Disusun Oleh :
Nabila Puspaningrum
G3A020105
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin
meningkat dari tahun ke tahun, penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan
menimbulkan berbagai macam keluhan. Gejalanya sangat bervariasi dan dapat timbul secara
perlahan, sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang lebih
banyak, buang air kecil ataupun berat badan yang menurun. Pada tahun 2000, lebih dari 100 juta
penduduk di dunia menderita diabetes mellitus.dan pada tahun 2010 jumlahnya meningkat
menjadi 150 juta yang merupakan 6 % dari populasi dewasa (Amiruddin,2012).
Pada penderita diabetes mellitus terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk
berespon terhadap insulin atau penurunan dan tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh
pankreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, hiperglikemia jangka panjang dapat
menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskuler kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati seperti ulkus diabetikum (Boughman & Hackley, 2010).
Penderita diabetes mellitus diharapkan dapat lebih mematuhi dalam pengontrolan gula
darah, sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut. Kepatuhan pada penderita diabetes
mellitus diidentifikasi berdasarkan kelas sosial-ekonomi, pendidikan, umur, dan jenis kelamin.
Peningkatan kasus DM yang merupakan penyakit degeneratif akan menambah beban pemerintah
Penanganan diabetes mellitus bisa dilakukan dengan berbagai cara mulai dari penanganan medis,
non medis hingga bahan-bahan herbal. Perlunya pencegahan dan pengendalian yang harus
dilakukan oleh penderita DM. Dalam mengendalikan DM diperlukannya empat pilar penyangga
yang mendukung, yaitu edukasi, diet, olahraga, dan obat (Novitasari, 2012).
Banyak penderita DM yang lebih fokus dan hanya mengutamakan pada penanganan diet, dan
mengonsumsi obat–obatan. Namun penanganan diet yang teratur belum menjamin akan
terkontrolnya kadar gula darah, akan tetapi hal ini harus diimbangi dengan latihan fisik atau
senam yang sesuai (Sinaga, 2012).
Latihan jasmani atau senam selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan
dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah (Sugondo
et al, 2009). Terapi untuk mengontrol serta menurunkan kadar gula darah diharapkan setiap
minggu melakukan latihan jasmani secara rutin. Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 kali setiap
minggu selama 30 sampai 60 menit. Latihan jasmani yang terprogram dapat menurunkan kadar
glukosa darah memperbaiki kepekaan dan menambah jumlah reseptor insulin, dapat menurunkan
resistensi insulin.
Dalam Jurnal Keperawatan yang berjudul “Pengaruh Senam Diabetes Melitus Terhadap Kadar
Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Sanggar Senam Persadia Kabupaten
Gorontalo” mengatakan bahwa Upaya penanganan pada pasien diabetes melitus
sekaligus juga pencegahan terjadinya komplikasi adalah melakukan upaya pengendalian
DM yang salah satu teraturnya pasien DM dalam melakukan aktifitas berolahraga.
Dengan berolahraga diharapkan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga dapat
memperbaiki kadar gula dalam darah. Aktifitas fisik yang juga sering dianjurkan adalah senam
diabetes melitus.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda-
tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut
ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif didalam tubuh, gangguan
primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai gangguan
metabolisme lemak dan protein (Aspiani, 2014).
Faktor utama pada diabetes ialah insulin. Suatu hormon yang dihasilkan oleh kelompok
sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa.
Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut glukagon, juga
mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau
sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah
diabetes (Setiabudi, 2008).
Insulin adalah suatu hormone yang diproduksi oleh pankreas, mengendalikan kadar
glukosa dalam darah dalam mengatur produksi dan penyimpanannya (Aspiani, 2014).
B. Etiologi
Diabetes melitus mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan
penting pada mayoritas diabetes melitus, faktor penyebab Diabetes Melitus adalah :
1. Kelainan sel beta pancreas menyebabkan hilangnya sel beta dan kegagalan sel beta
melepas insulin
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan
3. Ganguan sistem imunitas, sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan sel beta oleh virus
4. Kelainan Insulin, pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap
insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membrane sel yang
responsir terhadap insulin
C. Patofisiologi
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat
peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu,
keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan
ciri khas diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena
itu , ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II (Corwin, 2009).
