi
Observasi
1. Identifkasi tanda dan gejala
hipoglikemia
2. Identifikasi kemungkinan penyebab
hipoglikemia
Terapeutik
1. Berikan karbohidrat sederhana, jika
perlu
2. Batasi glucagon, jika perlu
3. Berikan karbohidrat kompleks dan
protein sesuai diet
4. Pertahankan kepatenan jalan
nafas Edukasi
1. Anjurkan membawa karbohidrat
sederhana setiap saat
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
3. Anjurkan berdiskusi dengan tim
perawatan diabetes tentang penyesuaian
program pengobatan
4. Anjurkan pengelolaan
hipoglikemia(tanda dan gejala, faktor
risiko dan pengobatan hipoglikemia)
5. Ajarkan perawatan mandiri untuk
mencegah hipoglikemia (mis.
mengurangi insulin atau agen oral
dan/atau meningkatkan asupan
makanan untuk berolahraga
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dextros, jika
perlu
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
keperawatan
2 Ketidakseimbang Keseimbangan volume cairan pasien Managemen Cairan
an volume cairan meningkat setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan keperawatan selama 5 x 24 jam 1. Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi,
dengan diuresis dengan kriteria : kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
osmotic kelembapan mukosa, turgor kulit,
- Asupan cairan meningkat
tekanan darah)
- Haluaran urine meningkat
2. Monitor berat badan harian
- Kelembaban membrane mukosa
3. Monitor hasil pemeriksaan
meningkat
laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K,
- Asupan makan meningkat
Cl, berat jenis urin , BUN)
- Edema menrusn
Terapeutik
- Dehidrasi menurun
1. Catat intake output dan hitung balans
- Tekanan darah membaik
cairan dalam 24 jam
- Denyut nadi membaik
2. Berikan asupan cairan sesuai
- Turgor kulit membaik
kebutuhan
3. Berikan cairan intravena bila perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik, jika
perlu
Pemantauan Cairan
Observasi
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi nafas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
5. Monitor waktu pengisian kapiler
6. Monitor elastisitas atau turgor kulit
7. Monitor jumlah, waktu dan berat jenis
urine
8. Monitor kadar albumin dan protein total
9. Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.
Osmolaritas serum, hematocrit,
natrium, kalium, BUN)
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
keperawatan
3 Gangguan Integritas jaringan / kulit pasien Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit / meningkat setelah dilakukan
Observasi
jaringan tindakan keperawatan selam 5x24
1. Identifikasi penyebab gangguan
berhubungan jam dengan kriteria :
integritas kulit (mis. Perubahan
dengan gangguan - Elastisitas meningkat
sirkulasi, perubahan status nutrisi,
vaskularisasi - Hidrasii meningkat
peneurunan kelembaban, suhu
perifer - Perfusi jaringan meningkat
lingkungan ekstrem, penurunan
- Kerusakan intgritas jaringan
mobilitas)
menurun
Terapeutik
- Kerusakan lapisan kulit
1. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah
menurun
baring
- Nyeri menurun
2. Lakukan pemijatan pada area
- Perdarahan menurun
penonjolan tulang, jika perlu
- Kemerahan menurun
3. Bersihkan perineal dengan air hangat,
- Hematoma menurun
terutama selama periode diare
- Nekrosis menurun
4. Gunakan produk berbahan
- Suhu kulit membaik
petrolium atau minyak pada kulit
- Sensasi membaik
kering
- Tektur membaik
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis.
Lotin, serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4 Deficit Tingkat Pengetahuan pasien Observasi
pengetahuan meningkat setelah dilakukan 1. Identifikasi informasi yang
berhubungan tindakan keperawatan selama 5x 24 disampaikan
dengan kurangnya jam dengan kriteria : 2. Identifikasi pemahaman tentang
terpapar informasi a) Perilaku sesuai anjuran kondisi kesehatan saat ini
meningkat 3. Identifikasi kesiapan penerimaan
- Verbalisasi minat dalam informasi
belajar meningkat Terapeutik
- Kemampuan menjelsakan 1. Lakukan penguatan potensi pasien
pengetahuan tentang suatu dan keluarga untuk menerima
topik meningkat informasi
- Kemampuan menggambarkan 2. Libatkan pengambilan keputusan
pengalaman sebelumny yang dalam keluarga untuk menerima
sesuai topik meningkat informasi
- Perilaku sesuai dengan 3. Fasilitasi mengenali kondisi tubuh
pengetahuan meningkat yang membutuhkan layanan
- Menjalani pemeriksaan yang kesehatan
tidak tepat menurun 4. Dahulukan menyampaikan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
keperawatan
informasi baiksebelum
menyampaikan informasi yang
kurang baik terkait kondisi pasien
5. Fasilitasi pelayanan kesehatan pada
saat dibutuhkan
Edukasi
1. Berikan informasi berupa alur,
leaflet atau gambar untuk
memeudahkan pasien mendapatkan
informasi kesehatan
2. Anjurkan keluarga mendampingi
pasien selama fase akut, progress
atau terminal, jika memungkinkan.
5 Intoleransi Toleransi aktivitas pasien Manajemen Energi
aktivitas meningkat setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan keperawatan selama 5x 24 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
dengan jam dengan kriteria : mengakibatkan kelelahan
kelemahan - Frekuensi nadi menngkat 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Saturasi okigen meningkat 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
- Kemudahan dalam melakukan selama melakukan aktivitas
aktivitas meningkat Terapeutik
- Keluhan lelah menurun 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
- Tekanan darah membaik rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
- Frekuensi nafas membaik kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
6 Ketidakseimbang Status nutrisi pasien meningkat Manajemen Nutrisi
an nutrisi kurang setelah dilakukan tindakan Observasi
dari kebutuhan keperawatan selama 5x 24 jam 1. Identifikasi status nutrisi
ditandai dengan dengan kriteria : 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
keperawatan
peningkatan - Porsi makan yang dihabiskan makanan
metabolisme meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
- Verbalisasi keinginan untuk 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
meningkatkan nutrisi nutrient
meningkat 5. Monitor asupan makanan
- Pengetahuan tentang pilihan 6. Monitor berat badan
makanan dan minuman sehat 7. Monitor hasil pemeriksaan
meningkat laboratorium
- Pengetahuan tentang standar Terapeutik
asuapan nutrisi yang tepat 1. Fasilitasi menentukan pedoman diet
meningkat (mis. Piramida makanan)
- Perasaan cepat kenyang 2. Sajikan makanan secara menarik dan
menueurn suhu yang sesuai
- Frekuensi makan membaik 3. Berikan makan tinggi serat untuk
- Nafsu makan membaik mencegah konstipasi
4. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
5. Berikan suplemen makanan, jika
perlu Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
PATHOFLOWDIAGRAM

