Anda di halaman 1dari 58

PENERAPAN SENAM KAKI DIABETES UNTUK MENURUNKAN KADAR GULA

DARAH PADA TN.A DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT ROEMANI


MUHAMMADIYAH SEMARANG

Disusun Oleh :
Nabila Puspaningrum
G3A020105

PROGRAM ILMU STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


peningkatan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada diabetes melitus kemampuan
tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau prankeas dapat menghentikan sama
sekali produksi insulin. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh
kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolism karbohidrat, lemak dan protein
yang disebabkan oleh kekurangan hormone insulin (Wijaya, 2013).

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin
meningkat dari tahun ke tahun, penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan
menimbulkan berbagai macam keluhan. Gejalanya sangat bervariasi dan dapat timbul secara
perlahan, sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang lebih
banyak, buang air kecil ataupun berat badan yang menurun. Pada tahun 2000, lebih dari 100 juta
penduduk di dunia menderita diabetes mellitus.dan pada tahun 2010 jumlahnya meningkat
menjadi 150 juta yang merupakan 6 % dari populasi dewasa (Amiruddin,2012).

Pada penderita diabetes mellitus terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk
berespon terhadap insulin atau penurunan dan tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh
pankreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, hiperglikemia jangka panjang dapat
menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskuler kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati seperti ulkus diabetikum (Boughman & Hackley, 2010).

Penderita diabetes mellitus diharapkan dapat lebih mematuhi dalam pengontrolan gula
darah, sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut. Kepatuhan pada penderita diabetes
mellitus diidentifikasi berdasarkan kelas sosial-ekonomi, pendidikan, umur, dan jenis kelamin.
Peningkatan kasus DM yang merupakan penyakit degeneratif akan menambah beban pemerintah

dalam hal penyediaan pelayanan kesehatan untuk menangani kasus-kasus tersebut.


Mengingat masih sangat besar porsi masyarakat kurang mampu yang harus disubsidi pemerintah
maka keadaan ini akan memberikan beban ekonomi tinggi untuk penanganannnya. Banyak
penyakit degeneratif yang sebenarnya dapat ditunda atau ditekan jumlahnyadengan perbaikan
pola hidup. Sebagai contoh, faktor risiko utama diabetes dapat dimodifikasi dengan perubahan
perilaku berisiko seperti konsumsi rokok, kegiatan fisik yang kurang aktif, diet tidak sehat (Wild,
2014).

Penanganan diabetes mellitus bisa dilakukan dengan berbagai cara mulai dari penanganan medis,
non medis hingga bahan-bahan herbal. Perlunya pencegahan dan pengendalian yang harus
dilakukan oleh penderita DM. Dalam mengendalikan DM diperlukannya empat pilar penyangga
yang mendukung, yaitu edukasi, diet, olahraga, dan obat (Novitasari, 2012).

Banyak penderita DM yang lebih fokus dan hanya mengutamakan pada penanganan diet, dan
mengonsumsi obat–obatan. Namun penanganan diet yang teratur belum menjamin akan
terkontrolnya kadar gula darah, akan tetapi hal ini harus diimbangi dengan latihan fisik atau
senam yang sesuai (Sinaga, 2012).

Latihan jasmani atau senam selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan
dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah (Sugondo
et al, 2009). Terapi untuk mengontrol serta menurunkan kadar gula darah diharapkan setiap
minggu melakukan latihan jasmani secara rutin. Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 kali setiap
minggu selama 30 sampai 60 menit. Latihan jasmani yang terprogram dapat menurunkan kadar
glukosa darah memperbaiki kepekaan dan menambah jumlah reseptor insulin, dapat menurunkan
resistensi insulin.

Dalam Jurnal Keperawatan yang berjudul “Pengaruh Senam Diabetes Melitus Terhadap Kadar
Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Sanggar Senam Persadia Kabupaten
Gorontalo” mengatakan bahwa Upaya penanganan pada pasien diabetes melitus
sekaligus juga pencegahan terjadinya komplikasi adalah melakukan upaya pengendalian
DM yang salah satu teraturnya pasien DM dalam melakukan aktifitas berolahraga.
Dengan berolahraga diharapkan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga dapat
memperbaiki kadar gula dalam darah. Aktifitas fisik yang juga sering dianjurkan adalah senam
diabetes melitus.
BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda-
tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut
ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif didalam tubuh, gangguan
primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai gangguan
metabolisme lemak dan protein (Aspiani, 2014).
Faktor utama pada diabetes ialah insulin. Suatu hormon yang dihasilkan oleh kelompok
sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa.
Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut glukagon, juga
mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau
sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah
diabetes (Setiabudi, 2008).
Insulin adalah suatu hormone yang diproduksi oleh pankreas, mengendalikan kadar
glukosa dalam darah dalam mengatur produksi dan penyimpanannya (Aspiani, 2014).
B. Etiologi
Diabetes melitus mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan
penting pada mayoritas diabetes melitus, faktor penyebab Diabetes Melitus adalah :
1. Kelainan sel beta pancreas menyebabkan hilangnya sel beta dan kegagalan sel beta
melepas insulin
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan
3. Ganguan sistem imunitas, sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan sel beta oleh virus
4. Kelainan Insulin, pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap
insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membrane sel yang
responsir terhadap insulin

C. Patofisiologi
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat
peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu,
keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan
ciri khas diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena
itu , ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II (Corwin, 2009).
D. Manifestasi Klinis
Gejala klasik DM seperti poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat badan tidak
selalu tampak pada lansia penderita DM karena seiring dengan meningkatnya usia terjadi
kenaikan ambang batas ginjal untuk glukosa sehingga glukosa baru dikeluarkan melalui
urin bila glukosa darah sudah cukup tinggi. Selain itu, karena mekanisme haus terganggu
seiring dengan penuaan, maka polidipsi pun tidak terjadi, sehingga lansia penderita DM
mudah mengalami dehidrasi hiperosmolar akibat hiperglikemia berat. DM pada lansia
umumnya bersifat asimptomatik, kalaupun ada gejala, seringkali berupa gejala tidak khas
seperti kelemahan, letargi, perubahan tingkah laku, menurunnya status kognitif atau
kemampuan fungsional (antara lain delirium, demensia, depresi, agitasi, mudah jatuh, dan
inkontinensia urin).
1. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler,
aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya
akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
2. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan
penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari
dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan
seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
3. Polyphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka
produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka
reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
4. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan
tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara
otomatis (Burduly, 2009).
E. Penatalaksanaan
1. Jika pasien mengalami obesitas maka dietnya mengurangi kalori sampai berat badan
menurun
2. Untuk mencegah hiperglikemia post prandial dan glukosuria pasien Diabetik tidak
boleh makan karbohidrat berlebihan
3. Memeriksa semua makanan esensial (Vitamin, mineral)
4. Latihan pada diabetes melitus seperti:
5. Gunakan alas kaki yang tepat, bila perlu alat pelindung kaki lainnya.
6. Hindari dalam udara yang sangat panas dan dingin
F. Konsep Diabetes Melitus
a. Pengkajian Fokus
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohmah, 2012).
1. Anamnesa
a) Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, pekerjaan, pendidikan, dan status perkawinan.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama klien biasanya cemas, lemah, anoreksia, poliuria, polidipsi,
polipagia, penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala.
2. Riwayat Kesehatan
a) Riawayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang yang mencakup lemah , anoreksia, mual, muntah,
nyeri abdomen, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, dan sakit kepala.
b) Riwayat Penyakit lalu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat
penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di
dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg,
riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi,
penyakit atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi
oral). (Aspiani, 2014).
3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Keadaan Umum klien lansia yang mengalami gangguan endokrin biasanya
lemah
b) Kesadaran
Kesadaran Klien biasanya Composmentis
4. Pemeriksaan Review Of System (ROS)
a) Sistem Pernafasan (B1:Breathing)
Peningkatan Frekuensi nafas atau dalam batas normal
b) Sistem Sirkulasi (B2:Bleeding)
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apikal, sirkulasi perifer, warna,
dan kehangatan
c) Sistem Persyarafan (B3:Brain)
Kaji adanya hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat kelemahan/hilang
fungsi. Pergerakan mata/kejelasan melihat, dilatasi pupi. Agitasi (mungkin
berhubungan dengan nyeri/pendek dan letargi
d) Sistem Perkemihan (B4:Bleder)
Perubahan pola berkemih, seperti inkontensia urin, disuria, distensi kandung
kemih, warna dan bau urin, dan kebersihannya. Dapat ditemukan adanya
retensi cairan, penurunan output urine
e) Sistem Muskuloskeletal
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada area jaringan
dapat
berkurang pada imobilisasi, kontraktur atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan
warna
5. Pola Fungi Kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan
b) Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit, nafsu makan,
diet, kesulitan menelan, mual/muntah, dan makanan kesukaan
c) Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya
masalah defekasi, masalah nutrisi, dan penggunaan kateter
d) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energi, jumlah
jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia
e) Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan sirkulasi,
riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan.
f) Pola hubungn dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, dan
masalah keuangan.
g) Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi meliputi pengkajian
penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau.
h) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan
konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran,
identitas diri. Manusia sebagai sistem terbuka dan makhluk bio-psiko
sosialkultural-spiritual, kecemasaan, ketakutan, dan dampak terhadap sakit.
i) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah stress dan koping
j) Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarka dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual
b. Pathways Keperawatan
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga, dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan harus didukung
oleh data (Nursalam, 2008).
d. Fokus Intervensi dan rasionalnya