D. Manifestasi Klinis
Gejala klasik DM seperti poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat badan tidak
selalu tampak pada lansia penderita DM karena seiring dengan meningkatnya usia terjadi
kenaikan ambang batas ginjal untuk glukosa sehingga glukosa baru dikeluarkan melalui
urin bila glukosa darah sudah cukup tinggi. Selain itu, karena mekanisme haus terganggu
seiring dengan penuaan, maka polidipsi pun tidak terjadi, sehingga lansia penderita DM
mudah mengalami dehidrasi hiperosmolar akibat hiperglikemia berat. DM pada lansia
umumnya bersifat asimptomatik, kalaupun ada gejala, seringkali berupa gejala tidak khas
seperti kelemahan, letargi, perubahan tingkah laku, menurunnya status kognitif atau
kemampuan fungsional (antara lain delirium, demensia, depresi, agitasi, mudah jatuh, dan
inkontinensia urin).
1. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler,
aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya
akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
2. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan
penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari
dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan
seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
3. Polyphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka
produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka
reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
4. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan
tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara
otomatis (Burduly, 2009).
E. Penatalaksanaan
1. Jika pasien mengalami obesitas maka dietnya mengurangi kalori sampai berat badan
menurun
2. Untuk mencegah hiperglikemia post prandial dan glukosuria pasien Diabetik tidak
boleh makan karbohidrat berlebihan
3. Memeriksa semua makanan esensial (Vitamin, mineral)
4. Latihan pada diabetes melitus seperti:
5. Gunakan alas kaki yang tepat, bila perlu alat pelindung kaki lainnya.
6. Hindari dalam udara yang sangat panas dan dingin
F. Konsep Diabetes Melitus
a. Pengkajian Fokus
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohmah, 2012).
1. Anamnesa
a) Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, pekerjaan, pendidikan, dan status perkawinan.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama klien biasanya cemas, lemah, anoreksia, poliuria, polidipsi,
polipagia, penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala.
2. Riwayat Kesehatan
a) Riawayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang yang mencakup lemah , anoreksia, mual, muntah,
nyeri abdomen, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, dan sakit kepala.
b) Riwayat Penyakit lalu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat
penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di
dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg,
riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi,
penyakit atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi
oral). (Aspiani, 2014).
3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Keadaan Umum klien lansia yang mengalami gangguan endokrin biasanya
lemah
b) Kesadaran
Kesadaran Klien biasanya Composmentis
4. Pemeriksaan Review Of System (ROS)
a) Sistem Pernafasan (B1:Breathing)
Peningkatan Frekuensi nafas atau dalam batas normal
b) Sistem Sirkulasi (B2:Bleeding)
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apikal, sirkulasi perifer, warna,
dan kehangatan
c) Sistem Persyarafan (B3:Brain)
Kaji adanya hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat kelemahan/hilang
fungsi. Pergerakan mata/kejelasan melihat, dilatasi pupi. Agitasi (mungkin
berhubungan dengan nyeri/pendek dan letargi
d) Sistem Perkemihan (B4:Bleder)
Perubahan pola berkemih, seperti inkontensia urin, disuria, distensi kandung
kemih, warna dan bau urin, dan kebersihannya. Dapat ditemukan adanya
retensi cairan, penurunan output urine
e) Sistem Muskuloskeletal
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada area jaringan
dapat
berkurang pada imobilisasi, kontraktur atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan
warna
5. Pola Fungi Kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan
b) Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit, nafsu makan,
diet, kesulitan menelan, mual/muntah, dan makanan kesukaan
c) Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya
masalah defekasi, masalah nutrisi, dan penggunaan kateter
d) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energi, jumlah
jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia
e) Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan sirkulasi,
riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan.
f) Pola hubungn dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, dan
masalah keuangan.
g) Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi meliputi pengkajian
penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau.
h) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan
konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran,
identitas diri. Manusia sebagai sistem terbuka dan makhluk bio-psiko
sosialkultural-spiritual, kecemasaan, ketakutan, dan dampak terhadap sakit.
i) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah stress dan koping
j) Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarka dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual
b. Pathways Keperawatan
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga, dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan harus didukung
oleh data (Nursalam, 2008).
d. Fokus Intervensi dan rasionalnya
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin
e. Pathways
Kegagalan Produksi
Produksi insulin glukagon berlebih
Risiko
Hypovolemia Meningkatkan Produksi gula
Gula darah dari lemak
dan protein
Osmolaritas
meningkat
Membuang
Massa tubuh Fatique
Poliuri Polidipsi Poliphagi
Berat badan
turun ↓
BB turun Peningkatan gula darah
kronik
Defisit Nutrisi
RESUME ASKEP
NIM : G2A016001
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 65 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. R
Umur : 38
Jenis Kelamin :P
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Semarang
B. STATUS KESEHATAN
2) Waktu : -
d. Riwayat Operasi :
Riwayat operasi dahulu : tidak pernah
c). Kebiasaan hidup (konsumsi jamu / alkohol / rokok / kopi / kebiasaan olahraga)
Pasien tidak memiliki kebiasaan hidup mengkonsumsi jamu / alcohol / rokok /
kopi / kebiasaan olahraga
Alkohol :...........................Lama:........................................
a. Gejala (Subyektif):
1). Dispnea: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan .
2). Yang meningkatkan / mengurangi sesak
3). Pemajanan terhadap udara berbahaya:
4). Penggunaan alat bantu: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
b. Tanda (Obyektif):
1). Pernafasan : 1) Frekwensi : 2) Kedalaman : 3) Simetris:
2). Penggunaan otot bantu nafas: Nafas cuping hicung:
3). Batuk: Sputum (Karakteristik Sputum) :
4). Fremitus Auskultasi bunyi nafas:
5). Egofoni : sianosis
6). Perkusi
b. Tanda (Obyektif):
1). Respon terhadap aktifitas yang teramati : .
2). Status mental (misalnya menarik diri, letargi) .
3). Penampilan umum:
a). Tampak lemah : ( ) Tidak, ( √ ) Ya
b). Kerapian berpakaian : pasien berpakaian rapi
4). Pengkajian neuromuskuler:
5). Masa/ tonus otot :...........................Kekuatan tot:.................... Postur:....................
Rentang gerak:............................ Deformitas:.................................................................
6). Bau badan:................ Bau mulut:............... Kondisi kulit
kepala................Kebersihan kuku:............................................
5. ISTIRAHAT
a. Gejala (Subyektif):
1). Kebisaaan tidur: pasien bisa tidur dengan nyenyak. lama tidur: 9 jam
2). Masalah berhubugan dengan tidur:
a). Insomnia: ( √ ) Tidak ada ( ) Ada, berhubungan dengan .
b). Kurang puas/ segar setelah bangun tidur ( ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
Pasien terasa segar setelah bangun tidur
6. SIRKULASI
a. Gejala (Subyektif):
1). Riwayat Hipertensi atau masalah jantung: tidak ada
2). Riwayat edema kaki: ada/ tidak ada, jelaskan : tidak ada
3). Penyembuhan lambat : tidak ada
4). Rasa kesemutan: tidak ada
5). Palpitasi : tidak ada. Nyeri dada: tidak ada
b. Tanda (obyektif):
1). Tekanan Darah (TD) : 160/90 mmHg
2). Mean Arteriar Presure /Tekanan nadi: 98
3). Nadi/Pulsasi:
a). Karotis:....................... d) Radialis:......................
b). Femoralis:..................... e) Jugularis :................
c). Popliteal:..................... f) Dorsal Pedis:...........
4). Bunyi jantung: Frekuensi:….x/mnt, reguler/ireguler, kuat/lemah
5). Friksi Gesek:ada/tdk ada. Murmur: ada/tdk ada
6). Ekstremitas: Suhu: ..............Warna: …………Tanda Homan:. ada/ tidak ada
7). Pengisian Kapiler: ……Varises: ada/ tidak ada Plebitis: ………
8). Warna: Membran mukosa: ……. Bibir: …………Konjungtiva: ...............................
9). Bibir: …….. Punggung kuku: …………. Sklera: …………......