Ketidakstabilan Ketidakseimbangan
kadar gula darah nutrisi kurang dari
kebutuhan

Gangguan
intergritas kulit/
jarinagan
Kurang
terpapar
informasi

Deficit
pengetahuan Intoleransi
kelemahan
aktivitas

Ketidakseimbangan
volume cairan
BAB 3

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny In DENGAN DIABETES MELLITUS


DI RUANG CB 5 RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
STIKes PANTI RAPIH YOGYAKARTA
Jln. Tantular No.401, Pringwulung, Condongcatur, Depok, Sleman
Telp (0274)518977
Jln.Kaliurang KM 14 Po.Box. 40 PKM Yogyakarta 55584 Telp (0274)896124

Nama Mahasiswa : Rosa Wulandari Tutik Priyani

NIM 202154038

Tempat Praktik : CB5

Waktu Praktik : 14-12-2021

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. Identitas Diri Klien


Nama : Ny In Suku: Jawa

Umur : 45 tahun Pendidikan : S1

Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Swasta

Alamat : Mranggen Kidul Jl. Diagnose Medik saat masuk RS: CRF on CAPD

Cenderawasih Mlati Sleman Diagnose Medik saat ini : CRF, DM

RM : 11285xx Tanggal masuk RS: 10-12-2021 Jam : 22:00

Status Perkawinan: Belum Kawin Tanggal pengkajian : 14-12-2021

Agama: Islam Sumber informasi : Pasien

B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Pasien mengatakan lemes
Tanggal 09/12/2021 pasien mengeluh menggigil, sesak nafas.Tanggal 10/12/2021 pasien
mengatakan lemes, kaki bengkak.