Ketidakstabilan kadar glukosa Manajemen Hiperglikemia (I.03115)


darah (L.05022)
Observasi :
Setelelah dilakukan tindakan
1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
keperawatan selama … kadar
2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan
glukosa darah berada pada nilai insulin meningkat
normal 3. Monitor kadar glukosa darah
Ekspektasi : meningkat 4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
Kriteria hasil :
1. Lelah/lesu menurun Terapeutik :
1. Berikan asupan cairan oral
2. Mulut kering menurun 2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau memburuk
3. Rasa haus menurun

4. Kadar glukosa dalam Edukasi :


1. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
darah membaik mandiri
2. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
3. ajarkan pengelolaan diabetes

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin
e. Pathways

PATHWAY PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS

Kerusakan sel α dan β pankreas

Kegagalan Produksi
Produksi insulin glukagon berlebih

Risiko
Hypovolemia Meningkatkan Produksi gula
Gula darah dari lemak
dan protein

Osmolaritas
meningkat
Membuang
Massa tubuh Fatique
Poliuri Polidipsi Poliphagi
Berat badan
turun ↓
BB turun Peningkatan gula darah
kronik
Defisit Nutrisi

Small vessel disease Arterosklerosis


Diabetik Gangguan
fungsi imun
Hipertensi,
- Berkurang Peningkatan kadar
BAB III

RESUME ASKEP

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

Nama Mahasiswa : Nabila Puspaningrum

NIM : G2A016001

A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.A

Umur : 65 Tahun

Pendidikan Terakhir : SLTA

Agama : Islam

Suku : Jawa

Status perkawinan : Kawin

Pekerjaan : pegawai swasta


Alamat : Semarang

Diagnosa Medik : Diabetes Militus

2. Identitas Penanggungjawab

Nama : Ny. R

Umur : 38

Jenis Kelamin :P

Agama : Islam

Suku : Jawa

Hubungan dengan pasien : istri

Pendidikan Terakhir : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Semarang

B. STATUS KESEHATAN

1. Status Kesehatan Saat ini.


a. Alasan masuk Rumah Sakit/Keluhan utama :
Tn.A berusia 65 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan lemas,
penglihatan sering kabur, tiap malam hari sering buang air kecil terus-menerus selama 8
kali, sering merasa lapar padahal selalum makan dengan porsi cukup, sering merasa haus
ingin selalu minum terus-menerus.

b. Lamanya Keluhan : 1 bulan sebelum pergi ke rumah sakit


c. Timbulnya keluhan : ( √ ) bertahap ( ) mendadak
d. Faktor yang memperberat : lemas, tiap malam hari sering buang air kecil

2. Status Kesehatan Masa Lalu


a. Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang) :
Pasien mempunyai riwayat penyakit DM sudah lama

b. Kecelakaan : tidak ada


c. Pernah dirawat :
1) Penyakit :
Pasien mengatakan tidak pernah di rawat di RS sebelumnya

2) Waktu : -
d. Riwayat Operasi :
Riwayat operasi dahulu : tidak pernah

Riwayat operasi sekarang : tidak ada

C. PENGKAJIAN POLA FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. PERSEPSI DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
a. Persepsi pasien tentang kesehatan diri
Pasien selalu merawat diri dengan baik dan mempunyai hygiene dengan baik, mandi 2x
sehari.

b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya


Pasien belum mengetahui nutrisi yang baik untuk pasien DM dan tidak mengerta tentang
penyakit DM

c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan


1). Kebiasaan diit yang adekuat, diit yang tidak sehat?
Pasien biasanya hanya makan nasi putih dan tempe, terkadang menggunakan
tambahan sayur dan sesekali juga makan daging

2). Pemeriksaan kesehatan berkala , perawatan kebersihan diri, imunisasi:


Pasien selalu rutin cek gula darah di puskesmas
3). Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan :
a). Yang dilakukan bila sakit
Pasien mengalami deficit pengetahuan terkait dengan penyakitnya, saat sakit ia
hanya makan nasi putih dan tempe, terkadang menggunakan tambahan sayur
dan sesekali juga makan daging

b). Kemana pasien biasa berobat bila sakit?


Bisanya pasien berobat ke puskesmas bila sakit

c). Kebiasaan hidup (konsumsi jamu / alkohol / rokok / kopi / kebiasaan olahraga)
Pasien tidak memiliki kebiasaan hidup mengkonsumsi jamu / alcohol / rokok /
kopi / kebiasaan olahraga

Merokok :......................Pak/hari, Lama: ….. (tahun)

Alkohol :...........................Lama:........................................

Kebiasaan olahraga, jenis................frekwensi....................

Obat/jamu/suplemen yang biasa


No Dosis Ket
dikonsumsi

d. Faktor sosioekonomi yang berhubungan dengan kesehatan:


1). Penghasilan : pasien mengatakan jika penghasilan keluarganya cukup untuk
kebutuhan sehari-harinya
2). Asuransi/jaminan kesehatan :
3). Keadaan lingkungan tempat tinggal
Faktor-faktor diatas tidak ada hubungannya dengan kesehatan pasien

2. NUTRISI, CAIRAN DAN METABOLIK


a. Gejala (Subyektif):
1). Diit biasa (tipe):
Nasi putih, tahu, tempe serta sayur, kadang menggunakan daging.
2). Pola diit: nasi putih, tahu, tempe serta sayur, kadang menggunakan daging
3). Nafsu/selera makan: sebelum sakit pasien biasa habis satu porsi, setelah sakit
pasien hanya memakan setengah porsi Mual : ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, waktu:
4). Muntah : ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, Jumlah . Karakteristik
5). Nyeri ulu hati: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, karekteristik/ penyebab
6). Alergi makanan: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada
7). Masalah mengunyah/menelan: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
8). Keluhan demam: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
9). Pola minum / cairan : jumlah minum: tiap malam hari sering buang air kecil
terus-menerus selama 8 kali, minum banyak habis 10-12 gelas /hari dan selalu
merasa haus
10). Penurunan BB dalam 6 bulan terakhir: ( ) Tidak ada ( √ ) Ada, jelaskan :
setelah sakit pasien mengalami penurunan berat badan dari 45 kg menjadi 40
kg
b. Tanda (obyektif):
1). Suhu tubuh: 36,5oC Diaforesis: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada.
2). Berat badan: 40 Tinggi Badan: 150 Turgor kulit : kulit kering Tonus otot:
3). Edema: (√ ) Tidak ada ( ) Ada,
4). Ascites: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada .
5). Integritas kulit perut: lingkar abdomen: normal
6). Distensi Vena jugularis : ( √ ) Tidak ada ( ) Ada .
7). Hernia / Masa : ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, lokasi dan karekteristik
8). Bau mulut / Halitosis : ( √ ) Tidak ada ( ) Ada .
9). Kondisi mulut gigi/ gusi/mukosa mulut dan lidah: gigi bersih, mukosa mulut
dan lidah lembab karena pasien minum nya lancer

3. PERNAPASAN, AKTIFITAS DAN LATIHAN


PERNAPASAN

a. Gejala (Subyektif):
1). Dispnea: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan .
2). Yang meningkatkan / mengurangi sesak
3). Pemajanan terhadap udara berbahaya:
4). Penggunaan alat bantu: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
b. Tanda (Obyektif):
1). Pernafasan : 1) Frekwensi : 2) Kedalaman : 3) Simetris:
2). Penggunaan otot bantu nafas: Nafas cuping hicung:
3). Batuk: Sputum (Karakteristik Sputum) :
4). Fremitus Auskultasi bunyi nafas:
5). Egofoni : sianosis
6). Perkusi

4. AKTIFITAS (TERMASUK KEBERSIHAN DIRI) DAN LATIHAN


a. Gejala (Subyektif)
1). Kegiatan dalam pekerjaan.
2). Kesulitan / keluhan dalam aktifitas
a). Pergerakan tubuh : pasien aktif dalam menggerakan tubuhnya agar tidak
kaku. Kemampuan merubah posisi ( √ ) Mandiri, ( ) Perlu bantuan,
jelaskan
b). Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan dll) ( )
Mandiri, ( √ ) Perlu bantuan, jelaskan : untuk pergi ke kamar mandi dan
mengenakan pakaian pasien dibantu oleh istrinya
3). Toileting (BAB/BAK): ( √ ) Mandiri, ( ) Perlu bantuan, jelaskan
4). Keluhan sesak napas setelah aktifitas: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
5). Mudah merasa kelelahan: ( √ ) Tidak, ( ) Ya, jelaskan . oleransi terhadap
aktifitas: ( √ ) Baik, ( ) Kurang, jelaskan.

b. Tanda (Obyektif):
1). Respon terhadap aktifitas yang teramati : .
2). Status mental (misalnya menarik diri, letargi) .
3). Penampilan umum:
a). Tampak lemah : ( ) Tidak, ( √ ) Ya
b). Kerapian berpakaian : pasien berpakaian rapi
4). Pengkajian neuromuskuler:
5). Masa/ tonus otot :...........................Kekuatan tot:.................... Postur:....................
Rentang gerak:............................ Deformitas:.................................................................
6). Bau badan:................ Bau mulut:............... Kondisi kulit
kepala................Kebersihan kuku:............................................