7. ELIMINASI
a. Gejala (subyektif):
1). Pola BAB : frekwensi 2x sehari konsistensi :padat
2). Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu misal: terpasang
kolostomy/ileostomy) : tidak ada
3). Kesulitan BAB: Konstipasi : tidak ada Diare: tidak ada
4). Penggunaan laksatif: ( √ ) tidak ada, ( ) ada jelaskan
5). Waktu BAB terakhir: pagi hari sebelum operasi
6). Riwayat perdarahan: tidak ada Hemoroid : tidak ada
7). Riwayat inkontinensia alvi : tidak ada
8). Penggunaan alat-alat: misalnya pemasangan kateter tidak ada
9). Riwayat penggunaan diuretik: tidak ada
10). Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK:tidak ada
11). Kesulitan BAK: tidak ada
12). Keluhan BAK lain: tiap malam hari sering BAK terus-menerus selama 8 kali
b. Tanda (obyektif):
1). Abdomen:
a). Inspeksi: Abdomen membuncit: tidak ada
b). Auskultasi : Bising usus: tidak ada
c). Perkusi :
(1). Bunyi tympani: ( ) ada, ( √ ) tidak ada, Kembung : ( ) ada,
( √ ) tidak ada
(2). Bunyi abnormal lain ( √ ) tidak ada ( ) ada, jelaskan.
d). Palpasi:
(1). Nyeri tekan : tidak ada . Nyeri lepas: tidak ada
(2). Distensi kandung kemih: tidak ada
2). Pola eliminasi
a). Konsistensi Lunak/keras: Massa: ( √ ) tidak ada ( ) ada, jelaskan.
b). Pola BAB : Konsistensi warna abnormal: ( √ ) tidak ada ( ) ada,
c). Pola BAK: tiap malam hari sering buang air kecil terus-menerus selama 8
kali
Retensi tidak ada
b. Tanda (Objyektif)
1). Status mental
Kesadaran : ( √ )Composmentis, ( )Apatis, ( )Somnolen, ( )Sopor,
( ) coma
2). Skala Koma Glasgow (GCS) : Respon membuka mata (E) 4 Respon motorik (M) 6
Respon verbal: 5
9. KEAMANAN
a. Gejala (Subyektif)
1). Alergi : pasien tidak memiliki riwayat alergi
2). Obat-obatan : pasien tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan
3). Makanan : pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan
4). Faktor Lingkungan : ……………………………………………………………………………………….
a). Riwayat penyakit hub seksual : tidak ada
b). Riwayat tranfusi darah : tidak ada,
c). Riwayat adanya reaksi transfusi : tidak ada
5). Kerusakan penglihatan, pendengaran: ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
6). Riwayat cidera. ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
7). Riwayat kejang. ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
b. Tanda (Obyektif)
1). Suhu tubuh 36,o C
2). Integritas jaringan :
3). Jaringan parut: ( √ ) tidak ada, ( ) Ada, jelaskan.
4). Kemerahan/pucat: ( ) tidak ada, ( √ ) Ada, pada kaki kiri
5). Adanya luka : luka post op pada kaki sebelah kiri
6). Ekimosis/ tanda perdarahan lain : tidak ada
7). Faktor resiko: terpasang alat invasif ( √ ) tidak, ( ) ya
8). Gangguan keseimbangan: ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
9). Kekuatan umum:..............................tonus otot............................. parese atau
paralisa.................................................................................................................
b. Tanda (Obyektif)
1). Pemeriksaan payudara/ penis/ tetis : tidak ada luka/bekas luka apapun, tidak ada
kecacatan pada payudara pasien
2). Kutil genital/ lesi
.........................................................................................................................................
...................................................................................................................
b. Tanda (Obyektif)
1). Kemampuan bicara : ( √ ) jelas, ( ) tidak jelas
2). Tidak dapat dimengerti: tidak ada Afasia : tidak ada
3). Pola bicara tidak biasa/ kerusakan : tidak ada
4). Penggunaan alat bantu bicara ; tidak ada
5). Adanya laringaktomi/ trakesostomy : tidak ada
6). Komunikasi nonverbal/verbal dengan keluarga/ orang lain : komunikasi dengan
keluarga dan orang sekitar lancar
7). Perilaku menarik diri : ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
b. Tanda (Obyektif)
1). Perubahan perilaku:
a). Menarik diri: ( √ ) tidak ada, ( ) Ada,
b). Marah/ sarkasme: (√ ) tidak ada, ( ) Ada,
c). Mudah tersinggung: (√ ) tidak ada, ( ) Ada,
d). Mudah menangis: (√ ) tidak ada, ( ) Ada,
e). Dll, jelaskan.
2). Menolak pengobatan: (√ ) tidak ada, ( ) Ada,
3). Berhenti menjalankan aktifitas agama: (√ ) tidak, ( ) ya,
Masih menjalankan aktifitas agama diatas tempat tidur
B. DATA PENUNJANG
1. Terapi :
Pasien dianjurkan untuk mengurangi gula dalam setiap makan dan minumnya
3. Laboratorium
PENGELOMPOKAN DATA
Data Obyektif :
1. Tampak lemas
2. Tampak gelisah
3. CRT : 3 detik
4. TD 160/90 mmHg
5. Nadi 91x/menit
6. RR : 24x/menit tipe nafas kusmaul
7. Pengkajian antopometri :
A : BB turun dari 45kg menjadi 40kg, TB :
150
B : gula darah sewaktu : 350 mg/dl
C : tampak lemas, konjungtiva anemis,
turgor kulit jelek, mukosa bibir kering
D : nasi putih, tahu, tempe serta sayur,
kadang menggunakan daging
ANALISA DATA
Data Obyektif :
Data Obyektif :
Data Obyektif :
1. Tampak gelisah
2. Sulit tidur
3. Sering berkemih
4. TD : 160/90mmHg
Data Subyektif : Deficit Kurang
pengetahuan terpapar
1. Pasien mengatakan jika tidak
informasi
mengetahui nutrisi yang baik
untuk pasien Dm dirumah.
Pasien biasanya hanya makan
nasi putih dan tempe,
terkadang menggunakan
tambahan sayur sesekali juga
makan daging dalam kehidupan
sehari-hari
2. Pasien mengatakan tidak
mengerti penyakit DM, tanda
gejala dan penyebabnya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
4. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Edukasi :
4. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
5. Anjurkan kepatuhan terhadap diet
dan olahraga
6. ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian insulin
Deficit nutrisi Status nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi (I.03119)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
peningkatan kebutuhan selama…diharapkan status nutrisi pasien
metabolisme adekuat 1. Identifikasi status nutrisi
Ekspektasi : membaik 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Kriteria hasil : makanan
1. Pengetahuan tentang pilihan 3. Identifikasi makanan yang disukai
makanan yang sehat meningkat 4. Monitor asupan makanan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makam
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori yang di
butuhkan
Terapeutik :
1. Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
2. Gunakan pakaian longgar
3. Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
4. Gunakan relaksaksi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
dan jenis relaksaksi yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksaksi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan
sensai relaksaksi
Deficit pengetahuan Tingkat Pengetahuan (L.12111) Edukasi Kesehatan (I.12383)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
kurang terpapar informasi selama … pasien dapat mengerti terkait Observasi :
dengan penyakitnya dan nutrisi bagi 1. Identifikasi kesiapan dan
penderita dm kemampuan menerima informasi
Ekspektasi : menurun
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Kriteria hasil :
meningkatkan dan menurunkan
1. Takikardia membaik
motivasi perilaku hidup bersih dan
sehat
Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Edukasi :
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
A. Identitas Klien
Nama : Tn.A
Umur : 65 Tahun
Pendidikan Terakhir : SLTA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : pegawai swasta
Alamat : Semarang
Diagnosa Medik : Diabetes Militus
B. Data Fokus Pasien
1. Data Subyektif :
a) Pasien mengatakan jika badannya terasa sangat lemah dan lemas
b) Pasien mengatakan jika setiap malam hari dirinya sering buang air kecil terus-
menerus selama 8 kali
c) Pasien mengatakan jika dirinya sering merasa haus ingin selalu minum terus-
menerus
2. Data Obyektif :
a) Pasien tampak lemah dan lemas
b) Mulut kering
c) Haus meningkat
d) GDS : 350 mg/dl
C. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan jurnal evidence based nursing riset
yang di aplikasikan :
Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
D. Evidance based nursing riset yang diterapkan oleh pasien :
Senam kaki diabetic
E. Analisa sintesa justifikasi/alasan penerapan evidence based nursing riset practice dalam
bentuk skema
Kegagalan Produksi
Produksi insulin glukagon berlebih
Diabetik
Ketidakstabila
kadar glukosa darah
Hal-hal yang perlu di perhatikan adalah setiap program latihan, apapun macamnya
harus mengandung unsur pemanasan, latihan inti dan pendinginan. Pemanasan
dimaksudkan untuk mempersiapkan organ-organ tubuh beserta perangkatnya (termasuk
enzim) agar mampu melakukan gerakan-gerakan dengan baik dan terhindar dari cedera.
Lebih dari itu pemanasan juga dimaksudkan untuk mempersiapkan menghadapi latihan.
Latihan inti disesuaikan dengan kemampuan, kemauan, keharusan dan keadaan.
3. Pemanasan 1
Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan keatas seluruh bahu. Kedua tangan bertautan.
Lakukan bergantian dengan posisi kedua tangan di depan tubuh.
4. Pemanasan 2
Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke depan tubuh hingga lurus bahu. Kemudian,
gerakkan kedua jari seperti hendak meremas. Lalu, buka lebar. Lakukan secara
bergantian, namun tangan diangkat ke kanan-kiri tubuh hingga lurus bahu
5. Inti 1
Posisi tegap berdiri, kaki kanan maju selangkah ke depan. Kaki kiri tetap di tempat.
Tangan kanan diangkat diangkat ke kanan tubuh selurus bahu. Sedangkan tangan kiri
ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara bergantian.
6. Inti 2
Posisi berdiri tegap. Kaki kanan diangkat hingga paha dan betis bentuk sudut 90
derajat. Kaki kiri tetap ditempat. Tangan kanan diangkat kekanan tubuh selurus bahu.
Sedangkan tangan kiri di tekuk hingga telapak tagan mendekati dada. Lakukan secara
bergantian.
7. Pendinginan 1
Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangan kiri lurus kedepan selurus bahu.
Tangan kanan ditekuk ke dalam. Lakukan secara bergantian.
8. Pendinginan 2
Posisi kaki bentuk hurut V terbalik. Kedua tangan direntangkan ke atas dengan
membentuk huruf V.
9. Gerakan kaki (Dieta, 2013).
Posisi awal: duduk tegak diatas sebuah kursi jangan bersandar.
a) Latihan 1 (10 kali)
1) Gerakan jari-jari kedua kaki seperti membentuk cakar.
2) Luruskan kembali.
b) Latihan 2 (10 kali)
1) Angkat ujung kaki, tumit tetap diletakkan diatas lantai.
2) Turunkan ujung kaki, kemudian angkat tumitnya dan turunkan kembali.
c) Latihan 3 (10 kali)
1) Angkat kedua ujung kaki
2) Putar kaki pada pergelangan tangan, ke arah samping
3) Turunkan kembali ke lantai dan gerakan ke arah tengah
D. Kelebihan dan kekurangan atau hambatan yang ditemui selama aplikasi EBN
Kelebihannya :
1) Latihan jasmani atau senam selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kadar
glukosa darah (Sugondo et al, 2009).
2) Wiwit Unairawati (2011), mengatakansalah satu olahraga yang dirokemendasikan
Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) adalah Senam Diabetes, senam Diabetes
merupakan latihan fisik sebagai upaya mencegah dan mengontrol DM, bahwa secara
langsung latihan fisik atau jasmani dapat menyebabkan penurunan glukosa darah.
3) Dapat dilakukan secara mandiri apabila pasien sudah mampu memahami mengenai
senam diabetes itu sendiri.
Kekurangannya :
1) Terapi untuk mengontrol serta menurunkan kadar gula darah diharapkan setiap minggu
melakukan latihan jasmani secara rutin. Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 kali setiap
minggu selama 30 sampai 60 menit. Meskipun membutuhkan waktu yang tidak
sebentar namun terapi ini mampu menurunkan kadar glukosa dalam darah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan yang dilakukan kepada pasien yaitu ditemukan perubahan kadar gula
darah pada pasien setelah dilakukan intervensi senam diabetes melitus. terjadi penurunan
kadar gula darah kemunkinan dikarenakan kerteraturan penderita dalam melakukan
aktifitas senam diabetes serta kepatuhan diet dan minum obat oleh penderita diabetes
melitus.