2. a. Riwayat penyakit sekarang


Pasien mempunyai riwayat CKD, tanggal 10/12/2021 pasien disarankan untuk ke HD
pasang HD cath untuk rencana HD, sebelumnya pasien cek gula darah hasilnya high
925mg/dL dari HD pasien dianjurkan ke IGD untuk opnname dan untuk acara HD tunda
Tgl 11/12/2021 pasien dilakukan HD ditarik cairan 2300cc,
Tgl 12/12/2021 hasil GDN 454 mg/dL , insulin alogoritma I, jalan 6cc/ jam
Tgl 13/12/2021 GDN 325 mg/dL insulin drip stop ganti pemberian novorapid 3 x 12 unit
Tgl 14/12/2021 GDN 275mg/dL insulin (novorapid) naik dosisi 3 x 14 unit
Selama di RS pasien melakukan CAPD secara mandiri.

b. Tindakan yang telah dilakukan di poliklinik atau IGD


selama di IGD pasien dilakukan pemeriksaan GDS
pukul 15:40 GDS 396 mg/dL
pukul 18:25 GDS 424 mg/dL , advice dokter pemberian insulin alogoritma I

3. Riwayat penyakit dahulu


Pasien riwayat CKD pada bulan Juli 2021,HD rutin setiap 2 minggu sekali, pasien CAPD
bulan November 2021.

4. Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada.
C. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/keperawatan
Pasien mengatakan sakit DM karena CAPD
Pasien tampak menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah dengan menyalahkan
CAPD penyebab sakitnya
Pasien ingin cepat sembuh dan sehat
2. Pola Nutrisi/Metabolik
Program diit di rumah sakit
Diit rendah garam dan rendah gula
Intake makanan
Sehari-hari
Makan sehari 2-3x,
Saat ini (kondisi sakit)
Pasien makan sehari 3x, porsi sedikit, kurang nafsu makan,
Intake cairan
Sehari-hari
Minum air putih , ±300cc
Saat ini (kondisi sakit)
Minum air putih, 300cc
3. Pola Eliminasi
BAB
Sehari-hari
Sehari sekali, konsistensi lembek
Saat ini (kondisi sakit)
Saat ini pasien belum BAB
BAK
Sehari-hari
1-3 kali, warna kuning jernih, sedikit
Saat ini (kondisi sakit)
Hari ini pasien BAK 1 kali, warna kuning jernih
4. Pola Aktivitas dan Latihan saat ini (kondisi saat ini)
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/minum V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi/ROM V

0: Mandiri, 1: Dengan alat bantu, 2: Dibantu orang lain, 3: Dibantu orang lain dan alat,
4: Tergantung total
Oksigenasi
Pasien tidak menggunakan Oksigen. RR: 18x/mnt, Sat 2 98%
5. Pola Tidur dan Istirahat
(Lama tidur, Gangguan tidur, Perasaan saat bangun
tidur) Sehari-hari
Tidur 6-7 jam

Saat ini (kondisi sakit)


Pasien mengatak, sulit untuk tidur.
6. Pola Perceptual
(Penglihatan, Pendengaran, Pengecapan, Perabaan)

Sehari-hari
Tidak ada gangguan
Saat ini (kondisi sakit)
Tidak ada gangguan
Pola Persepsi Diri
(Pandangan klien tentang sakitnya, Kecemasan, Konsep diri)

Sehari-hari
Pasien sudah riwayat sakit ginjal (CKD) sejak bulan Juli.
Saat ini (kondisi sakit)
Pasien mengatakan kenapa, sekarang setelah CAPD saya menderita DM,
Pasien mengatakan ingin obat-obat nya dikurangi.
7. Pola Seksualitas dan Reproduksi
(Fertilitas, Libido, Menstruasi, Kontrasepsi,dll)

Sehari-hari
Pasien masih menstruasi
Saat ini (kondisi sakit)
Pasien belum menikah
8. Pola Peran dan Hubungan
(Komunikasi, Hubungan dengan orang lain, Kemampuan
keuangan) Sehari-hari
Komunikasi dan hubungan dengan orang lain cukup
baik Keuangan cukup
Saat ini (kondisi sakit)
Komunikasi baik,
Biaya perawatan menggunakan asuransi Panin Life
9. Pola Managemen Koping Stress
(Perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini)

Sehari-hari
Pasien lebih banyak tinggal dirumah
Saat ini (kondisi sakit)
Pasien hanya di kamar dengan asistennya, pasien mudah tersinggung, pasien lebih
suka dipanggil dengan sebutan mbak karena belum menikah.
10. Sistem Nilai dan Kepercayaan
(Pandangan klien tentang agama, Kegiatan keagamaan , dll)

Sehari-hari
Pasien selalu berdoa
Saat ini (kondisi sakit)
Pasien berdoa, pasrah
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan sakit pasien