5. ISTIRAHAT
a. Gejala (Subyektif):
1). Kebisaaan tidur: pasien bisa tidur dengan nyenyak. lama tidur: 9 jam
2). Masalah berhubugan dengan tidur:
a). Insomnia: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, berhubungan dengan .
b). Kurang puas/ segar setelah bangun tidur ( ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
Pasien terasa segar setelah bangun tidur

c). Lain-lain, sebutklan .


b. Tanda (obyektif):
1). Tampak mengantuk/ mata sayu: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
2). Mata merah: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
3). Sering menguap: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan.
4). Kurang konsentrasi: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan.

6. SIRKULASI
a. Gejala (Subyektif):
1). Riwayat Hipertensi atau masalah jantung: tidak ada
2). Riwayat edema kaki: ada/ tidak ada, jelaskan : tidak ada
3). Penyembuhan lambat : tidak ada
4). Rasa kesemutan: tidak ada
5). Palpitasi : tidak ada. Nyeri dada: tidak ada

b. Tanda (obyektif):
1). Tekanan Darah (TD) : 160/90 mmHg
2). Mean Arteriar Presure /Tekanan nadi: 98
3). Nadi/Pulsasi:
a). Karotis:....................... d) Radialis:......................
b). Femoralis:..................... e) Jugularis :................
c). Popliteal:..................... f) Dorsal Pedis:...........
4). Bunyi jantung: Frekuensi:….x/mnt, reguler/ireguler, kuat/lemah
5). Friksi Gesek:ada/tdk ada. Murmur: ada/tdk ada
6). Ekstremitas: Suhu: ..............Warna: …………Tanda Homan:. ada/ tidak ada
7). Pengisian Kapiler: ……Varises: ada/ tidak ada Plebitis: ………
8). Warna: Membran mukosa: ……. Bibir: …………Konjungtiva: ...............................
9). Bibir: …….. Punggung kuku: …………. Sklera: …………......

7. ELIMINASI
a. Gejala (subyektif):
1). Pola BAB : frekwensi 2x sehari konsistensi :padat
2). Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu misal: terpasang
kolostomy/ileostomy) : tidak ada
3). Kesulitan BAB: Konstipasi : tidak ada Diare: tidak ada
4). Penggunaan laksatif: ( √ ) tidak ada, ( ) ada jelaskan
5). Waktu BAB terakhir: pagi hari sebelum operasi
6). Riwayat perdarahan: tidak ada Hemoroid : tidak ada
7). Riwayat inkontinensia alvi : tidak ada
8). Penggunaan alat-alat: misalnya pemasangan kateter tidak ada
9). Riwayat penggunaan diuretik: tidak ada
10). Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK:tidak ada
11). Kesulitan BAK: tidak ada
12). Keluhan BAK lain: tiap malam hari sering BAK terus-menerus selama 8 kali

b. Tanda (obyektif):
1). Abdomen:
a). Inspeksi: Abdomen membuncit: tidak ada
b). Auskultasi : Bising usus: tidak ada
c). Perkusi :
(1). Bunyi tympani: ( ) ada, ( √ ) tidak ada, Kembung : ( ) ada,
( √ ) tidak ada
(2). Bunyi abnormal lain ( √ ) tidak ada ( ) ada, jelaskan.
d). Palpasi:
(1). Nyeri tekan : tidak ada . Nyeri lepas: tidak ada
(2). Distensi kandung kemih: tidak ada
2). Pola eliminasi
a). Konsistensi Lunak/keras: Massa: ( √ ) tidak ada ( ) ada, jelaskan.
b). Pola BAB : Konsistensi warna abnormal: ( √ ) tidak ada ( ) ada,
c). Pola BAK: tiap malam hari sering buang air kecil terus-menerus selama 8
kali
Retensi tidak ada

d). Karakteristik urine: Wrna : kuning pekat Jumlah : ………Bau:


…………………………..
e). Bila terpasang urostomy, colostomy atau ileustomy : tidak

8. NEUROSENSORI DAN KOGNITIF


a. Gejala (subyektif)
1). Adanya nyeri : tidak ada
2). Rasa ingin pingsan/ pusing: ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
3). Sakit kepala: tidak ada
4). Kesemutan / kebas/ kelemahan : tidak ada
5). Kejang ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
6). Mata: Penurunan penglihatan: (√ ) tidak ada, ( ) Ada,
7). Pendengaran: Penurunan pendengaran : ( √ ) tidak ada, ( )
Telinga berdengung : ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,

8). Epistakasis : (√ ) tidak ada, ( ) Ada,

b. Tanda (Objyektif)
1). Status mental
Kesadaran : ( √ )Composmentis, ( )Apatis, ( )Somnolen, ( )Sopor,

( ) coma

2). Skala Koma Glasgow (GCS) : Respon membuka mata (E) 4 Respon motorik (M) 6
Respon verbal: 5

3). Terorientasi/ disorientasi : Waktu.............Tempat..............orang...........


4). Persepsi sensori : Ilusi..............................Halusinasi............................................
5). Delusi..........................................Afek, jelaskan....................................................
6). Memori : saat ini..................................masa lalu.................................................
7). Penggunaan alat bantu penglihatan/ pendengaran ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
8). Reaksi pupil terhadap cahaya: ka/ kiri.................................................................
Ukuran pupil ........................................................................................................

9). Fascial drop..........................postur..........................reflek...................................


10). Penampilan umum tampak kesakitan: ( ) tidak ada, ( ) Ada, menjaga area
sakit.................. Respon emosional................................. penyempitan fokus
..............................................................................................................................

9. KEAMANAN
a. Gejala (Subyektif)
1). Alergi : pasien tidak memiliki riwayat alergi
2). Obat-obatan : pasien tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan
3). Makanan : pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan
4). Faktor Lingkungan : ……………………………………………………………………………………….
a). Riwayat penyakit hub seksual : tidak ada
b). Riwayat tranfusi darah : tidak ada,
c). Riwayat adanya reaksi transfusi : tidak ada
5). Kerusakan penglihatan, pendengaran: ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
6). Riwayat cidera. ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
7). Riwayat kejang. ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,

b. Tanda (Obyektif)
1). Suhu tubuh 36,o C
2). Integritas jaringan :
3). Jaringan parut: ( √ ) tidak ada, ( ) Ada, jelaskan.
4). Kemerahan/pucat: ( ) tidak ada, ( √ ) Ada, pada kaki kiri
5). Adanya luka : luka post op pada kaki sebelah kiri
6). Ekimosis/ tanda perdarahan lain : tidak ada
7). Faktor resiko: terpasang alat invasif ( √ ) tidak, ( ) ya
8). Gangguan keseimbangan: ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
9). Kekuatan umum:..............................tonus otot............................. parese atau
paralisa.................................................................................................................

10. SEKSUAL DAN REPRODUKSI


a. Gejala (Subyektif)
1). Pemahaman terhadap fungsi seksual
…………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………….............................................................................................
2). Gangguan hubungan seksual karena berbagai kondisi (fertilitas, libido, ereksi,
menstruasi, kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi atau kondisi sakit) : tidak
ada
3). Permasalahan selama aktifitas seksual ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
4). Pengkajian pada laki-laki: rabas pada penis ................. gangguan prostat
5). Pengkajian pada perempuan :
a). Riwayat menstruasi (keteraturan, keluhan)
................................................................................................................................
..........................................................................................................

b). Riwayat kehamilan


................................................................................................................................
................................................................................................................................
...............................................................................................
c). Riwayat pemeriksaan ginekologi misal pap smear
………………………………………………...............................................................................
..........................................................................................................

b. Tanda (Obyektif)
1). Pemeriksaan payudara/ penis/ tetis : tidak ada luka/bekas luka apapun, tidak ada
kecacatan pada payudara pasien
2). Kutil genital/ lesi
.........................................................................................................................................
...................................................................................................................

11. PERSEPSI DIRI, KONSEP DIRI DAN MEKANISME KOPING


a. Gejala (Subyektif)
1). Faktor stress : pasien mengaku stress jika dirinya sedang banyak pikiran dan tidak
bisa mengatasi nya
2). Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan (sendiri atau dibantu) mengambil
keputusan dengan bermusyawarah dengan keluarganya
3). Yang dilakukan jika menghadapi sutu masalah (misalnya : memecahkan masalah,
mencari pertolongan / berbicara dengan orang lain, makan, tidur, minum obat-
obatan, marah, diam, dll)
Memecahkan masalah bersama keluarganya

4). Upaya pasien dalam menghadapi masalahnya sekarang


Dengan cara bersabar dan berdoa serta berserah diri kepada Allah SWT

5). Perasaan cemas/takut : ( √ ) tidak ada, ( ) Ada, jelaskan


6). Perasaan katidakberdayaan: ( √ ) tidak ada, ( ) Ada, jelaskan
7). Perasaan keputusasaan: ( √ ) tidak ada, ( ) Ada, jelaskan
8). Konsep diri :
a). Citra diri: ......................................................................................................
…………………………………………………………………………………………………………………

b). Ideal diri: ......................................................................................................


