Disusun Oleh:
Dina Cahyani
201010206022
Disusun Oleh:
Dina Cahyani
201010206022
A. Latar Belakang
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
pengembangan kesehatan mental masing-masing anggota keluarga. Keluarga
mempunyai peranan penting karena dipandang sebagai sumber pertama dalam
proses sosialisasi. Keluarga juga di pandang sebagai instansi (lembaga) yang dapat
memenuhi kebutuhan insane (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan
kepribadiannya, dan mengembangkan ras manusia. Jika mengaitkan peranan
keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, keluarga
merupakanlembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa sangat
dibutuhkan karena keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan
interpersonal dengan lingkungannya, yang merupakan tempat pertama kali
mendapat pendidikan untuk menguji perilakunya. Sehingga keluarga merupakan
orang terdekat dan berarti bagi individu dan merupakan salah satu pendukung
dalam upaya penyembuhan klien gangguan jiwa.
Peran perawat adalah membantu keluarga melalui tahap dengan baik
sehingga dengan keluarga dapat berperan secara optimal, baik keluarga maupun
lingkuangannya. Mengikutsertakan orang tua ( keluarga) dalam proses perawatan
dan pengurangan Racun Negatif dalam lingkungan keluarga dapat memberi
sambungan untuk pelaksanaan perawat yang lrebih baik. Kepemilikan keluarga,
pemenuhan efektifitasan dan pemeliharaan tujuan.
B. Tujuan
1. Melakukan pengkajian keperawatan jiwa pada keluarga
2. Menganalisa dan menetapkan diagnosa keperawatan jiwa keluarga
3. Menentukan tujuan keperawatan keluarga
4. Merencanakan tindakan keperawatan keluarga
5. Melakukan implementasi tindakan keperawatan keluarga
6. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan jiwa pada keluarga
7. Membuat rencana tindak lanjut bagi keluarga terkait masalah kesehatan jiwa
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Halusinasi
A. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati, atau orang lain.
6. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan, atau pembentukan urin.
7. Kinesthetic
Merasakan pergerakan yang sebenarnya berdiri tanpa bergerak.
D. TAHAPAN HALUSINASI
1. Tahap I: Halusinasi bersifat menyenangkan
Tanda:
Menyeringai/tertawa tidak sesuai
Menggerakkan bibir tanpa bicara
Gerakan mata cepat
Bicara lambat
Diam dan pikiran dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
2. Tahap II: Halusinasi bersifat menjijikkan
Tanda:
Cemas
Konsentrasi menurun
Ketidakmampuan membedakan yang nyata dan tidak nyata
3. Tahap III : Halusinasi bersifat mengendalikan
Tanda:
Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung
Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
dapat diekspresikan secara langsung dan tak langsung.
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional.
Berduka disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam
menggunakan respon intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui
proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi kehilangan.
Rasa bersalah
Adanya penolakan
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri.
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KELUARGA
A PENGKAJIAN
I Identitas Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. A
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat :RT 02, RW 10, Dusun II Surogenen, Nomporejo III,
Galur, Kulonprogo
Angggota Keluarga :
Hub
Umur Pendidika Kondisi
No Nama L/P Agama Pekerjaan dengan
(tahun) n Kesehatan
KK
1 Ny. M P SD Islam Petani Istri Sehat
2 Sdr. S L 33 D3 Islam Tidak Anak Gangguan
bekerja Jiwa
3 Sdr. W L 19 SMA Islam Petani Anak Sehat
Ya, Sdr. S mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2007, Berawal ketika Sdr.
S sudah wisuda D3 di Universitas Negeri Yogyakarta. Sdr S mengaku akan melamar
seorang perempuan untuk dijadikan istrinya, Namun Sdr. S tidak berani karena
belum memiliki pekerjaan. Sdr. S mengaku mendengar suara-suara bisikan yang
mengatakan bahwa dirinya akan dibunuh. Perilaku yang ditunjukkan Sdr. S adalah
berteriak-teriak, marah-marah dan merasa ketakutan karena merasa ada yang akan
membunuhnya.
Pada tahun 2007 Sdr. S menjalani rawat jalan Puskesmas galur II. Namun karena
pengobatan tidak berhasil, Sdr. S berobat jalan di RSUD wates, pengobatan Sdr. S
juga tidak berhasil. Kemudian Sdr. S berobat jalan ke RS Sarjito Yogyakarta. Namun
pengobatan di RS Sarjito Yogyakarta juga kurang berhasil dan Sdr. S menunjukkan
gejala dan perubahan tingkah laku kemudian menjalani rawat inap di RSJ Grhasia
Yogyakarta selama 10 hari. Sampai saat ini Sdr. S masih menjalani rawat jalan di
RSJ Grhasia Yogyakarta.
3) Pemeriksaan Fisik
Nama : Sdr. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Pemeriksaan fisik
a. Integumen : kulit kotor, warna hitam, turgor kulit baik.
b. System homopoitik : tidak mengalami kelainan darah
c. Kepala : ukuran kepala normal, simetris, tidak ada luka, rambut
pendek beruban.
d. Mata : penglihatan bagus, tidak menggunakan alat bantu kacamata
e. Telinga : Pendengaran baik, tidak ada secret, tidak meradang
f. Mulut dan tenggorokan : mulut kotor dan berbau, gigi sudah ada yang tanggal, tidak
ada gangguan menelan
g. Leher : Tidak terdapat masa pada leher
h. Payudara : simetris, tidak ada keluhan
i. System pernafasan : normal (pernafasan normal : 19x/menit), tidak sesak nafas
j. System kardiovaskuler : tidak ada riwayat penyakit jantung, TD = 110/80 mmHg.
k. System gastrointestinal : tidak ada gangguan pencernaan, pola makan 2x/hari, BAB
1x/ hari
l. System perkemihan : normal, masih mampu menahan BAK, BAK 3-4 x/ hari
m. System genitoreproduksi : pasien belum pernah menikah
n. System musakuloskeletal : tidak mengalami penurunan dan gangguan
o. System saraf pusat : mengalami gangguan
p. System endokrin : normal
II Pengkajian Keluarga
a Genogram
Keterangan :
Dan : Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Gangguan jiwa
: Tinggal dalam satu rumah
: Hubungan pernikahan
: Hubungan anak
b Tipe Keluarga
Tipe keluarga adalah keluarga inti ( nuclear family)
c Status sosial ekonomi keluarga
Tn. A bekerja sebagai petani/ buruh dibantu istrinya Ny. M. Anak pertamanya
(sdr. S) tidak bekerja dan hanya dirumah saja berternak beberapa ekor ayam
dan anak bebek. Anak kedua ( Sdr. W) sekarang sedang mengikuti pendidikan
pramugari. Keadaan sosial ekonomi keluarga Tn. A dalam katagori menengah
kebawah, dimana kebutuhan keluarga hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari bahkan kadang kekurangan. Biaya pengobatan Sdr. S
untuk rawat jalan di RSJ Grhasia menggunakan Jamkesmas.
No Kemampuan Ya Tidak
.
Kemampuan klien
1. Penerimaan perubahan diri dan proses
penerimaan
2. Menghargai diri sendiri, menikmati hidup,
dan mandiri
3. Memiliki pekerjaan sebagai profesi yang
disukai
4. Merasa nyaman dan menikmati hasil dari
profesi pekerjaannya
5. Menyesuaikan diri dalam perubahan peran
dalam kehidupannya.
6. Berinteraksi dengan pasangan hidup, berbagai
aktifitas dan tanggung jawab rumah tangga
7. Membimbing, menyiapkan, dan membina
generasi dibawah usianya.
8. Memperhatikan kebutuhan orang lain
9. Mengembangkan minat dan hobi
10. Menilai pencapaian dan tujuan
11. Menyesuaikan diri dengan orang tua dan
lansia
12. Memiliki koping yang kontruktif bila
mengalami stres
Kemampuan Keluarga
1. Memfasilitasi perubahan peran dalam
keluarga
2. Membantu individu mencapai tujuan jangka
panjang
3. Menjadi role model dan sebagai teman
diskusi individu
4. Mendukung individu dalam pengambilan
keputusan bersama keluarga
5. Menyadari pentingnya pusat pelayanan
kesehatan sebagai tempat rujukan bagi
masalah kesehatan yang dialami.
e Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Bahasa yang digunakan oleh keluarga dalam berkomunikasidengan
keluarga dan masyarakat adalah dengan menggunakan bahasa jawa
g Fungsi Keluarga
a. Fungsi Asertif
Dalam keluarga Tn. A fungsi afektif sudah terpenuhi, Tn. A dan Ny. M
bisa menerima keadaan Sdr. S meskipun Sdr. S mengalami gangguan jiwa,
namun keluarga tetap nsaling menerima apa adanya.
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. A kurang dapat bersosialisasi dengan baik, begitu pula
dengan Sdr. S juga kurang bersosialisasi dengan baik.
c. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. A hidup dengan pas-pasan bahkan terkadang kekurangan,
karena hanya mengandalkan penghasilan dari bertani/ buruh yang tidak
menentu.
d. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga Tn. A mampu memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga, seperti
pada saat Sdr. S harus membawa kepelayanan kesehatan sebagai upaya
pengobatan, keluarga dapat memenuhinya. Selain itu, keluarga juga
mampu mengenali permasalahan kesehatan yang dialami Sdr. S.
h Stress dan mekanisme koping Keluarga
Keluarga Tn. A dan Ny. M merasa pasrah dan sabar dengan keadaan yang
dialami saat ini. Keluarga selalu memotivasi Sdr. S agar menjadi lebih baik
dan bisa normal seperti dulu lagi dan berusaha melakukan upaya pengobatan
untuk menunjang kesembuhan Sdr. S.
11 Konsep diri
Gambaran diri : klien menganggap dirinya merasa bodoh dan orang
yang tidak punya/ miskin
Identitas klien : klien mengalami ketidakpastian menganggap
dirinya, klien merasa puas dengan jenis kelaminnya namun merasa puas
karena dengan jenis kelamin kali-laki dia tidak bekerja
Peran : Berunbah Klien tidak bekerja
Ideal diri : klien berharap agar dirinya bisa cepat sembuh dan dapat
mrencari pekerjaan yang menghasilkan banyak orang.
Harga diri : klien mengalami gangguan hubungan sosial dan klien
terlihat kurang percaya diri serta lebih tenang menyendiri
12 Proses pikir : realistik, bicara koheren
13 Isi pikir : tidak mengalami gangguan isi pikir
14 Tingkat konsentrasi dan berhitung : klien mampu berkonsentrasi dan
berhitung.
15 Daya ingat : daya ingat jangka panjang klien masih bagus, dimana Sdr. S
dapat mengingingat dengan baik kejadian Sdr S belum sakit
16 Kemampuan penilaian : Gangguan penilaian berat
17 Insight ( daya tilik diri) : Baik, Sdr S menyadari jika dirinya mengalami
gangguan jiwa dan harus menjalani pengobatan.
Hasil :
Data Obyektif:
Klien ini tampak tenang
Emosi klien labil
Data Subyektif:
Defisit perawatan diri
Senin, 25 Juli
2011 Pukul 10.20 Klien mengatakan klien jarang mandi, mandi
WIB hanya 1 kali sehari
Klien mengatakan kadang merasa gatal-
gatal di seluruh badannya.
Data Obyektif :
Data Obyektif :
Klien tampak menghabiskan waktu di
rumah saja dan mengurusi merinya.
Klien bahkan tidak pernah keluar rumah
Klien sangat jarang berinteraksi dengan
orang lain kecuali keluarga.
Klien tidak pernah mengikuti kegiatan
yang ada di masyarakat.
C DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
2 Defisit perawatan diri
3 Harga diri rendah
D PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
2 Defisit perawatan diri
3 Harga diri rendah
E INTERVENSI KEPERAWATAN
58
1 2 Hari/
3 Implementasi 4 Evaluasi
No tanggal
5 6 26/ 7 BHSP 10 Selasa, 26 Juli 2011. 12.00 WIB.
11 S:
1 Juli 2011 - Memperkenalkan nama dan tujuan berkunjung
- Menanyakan perasaan dan masalah yang Klien memperkenalkan diri.
Jam 10.00 Klien mengatakan keadaannya baik-baik saja tapi kadang
dirasakan klien
WIB halusinasi masih muncul.
- Menunjukkan sikap jujur dan menepati janji
Klien mengatakan akan datang pada terapi kerja di
setiap kali berinteraksi
- Membuat kontrak waktu untuk pertemuan Puskesmas.
12 O:
selanjutnya.
Klien tampak kusam dan agak bau.
- Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
- Melatih klien untuk memasukkan dalam jadwal Klien ramah, tenang dan sopan.
Klien terlihat sabar
kegiatan. Klien menerima kedatangan perawat
- Memotivasi klien untuk mengikuti terapi kerja di
13 A:
Puskesmas. Tujuan BHSP teratasi
8 14 P:
Dukung klien mengenali dan mendiskusikan tentang
9 perasaannya
Anjurkan klien unuk mandi 2x sehari.
Kaji halusinasi klien
Kaji penilaian harga diri klien
15
16 Ttd
17
18 (Dina Cahyani )
19 20 Rabu/ 21 23 Rabu/27 Juli 2011 jam 12.00 WIB
- Membina hubungan saling percaya. 24 S:
1. 27 Juli 2011
- Mengobservasi tingkah laku yang Klien mengatakan halusinasinya kadang masih datang
jam 11.00 Klien mengatakan mau mengatasi halusinasinya.
berhubungan dengan halusinasi
WIB - Membantu klien mengenal halusinasi Klienmengatakan akanmemelihara dan mengembangkan
- Melatih klien mengatasi halusinasi dengan pemeliharaan meri untuk kegiatannya.
menghardik, bercakap-cakapdengan orang 25 O:
lain atau keluarga , mengikuti kegiatan
TD : 110/80 mmHg
(sosialisasi) dan motivasi minum obat S : 36,2 oC
22 Nadi 78x/menit
Klien dapat mengenal dan menyebutkan cara mengatasi
halusinasi.
Klien tampak antusias dengan informasi yang diberikan
oleh perawat.
26 A: Masalah teratasi sebagian
27 P:
Anjurkan untuk melakukan cara mengatasi halusinasi yang
telah diajarkan bila halusinasi datang.
Anjurkan klien mandi 2x sehari
Kaji penilaian harga diri klien.
28
29 T
td
30
31 (Dina Cahyani)
32
33
34 35 Kami - Mengeksplor alasan klien mengkritik diri 36 Kamis, 28 Juli 2011 jam 10.30 WIB
- Mengidentifikasi kelebihan/ hal positif 37 S:
s, 28 Juli
yang dimiliki Klien mengatakan kelebihannya hanya memelihara meri.
2011 jam Klien mengatakan akan ikut bersosialisasi dengan
- Mengeksplor keberhasilan yang pernah
10.00 WIB tetangganya.
dicapai
- Memberikan reward positif terhadap Klien akan melakukan cara mengatasi halusinasi yang telah
keberhasilan dan dan kelebihan klien. diajarkan ketika halusinasi datang.
- Menyakinkan klien bahwa klien mampu 38 O:
menghadapi situasi apapun.
Klien tampak ceria dan agak bersih
- Mengevaluasi bersama klien perilaku yang
Kuku klien tampak pendek dan bersih
dulu dan sekarang. Motivasi untuk
memanfaatkan fasiilitas kesehatan (RSJ 39
atau peuskesmas) dan melakukan 40 A: Masalah teratasi sebagian
manajemen obat 41 P :
- Mengevaluasi cara perawatan Nn. S yang
Anjurkan klien untuk mandi 2x sehari
telah dilakukan keluarga Anjurkan klien mengguanakan cara mengatasi halusinasi
Anjurkan klien untuk mengembangkan potensi diri.
42
Ttd
43 (Dina Cahyani)
44 BAB IV
45 PENUTUP
46
A. Kesimpulan
47 Setelah dilakukan tindakan keperawatan jiwa pada keluarga selama 4 x
kunjungan, maka diperoleh hasil diagnosa :
1 Gambaran persepsi sensori : halusinasi pendengaran dapat diatasi. Klien
mampu menggunakan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol dan
mencegah halusinasi, sehingga halusinasi klien berkurang.
2 Defisit perawatan diri: Mandi dapat teratasi. Klien mau dan telah mandi 2x
sehari. Klien menyadari bahwa dengan mandi 2x sehari, badan menjadi segar
dan fikiran fress.
3 Harga diri rendah dapat teratasi. Klien yang sebelumnya tidak mau
bersosialisasi dan tidak mau mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat
karena malu, sekarang telah mau menciba untuk mengikuti kegiatan tersebut,
dengan mau mengikuti sholat berjamaah di Masjid.
48
B. Faktor Pendukung dan Penghambat
1 Faktor pendukung
Klien bersikap kooperatif dan aktif selama kunjungan keperawatan jiwa.
Klien telah mengukuti program pengobatan dri RSJ Grhasia dan kontrol
secara rutin.
Klien telah minum obat secara teratur.
Klien mau bekerja membantu ayahnya di ladang.
Klien telah mampu menerima kondisi dan keadaannya.
49
2 Faktor penghambat
Klien belum mampu melakukan kegiatan yang positif.
Klien berasal dari keluarga yang tidak mampu dan kurang perhatian sehingga
bantuan keluarga dalam upaya perawatan yang sangat minimal.
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72 DAFTAR PUSTAKA
73