Pasien tampak sakit berat


V Pasien tampak sakit sedang
Pasien tampak sakit ringan
Pasien tampak tidak sakit

Penilaian dilengkapi dengan data obyektif hasil inspeksi:


Pasien terpasang alat CAPD, terpasang vena catheter di tangan kiri, terpasang HD
cath, ekspresi wajah tampak lesu
2. Tingkat kesadaran
Kuantitatif : GCS : E:4 V:5 M:6 Total: 15.
Kualitatif : Compos Mentis
3. Tanda-tanda vital

TD: 125/85 mmHg P: 18 x/menit N: 78 x/menit S: 36.6 ᵒC


BB/TB: 64 kg/ 155 cm Skore nyeri: 2 Skore jatuh:35

4. Pemeriksaan sistemik
a. Rambut (inspeksi dan palpasi)
Rambut warna hitam, kulit kepala tampak bersih
b. Mata
Sklera tidak ikterik, conjungtiva tampak anemis, pupil 2/2. Reaksi +/+
c. Telinga
Bentuk telinga simetris tidak tampak ada kelainan
d. Hidung
Bentuk simetris tidak ada deviasi septum, liang hidung tampak bersih
e. Mulut
Rongga mulut tampak bersih, bibir tampak lembab
Leher:
f. Kelenjar tiroid: tidak teraba
Kelenjar getah bening: tidak ada benjolan
Kaku kuduk: tidak ada kaku kuduk
Dada dan pernapasan
Inspeksi
Bentuk dada: simetris Deviasi trachea: tidak ada Jejas : tidak ada jejas
Pengembangan dada : kanan dan kiri sama
g.
Palpasi
Focal fremitus : getaran pada lapang paru kanan dan kiri sama
Perkusi : dada kanan dan kiri suara sonor
Auskultasi
Suara nafas : vesikuler
Suara tambahan; tidak ada suara nafas tambahan

h. Kardiovaskuler
1) Inspeksi dan palpasi
Iktus cordis: tidak terlihat, teraba
2) Perkusi
Batas jantung kiri: pekak ICS 5 midclavikula S
Batas jantung kanan: pekak ICS 4 linea sternalis D
Batas atas jantung; pekak ICS 2 linea sternalis
3) Auskultasi
BJ I: tidak terkaji BJ II: tidak terkaji BJ III: tidak terkaji
Murmur: tidak terdengar Gallop: tidak terdengar
i. Abdomen
1) Inspeksi : tidak ada asites, tampak ada selang CAPD
2) Auskultasi : terdengar bising usus
3) Palpasi; teraba asite
4) Perkusi: timpani di lapang perut
j. Inguinal, genital, dan anus
1) Inspeksi (inguinal, genital,anus): tidak ada kelainan
2) Palpasi (inguinal): tidak teraba ada benjolan
k. Perkemihan
1) Inspeksi : warna urin kuning
2) Palpasi VU: lunak
3) Ginjal: tidak ada nyeri tekan pasien terpasang alat CAPD
l. Muskuloskeletal (lengan, tungkai, dan kolumna vertebra)
1) Inspeksi :
Bengkak: tidak ada Deformitas: tidak ada
Dislokasi : tidak ada Pemendekan: tidak ada
Hasil foto thorak, kesan patologis fraktur clavicula
dekstra
2) Palpasi
Krepitasi
Pain: nyeri pada bahu kanan skala nyeri 2
Palor: tidak tampak pucat
Parestesia: ketika di disentuh masih terasa
nyeri Pulselesness: nadi distal masih teraba
Paresis: pasien masih mampu menggerakkan anggota tubuh yang sakit

