Anda di halaman 1dari 31

Laporan Stase Manajemen

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG RAUDAH 7


(ORTHOPEDI) DI RSUD dr ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH

Oleh

KELOMPOK II

Murnam Dewi Riski saputra


Ulfa zuhra Muchlis
Reci oktarina Haiyatun nufus
Ilma nur tari ade ima
Ella aprila Yaniza farah dina
Lia fitriani Rosmanita
Khairuna Amelia saputri
Mazulna ulfa Nila wati
Asmaul husna Mariah ulfa
Hanifah Yustia zahara
Haiva nabila Syarifah maryam
Maisarah Julfita sari
Nining elisa

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


PROGRAM STUDI PROFESI NERS BIDANG MANAJEMEN KEPERAWTAN
STIKes MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kelompok dapat menyelesaikan kegiatan Kepaniteraan Klinik Keperawatan

Senior (K3S) Bidang Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat pada tanggal 16

november 2019 s/d 11 februari 2020 di Raudah 7 RSUD dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh .

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk menginformasikan hasil

pelaksanaan kegiatan Kepaniteraan Klinik Keperawatan Senior (K3S) Bidang Manajemen

Keperawatan dalam mengelola pelayanan keperawatan yang profesional pada tingkat dasar

secara bertanggung jawab dan komprehensif.

Dalam menyelesaikan penulisan laporan, kelompok banyak mendapat masukan dari

berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga pada kesempatan ini,

kami ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Drs. H. T. Syamsul Bahri, selaku Ketua yayasan STIKes Medika Nurul Islam

Sigli

2. Ibu dr. Kartika, M. Kes, selaku Ketua Stikes Medika Nurul Islam Sigli

3. Ibu Ns. Nurlela Mufida, S.Kep, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan. STIKes

Medika Nurul Islam Sigli

4. Ibu Ns. Ismun Tania Seregar M.Kep, sebagai pembimbing yang telah membimbing dan

memberikan saran serta masukan pada kelompok untuk kesempurnaan penulisan laporan

ini.

5. Bapak Ns. T. M. Sabil, S.Kep Selaku pembimbing akademik yang telah membimbing

dan mengarahkan penyelesaian laporan manajemen.


6. Bapak Dr. Dr.Azharuddin, Sp. OT sebagai Direktur Umum RSUDZA Banda Aceh yang

telah memberi izin kepada kelompok untuk melaksanakan K3S bidang manajemen

keperawatan.

7. Ibu Ns.Isnani Novita, s.kep, sebagai Kepala Ruang Raudah 7 RSUDZA Banda Aceh

serta sebagai fasilitator ruangan yang telah membantu kelompok selama proses K3S

bidang manajemen keperawatan berlangsung.

8. Kepada seluruh perawat pelaksana dan staf ruangan di Ruag Raudah 7 RSUDZA Banda

Aceh yang telah membantu kelompok selama proses K3S bidang manajemen

keperawatan berlangsung.

9. Seluruh anggota kelompok K3S Manajemen Keperawatan periode 156 november 2019 –

11 Januari 2020 yang telah bekerjasama dan saling membantu dalam menyelesaikan

penulisan laporan ini.

Demikianlah semoga laporan ini bermanfaat bagi kelompok dan para pembaca

sekalian.

Banda Aceh, 11 Januari 2020

penulis
DAFTAR ISI

Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………………………….. 1
B. TUJUAN PENULISAN………………………………………………3
C. MANFAATPENULISAN………….………………………………... 4

BAB II PENGKAJIAN DAN ANALISIS MASALAH


A. ANALISA SITUASI RUANG RAUDAH 7 ……………………….. 6
B. PENGKAJIAN DAN ANALISA FUNGSI MANAJEMEN
KEPERAWATAN…………............................................................ 8

BAB III PRIORITAS DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH


A. IDENTIFIKASI MASALAH………………………………………... 32
B. PRIORITAS MASALAH……………………………………………..36
C. SELEKSI TERHADAP ALTERNATIF PENYELESAIAN
MASALAH…………………............................................................. 37
D. PENETAPAN TUJUAN DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN

MASALAH................................................................................ 41

BAB IV PELAKSANAAN DAN EVALUASI


A. RENCANA KEGIATAN………………………………………………42
B. IMPLEMENTASI KEGIATAN……………………………………….42
C. EVALUASI KEGIATAN……………………………………………...44
D. RENCANA TINDAK LANJUT..........................................................44

BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………………………...45
B. SARAN ………………………………………………………………..46

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan unit pelayanan kesehatan dengan sistem pelayanan

kesehatan dan merupakan unsur strategis dilihat dari konteks jumlah biaya yang

dikeluarkan, dimana sebagian besar dana kesehatan terserap dalam sektor pengelolaan

rumah sakit baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Pelayanan medik dan

perawatan merupakan sub sistem dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk

pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga lebih bersifat

individual (Depkes, 2013).

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit

dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus mendapat respon oleh perawat. Oleh karena

itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke

masa depan. Perawat harus mengembangkan ilmu pengetahuannya dan mengubah sesuai

tuntutan masyarakat, dan menjadi tenaga perawat yang professional. Pengembangan

dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling

mempengaruhi dan saling berkepentingan oleh karena itu inovasi dalam pendidikan

keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan serta kehidupan keprofesian

keperawatan merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses

profesionalitas(Priharjo, 2011)..

Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang

dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk

mengembangkan dirinya dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena alasan-alasan di

atas maka pelayanan keperawatan harus dikelola secara professional, karena itu perlu

adanya Manajemen Keperawatan (Priharjo, 2011).


Manjemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan organisasi. Sedangkan manajemen keperawatan adalah

proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan

secara professional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan

sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga

diharapkan keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di dalam proses

keperawatan, di dalam manajemen keperawatan pun terdiri dari pengumpulan data,

identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.

Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas

tenaga seorang perawat, maka setiap tahapan di dalam proses manajemen keperawatan

lebih rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan. Manajemen keperawatan harus

dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat

perlu memahami bagaimana konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu

sendiri (Gillies, 2015).

Dari hasil kuisoner, wawancara dan observasi yang dilakukan oleh Mahasiswa

Profesi Ners Stikes Medika Nurul Islam Sigli yang sedang menjalani pendidikan stase

manajemen keperawatan di ruangan raudah 7 (orthopedi), ditemukan data bahwa

pengelolaan manajemen pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan sudah

diaplikasikan. Namun masih ada sebagian yang belum diaplikasikan. Hal ini dapat dilihat

mulai dari proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepegawaian

(staffing), pengarahan (directing), dan pengawasan (controlling).


Selain itu, masih ada masalah manajemen keperawatan yang ditemukan di ruangan

ruang raudah 7 (Orthopedi) RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh ini, diantaranya adalah

belum maksimalnya aplikasi cuci tangan efektif, belum maksimalnya edukasi pada

pasien, dan belum maksimalnya hand over post conference. Sehingga hal ini dapat

menghambat kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien.

Beberapa masalah telah di rekomendasikan kepada rumah sakit

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan konsep teori dalam aplikasi prinsip-

prinsip manajemen keperawatan dalam pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan

dan manajemen pelayanan keperawatan di Ruang Raudah 7 (Orthopedi) RSUD dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh.

2. Tujuan Khusus

Selama berlangsungnya praktek manajemen keperawatan mahasiswa diharapkan

mampu untuk :

a. Mengidentifikasi masalah tentang pendelegasian tugas/ handover yang belum

optimal di Ruang Raudah 7 (Orthopedi ) RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh..

b. Mempraktekkan tentang pendelegasian tugas/ handover yang sesuai dengan prinsip

manajemen keperawatan di Ruang Raudah 7RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

c. Menyususn tentang pendelegasian tugas/ handover yang sesuai dengan prinsip

manajemen keperawatan di Ruang Raudah 7RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
C. Manfaat Penelitian
Hasil pelaksanaankegiatan K3S bidang manajemen keperawatan di Ruang Rawat

Inap Raudah 7 (Orthopedi ) RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh ini memberikan

gambaran tentang handover yang sesuai dengan prinsip manajemen keperawatan

sertaupaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh karena ituhasil

laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu mempraktek kan peran manajemen keperawaan secara

langsung pada pasien

b. Mahasiswa mendapat pengalaman baru di lapangan dalam hal penerapan

manajemen keperawatan secara langsung.


2. Perawat

a. Dengan adanya mahasiswa K3S yang sedang melakukan praktek manajemen di

harapkan perawat mendapatkan pengalaman baru tentang manajemen ruangan

yang baik

b. Dengan adanya mahasiswa K3S yang sedang melakukan praktek manajemen di

harapakan perawata mendapatkan pendidikan tentang manajemen ruangan dan

juga handover yang benar.

3. Ruangan
a. Dengan adanya mahasiswa K3S yang sedang melakukan praktek manajemen

keperawatan di Ruangan di Ruang Rawat Inap Raudah 7 (Orthopedi )RSUD dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh.di harapakan ruangan dapat menerapkan manajemen

keperawatan yang lebih baik.

4. Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Daerahdr. Zainoel Abidin Banda Aceh khususnya bidang

keperawatan sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam rangka meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan yang komprehensif.

5. Kampus Stikes Medika Nurul Islam Sigli

a. Pengelola K3S PSIK STIKes Medika Nurul Islam Sigli, sebagai bahan

masukan dan evaluasi terhadap pelaksanaan K3S khususnya bidang manajemen

keperawatan.

b. Proses keperawatan yang disusun oleh mahasiswa K 3S PSIK STIKes Medika

Nurul Islam Sigli dapat mempermudah bagi pemberi pelayanan keperawatan di

ruang rawat di Ruang Raudah 7 (Orthopedi ) RSUD dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh..
BAB II

PENGKAJIAN DAN ANALISA MASALAH

A. Analisa Situasi Ruang Raudah 7

Analisis situasional fungsi manajemen dikaji oleh mahasiswa profesi Ners

STIKes Medika Nurul Islam Sigli untuk mencapai kompetensi praktek manajemen

keperawatan. Analisa situasional mencakup seluruh kegiatan manajemen di ruangan

Raudah 7 (Orthopedi ) RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tengtang keadaan

Ruangan, Lingkungan dan Orang-Orang yang melaksanakan pekerjaan di ruang Thursina

2. Hal ini dilakukan utnuk memperoleh gambaran tentang kekuatan dan kelemahan

dalam manajemen agar dapat diberi intervensi.

Dalam pelaksanaan K3S bidang manajemen keperawatan di ruang Raudah 7

(Orthopedi ), Mahasiswa yang sedang menjalani Keperawatan Stase Manajemen tersebut

mendapat wewenang untuk bertanggung jawab terhadap 2 Ruang Rawat yaitu kamar 5

dan kamar 6, dengan jumlah 5 pasien di kamar 5, dan 5 pasien di kamar 6. Pelaksanaan

asuhan keperawatan yang dilakukan menggunakan metode tim keperawatan dengan

pembagian tugas sebagai kepala ruang, ketua tim dan perawat pelaksana yang bertugas

melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada shift pagi, sore dan malam

mulai tanggal 16 november sampai dengan 11 februari 2019. Dalam pelaksanaan peran

ini mahasiswa mengaplikasikan peran dan fungsinya dalam mengelola fungsi-fungsi

manajemen meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), ketenagaan

(staffing), pengarahan (directing) dan pengawasan (controlling) serta melaksanakan

asuhan keperawatan kepada seluruh pasien yang menjadi tanggung jawabnya dengan

pendekatan proses keperawatan berkelanjutan.


Gambaran Umum RSUD Dr. Zainoel Abidin

Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Februari 1979 atas dasar Keputusan

Menteri Kesehatan RI No.551/ Menkes/SK/2F/1979 yang menetapkan RSU dr. Zainoel

Abidin sebagai rumah sakit kelas C. Selanjutnya dengan SK Gubernur Daerah Istimewa

Aceh No.445/173/1979 tanggal 7 Mei 1979 Rumah Sakit Umum (RSU)dr. ainoel Abidin

ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin. Kemudian

dengan adanya Fakultas Kedokteran Unsyiah, maka dengan SK Menkes RI

No.233/Menkes/SK/ IV/1983 tanggal 11 Juni 1983, RSUD dr. Zainoel Abidin

ditingkatkan kelasnya menjadi rumah sakit kelas B Pendidikan dan rumah sakit rujukan

untuk Propinsi Daerah Istimewa Aceh.

RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh ditetapkan sebagai Rumah Sakit

Pendidikan Utama Fakultas Kedokteran Universitas Syah Kuala Banda Aceh sesuai

dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

HK.03.05/III/327/2011 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Januari 2011. Dengan

meningkatkan mutu dan kemampuan pelayanan kesehatan dalam upaya kebutuhan

masyarakat akan pelayanan dan sejalan dengan keberhasilan pembangunan, maka

berdasarkan analisis organisasi, fasilitas dan kemampuannya, Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Zainoel Abidin telah memenuhi persyaratan dan kemampuannya untuk

menjadi rumah sakit Kelas A, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor : 1062/ MENKES/SK/2011, Tentang peningkatan kelas Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Zainoel Abidin menjadi tipe kelas A yang ditetapkan di Jakarta pada

tanggal 1 Juni 2011.

Setelah memenuhi berbagai persyaratan substantif, teknis,dan administratif secara

memuaskan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka pada tanggal 20


Desember 2011, Gubernur Aceh telah menetapkan Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin menjadi Satuan Kerja Perangkat Aceh yang menerapkan status PPK-

BLUD secara penuh dalam Keputusan Gubernur Aceh Nomor 445/685/2011.

B. Manajemen Keperawatan

Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara

singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen

mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan

keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan,

pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies,

2002).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang

merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan

pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan

Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya,

maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan

sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.

Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip

pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber

daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan

rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.

Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu

atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga

selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang

efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.


Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu

Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian),

Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).

1. Planning (Perencanaan)

Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh

karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut

Muninjaya, (2004) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi

manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi

manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan

memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan

dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan

merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.

Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas

akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.

Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk

menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan

kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling

pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

tersebut.

a. Tujuan Perencanaan

- Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan

- Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif

- Membantu dalam koping dengan situasi kritis

- Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya


- Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan

masa lalu dan akan datang.

- Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah

- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif

b. Tahap dalam perencanaan :

- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif

- Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.

- Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah

- Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.

- Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan

program.

- Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

c. Jenis Perencanaan

- Perencanaan Strategi

Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambu-ngan, proses

yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan

kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada

masa depan, mengorganisasi-kan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan

keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik

yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk

memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu,

dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.

- Perencanaan Operasional

Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan

digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa


orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.

Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard

untuk mengevaluasi perawatan pasien.

Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana

tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada

dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari

kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana

sekali pakai terdiri dari program dan proyek.

d. Manfaat Perencanaan

- Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-

perubahan lingkungan.

- Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan

- Memudahkan kordinasi

- Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional secara

jelas

- Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat

- Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami

- Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti

- Menghemat waktu dan dana

e. Keuntungan Perencanaan

- Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.

- Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai

- Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi

keperawatan

- Memodifikasi gaya manajemen


- Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan

f. Kelemahan Perencanaan

- Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta-

fakta tentang masa yang akan datang

- Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak

- Perencanaan mempunyai hambatan psikologis

- Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif

- Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil

2. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan

mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang,

pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian

merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial,

material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(Muninjaya, 2004).

Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian

aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha

kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang

harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.

a. Manfaat Pengorganisasian

Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :

- Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.

- Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui

kegiatan yang dilakukannya.

- Pendelegasian wewenang.
- Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.

b. Langkah-langkah Pengorganisasian

- Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam

fungsi perencanaan.

- Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.

- Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.

- Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan

menyediakan fasilitas yang diperlukan.

- Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.

- Mendelegasikan wewenang.

3. Staffing (Kepegawaian)

Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis

berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu

organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses

pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol

termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana

penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi

lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan

pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program

pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.

Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan

mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang

mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam

sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan

staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai
dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff

keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain

memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff

medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter,

waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis

pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang

diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.

Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan.

Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi

secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis,

struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis,

pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.

Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen,

seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien.

Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi

untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi

pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi

baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka

terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik

yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk

pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan

diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift

10-12 jam dan metode lain yang biasa.


4. Directing (Pengarahan)

Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan

oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan

pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.

Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen.

Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang

mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan

mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan

sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan

kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan

usulan pimpinan atau usulan bersama.

Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu

untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan

yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi)

staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.

Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya

kepemimpinan yaitu :

a. Autokratik

Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan

penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini

cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan

menghilangkan inisiatif.

b. Demokratis

Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.

Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara


manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan

produktivitas dan kepuasan kerja.

c. Laissez faire

Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang

memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan

kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat

mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.

Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang

merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan

professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi,

membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.

5. Controlling (Pengawasan)

Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang

terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang

lainnya.

Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai

dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta

prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan

dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan

standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal

balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan

sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta

mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam

pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).


Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu

dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan,

serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).

Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan

fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :

- Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah

diukur, misalnya menepati jam kerja.

- Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai

tujuan organisasi.

- Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,

sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen

terhadap kegiatan program.

- Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran

dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk

memperbaiki kinerja.

- Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :

- Harus menunjukkan sifat dari aktivitas

- Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera

- Harus memandang ke depan

- Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis

- Harus objektif

- Harus fleksibel

- Harus menunjukkan pola organisasi

- Harus ekonomis

- Harus mudah dimengerti


- Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.

Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai

contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan

operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta

pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk

perubahan yang cepat.

Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan

keperawatan adalah:

- Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang

tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya

mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk

analisa tugas dalam keperawatan.

- Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan

akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan

   tepat, maka akan diperoleh manfaat :

- Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai

dengan standard atau rencana kerja.

- Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf

dalam melaksanakan tugas-tugasnya

- Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi

kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

- Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan

latihan lanjutan.
C. Pendelegasian Tugas

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh

pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5 metode pemberian

asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa

depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan

keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus,

modifikasi metode tim-primer.

1. Metode Fungsional

Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan efisiensi,

pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode ini sangat baik untuk

rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas

manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau

belum berpengalaman. Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan

terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya

melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak

memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat

cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.

KEPALA RUANGAN

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :

Pengobatan Pengobatan Pengobatan Merawat luka

Pasien/klien

Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional


2. Metode Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda

dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat

ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal,

dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini

memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung

pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antartim, sehingga

konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun,

komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang

biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu

sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat profesonal

harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi

yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin, anggota tim harus

menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh

kepala ruang.

Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang

berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari

memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif

antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat

mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota

tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim

untuk membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan keperawatan.

Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin

pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim
tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga

dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing

3. Metode primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama

24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah

sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana

asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan

terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,

malakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar

metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan

ketertiban pasien dan keluarga.

Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan

manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan

akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri

sehingga pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.


Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan

klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan,

dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan

tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan

menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan

lainnya. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan

yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat Primer

Perawat Perawat Perawat pelaksana


pelaksana pelaksana jika diperlukan days

evening night

Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing

4. Metode Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas.

Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada

jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.

Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini

umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti:

isolaso, intensivecare. Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus,

sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum
dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan

mempunyai kemampuan dasar yang sama.

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing

5. Modifikasi : MAKP Tim-Primer

Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut

Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada

beberapa alasan :

a Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer

harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.

b Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab

asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.

c Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan

keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.

Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah

lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim

tentang asuhan keperawatan.

Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan

menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang

perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat
juga Ners. Perawat associate (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi

terdiri atas lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan

Tim pada setiap shift jaga terlihat pada gambar di bawah.

Kepala Ruang

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

(Jadwal diatur Pagi, Sore, Malam dan Libur/Cuti)

Skema 5. Sistem Asuhan Keperawatan Metode Primary Tim (Modifikasi)

6. JCIA (Joint Comition International Acreditation)

Adalah suatu tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien yang

diharapkan.

Strata-Strata Dalam Sistem

Input Proses Output

Sumber daya Penerimaan pasien Meningkatnya status

rawat inap kesehatan


Perlengkapan

Pemeriksaan pasien Pelayanan yang


Persediaan
efisien
Edukasi terhadap pasien
Pengobatan Kepuasan pasien

Tabel 1. Strata – strata dalam sistem JCIA

D. Tugas Dan Tanggung Jawab

1. Kepala Ruang Rawat Dan Wakil Kepala Ruang

a. Perencanaan

1. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing masing

2. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.

3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : Gawat, Transisi, dan

Persiapan pulang.

4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang di butuhkan berdasarkan aktifitas dan

kebutuhan pasien.

5. Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan

6. Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan kelolaan.

b. Pengorganisasian

1. Merumuskan metode / sistem penugasan keperawatan

2. Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan

3. Merumuskan rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas

4. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan.

5. Mengidentifikasi masalah dan cara penanganan.

c. Pengarahan

1. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

2. Memberikan pujian kepada perawat yang melakukan tugas dengan baik.

3. Memberikan motifasi dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan

sikap
4. Menginformasikan hal- hal yang di anggap penting dan berhubungan dengan

asuhan keperawatan pasien.

5. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

d. Pengawasan

1. Komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan katim dan

perawat pelaksana

2. Supervisi :mengawasi peserta didik dan institusi untuk memperoleh

pengalaman yang sesuai

2. Ketua Tim

a. Kedudukan

Perawat ketua tim adalah seorang perawat professional dalam melaksanakan

tugas, bertanggungjawab kepada kepala ruangan.

b. TugasPokok

Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan standar

profesi serta menggunakan dan memelihara logistic keperawatan

secaraefisiendanefektif.

c. UraianTugas

1. Membuat perencanaan

2. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi

3. Mengenal / mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan

pasien.

4. Mengembangkan kemampuan anggota


5. Menyelenggarakan konferensi.

3. Perawat Pelaksana

a. Kedudukan

Pemberi asuhan keperawatan pada pasien dan juga pelayanan kepada pasien

dengan sistem pembagian tugas yang di lakukan oleh ketua tim

b. Uraian tugas

1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya.

2. Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim

3. Memberikan laporan pasien.

4. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota keluarga.

Anda mungkin juga menyukai