…………………………………………………………………………………………………………………

c). Harga diri: ....................................................................................................


…………………………………………………………………………………………………………………

d). Ada/ tidak perasaan akan perubahan identitas :


…………………………..........................................................................................
e). Konflik dalam peran: ...................................................................................
b. Tanda (Obyektif)
1). Status emosional : ( √ ) tenang, ( ) gelisah, ( ) marah, ( ) takut, ( ) mudah
tersinggung
2). Respon fisologis yang terobservasi: perubahan tanda vital.............................., ekspresi
wajah (dan lain-lain, sebutkan) .............................,
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

12. INTERAKSI SOSIAL


a. Gejala (Subyektif)
1). Orang yang terdekat dan lebih berpengaruh : keluarga
2). Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah : keluarga
3). Adakah kesulitan dalam keluarga (hubungan dengan orang tua, saudara, pasangan,
( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
4). Kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehatan/ pasien lain: tidak ada

b. Tanda (Obyektif)
1). Kemampuan bicara : ( √ ) jelas, ( ) tidak jelas
2). Tidak dapat dimengerti: tidak ada Afasia : tidak ada
3). Pola bicara tidak biasa/ kerusakan : tidak ada
4). Penggunaan alat bantu bicara ; tidak ada
5). Adanya laringaktomi/ trakesostomy : tidak ada
6). Komunikasi nonverbal/verbal dengan keluarga/ orang lain : komunikasi dengan
keluarga dan orang sekitar lancar
7). Perilaku menarik diri : ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,

13. POLA NILAI KEPERCAYAAN DAN SPIRITUAL


a. Gejala (Subyektif)
1). Sumber kekuatan bagi pasien: sumber kekuatan pasien adalah percaya kepada Tuhan
yang menentukan hidupnya serta keluarga yang selalu mensupportnya.
2). Perasaan menyalahkan Tuhan: tidak ada
3). Bagaimana pasien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan (sebutkan jenis
kegiatannya) menjalankan kegiatan agama diatas tempat tidur
4). Masalahan berkaitan dengan aktifitasnya tersebut selama dirawat : tidak ada
5). Pemecahan oleh pasien........................................................................................
6). Adakah keyakinan/kebudayaan yang dianut pasien yang bertentangan dengan
kesehatan ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
7). Pertentangan nilai/keyakinan/ kebudayaan terhadap pengobatan yang dijalani: ( √ )
tidak ada, ( ) Ada,

b. Tanda (Obyektif)
1). Perubahan perilaku:
a). Menarik diri: ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
b). Marah/ sarkasme: (√ ) tidak ada, ( ) Ada,
c). Mudah tersinggung: (√ ) tidak ada, ( ) Ada,
d). Mudah menangis: (√ ) tidak ada, ( ) Ada,
e). Dll, jelaskan.
2). Menolak pengobatan: (√ ) tidak ada, ( ) Ada,
3). Berhenti menjalankan aktifitas agama: (√ ) tidak, ( ) ya,
Masih menjalankan aktifitas agama diatas tempat tidur

4). Menunjukkan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan:


( √ ) tidak ada, ( ) Ada,

Pasien sangat kooperatif dengan tenaga kesehatan

B. DATA PENUNJANG

1. Terapi :

1. Infus Nacl 20 Tpm rute Iv


2. Diit

Pasien dianjurkan untuk mengurangi gula dalam setiap makan dan minumnya

3. Laboratorium
PENGELOMPOKAN DATA

NO TGL DATA (DS DAN DO) TTD &


NAMA
1 Data Subyektif :

1. Pasien mengeluh jika badannya terasa


sangat lemas
2. Pasien mengeluh jika penglihatannya
sering kabur
3. Pasien mengatakan jika setiap malam hari
dirinya sering buang air kecil terus-
menerus selama 8 kali
4. Pasien mengatakan jika dirinya sering
merasa lapar padahal selalu makan
dengan porsi yang cukup
5. Pasien mengatakan jika dirinya sering
merasa haus ingin selalu minum terus-
menerus
6. Pasien mengatakan jika tidak mengetahui
nutrisi yg baik untuk pasien DM dirumah.
Pasien biasanya hanya makan nasi putih
dan tempe, terkadang menggunakan
tambahan sayur dan sesekali juga makan
daging dalam kehidupan sehari-hari
7. Pasien mengatakan tidak mengerti
penyakit DM, tanda gejala dan
penyebabnya
8. Pasien mengatakan tidak pernah dirawat
di RS sebelumnya, saat ini cemas karena
takut terjadi komplikasi
9. Pasien mengeluh sulit tidur

Data Obyektif :

1. Tampak lemas
2. Tampak gelisah
3. CRT : 3 detik
4. TD 160/90 mmHg
5. Nadi 91x/menit
6. RR : 24x/menit tipe nafas kusmaul
7. Pengkajian antopometri :
A : BB turun dari 45kg menjadi 40kg, TB :
150
B : gula darah sewaktu : 350 mg/dl
C : tampak lemas, konjungtiva anemis,
turgor kulit jelek, mukosa bibir kering
D : nasi putih, tahu, tempe serta sayur,
kadang menggunakan daging

ANALISA DATA

DATA (DS dan DO) MASALAH (P) ETIOLOGI (E)


Data subyektif : Ketidakstabilan Resistensi
kadar glukosa insulin
1. Pasien mengatakan jika
darah
badannya terasa sangat lemah
dan lemas
2. Pasien mengatakan jika setiap
malam hari dirinya sering
buang air kecil terus-menerus
selama 8 kali
3. Pasien mengatakan jika dirinya
sering merasa haus ingin selalu
minum terus-menerus
4. Pasien mengatakan jika
padangan kabur

Data Obyektif :

1. Pasien tampak lemah dan


lemas
2. Mulut kering
3. Haus meningkat
4. GDS : 350 mg/dl
Data subyektif : Deficit nutrisi Peningkatan
kebutuhan
1. Pasien mengeluh jika badannya
metabolisme
terasa sangat lemas
2. Pasien mengatakan jika dirinya
sering merasa lapar padahal
selalu makan dengan porsi
yang cukup

Data Obyektif :

1. Tampak lemas dan lelah


2. Pengkajian antopometri
a. BB turun dari 45kg menjadi
40kg, TB : 150cm, IMT : 17,7
b. Gula darah sewaktu : 350
mg/dl
c. Tampak lemas, konjungtiva
anemis, turgor kulit jelek,
mukosa bibir kering
d. Nasi putih, tahu, tempe
serta sayur, kadang
menggunakan daging
Data Subyektif : ansietas Kekhawatiran
mengalami
1. Pasien mengatakan jika dirinya
kegagalan
tidak pernah dirawat di Rs
sebelumnya, saat ini cemas
karena takut terjadi komplikasi
2. Pasien mengeluh sulit tidur

Data Obyektif :

1. Tampak gelisah
2. Sulit tidur
3. Sering berkemih
4. TD : 160/90mmHg
Data Subyektif : Deficit Kurang
pengetahuan terpapar
1. Pasien mengatakan jika tidak
informasi
mengetahui nutrisi yang baik
untuk pasien Dm dirumah.
Pasien biasanya hanya makan
nasi putih dan tempe,
terkadang menggunakan
tambahan sayur sesekali juga
makan daging dalam kehidupan
sehari-hari
2. Pasien mengatakan tidak
mengerti penyakit DM, tanda
gejala dan penyebabnya

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
4. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi


Ketidakstabilan kadar Ketidakstabilan kadar glukosa darah Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
glukosa darah (L.05022)
Observasi :
berhubungan dengan Setelelah dilakukan tindakan 5. Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
resistensi insulin keperawatan selama … kadar glukosa
darah berada pada nilai normal 6. Identifikasi situasi yang
menyebabkan kebutuhan insulin
Ekspektasi : meningkat meningkat
Kriteria hasil : 7. Monitor kadar glukosa darah
5. Lelah/lesu menurun 8. Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
6. Mulut kering menurun

7. Rasa haus menurun Terapeutik :


3. Berikan asupan cairan oral
8. Kadar glukosa dalam darah 4. Konsultasi dengan medis jika tanda
membaik dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk

Edukasi :
4. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
5. Anjurkan kepatuhan terhadap diet
dan olahraga
6. ajarkan pengelolaan diabetes

Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian insulin
Deficit nutrisi Status nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi (I.03119)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
peningkatan kebutuhan selama…diharapkan status nutrisi pasien
metabolisme adekuat 1. Identifikasi status nutrisi
Ekspektasi : membaik 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Kriteria hasil : makanan
1. Pengetahuan tentang pilihan 3. Identifikasi makanan yang disukai
makanan yang sehat meningkat 4. Monitor asupan makanan

2. Pengetahuan tentang asupan Terapeutik :


nutrisi yang tepat meningkat 1. Fasilitasi penentuan pedoman diet
2. Sajikan makanan secara menarik
3. Indeks masa tubuh membaik
3. Berikan makanan tinggi serat
4. Frekuensi makan membaik
5. Nafsu makan membaik Edukasi :
6. Membrane mukosa membaik 1. Ajarkan diet yang di programkan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makam
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori yang di
butuhkan