5 5
Uji kekuatan otot:
5 5

Gerakan semua gerakan ekstremitas simetris


m. Integumen
1) Inspeksi:
Keutuhan kulit: tidak ada lesi.
Tekstur kulit: kenyal
Warna kulit: kuning langsat
Perubahan setempat (distribusi lesi, susunan lesi, jenis lesi):tidak ada
2) Palpasi
Kelembaban kulit: kulit teraba lembab
Turgor kulit: baik
Letak/kedalaman lesi (bila ada) :.tidak ada
Tungkai tampak edema, piting edema derajat 1
n. Endokrin
1) ABI:tidak dilakukan
2) Deteksi dini kaki diabetik: kaki masih terasa ketika di raba, tidak ada luka.
o. Persyarafan
1) Pemeriksaan 12 saraf kranial:
Saraf I: pasien mampu mencium bau bauan, minyak angina
Saraf II: pasien tidak buta warna mampu membaca dan
menulis Saraf III:
Saraf IV: pupil 2/2 reaksi +/+, isokor, tidak ada ptosis, tidak ada mistaqmus
Saraf VI:
Saraf V: kekuatan otot mensseter dan temporalis sama
Saraf VII: wajah simetris
Saraf VIII: dilakukan dengan gerakan jari pasien dapat
mendengar Saraf IX: pemeriksaan ovula tidak ada deviasi
Saraf X:
Saraf XI: kekuatan otot terhadap tahanan
baik Saraf XII: tidak ada deviasi, lidah
simetris
Inspeksi:

Hemiplegia Hemiparese

Reflek Babinski Refleks Patela

Pupil : Diameter (Ø): 2/2 Reaksi: +/+


2) Dermatome test: pasien mampu merasakan raba halus pada kaki tajam, tumpul,
hangat, dan dingin, pasien mampu merasakan.
3) Refleks fisiologis: reflek patella positif
Reflek patologis: reflek Babinski negative
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Jenis Komponen yang Hasil Nilai Satuan Interpretasi
Pemeriksaan diperiksa Rujukan
11/12/21 Urin rutin Protein albumin +++ - H
Glukosa/ reduksi ++++ - H
Keton - - N
Lekosit esterase - - N
Bakteri 2017.8 0 – 12.000 H

13/12/21 Darah rutin Hemoglobin 7.5 13.5 – 16.5 g% L


4.0 – 11.0 10ˆ3/uL
Lekosit 11.8 4.50 – 6.50 10ˆ6/uL N
40.0 – 54.0 %
Eritrosit 2.58 10ˆ3/uL
L
150 – 450
Hematocrit 20.5 mmol/l L
136 – 145
Trombosit 153 3.5 – 5.1 mmol/l N
8.0 – 10.4 mg/dL
1.8 – 2.2 mg/dL
Elektrolit Natrium 130 L
10 - 50
Kalium 2.9 L
0.5 – 0.90 mg/dL
Calsium total 9.3 N
mg/dL
Magnesium 1.84 N
70 – 110
mg/dL
Fungsi ginjal Ureum 60 H
< 37 u/m L
Creatinin 5.92 H

70 – 110 mg/dL
Glukosa GDS 325 H

Ca 19-19 45.65 H
2. Pemeriksaan Radiologi, EKG, CT-SCAN, Pemeriksaan Penunjang Lainnya (sesuai
yang diperiksa)
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil

10/12/2021 EKG NSR


Foto Thorak Cor dan Pulmo normal
Patologis fraktur os clavicula dekstra dan lesi lytik di
costa 3,4 sinistra curiga proses bone metastase
Bone metastase di cranium, os clavikula, costa,
13/12/2021 Bone Survey
humerus, femur. Kompresi fraktur VTh11, VTh12

F. Program Therapi
Nama Obat Dosis Indikasi Kontra Indikasi Alasan Pasien
Mendapat Obat
Insulin 3x 14 unit untuk menurunkan kadar gula Pasien dengan Pasien hasil GDS
(Novorapid) darah hipoglikemia high
Clonidine obat anti hipertensi, Hipersensitivitas Riwayat TD pasien
3x 0,15mg menurunkan TD tinggi
untuk memperbaiki kondisi -
Bicarbonas asidosis metabolic Edema pulmo
natricus 1x 500mg Pasien riwayat odem
untuk pasien gangguan ginjal Hipersensitivitas anasarka
Lasik 1x 40mg
untuk defisiensi asam folat Terapi jangka
Folavit 2x 400mg panjang pada difiensi
kobalamin yang Hb pasien rendah
tidak diobati.
Hiperkalsemia, ibu
3x 2tab Insufisiensi ginjal kronik hamil Pasien CKD dengan
Prorenal CAPD
Penggunaan bersama
Hiperuresemia pada pasien dengan azathioprine -
Feburic 1x 80mg dan/ mercaptopurine.
dengan gout.
Hipersensitivitas Pasien riwayat
terhadap cephalosporin menggigil,
Bifotik injeksi 2x 1gr Untuk mengobati infeksi pencegahan risiko
infeksi.
Perawat yang mengkaji