B. Saran
1. Penulis
Bagi penulis mampu meningkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien diabetes melitus dengan masalah keperawatan kadar glukosa yang tinggi
dalam pemberian intervensi nonfarmakologi.
2. Pelayanan kesehatan
Bagi institusi pelayanan kesehatan, dapat dijadikan sebagai intervensi mandiri
keperawatan dalam menangani pasien diabetes melitus di RS maupun di pelayanan
kesehatan yang lain sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes
melitus
3. Profesi keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi dalam ilmu keperawatan guna
menentukan intervensi mandiri keperawatan dalam menangani masalah keperawatan
kadar glukosa yang tinggi pada pasien diabetes mellitus
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 significance level of 95% (α 0,05). Results
Nomor 1, Februari 2016 of the study the characteristics of the sexes
are mostly women, age range 44-70 years
and most education is high school level,
PENGARUH SENAM DIABETES pretest sugar levels above normal and
MELITUS TERHADAP KADAR GULA posttest results has decreased. Conclusion
DARAH PENDERITA DIABETES of the study is that gymnastics effect on
MELITUS TIPE 2 DI SANGGAR blood sugar levels of diabetes patients with
SENAM PERSADIA KABUPATEN type 2 diabetes mellitus. Suggestions
research, for futher research would be to
GORONTALO
develop research by adding the variables
such us diet patterns, length of study 4-6
weeks and begins with mild intensity
Anggelin Salindeho
gimnastic.
Mulyadi
Julia Rottie Keywords: Gymnastics Diabetes Mellitus,
Blood Sugar Levels
SLTA 9 60 10 66,7
Tabel 2 Distribusi frekwensi berdasarkan
umur pada penderita DM tipe 2 di sanggar D3 3 20 2 13,3
senam PERSADIA kabupaten Gorontalo S1 3 20 2 13,3
Tabel 5 Kadar gula darah kelompok Intervensi 252 232 209 190
3
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor
1, Februari 2016
Tabel 6. diatas menunjukkan nilai kadar
gula darah pada kelompok kontrol mengalami
Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa nilai kenaikan dibandingkan awal pemeriksaan.
kadar gula darah pada kelompok intervensi
mengalami penurunan dari pemeriksaan awal.
ANALISIS UNIVARIAT
Tabel 6 Kadar gula darah pada kelompok Berdasarkan hasil penelitian yang
kontrol penderita DM tipe 2 dilakukan terhadap 30 orang yang terdiri dari 15
orang kelompok intervensi dan 15 orang
disanggar senam PERSADIA kabupaten kelompok kontrol, diperoleh responden yang
Gorontalo berjenis kelamin laki-laki 13 orang atau 43,3%,
sedangkan untuk responden yang berjenis
kelamin perempuan berjumlah 17 orang 56,7%.
Kelompok Rata-rata kadar gula darah Kejadian diabetes melitus lebih tinggi pada
wanita dibandingkan pria terutama pada Dm
1 2 3 4 tipe 2. Hal ini disebabkan oleh penurunan
hormon ekstrogen akibat menopause. Ekstrogen
pada dasarnya berfungsi untuk menjaga
Kontrol 270 280 283 280 keseimbangan kadar gula darah dan
meningkatkan penyimpanan lemak, serta
progesteron yang berfungsi untuk menormalkan
Sumber: Data Primer kadar gula darah dan membantu menggunakan
lemak sebagai energi, Taylor 2008 yang dikutip
dari Endriyanto 2012.
Afriza, (2011). Pengaruh senam diabetes Endriyanto Eko, (2012). Efektifitas senam
joging dan bersepeda terhadap
kadar gula darah. Universitas kaki diabetes melitus dengan koran
terhadap tingkat sensitivitas kaki pada
Negeri Padang. pasien DM tipe 2. Universitas Riau.
6
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4
Nomor 1, Februari 2016 (2013).www.riskesdas.(7 oktober 2015)