Ansietas berhubungan Tingkat ansietas (L.09093) Terapi relaksaksi (I.09326)


dengan kekhawatiran Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
mengalami kegagalan selama … pasien maupun 1. Identifikasi penurunan tingkat
orangtua/keluarga tidak merasa cemas energy, ketidakmampuan
Ekspektasi : menurun berkonsentrasi, atau gejala lain yang
Kriteria hasil : menggangu kemampuan kognitif
1. Verbalisasi khawatir akibat 2. Identifikasi teknik relaksaksi yang
kondisi yang dihadapi menurun pernah efektif digunakan
2. Perilaku gelisah menurun 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan,
3. Frekuensi pernafasan menurun dan penggunaan teknik sebelumnya
4. Frekuensi nadi menurun 4. Monitor respons terhadap terapi
relaksaksi

Terapeutik :
1. Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
2. Gunakan pakaian longgar
3. Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
4. Gunakan relaksaksi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
dan jenis relaksaksi yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksaksi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan
sensai relaksaksi
Deficit pengetahuan Tingkat Pengetahuan (L.12111) Edukasi Kesehatan (I.12383)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
kurang terpapar informasi selama … pasien dapat mengerti terkait Observasi :
dengan penyakitnya dan nutrisi bagi 1. Identifikasi kesiapan dan
penderita dm kemampuan menerima informasi
Ekspektasi : menurun
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Kriteria hasil :
meningkatkan dan menurunkan
1. Takikardia membaik
motivasi perilaku hidup bersih dan
sehat

Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan

2. Jadwalkan pendiidkan kesehatan


sesuai kesepakatan

3. Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi :
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan

2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan


sehat

3. Ajarkan strategi yang dapat


digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
BAB IV

APLIKASI JURNAL EVIDANCE BASED NURSING RISET

A. Identitas Klien
Nama : Tn.A
Umur : 65 Tahun
Pendidikan Terakhir : SLTA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : pegawai swasta
Alamat : Semarang
Diagnosa Medik : Diabetes Militus
B. Data Fokus Pasien
1. Data Subyektif :
a) Pasien mengatakan jika badannya terasa sangat lemah dan lemas
b) Pasien mengatakan jika setiap malam hari dirinya sering buang air kecil terus-
menerus selama 8 kali
c) Pasien mengatakan jika dirinya sering merasa haus ingin selalu minum terus-
menerus
2. Data Obyektif :
a) Pasien tampak lemah dan lemas
b) Mulut kering
c) Haus meningkat
d) GDS : 350 mg/dl
C. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan jurnal evidence based nursing riset
yang di aplikasikan :
Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
D. Evidance based nursing riset yang diterapkan oleh pasien :
Senam kaki diabetic
E. Analisa sintesa justifikasi/alasan penerapan evidence based nursing riset practice dalam
bentuk skema

Kerusakan sel α dan β pankreas

Kegagalan Produksi
Produksi insulin glukagon berlebih

Meningkatkan Produksi gula


Gula darah dari lemak
dan protein

Peningkatan gula darah


kronik

Diabetik

Ketidakstabila
kadar glukosa darah

F. Landasan teori terkait dengan penerapan evidence based nursing practice


1. Konsep Dasar Senam Diabetes
a) Pengertian
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik
dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus (Persadia, 2010).
Penggunaan olah raga dalam pengobatan diabetes mellitus sudah bukan hal yang
baru, dan justru dipergunakan sebelum ditemukannya insulin pada tahun 1921.
Aktivitas fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik merupakan bagian
penting dalam pengobatan diabetes mellitus. Senam mempunyai efek menaikkan
aksi insulin di jaringan, sehingga kebutuhan akan insulin menurun. Kriteria
dilakukannya senam kaki diabetes adalah gds lebih dari 200mg/dl.
b) Manfaat Senam Diabetes
Manfaat tersebut didapat karena olah raga memberi pengaruh pada:
1) Jantung
Otot jantung bertambah kuat dan bilik jantung bertambah besar, sehingga
denyutan kuat dan daya tampung besar. Kedua hal ini akan meningkatkan
efisiensi kerja jantung. Dengan efisiensi kerja yang tinggi, jantung tak perlu
berdenyut terlalu sering.
2) Pembuluh darah
Elastisitas pembuluh darah akan bertambah, karena berkurangnya timbunan
lemak dan penambahan kontraktilitas otot dinding pembuluh darah.
3) Paru-paru
Elatisitas paru-paru akan bertambah, sehingga kemampuan berkembang
kempis juga akan bertambah
4) Otot
Kekuatan, kelentukan dan daya tahan otot akan bertambah. Hal ini disebabkan
oleh bertambah besarnya serabut otot dan meningkatnya system penyediaan
energi di otot
5) Tulang
Penambahan aktivitas enzim pada tulang akan meningkatkan kekuatan,
kepadatan dan besarnya tulang, selain mencegah pengeroposan tulang.
6) Ligamentum dan tendo
Ligamentum dan tendo akan bertambah kuat, demikian juga perlekatan tendo
pada tulang (Dieta, 2013).
Ada tiga terapi pengobatan penyakit diabetes mellitus. Yaitu menjalani pola hidup
sehat, rutin senam diabetes dan minum obat. Namun obat bukan terapi utama
untuk diabetesi. Karena itu diabetesi dianjurkan untuk melakukan senam diabetes
secara utin 3-4 kali seminggu (Sumarni, 2008). Olahraga akan meningkatkan
sensitivitas insulin melalui perbaikan metabolisme glukosa dan metaboisme
lemak. Intensitas senam yang tinggi akan meningkatkan sensitivitas insulin
terutama melalui perbaikan metabolisme glukosa.
Dalam jangka panjang senam mampu menurunkan kadar glukosa dalam darah,
memperbaiki profil lemak, menurunkan tekanan darah dan menanggulangi
kegemukan. Penderita yang diutamakan dalam latihan senam ini adalah penderita
yang belum menggunakan insulin, tetapi penderita yang telah menggunakan
insulin juga tetap mendapatkan manfaat dari senam ini, sebab kenyataan
menunjukkan bahwa selama melakukan senam, kebutuhan akan dosis pengobatan
insulin menurun (Kushartanti, 2017).
Disamping memberikan manfaat untuk menurunkan glukosa darah dan perbaikan
profil lipid, senam juga memberi manfaat untuk mencegah komplikasi
mikroangiopati dan makroangiopati. Pemilihan jenis latihan bagi pasien diabetes
mellitus pada dasarnya tidak berbeda dengan orang sehat (Soegondo, 2008). FID
(Frekuensi, Intensitas, dan Durasi) olahraga bagi penderita diabetes pada
prinsipnya tidak berbeda dengan yang diterapkan untuk orang sehat. Frekuensi
berolah raga adalah 3-5 kali seminggu. Olah raga akan meningkatkan sensitivitas
insulin melalui perbaikan metabolisme glukosa dan metabolisme lemak (Devlin,
2012).
BAB V
PEMBAHASAN
A. Alasan Mengapa Memilih EBN
Seperti yang kita ketahui, senam kaki diabetic sering kali menjadi salah satu intervensi
utama dalam penurunan kadar glukosa pasien dengan diagnose medis DM, mudah di
lakukan dengan pendampingan serta tidak memerlukan biaya banyak untuk jenis olahraga
yang satu ini.
B. Mekanisme penerapan EBN dalam kasus
1. Pedoman program latihan bagi penderita diabetes mellitus
Pedoman program latihan bagi penderita diabetes melitus (Long, 2006).
a) Jenis senam yaitu aerobic
b) Durasi : 30-60 menit (pemanasan, inti, dan pendinginan)
c) Frekuensi senam: tiga sampai lima kali seminggu
d) Intensitas senam: menyesuaikan usia, kapasitas oksigen maksimal dan tingkat
keparahan penyakit.
2. Tahapan senam
Masing-masing tahap senam meliputi :
a) Lima sampai 10 menit pemanasan peregangan tungkai
b) 20-30 menit latihan aerobik dengan denyut jantung pada zona target (75- 80%
denyut jantung maksimal)
c) 15-20 menit latihan ringan dan peregangan untuk pendinginan

Hal-hal yang perlu di perhatikan adalah setiap program latihan, apapun macamnya
harus mengandung unsur pemanasan, latihan inti dan pendinginan. Pemanasan
dimaksudkan untuk mempersiapkan organ-organ tubuh beserta perangkatnya (termasuk
enzim) agar mampu melakukan gerakan-gerakan dengan baik dan terhindar dari cedera.
Lebih dari itu pemanasan juga dimaksudkan untuk mempersiapkan menghadapi latihan.
Latihan inti disesuaikan dengan kemampuan, kemauan, keharusan dan keadaan.

3. Pemanasan 1
Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan keatas seluruh bahu. Kedua tangan bertautan.
Lakukan bergantian dengan posisi kedua tangan di depan tubuh.
4. Pemanasan 2
Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke depan tubuh hingga lurus bahu. Kemudian,
gerakkan kedua jari seperti hendak meremas. Lalu, buka lebar. Lakukan secara
bergantian, namun tangan diangkat ke kanan-kiri tubuh hingga lurus bahu
5. Inti 1
Posisi tegap berdiri, kaki kanan maju selangkah ke depan. Kaki kiri tetap di tempat.
Tangan kanan diangkat diangkat ke kanan tubuh selurus bahu. Sedangkan tangan kiri
ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara bergantian.
6. Inti 2
Posisi berdiri tegap. Kaki kanan diangkat hingga paha dan betis bentuk sudut 90
derajat. Kaki kiri tetap ditempat. Tangan kanan diangkat kekanan tubuh selurus bahu.
Sedangkan tangan kiri di tekuk hingga telapak tagan mendekati dada. Lakukan secara
bergantian.
7. Pendinginan 1
Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangan kiri lurus kedepan selurus bahu.
Tangan kanan ditekuk ke dalam. Lakukan secara bergantian.
8. Pendinginan 2
Posisi kaki bentuk hurut V terbalik. Kedua tangan direntangkan ke atas dengan
membentuk huruf V.
9. Gerakan kaki (Dieta, 2013).
Posisi awal: duduk tegak diatas sebuah kursi jangan bersandar.
a) Latihan 1 (10 kali)
1) Gerakan jari-jari kedua kaki seperti membentuk cakar.
2) Luruskan kembali.
b) Latihan 2 (10 kali)
1) Angkat ujung kaki, tumit tetap diletakkan diatas lantai.
2) Turunkan ujung kaki, kemudian angkat tumitnya dan turunkan kembali.
c) Latihan 3 (10 kali)
1) Angkat kedua ujung kaki
2) Putar kaki pada pergelangan tangan, ke arah samping
3) Turunkan kembali ke lantai dan gerakan ke arah tengah

d) Latihan 4 (10 kali)


1) Angkat kedua tumit
2) Putar kedua tumit ke arah samping
3) Turunkan kembali kelantai dan kembali ketengah
e) Latihan 5 (10 kali)
1) Angkat salah satu lutut
2) Luruskan kaki
3) Gerakan jari-jari kaki ke depan
4) Turunkan kembali kaki, bergantian dengan kaki yang lain
f) Latihan 6 (10 kali)
1) Luruskan salah satu kaki diatas lantai
2) Kemudian angkat kaki tersebut
3) Gerakan ujung-ujung kearah muka
4) Turunkan kembali tumit kelantai
g) Latihan 7 (10 kali)
Seperti latihan ke 6, tetapi kali ini dengan kedua kaki bersamaan
h) Latihan 8 (10 kali)
1) Angkat kedua kaki, luruskan dan pertahankan posisi tersebut
2) Gerakan kaki pada pergelangan kaki, ke depan dan ke belakang
i) Latihan 9 (10 kali)
1) Luruskan salah satu kaki dan angkat
2) Putar kaki pada pergelangan kaki
3) Tuliskan di udara pada kaki angka 0 s/d 10
j) Latihan 10 (10 kali)
1) Selembar koran dilipat-lipat dengan kaki menjadi bentuk bulat seperti
2) bola. Kemudian dilicinkan kembali dengan menggunakan ke dua kaki, setelah
itu di sobek-sobek.
3) Kumpulkan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki dan letakkan diatas
lembaran koran lainnya. Bungkuslah semuanya dengan kedua kaki menjadi
bentuk bola.

C. Hasil yang dicapai dalam penerapan EBN

Data Subjektif Data Objektif


Pre Ds: Do :
1. Pasien mengatakan 1. Pasien tampak lemah
jika badannya terasa dan lemas
sangat lemah dan 2. Mulut kering
lemas 3. Haus meningkat
2. Pasien mengatakan 4. GDS : 350 mg/dl
jika setiap malam hari
dirinya sering buang
air kecil terus-
menerus selama 8
kali
3. Pasien mengatakan
jika dirinya sering
merasa haus ingin
selalu minum terus-
menerus
Post Ds: Do :
Setelah di lakuakan dengan 1. Pasien mengatakan 1. Tampak lemas
10 latihan senam kaki jika masih merasa 2. Mulut kering
diabetic dalam 2kali lemas sedikit namun 3. Beraktivitas lebih
pertemuan badannya sedikit (berjalan-jalan disekitar
enteng karena sehabis rumah sakit, toileting
melakukan aktivitas tanpa dibantu)
senam kaki diabetic 4. Haus meningkat
2. Pasien mengatakan 5. GDS : 300mg/dl
jika malam hari
masih sering buang
air kecil terus-
menerus namun
frekuensinya tidak
sesering kemarin,
yaitu 5-6 kali
3. Pasien mengatakan
jika masih merasa
haus

D. Kelebihan dan kekurangan atau hambatan yang ditemui selama aplikasi EBN
Kelebihannya :
1) Latihan jasmani atau senam selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kadar
glukosa darah (Sugondo et al, 2009).
2) Wiwit Unairawati (2011), mengatakansalah satu olahraga yang dirokemendasikan
Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) adalah Senam Diabetes, senam Diabetes
merupakan latihan fisik sebagai upaya mencegah dan mengontrol DM, bahwa secara
langsung latihan fisik atau jasmani dapat menyebabkan penurunan glukosa darah.
3) Dapat dilakukan secara mandiri apabila pasien sudah mampu memahami mengenai
senam diabetes itu sendiri.

Kekurangannya :

1) Terapi untuk mengontrol serta menurunkan kadar gula darah diharapkan setiap minggu
melakukan latihan jasmani secara rutin. Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 kali setiap
minggu selama 30 sampai 60 menit. Meskipun membutuhkan waktu yang tidak
sebentar namun terapi ini mampu menurunkan kadar glukosa dalam darah.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan yang dilakukan kepada pasien yaitu ditemukan perubahan kadar gula
darah pada pasien setelah dilakukan intervensi senam diabetes melitus. terjadi penurunan
kadar gula darah kemunkinan dikarenakan kerteraturan penderita dalam melakukan
aktifitas senam diabetes serta kepatuhan diet dan minum obat oleh penderita diabetes
melitus.
B. Saran
1. Penulis
Bagi penulis mampu meningkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien diabetes melitus dengan masalah keperawatan kadar glukosa yang tinggi
dalam pemberian intervensi nonfarmakologi.
2. Pelayanan kesehatan
Bagi institusi pelayanan kesehatan, dapat dijadikan sebagai intervensi mandiri
keperawatan dalam menangani pasien diabetes melitus di RS maupun di pelayanan
kesehatan yang lain sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes
melitus
3. Profesi keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi dalam ilmu keperawatan guna
menentukan intervensi mandiri keperawatan dalam menangani masalah keperawatan
kadar glukosa yang tinggi pada pasien diabetes mellitus
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 significance level of 95% (α 0,05). Results
Nomor 1, Februari 2016 of the study the characteristics of the sexes
are mostly women, age range 44-70 years
and most education is high school level,
PENGARUH SENAM DIABETES pretest sugar levels above normal and
MELITUS TERHADAP KADAR GULA posttest results has decreased. Conclusion
DARAH PENDERITA DIABETES of the study is that gymnastics effect on
MELITUS TIPE 2 DI SANGGAR blood sugar levels of diabetes patients with
SENAM PERSADIA KABUPATEN type 2 diabetes mellitus. Suggestions
research, for futher research would be to
GORONTALO
develop research by adding the variables
such us diet patterns, length of study 4-6
weeks and begins with mild intensity
Anggelin Salindeho
gimnastic.
Mulyadi
Julia Rottie Keywords: Gymnastics Diabetes Mellitus,
Blood Sugar Levels

Program Studi Ilmu Keperawatan


Abstrak : Diabetes melitus merupakan
sekumpulan gangguan metabolik yang
Fakultas Kedokteran
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
Universitas Sam Ratulangi darah akibat kerusakan pada sekresi insulin,
kerja insulin, atau keduanya. Pengendalian
anggelin1745@gmail.com diabetes melitus menjadi tujuan yang
penting dalam pengontrolan kadar gulah
darah. Salah satu upaya pengendalian DM
yaitu dengan senam diabetes. Tujuan
Abstract : Diabetes mellitus is a group of penelitian adalah untuk mengetahui
metabolic disorders characterized by pengaruh senam terhadap penurunan kadar
elevated level of blood glucose due to gula darah. Desain penelitian quasi
damage in insulin secretion, insulin action eksperimental, terdiri dari 15 sampel
or both. Control of diabetes mellitus kelompok intervensi dan 15 sampel
become an important goal in controling kelompok kontrol. Senam diabetes melitus
blood sugar levels. One of the efforts to dilaksanakan 3 kali seminggu selama 2
control diabetes mellitus is the diabetes minggu, dengan pemeriksaan kadar gula
mellitus gymnastics. The research objective darah pretest dan posttest, munggunakan uji
was to determine the effect of exercise on T pada tingkat kemaknaan 95% (α 0,05).
reducing blood sugar levels. Research Hasil penelitian karakteristik jenis kelamin
design is Quasi Eksperimental, consisting of sebagian besar adalah perempuan, rentang
15 samples of the intervention group and 15 umur 44-70 tahun dan pendidikan terbanyak
samples control group. Gimnastics diabetes adalah tingkat SMU, kadar gula darah
mellitus held 3 times a week for 2 weeks, pretest diatas normal dan hasil posttest
with examination of blood sugar levels mengalami penurunan.Kesimpulan dalam
pretest and posttest. Using a T-test at penelitian adalah terdapat pengaruh senam
diabetes melitus terhadap kadar gula darah
penderita DM tipe 2. Saran penelitian, untuk
peneliti selanjutnya kiranya dapat
mengembangkan penelitian dengan Kata Kunci : Senam Diabetes Melitus,
menambahkan variabel penelitian seperti Kadar Gula Darah.
pola diit, lama waktu penelitian 4-6 minggu,
serta dimulai dengan senam intensitas
ringan. 1
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor
1, Februari 2016
akan naik menjadi peringkat ke-5 pada tahun
2025 dengan perkiraan jumlah penderita
sebanyak 12,4 juta jiwa.
PENDAHULUAN
Hasil Riset Kesehatan Dasar
Seiring dengan perkembangan zaman, pola(RISKESDAS) tahun 2013, provinsi Gorontalo
penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser termasuk di 17 provinsi yang memiliki
dari penyakit infeksi dan kekurangan gizi ke arah prevalensi melebihi prevalensi nasional.
penyakit degeneratif yang salah satunya adalah Berdasarkan data Dinas kabupaten Gorontalo
diabetes melitus (Suyono, 2011). Menurut Jumlah penderita diabetes melitus tahun 2014
Kementrian sejumlah 1.537 jiwa. Peningkatan ini terjadi
seiring dengan meningkatnya harapan hidup,
Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKESasupan makanan yang tidak sehat, aktifitas fisik
RI) tahun 2014 Estimasi terakhir International yang kurang, kegemukan serta gaya hidup yang
Diabetes Federation (IDF), terdapat 382 jutamodern.
orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada
tahun 2013. Diperkirakan dari 382 juta orang
tersebut, 175 juta orang diantaranya belum
terdiagnosis, sehingga terancam berkembang
progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan
tanpa pencegahan.
Berdasarkan laporan World Health
Organizatin (WHO) yang dikutip dari
Perkumpulan Endrokinologi Indonesia
(PERKENI) tahun 1998, bahwa prevalensi
Diabetes Melitus (DM) sebesar 1,5% - 2,3 dan
akan menjadi 5,7% pada penduduk usia lebih
dari 15 tahun dan berdasarkan laju pertambahan
penduduk, pada tahun 2020 diperkirakan akan
ada sejumlah 178 juta penduduk yang menderita
diabetes melitus. Indonesia merupakaan salah
satu dari 10 negara dengan jumlah penderita
diabetes terbanyak. Indonesia menempati
peringkat ke-7 pada tahun 1995 dan diprediksi
diikuti oleh 50 orang penderita diabetes melitus
yang rata-rata berusia diatas 30 tahun.
Sebelumnya belum ada penelitian yang meneliti
Diabetes melitus merupakan penyakit pengaruh senam diabetes melitus terhadap
penurunan kadar gula darah. Berdasarkan uraian
yang memiliki komplikasi atau menyebabkandiatas mendorong peneliti tertarik mengetahui
terjadinya penyakit lain yang paling banyak.pengaruh senam diabetes melitus terhadap
Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu penderita diabetes melitus tipe 2 di sanggar
dapat menyebabkan kerusakan berbagai sistemsenam PERSADIA kabupaten Gorontalo.
tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah.
Komplikasi diabetes melitus yang sering terjadi
antara lain: penyebab utama gagal ginjal, .
retinopati diabeticum, neuropati (kerusakan
syaraf) dikaki yang meningkatkan kejadianMETODE PENELITIAN
ulkus kaki, infeksi dan bahkan kaharusan untuk
amputasi kaki.meningkatnya resiko penyakit Penelitian ini merupakan jenis penelitian
jantung dan stroke, dan resiko kematian kuantitatif dengan desain penelitian quasi
penderita diabetes secara umum adalah dua kalieksperimental. Penelitian ini dilaksanakan di
lipat dibandingkan bukan penderita diabetessanggar senam PERSADIA kabupaten
melitus (KEMENKES RI, 2014). Gorontalo pada bulan November-Desember
2015.
Sanggar senam PERSADIA kabupaten
Gorontalo, merupakan sanggar senam yang Populasi dalam penelitian adalah semua
terletak di RSUD Dr.M.M Dunda Limboto. penderita diabetes melitus sanggar senam.
Dimana sebulan sekali diadakan kegiatan senamSampel dalam penelitian ini yaitu total
diabetes melitus dengan seorang instruktur dansampling dengan jumlah sampel 15 orang

ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1,


Februari 2016
kelamin n % n %

kelompok intervensi dan 15 orang kelompok Laki-laki 6 40 7 46,7


kontrol. Perempuan 9 60 8 53,3
Jumlah 15 100 15 100
HASIL PEMBAHASAN
Sumber: Data Primer
Tabel 1 Distribusi frekwensi berdasarkan
jenis kelamin pada penderita DM tipe 2 di
sanggar senam PERSADIA kabupaten Tabel diatas menunjukkan bahwa
Gorontalo
sebagian besar responden baik kelompok
intervensi dan kelompok kontrol berjenis
Jenis Intervensi Kontrol
kelamin perempuan yaitu berjumlah 17
responden atau sebesar 56,7%.

SLTA 9 60 10 66,7
Tabel 2 Distribusi frekwensi berdasarkan
umur pada penderita DM tipe 2 di sanggar D3 3 20 2 13,3
senam PERSADIA kabupaten Gorontalo S1 3 20 2 13,3

Kelompok Mean Minimum- Jumlah 15 100 15 100

Maksimum Sumber: Data Primer


Intervensi 56,33 44-64
Kontrol 61,07 52-70 Berdasarkan distribusi tabel diatas dapat
dilihat sebagaian besar responden baik
Sumber: Data Primer kelompok intervensi maupun kelompok kontrol
tingkat pendidikannya adalah SLTA yaitu
sebanyak 9 orang atau 60% pada kelompok
intervensi dan 10 orang atau 66,7% pada
Tabel diatas menunjukkan rata-rata umurkelompok kontrol.
pada kelompok intervensi yaitu 56,33 tahun dan
pada kelompok kontrol yaitu 61,07 tahun.
Tabel 4 Distribusi frekwensi berdasarkan
kadar gula darah pretest dan postest
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Tabel 3 Distribusi frekwensi berdasarkan
penderita DM tipe2
pendidikan pada penderita DM tipe 2 di
sanggar senam PERSADIA kabupaten
Gorontalo di sanggar senam PERSADIA kabupaten
Gorontalo
Pendidikan Intervensi Kontrol
Kelom- Pretest Posttest Selisih
N % n %
pok Me- Sd Me - Sd Mean
SD 0 0 0 0
an an
SLTP 0 0 1 6,7
Interval 243, 35, 217, 34, 26,40
80 957 40 176
Kontrol 283, 36, 279, 39, 3,8
53 946 73 800

Sumber: Data Primer


Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa nilai
rata-rata kadar gula darah pada kelompok intervensi penderita DM tipe 2
intervensi pretest 243,80 mg/dl, posttest 217,40
mg/dl sedangkan pada kelompok kontrol nilai disanggar senam PERSADIA kabupaten
pretest 283,53 mg/dl, postest 279,73 mg/dl. Gorontalo
Dimana selisih mean menunjukkan kelompok
intervensi lebih besar daripada kelompok kelompok Rata-rata kadar gula darah
kontrol.
1 2 3 4

Tabel 5 Kadar gula darah kelompok Intervensi 252 232 209 190

3
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor
1, Februari 2016
Tabel 6. diatas menunjukkan nilai kadar
gula darah pada kelompok kontrol mengalami
Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa nilai kenaikan dibandingkan awal pemeriksaan.
kadar gula darah pada kelompok intervensi
mengalami penurunan dari pemeriksaan awal.
ANALISIS UNIVARIAT

Tabel 6 Kadar gula darah pada kelompok Berdasarkan hasil penelitian yang
kontrol penderita DM tipe 2 dilakukan terhadap 30 orang yang terdiri dari 15
orang kelompok intervensi dan 15 orang
disanggar senam PERSADIA kabupaten kelompok kontrol, diperoleh responden yang
Gorontalo berjenis kelamin laki-laki 13 orang atau 43,3%,
sedangkan untuk responden yang berjenis
kelamin perempuan berjumlah 17 orang 56,7%.
Kelompok Rata-rata kadar gula darah Kejadian diabetes melitus lebih tinggi pada
wanita dibandingkan pria terutama pada Dm
1 2 3 4 tipe 2. Hal ini disebabkan oleh penurunan
hormon ekstrogen akibat menopause. Ekstrogen
pada dasarnya berfungsi untuk menjaga
Kontrol 270 280 283 280 keseimbangan kadar gula darah dan
meningkatkan penyimpanan lemak, serta
progesteron yang berfungsi untuk menormalkan
Sumber: Data Primer kadar gula darah dan membantu menggunakan
lemak sebagai energi, Taylor 2008 yang dikutip
dari Endriyanto 2012.

Penelitian ini juga menunjukkan hasil


bahwa pada kelompok intervensi Mean berada
pada 56,33 rentang umur antara 44-64 tahun.
Untuk kelompok kontrol Mean 61,07 yang
terdapat pada rentang umur 52-
70 tahun. Menurut Nursing (2011), bahwa
kejadian diabetes melitus tipe 2 biasanya
muncul pada penderita yang berusia lebih dari
40 tahun.

Distribusi responden berdasarkan tingkat


pendidikan dimana terbanyak responden
memiliki tingkat pendidikan SMU yakni 19
orang atau 63,3% dan paling sedikit dengan
tingkat pendidikan SLTP yakni berjumlah 1
orang atau 3,3%. Tingkat
pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan
dan pengetahuan seseorang dalam menerapkan
perilaku hidup sehat, terutama dalam
pengendalian diabetes melitus.

Berdasarkan hasil penelitian yang


dilakukan menunjukkan kadar gula darah
pada kelompok intervensi dari hasil
pemeriksaan pertama hingga akhir
mengalami perubahan, perubahan yang
bermakna dapat dilihat mulai pada pemeriksaan
ke 3 atau minggu ke 2 pelaksanaan intervensi
senam diabetes. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan berbedaan selisih mean rata-rata
kadar gula darah sebelum dan sesudah
intervensi dimana pada kelompok intervensi
lebih tinggi dibandingkan dengan selisih mean
rata-rata kadar gula darah keompok kontrol. Hal
ini menunjukkan penderita DM tipe 2 yang
diberikan intervensi senam diabetes melitus
menunjukkan penurunan kadar gula darah yang
signifikan dibandingkan dengan penderita yang
tidak dilakukan intervensi.
Penurunan kadar gula darah juga
ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh
Priyanto (2012) mengenai gambaran kadar gula
darah pada lansia dengan DM yang mengikuti
senam kaki di Magelang. Hasil penelitian ini
menunjukkan sebagian besar penderita DM
pada kelompok intervensi mengalami penurunandilakukan dengan penelitian tersebut yaitu
kadar gula darahnya dibandingkan kelompokterjadi penurunan kadar gula darah setelah
kontrol. Esensi persamaan penelitian yang
4

ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1,


Februari 2016
intervensi senam diabetes melitus.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penderita DM diberikan intervensi senam senam diabetes melitus terhadap kadar gula
atau aktifitas. Sedangkan Esensi perbedaan darah.
yang ditemukan dengan penelian yang
dilakukan adalah senam yang dilakukan Pengaruh senam diabetes melitus
Priyanto adalah senam kaki sedangkan pada terhadap perubahan kadar gula darah dapat
penelitian ini senam Dm intensitas sedang, dilihat pada nilai rata-rata kadar gula darah
begitu juga dengan waktu yang digunakan pretest dan posttest pada kelompok
oleh Priyanto selama 4 minggu sedangkan intervensi dan kelompok kontrol, mean
dalam penelitian ini hanya selama 2 pretest 244,07 mg/dl dan posttest 217,40
minggu. mg/dl dimana terjadi penurunan nilai rata-
rata kadar gula darah setelah intervensi
senam diabetes melitus.
ANALISIS BIVARIAT
Menurut Suryanto 2009 yang dikutip
Tabel 7 Pengaruh senam diabetes melitus dari Karinda 2013 senam diabetes melitus
terhadap kadar gula darah penderita merupakan jenis senam aerobic low impac
diabetes melitus tipe 2 disanggar senam yang penekanannya pada gerakan ritmik
PERSADIA kabupaten Gorontalo otot, sendi, vaskuler dan saraf dalam bentuk
peregangan dan relaksasi.
Mean Mean T Df P
difference value 5

230,8 -45,80000 -3,524 28 0,001

Sumber: Data Primer

Hasil uji t independent diperoleh p


value= 0,001 daripada nilai alpha (0,005).
Hal ini berarti terdapat perbedaan ataupun
pengaruh yang signifikan antara mean kadar
gula darah kelompok intervensi dan
kelompok kontrol setelah dilakukan
Upaya penanganan pada pasien diabetes
melitus sekaligus juga pencegahan terjadinya
Dalam melakukan senam diabetes melitus,komplikasi adalah melakukan upaya
intensitas yang baik adalah rentang 60 – 90 %pengendalian DM yang salah satu teraturnya
dari denyut nadi maksimal. Rentang ini lazimpasien DM dalam melakukan aktifitas
disebut sebagai training zone atau daerahberolahraga. Dengan berolahraga diharapkan
latihan. Suatu latihan yang dilakukan seseorangmemperbaiki sensitivitas insulin sehingga dapat
dinilai telah memenuhi takaran yang baikmemperbaiki kadar gula dalam darah. Aktifitas
apabila telah memenuhi rentang di atas. Dalamfisik yang juga sering dianjurkan adalah senam
penelitian ini, intensitasnya termasuk dalamdiabetes melitus.
intensitas sedang karena rata-rata penderita Hal ini sejalan dengan penelitian yang
mencapai rentang denyut jantung 150-dilakukan oleh Sunaryo 2013 tentang Pengaruh
170/menit. senam diabetik terhadap penurunan resiko ulcus
kaki diabetik, dimana penderita yang mengikuti
Melakukan olahraga yang baik dan teratursenam diabetic memiliki peluang menurunkan
membuat peningkatan aliran ke otot dengan cararesiko ulkus diabetik sebanyak satu kali
pembukaan kapiler (pembuluh darah kecildibandingkan penderita DM yang tidak
diotot), dan hal ini akan menurunkan tekanan mengikuti senam. Keikutsertaan dalam senam
pada otot yang pada gilirannya akandiabetik didasari oleh berbagai alasan antara lain
meningkatkan penyediaan dalam jaringan ototkesadaran pasien untuk meningkatkan kesehatan
itu sendiri. Dengan demikian akan mengurangidan mengontrol gula darah, mengisi kesibukan
gangguan metabolisme karbohidrat padadan anjuran dokter. Hal ini dipengaruhi oleh
penderita diabetes melitus, sehinggabeberapa
menurunkan kadar glukosanya ( Wiarto, 2013).
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4
Nomor 1, Februari 2016
SIMPULAN

1. Karakteristik jenis kelamin responden


faktor, antara lain faktor pengetahuan atau
sebagian besar berjenis kelamin
persepsi terhadap penanganan dan perawatan perempuan, usia kelompok intervensi
diabetes, motivasi diri, dan informasi. berada pada rentang umur antara 44-64
tahun, untuk kelompok kontrol terdapat
Dalam penelitian ini, ditemukan pada rentang umur 52-70 tahun. Tingkat
perubahan kadar gula darah pada pretest dan pendidikan di mana terbanyak responden
posttest setelah dilakukan intervensi senam memiliki tingkat pendidikan
diabetes melitus. Menurut pendapat peneliti,
terjadi penurunan kadar gula darah kemunkinan SMU
dikarenakan kerteraturan penderita dalam
melakukan aktifitas senam diabetes serta 2. Kadar gula darah pretest sebelum dilakukan
kepatuhan diet dan minum obat oleh penderita senam diabetes nilai rata-rata adalah di atas
diabetes melitus. nilai normal, dimana nilai
kadar gula darah setelah dilakukan senam
mengalami penurunan.
3. Terdapat pengaruh senam diabetes melitus
terhadap kadar gula darah penderita DM
tipe 2 disanggar senam PERSADIA
kabupaten Gorontalo. Definition and diagnosis of diabetes melitus and
intermediate hiperglycemia. WHO
2006
DAFTAR PUSTAKA

Afriza, (2011). Pengaruh senam diabetes Endriyanto Eko, (2012). Efektifitas senam
joging dan bersepeda terhadap
kadar gula darah. Universitas kaki diabetes melitus dengan koran
terhadap tingkat sensitivitas kaki pada
Negeri Padang. pasien DM tipe 2. Universitas Riau.

Bruner & Sudarth, (2012). Keperawatan Indonesiasehat.net/yuni/vidio-senam-

Medical Bedah.Jakarta:EGC diabetes/www.Indonesia sehat(10


oktober 2015)
Budiarto Eko, (2012). Biostatistik Untuk
Irianto Koes, (2014). Epidemiologi penyakit
Kedokteran Dan Kesehatan menular dan penyakit tidak menular
Masyarakat.Jakarta:EGC Bandung: Alfabeta.

Karinda Riri, (2013). Pengaruh Senam

Sehat Diabete Melitus Terhadap Profil


Lipid Pasien DM Tipe 2. Jember

Kemenkes RI, (2014). Pusat data dan informasi.

Mistra, (2009). Jurus melawan diabetes

melitus. Jakarta: Puspa Swara.


Notoatmodjo Soekidjo, (2012). Metodologi

penelitian Kesehatan. Jakarta: PT


Rhineka Cipta.

Nursing, (2011). Memahami berbagai


macam penyakit. Jakarta: Indeks. Priyanto Sigit, (2012). Pengaruh senam kaki
Perkeni, (2008). Konsensus pengelolaan dan terhadap sensitivitas kaki dan kadar
gula darah pada agregat
pencegahan diabetes melitus di lansia.Universitas Indonesia.
indonesia. www.perkeni.org. (5 oktober
2015).
PSIK Universitas Sam Ratulangi (2013).

Pedoman penuliisa Skripsi.

6
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4
Nomor 1, Februari 2016 (2013).www.riskesdas.(7 oktober 2015)

Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) ,


7

Anda mungkin juga menyukai