Rosa Wulandari T.P


PENGELOMPOKAN DATA

Data Subjektif

Pasien mengatakan lemes

Pasien mengatakan sakit DM karena CAPD

Pasien mengatakan obat nya terlalu banyak

Data Objektif

Pasien tampak lesu, GDS 275

Pasien tampak odem, kaki edema/ bengkak piting edema derajat 1

Pasien tampak menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah dengan menyalahkan
CAPD penyebab sakitnya

Kesadaran CM, GCS : 15

Tanda tanda vital

TD: 125/85 mmHg P: 18 x/menit N: 78 x/menit S: 36.6 ᵒC


BB/TB: 64 kg/ 155 cm Skore nyeri: 2 Skore jatuh:35
ANALISA DATA
Nama: Ny In Ruang: CB 5

No. RM: 11285xx Kamar: 524

No. Data Masalah Kemungkinan


Penyebab
1. DS: Pasien mengatakan lemes Ketidakstabilan kadar Disfungsi pancreas
glukosa darah
DO: Pasien tampak lesu, GDS 275

2. DS: Pasien mengayakan lemes Risiko Penyakit ginjal dan


Ketidakseimbangan kelenjar
DO: Pasien tampak odem, kaki
cairan
edema/ bengkak piting edema
derajat 1

3. DS: Pasien mengatakan sakit DM Manajemen kesehatan Kompleksitas


karena CAPD tidak efektif program
pengobatan
Pasien mengatakan obat nya
terlalu banyak

DO: Pasien tampak menunjukkan


persepsi yang keliru terhadap
masalah dengan menyalahkan
CAPD penyebab sakitnya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny In Ruang : CB 5

No.RM : 11285xx Kamar: 524

No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Tanda


Muncul Tangan
1. 14/12/2021 Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan
dengan disfungsi pancreas dibuktikan dengan pasien
mengatakan lemes, pasien tampak lesu, GDS 275
Wulan

Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan


2. 14/12/2021 kompleksitas program pengobatan dibuktikan dengan
pasien mengatakan sakit DM karena CAPD, pasien
mengatakan obat nya terlalu banyak, pasien Wulan
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
dengan menyalahkan CAPD penyebab sakitnya

3. 14/12/2021 Risiko ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan


penyakit ginjal dan kelenjar.
Wulan
RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny In Ruang : CB 5

No.RM : 11285xx Kamar: 524

NO Tanggal Tujuan Dan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan Rasional Ttd


DP Nama
1. 14/12/2021 Kestabilan kadar glukosa darah Managamen Hyperglikemi
pasien meningkat setelah
1. Identifkasi kemungkinan penyebab 1. Meminimalkan kemungkinan
dilakukan tindakan perawatan
hiperglikemia penyebab hiperglikemia
selama 3 x 24 jam dengan kritria :
2. Monitor kadar glukosa darah, 2. Agar gula darah dapat terkontrol
Wulan
- Lelah menurun 3. Monitor tanda-tanda hiperglikemia 3. Agar pasien mampu mencegah
- Keluhan lapar menurun 4. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan kejadian hiperglikemia
- Gemetar menurun olahraga 4. Membantu pasien untuk patuh
- Berkeringat menurun 5. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. dalam diit dan olahraga
- Rasa haus menurun penggunaan insulin, obat oral, monitor 5. Menyiapkan pasien untuk
- Kadar glukosa dalam darah asupan cairan, penggantian persiapan pulang
membaik karbohidrat, dan bantuan professional
- Kadar glucose dalam urine kesehatan) 6. Insulin merupakan obat untuk
membaik 6. Lanjutkan pemberian insulin, mengatur kadar gula dalam darah
RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny In Ruang : CB 5

No.RM : 11285xx Kamar: 524

NO Tanggal Tujuan Dan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan Rasional Ttd


DP Nama
2. 14/12/2021 Pasien mampu mempertahankan Edukasi kesehatan
pemeliharaan kesehatan setelah
1. Identifikasi kesiapan dan 1. Mempermudah untuk memberikan
dilakukan tindakan keperawatan
kemampuan menerima informasi penjelasan kepada pasien
selama 3x 24 jam dengan kriteria
2. Identifikasi factor yang 2. Agar lebih meningkatkan motivasi
hasil
meningkatkan motivasi perilaku pasien untuk hidup sehat
- Pasien menunjukkan perilaku hidup sehat 3. Materi yang sesuai akan Wulan
adaptif 3. Sediakan materi dan media pendidikan memperjelas pemahaman pasien
- Pasien menunjukkan kesehatan tentang sakitnya
pemahaman perilaku hidup 4. Agar pasien mampu menghidari
sehat 4. Jelaskan factor risiko yang factor yang memperburuk
- Pasien meunjukkan minat dapat mempengaruhi kesehatan kesehatan
meningkatkan perilaku sehat 5. Perilaku hidup sehat akan
memberikan kesejahteraan bagi
5. Ajarkan perilaku hidup sehat
pasien
RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny In Ruang : CB 5

No.RM : 11285xx Kamar: 524

NO Tanggal Tujuan Dan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan Rasional Ttd


DP Nama
3. 14/12/2021 Keseimbangan volume cairan Managemen Cairan
pasien meningkat setelah
1. Monitor status hidrasi ( mis, frek 1. Untuk mengetahui tanda-tanda
dilakukan tindakan keperawatan
nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian hidrasi pasien
selama 2 x 24 jam dengan
kapiler, kelembapan mukosa, turgor
kriteria : Wulan
kulit, tekanan darah) setiap 6 jam
2. Untuk menentukan berat badan
- Membrane mukosa lembab 2. Monitor berat badan harian
ideal pasien
- Edema menurun 3. Monitor hasil pemeriksaan
3. Perubahan nilai elektrolit
- Turgor kulit membaik laboratorium (mis. Hematokrit, Na,
merupakan tanda gangguan
- Tidak asites K, Cl, berat jenis urin , BUN)
ketidakseimbangan cairan elektrolit
- TD 110/60 mmHg – 140/90 4. Catat intake output dan hitung
4. Untuk memantau cairan pasien
mmHg balans cairan dalam 4 jam
selama 24 jam
- Nadi 60-100 x/mnt 5. Berikan asupan cairan sesuai
5. Agar tidak terjadi kelebihan cairan
kebutuhan
pada pasien
6. Lanjutkan pemberian therapy Lasix.
6. Lasik merupaka obat deuritik untuk
1x 40mg
mengeluarkan cairan dalam tubuh
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Pasien masuk RSPR pada tanggal 10/12/2021, rencana untuk HD. Sebelum HD pasien
diperiksa, pasien mengeluh menggigil dan sesak nafas, ketika di HD pasien di cek
pemeriksaan gula darah hasilnya high yaitu sampai 925 mg/dL, sehingga untuk HD
pasien ditunda pasien di anjurkan untuk opname. Gula darah pasien selama observasi
di IGD masih high 396 mg/ dL sampai dengan 424 mg/dL sehingga pasien diberikan
drip insulin dengan alogoritma I, jalan 6cc/ jam. ketika pengkajian pada tanggal
14/12/2021 GDN 275 mg/dL dan pasien sudah tidak diberikan drip insulin, melainkan
pemberian novorapid 3 x 14 unit (SC). Selama ini pasien tidak ada keluhan untuk sakit
DM nya, pasien baru tahu ketika ,mau HD, disini pasien merasa sakitnya ini karena
CAPD. Dari pengkajian riwayat sakit pasien tidak ada riwayat sakit DM dari keluarga,
teteapi dari pemeriksaaan diagnostic yaitu pemeriksaan GDS dan glukusa urin
hasilnya high.
4.2 Diagnosa keperawatan
Pada kasus Ny In diagnosa keperawatan ada tiga ditemukan yaitu, ketidakstabilan
kadar gula darah berhubungan dengan disfungsi pancreas, diagnose ini ditegakkan
dikarenakan dari hasil pemeriksaan diagnostic menunjukkan adanya peningkatan gula
darah lebih dari normal. Ketidakstabilan kadar gula darah adalah variasi kadar glukosa
darah naik/turun dari rentang normal (PPNI, 2016). Diagnose Manajemen kesehatan
tidak efektif berhubungan dengan kompleksitas program pengobatan, Alasan
menegakkan diagnosa ini karena adanya ketidaktahuan pasien maupun keluarga pasien
dalam merawat pasien agar tidak terjadi komplikasi terhadap perilaku yang beresiko.
Pasien dan keluraga pasien juga tidak mengetahui penyebab pasien terkena DM karena
komplikasi pada penyakit. pasien mengatakan sakit DM karena CAPD, pasien
mengatakan obat nya terlalu banyak, pasien menunjukkan persepsi yang keliru
terhadap masalah dengan menyalahkan CAPD penyebab sakitnya. Diagnose ketiga
risiko ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan penyakit ginjal dan kelenjar.
Risiko ketidakseimbangan cairan adalah berisiko mengalami penurunan, peningkatan
atau pecepatan perpindahan cairan dari intravaskuler, interstisial atau intraseluler.
Pasien mempunyai riwayat CKD, pasien sebelumnya mengalami odema, dalam
pengkajian didapatkan derajat piting edama, derajat satu.
4.3 Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang dibuat disesuaikan dengan konsep askep diabetes melitus,
dan mengacu pada SDKI, SLKI, SIKI. Pada Ny In rencana keperawatan yang di buat
adalah, diagnosa ketidakstabilan kadargula darah membuat rencana manajemen
hiperglikemia. Diagnose manajemen kesehatan tidak efektif dengan membuat rencana
edukasi kesehatan dan diagnose risiko ketidakseiimbangan cairan yaitu dengan
membuat rencana manajemen cairan.
4.4 Implementasi keperawatan
Asuhan keperawatan pada Ny. In, Implementasi merupakan tahap proses keperawatan.
perawat memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap
pasien. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat dalam rencana tindakan.
4.5 Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan yang dilakukan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan. Evaluasi dalam
kasus ini diagnosa ketidakstabilan kadar gula darah, tujuan tercapai, untuk rencana
hentikan rencana keperawatan berikan discharge planning tentang edukasi mengelola
insulin di rumah. Diagnose manajemen kesehatan tidak efektif, tujuan tercapai,
hentikan rencana keperawatan berikan discharge planning edukasi pola hidup sehat
selama di rumah. Diagnose risiko ketidak seimbangan cairan tujuan tercapai, hentikan
rencana keperawatan berikan discharge planning edukasi pembatasan cairan sesuai
dengan program dokter.
4.6 Keterbatasan studi kasus
Dalam penulisan studi kasus yang dibuat, penulis mendapat kendala yaitu diagnose
yang diambil mahasiswa dan perawat ruangan tidak sama, ada perbedaan, sehingga
ketika melakukan studi dokumentasi ada rencana tindakan yang tidak sesuai dengan
yang diambil mahasiswa.
BAB 5

KESIMPULAN

Diabetes Melitus (DM) pengertian penyakit diabetes adalah suatu gangguan


metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari
insufisiensi fungsi insulin. Pada kasus Ny In, dengan DM dan juga CRF, prioritas tindakan
keperawatan yang dilakukan kepada pasien adalah manajemen hiperglikemia, karena
keluhan data utama pasien adalah kadar gula darah yang tidak stabil yaitu high. Tindakan
yang dilakukan untuk manajemen hiperglikemia adalah dengan pemberian therapy
farmakologi yaitu pemberian insulin dan juga memberikan edukasi untuk hidup sehat dan
diit rendah gula tentang perawatan di rumah. Pendidikan kesehatan tentang upaya
meningkatkan derajat kesehatan klien, perubahan perilaku hidup sehat. Sebelum pulang
pasien diajarkan lebih dulu untuk mengelola obat insulin belajar menyuntikkan sendiri,
karena again perut pasien terpasang CAPD maka pasien belajar menyuntik insulin pada
paha pasien. Disini pasien mampu melakukan untuk menyutik insulin secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2017). “Standards of Medical Care in Diabetes2017”.


Vol. 40. USA : ADA
Damayanti, S., & Kurniawan, T. (2014). Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 dalam Menjalankan Self-Management Diabetes Family Support of Patients
Type 2 Diabetes Mellitus in Performing Diabetes Self-management. Jurnal
Keperawatan Padjajaran, 2(1).
Dyah R, P. (2015). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. In : FKUI (Vol. 15).

Hotma. 2014. Diabetes Melitus dengan Perubahan Gaya Hidup. Bogor : In Media
Mencegah.
Lemone, Priscilla. Burke, Karen M. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Miharja, A., 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah Pada
penderita Diabetes Melitus. Buku Kedokteran Indonesia.
Muhlisin, A., Ambarwati, W.N., Pratiwi, A. (2015). Model Terapi Kognitif Untuk
Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di Komunitas. University
Research Colloquium. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Penerbit: Dewan Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Penerbit: Dewan Pengurus Pusat Perawat Nasional
Indonesia. Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Penerbit: Dewan Pengurus Pusat Perawat Nasional
Indonesia. Jakarta.
Wijaya, A, S. & Putri, Y, M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta: Nuha
Mediak
Yasmara, Nursiswati, Arafat. (2014) Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai