Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN HASIL

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KELUARGA DI DUSUN III SUROGENEN II


NOMPOREJO, GALUR, KULON PROGO
YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Aisyiyah Yogyakarta
Stase Keperawatan Jiwa Komunitas

Disusun Oleh:

Dina Cahyani
201010206022

PROGRAM PROFESI NERS-PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KELUARGA PADA TN. A DENGAN
HALUSINASI, DAN HARGA DIRI RENDAH PADA SDR. S
DI DUSUN III SUROGENEN II NOMPOREJO, GALUR, KULON PROGO
YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

Dina Cahyani
201010206022

PROGRAM PROFESI NERS-PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
pengembangan kesehatan mental masing-masing anggota keluarga. Keluarga
mempunyai peranan penting karena dipandang sebagai sumber pertama dalam
proses sosialisasi. Keluarga juga di pandang sebagai instansi (lembaga) yang dapat
memenuhi kebutuhan insane (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan
kepribadiannya, dan mengembangkan ras manusia. Jika mengaitkan peranan
keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, keluarga
merupakanlembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa sangat
dibutuhkan karena keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan
interpersonal dengan lingkungannya, yang merupakan tempat pertama kali
mendapat pendidikan untuk menguji perilakunya. Sehingga keluarga merupakan
orang terdekat dan berarti bagi individu dan merupakan salah satu pendukung
dalam upaya penyembuhan klien gangguan jiwa.
Peran perawat adalah membantu keluarga melalui tahap dengan baik
sehingga dengan keluarga dapat berperan secara optimal, baik keluarga maupun
lingkuangannya. Mengikutsertakan orang tua ( keluarga) dalam proses perawatan
dan pengurangan Racun Negatif dalam lingkungan keluarga dapat memberi
sambungan untuk pelaksanaan perawat yang lrebih baik. Kepemilikan keluarga,
pemenuhan efektifitasan dan pemeliharaan tujuan.
B. Tujuan
1. Melakukan pengkajian keperawatan jiwa pada keluarga
2. Menganalisa dan menetapkan diagnosa keperawatan jiwa keluarga
3. Menentukan tujuan keperawatan keluarga
4. Merencanakan tindakan keperawatan keluarga
5. Melakukan implementasi tindakan keperawatan keluarga
6. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan jiwa pada keluarga
7. Membuat rencana tindak lanjut bagi keluarga terkait masalah kesehatan jiwa
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Halusinasi
A. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi.

B. Tanda dan Gejala


Berbicara sendiri
Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal
Tertawa sendiri tanpa sebab
Ketakutan
Ekspresi wajah tegang
Tidak mau mengurus diri
Sikap curiga dan bermusuhan
Menarik diri dan menghindari orang lain
C. Jenis Halusinasi
Halusinasi dibagi menjadi 7 jenis meliputi:
1. Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling suara orang.
2. Penglihatan
Berbentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartoon,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
3. Penghidu
Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin atau feses,
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati, atau orang lain.
6. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan, atau pembentukan urin.
7. Kinesthetic
Merasakan pergerakan yang sebenarnya berdiri tanpa bergerak.

D. TAHAPAN HALUSINASI
1. Tahap I: Halusinasi bersifat menyenangkan
Tanda:
Menyeringai/tertawa tidak sesuai
Menggerakkan bibir tanpa bicara
Gerakan mata cepat
Bicara lambat
Diam dan pikiran dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
2. Tahap II: Halusinasi bersifat menjijikkan
Tanda:
Cemas
Konsentrasi menurun
Ketidakmampuan membedakan yang nyata dan tidak nyata
3. Tahap III : Halusinasi bersifat mengendalikan

Tanda:

Cenderung mengikluti halusinasi


Kesulitan berhubungan dengan orang lain
Perhatian atau konsentrasi menuru/ cepat berubah
Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk)

4. Tahap IV: Halusinasi bersifat menaklukkan


Tanda:

Pasien mengikuti perintah halusinasi


Tidak mampu mengendalikan diri
Tidak mampu mengikuti perintah nyata
Beresiko mencederai diri,orang lain, lingkungan.
E. CARA MERAWAT HALUSINASI DI RUMAH OLEH KELUARGA
a. Menyapa klien jika tampak berbicara sendiri.
b. Bicara dengan klien secara sering dan singkat.
c. Berikan kegiatan
d. Jangan biarkan klien menyendiri.
e. Ajak klien berbicara jika tampak sedang berhalusinasi.
f. Terima halusiansi klien tanpa mendukung dan menyalahkan. Misal Saya
percaya anda mendengar tetapi saya tidak mendengarnya.
g. Beri kesempatan untuk mengungkapkannya.
h. Makan bersama
i. Bepergian bersama
j. Mencegah klien melukai diri sendiri dan orang lain.

2. Harga Diri Rendah (HDR)


a. Pengertian
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ).

Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif


terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).

Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
dapat diekspresikan secara langsung dan tak langsung.

b. Tanda dan gejala :

Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)

Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)

Gangguan hubungan sosial (menarik diri)

Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)

Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

( Budi Anna Keliat, 1999)

c. Penyebab dari harga diri rendah

Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional.
Berduka disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam
menggunakan respon intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui
proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi kehilangan.

d. Tanda dan gejala :

Rasa bersalah

Adanya penolakan

Marah, sedih dan menangis

Perubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas

Mengungkapkan tidak berdaya

e. Akibat dari harga diri rendah

Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri.
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).

Tanda dan gejala :

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul

Menghindar dari orang lain (menyendiri)

Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan


klien lain/perawat

Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk

Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas

Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau


pergi jika diajak bercakap-cakap
Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari.

(Budi Anna Keliat, 1998).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KELUARGA

A PENGKAJIAN
I Identitas Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. A
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat :RT 02, RW 10, Dusun II Surogenen, Nomporejo III,
Galur, Kulonprogo
Angggota Keluarga :

Hub
Umur Pendidika Kondisi
No Nama L/P Agama Pekerjaan dengan
(tahun) n Kesehatan
KK
1 Ny. M P SD Islam Petani Istri Sehat
2 Sdr. S L 33 D3 Islam Tidak Anak Gangguan
bekerja Jiwa
3 Sdr. W L 19 SMA Islam Petani Anak Sehat

2) Status Kesehatan jiwa

1. Apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

Ya, Sdr. S mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2007, Berawal ketika Sdr.
S sudah wisuda D3 di Universitas Negeri Yogyakarta. Sdr S mengaku akan melamar
seorang perempuan untuk dijadikan istrinya, Namun Sdr. S tidak berani karena
belum memiliki pekerjaan. Sdr. S mengaku mendengar suara-suara bisikan yang
mengatakan bahwa dirinya akan dibunuh. Perilaku yang ditunjukkan Sdr. S adalah
berteriak-teriak, marah-marah dan merasa ketakutan karena merasa ada yang akan
membunuhnya.

2. Riwayat pengobatan yang dilakukan dan keberhasilannya.

Pada tahun 2007 Sdr. S menjalani rawat jalan Puskesmas galur II. Namun karena
pengobatan tidak berhasil, Sdr. S berobat jalan di RSUD wates, pengobatan Sdr. S
juga tidak berhasil. Kemudian Sdr. S berobat jalan ke RS Sarjito Yogyakarta. Namun
pengobatan di RS Sarjito Yogyakarta juga kurang berhasil dan Sdr. S menunjukkan
gejala dan perubahan tingkah laku kemudian menjalani rawat inap di RSJ Grhasia
Yogyakarta selama 10 hari. Sampai saat ini Sdr. S masih menjalani rawat jalan di
RSJ Grhasia Yogyakarta.

3. Apakah pernah mengalami masalah-masalah di bawah ini :


Jika Ya, beri tanda cek /
Komponen Ya/Tidak Jelaskan
Kehilangan anggota keluarga/orang yang dicintai -
Sejak wisuda Diploma
Sdr. S tidak pernah
Masalah ekonomi dan pekerjaan/menganggur/PHK
bekerja dan sangat sulit
mendapatkan pekerjaan.
Kehilangan harta benda/barang berharga -
Kehilangan anggota tubuh akibat trauma -
Menderita penyakit menahun/kronik : TBC,
-
Hipertensi, Jantung, gagal ginjal, dll
Masalah pendidikan (tidak naik kelas/putus
-
sekolah/dll)
Sdr. S merasa akan
ditolak saat melamar
Penolakan/kegagalan
perempuan untuk
dijadikan istrinya.
Kekerasan dalam keluarga/masyarakat (aniaya
-
fisik/psikologis/seksual)
Tindakan criminal -
Memiliki peran yang baru -
Lain-lain : Sebutkan -

3) Pemeriksaan Fisik

Nama : Sdr. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Pemeriksaan fisik
a. Integumen : kulit kotor, warna hitam, turgor kulit baik.
b. System homopoitik : tidak mengalami kelainan darah
c. Kepala : ukuran kepala normal, simetris, tidak ada luka, rambut
pendek beruban.
d. Mata : penglihatan bagus, tidak menggunakan alat bantu kacamata
e. Telinga : Pendengaran baik, tidak ada secret, tidak meradang
f. Mulut dan tenggorokan : mulut kotor dan berbau, gigi sudah ada yang tanggal, tidak
ada gangguan menelan
g. Leher : Tidak terdapat masa pada leher
h. Payudara : simetris, tidak ada keluhan
i. System pernafasan : normal (pernafasan normal : 19x/menit), tidak sesak nafas
j. System kardiovaskuler : tidak ada riwayat penyakit jantung, TD = 110/80 mmHg.
k. System gastrointestinal : tidak ada gangguan pencernaan, pola makan 2x/hari, BAB
1x/ hari
l. System perkemihan : normal, masih mampu menahan BAK, BAK 3-4 x/ hari
m. System genitoreproduksi : pasien belum pernah menikah
n. System musakuloskeletal : tidak mengalami penurunan dan gangguan
o. System saraf pusat : mengalami gangguan
p. System endokrin : normal

II Pengkajian Keluarga
a Genogram

Keterangan :
Dan : Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Gangguan jiwa
: Tinggal dalam satu rumah

: Hubungan pernikahan

: Hubungan anak

b Tipe Keluarga
Tipe keluarga adalah keluarga inti ( nuclear family)
c Status sosial ekonomi keluarga
Tn. A bekerja sebagai petani/ buruh dibantu istrinya Ny. M. Anak pertamanya
(sdr. S) tidak bekerja dan hanya dirumah saja berternak beberapa ekor ayam
dan anak bebek. Anak kedua ( Sdr. W) sekarang sedang mengikuti pendidikan
pramugari. Keadaan sosial ekonomi keluarga Tn. A dalam katagori menengah
kebawah, dimana kebutuhan keluarga hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari bahkan kadang kekurangan. Biaya pengobatan Sdr. S
untuk rawat jalan di RSJ Grhasia menggunakan Jamkesmas.

d Perkembangan keluarga dan struktur keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan Tn. A berada pada tahap orang tua usia pertengahan
(tahap VII)
2) Pencapaiantugas perkembangan keluarga

No Kemampuan Ya Tidak
.
Kemampuan klien
1. Penerimaan perubahan diri dan proses
penerimaan
2. Menghargai diri sendiri, menikmati hidup,
dan mandiri
3. Memiliki pekerjaan sebagai profesi yang
disukai
4. Merasa nyaman dan menikmati hasil dari
profesi pekerjaannya
5. Menyesuaikan diri dalam perubahan peran
dalam kehidupannya.
6. Berinteraksi dengan pasangan hidup, berbagai
aktifitas dan tanggung jawab rumah tangga
7. Membimbing, menyiapkan, dan membina
generasi dibawah usianya.
8. Memperhatikan kebutuhan orang lain
9. Mengembangkan minat dan hobi
10. Menilai pencapaian dan tujuan
11. Menyesuaikan diri dengan orang tua dan
lansia
12. Memiliki koping yang kontruktif bila
mengalami stres
Kemampuan Keluarga
1. Memfasilitasi perubahan peran dalam
keluarga
2. Membantu individu mencapai tujuan jangka
panjang
3. Menjadi role model dan sebagai teman
diskusi individu
4. Mendukung individu dalam pengambilan
keputusan bersama keluarga
5. Menyadari pentingnya pusat pelayanan
kesehatan sebagai tempat rujukan bagi
masalah kesehatan yang dialami.

e Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Bahasa yang digunakan oleh keluarga dalam berkomunikasidengan
keluarga dan masyarakat adalah dengan menggunakan bahasa jawa

2) Struktur peran keluarga


Tn. A sebagai kepala keluarga dan memenuhi kebutuhan keuangan dan
kebutuhan sehari-hari keluarga.

3) System pendukung keluarga


System pendukung keluarga adalah para tetangga yang tinggal disekitar
rumah dan masyarakat sekitar desa.

f Kondisi lingkungan fungsi keluarga


1) Karakteristik Rumah
Rumah Tn. A berbentuk rumah kuno yang memiliki tipe rumah semi
permanen. Ada beberapa bagian yang sudah di bangun dengan batu bata,
namun ada beberapa bagian rumah yang hanya dibuat dengan
menggunakan bambu. Kondisi rumah sangat kotor, gelap, berdebu, dan
sangat berantakan. Pekarangan rumah sangat sempit dengan banyak
ditanami banyak pohon pisang, sehingga sangat rimbun dengan kondisi
pekarangan yang tidak teratur dan berantakan serta jarang/ tidak pernah
dibersihkan. Lantai rumah masih dari tanah. Pencahayaan dalam rumah
cenderung remang-remang bahkan ada beberapa bagian rumah yang
sangat gelap. Tidak terdapat jendela rumah dan rumah sangat lembab.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas
Karakteristik komunitas adalah lingkungan pedesaan. Lingkungan
tetangga dan komunitas baik, komunikasi dengan bahasa jawa.
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan lingkungan masyarakat
Interaksi keluarga Tn. A dengan tetangga dan lingkungan kurang
harmonis. Selain itu, keluarga Tn. A juga sangat jarang dan hampir tidak
pernah mengikuti kegiatan di masyarakat, seperti : kerja bakti, pengajian,
dan kenduri. Sdr. S juga tidak pernah mengikuti kegiatan yang diadakan
masyarakat karena malas.

g Fungsi Keluarga
a. Fungsi Asertif
Dalam keluarga Tn. A fungsi afektif sudah terpenuhi, Tn. A dan Ny. M
bisa menerima keadaan Sdr. S meskipun Sdr. S mengalami gangguan jiwa,
namun keluarga tetap nsaling menerima apa adanya.
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. A kurang dapat bersosialisasi dengan baik, begitu pula
dengan Sdr. S juga kurang bersosialisasi dengan baik.
c. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. A hidup dengan pas-pasan bahkan terkadang kekurangan,
karena hanya mengandalkan penghasilan dari bertani/ buruh yang tidak
menentu.
d. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga Tn. A mampu memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga, seperti
pada saat Sdr. S harus membawa kepelayanan kesehatan sebagai upaya
pengobatan, keluarga dapat memenuhinya. Selain itu, keluarga juga
mampu mengenali permasalahan kesehatan yang dialami Sdr. S.
h Stress dan mekanisme koping Keluarga
Keluarga Tn. A dan Ny. M merasa pasrah dan sabar dengan keadaan yang
dialami saat ini. Keluarga selalu memotivasi Sdr. S agar menjadi lebih baik
dan bisa normal seperti dulu lagi dan berusaha melakukan upaya pengobatan
untuk menunjang kesembuhan Sdr. S.

i Nilai dan Keyakinan


Keluarga Tn. A menganut agama Islam, dan menunaikan kewajiban sebagai
seorang muslim.akan tetapi, Sdr. S belum bisa menunaikan sholat 5 waktu.

4) Tugas kesehatan keluarga


a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga sudah mampu mengenal adanya masalah kesehatan, dimna pada saat
Sdr. S menunjukkan adanya perubahan perilaku yang menyimpang, keluarga
segera memeriksakannya ke pelayanan kesehatan terdekat. Selain itu, Sdr. S
dan keluarga juga telah menyadari dan mengetahui bahwa Sdr. S mengalami
gangguan jiwa dan harus kontrol secara rutin serta harus minum obat secara
teratur.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan oleh Tn. A dan Ny. M selain itu, keadaan
Sdr. S tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai pengambil keputusan
dalam keluarga.
c. Kemampuan keluarga melakukan perawatan kesehatan
Keluarga Tn. A belum dapat melakukan perawatan kesehatan secara mandiri.
d. Kemampuan keluarga melakukan modifikasi lingkungan
Keluarga belum dapat melakukan modifikasi lingkungan. Lingkungan
disekitar rumah keluarga sangat kotor dan tidak terawat.
e. Pemanfaatan pelayanan kesehatan
Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan sekitar
rumah seperti Puskesmas Gallur II dan Dokter Edi ( Dokter Praktek Swasta).
Keluarga hanya berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan saat merasa sakit.
Sebagai upaya pengobatan gangguan jiwa yang di alami Sdr. S, keluarga telah
memeriksakan ke RSUD Wates, RSUD Sarjito Yogyakarta dan RSJ Grhasia
Yogyakarta.

5) Pengkajian Status mental klien


a. Respon mental Adaptif
1 Kesadaran : Compos mentis
2 Orientasi
Orang : Baik, Sdr. S dapat mengenali ibu dan ayahnya
Waktu : Baik, Sdr. S dapat menyebutkan waktu yaitu sore hari jam 16.00
WIB.
3 Sikap dan tingkah laku : Kooperatif
4 Penampilan : Pakaian tidak sesuai
( Sdr. S hanya memakai celama pendek
dan tidak memakai baju)
5 Pembicaraan : Koheren, Sdr. S
mampu berkomunikasi dengan baik, mau
berbicara dengan baik saat diajak ngobrol
6 Aktivitas motorik : Normo aktif
7 Afek : Labil
8 Alam perasaan : Sdr S merasa tenang, namun merasa sangat
ketakutan karena merasa ada seorang yang selalu mengawasi dan mau
membunuhnya.
9 Interaksi selama wawancara : Sdr. S kooperatif ada kontak mata selama
wawancara dan klien dapat fokus dalam menjawab semua pertanyaan yang
diajukan.
10 Persepsi sensori
Jenis : Sdr. S mengatakan kadang mendengar ada suara-suara
bisikan yang mengatakan dirinya akan dibunuh oleh seseorang
(Halusinasi pendengaran)
Isi : Ada seseorang yang akan membunuh klien
Waktu munculnya halusinasi : Saat klien sendiri dan tidak ada orang
lain atau saat klien melamun
Frekuensi Munculnya halusinasi : dalam satu hari halusinasi muncul
tidak pasti, kadang-kadang 2-3 kali, kadang hanya sekali saja, namun
kadang dalam satu hari halusinasi tidak muncul sama sekali.
Stressor pencetus : saat klien melamun
Respon/ perasaan saat halusinasi muncul : klien merasa terganggu
dengan halusinasinya dan klien merasa ketakutan dengan isi
halusinasinya yang mengatakan bahwa ada seseorang yang akan
membunuhnya.
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan halusinasi : klien
membiarkan saja ( cuek ) saat halusinasinya muncul dan pura-pura tidak
mendengae
Keberhasilan tindakan yang dilakukan : berhasil, halusinasi kadang
hilang.

11 Konsep diri
Gambaran diri : klien menganggap dirinya merasa bodoh dan orang
yang tidak punya/ miskin
Identitas klien : klien mengalami ketidakpastian menganggap
dirinya, klien merasa puas dengan jenis kelaminnya namun merasa puas
karena dengan jenis kelamin kali-laki dia tidak bekerja
Peran : Berunbah Klien tidak bekerja
Ideal diri : klien berharap agar dirinya bisa cepat sembuh dan dapat
mrencari pekerjaan yang menghasilkan banyak orang.
Harga diri : klien mengalami gangguan hubungan sosial dan klien
terlihat kurang percaya diri serta lebih tenang menyendiri
12 Proses pikir : realistik, bicara koheren
13 Isi pikir : tidak mengalami gangguan isi pikir
14 Tingkat konsentrasi dan berhitung : klien mampu berkonsentrasi dan
berhitung.
15 Daya ingat : daya ingat jangka panjang klien masih bagus, dimana Sdr. S
dapat mengingingat dengan baik kejadian Sdr S belum sakit
16 Kemampuan penilaian : Gangguan penilaian berat
17 Insight ( daya tilik diri) : Baik, Sdr S menyadari jika dirinya mengalami
gangguan jiwa dan harus menjalani pengobatan.

b. Tingkat kemampuan/ kemandirian klien

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Kemampuan


Mandiri Bantuan Tergantung
1. Makan - -
2. BAB/BAK - -
3. Mandi - -
4. Berpakaian/berhias - -
5. Istirahat dan tidur - -
6. Penggunaan obat - -
7. Pemeliharaan kesehatan - -
8. Kegiatan diluar rumah - -
9. Lain-lain, jelaskan:

Klien membutuhkan bantuan dalam berpakaian/ berhias dam pemeliharaan


kesehatan

6) Penentuan kategori pasien deangan gangguan jiwa


Skrening awal : Apakah Sdr. S Punya keinginan/ide bunuh diri/ide pulang paksa
dari pasien ? Ya/Tidak (Jika Ya, berarti pasien langsung masuk kategori IV/Krisi)
Variabel :
1. Menciderai diri/orang lain : tidak ada (Skore =0)
2. Komunikasi : ada respon +, sesuai, lancar (skore =0)
3. Interaksi Sosial :Bersedia interaksi dengan>1 orang (Skore=5)
4. ADL
a. Makan : Mandiri (Skore = 0)
b. Mandi : Mandiri (Skore = 0)
c. Berpakaian : Mandiri (Skore = 0)
5. Tidur Istirahat : Mandiri (Skore = 0)
6. Pengobatan oral/injeksi : Aktif berpartisipasi (Skore=0)
7. Aktivitas Terjadwal
a. Makan : Mandiri (Skore=0)
b. Mandi : Mandiri (Skore=0)
c. Berpakaian : Mandiri (skore=0)

Hasil :

Skor Total Pasien : 5(Health Promotion/ peningkatan kesehatan)

a. Tahap Penanganan : Wellness/ kesejahteraan yang optimal


b. Tujuan Perawatan : Kualitas hidup dan pekerjaan
c. Fokus Pengkajian : inspirasi ide dan validasi
d. Hasil yang diharapkan : kualitas hidup yang optimal.

B ANALISA DATA KELUARGA

Tanggal/jam Data Fokus Masalah Keperawatan


Senin, 25 Juli Data Subyektif:
2011 Pukul 10.00 Gangguan persepsi
WIB Klien mengatakan kadang-kadang sensori: halusinasi
mendengar suara bisikan. pendengaran
Klien mengatakan bisikannya akan
membunuh dirinya
Klien mengatakan bisikan muncul
saat klien sendiri/ melamun
Klien mengatakan dalam satu hari
muncul halusinasinya tidak pasti,
kadang 2-3 kali, kadang hanya sekali
saja, kadang tidak muncul.
Klien mengatakan cuek saat
halusinasimuncul dan pura-pura tidak
mendengar halusinasi itu.

Data Obyektif:
Klien ini tampak tenang
Emosi klien labil

Data Subyektif:
Defisit perawatan diri
Senin, 25 Juli
2011 Pukul 10.20 Klien mengatakan klien jarang mandi, mandi
WIB hanya 1 kali sehari
Klien mengatakan kadang merasa gatal-
gatal di seluruh badannya.
Data Obyektif :

Badan klien bau


Klien tampak kotor dan kusam.
Kuku klien tampak panjang dan kotor.

Data Subyektif : Harga dri rendah


Klien mengatakan tidak pernah
mengikuti kegiatan di masyarakat karena
malu
Klien mengatakan sering di ejek jika
Senin, 25 Juli
keluar rumah
2011
Klien mengatakan minder karena tidak
Pukul 10.30 WIB
bekerja.

Data Obyektif :
Klien tampak menghabiskan waktu di
rumah saja dan mengurusi merinya.
Klien bahkan tidak pernah keluar rumah
Klien sangat jarang berinteraksi dengan
orang lain kecuali keluarga.
Klien tidak pernah mengikuti kegiatan
yang ada di masyarakat.

C DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
2 Defisit perawatan diri
3 Harga diri rendah
D PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
2 Defisit perawatan diri
3 Harga diri rendah
E INTERVENSI KEPERAWATAN

1 2 DIAGNOSA 3 TUJUAN 4 INTERVENSI 5 RASIONAL


8 TUPAN 9 TUPEN
NO KEPERAWATAN
.
12 13 Gangguan persepsi 14 Klien 15 Setelah 19 1. Bina hubungan saling 1 Terciptanya rasa percaya
1. sensori : Halusinasi mampu dilakukan percaya. dan terbuka antara klien,
pendengaran menetapkan dan interaksi selama 20 keluarga dengan perawat.
menguji realita/ 3x klien nmampu 21 Sehingga klien akan
22
kenyataan serta mengatasi terbuka menceritakan
23
menyingkirkan halusinasi dengan 24 keluhannya dan tercapai
kesalahan klriteria hasil : 25 askep yang maksimal.
persepsi sensori 16 1. Klien 26 2. Observasi tingkah 33
mampu laku yang berhubungan 2 Mengidentifikasi
menyebutkan dengan halusinasi. halusinasi untuk
isi, waktu, 27 menentukan jenis
frekuensi 28 halusinasi yang dialami.
munculnya 29 3. Bantu klien mengenal 34
halusinasi 35
halusinasi.
30 3 Meningkatkan
17 2. klien
31 pemahaman klien terhadap
mampu
32 4. Latih klien mengatasi halusinasinya.
menyebutkan
halusinasi dengan 36
waktu perilaku 4 Agar klien dapat
menghardik, bercakap-
yang biasa mengatasi halusinasi
cakap denganorang lain
dilakukan saat atau keluarga, mengikuti secara mandiri.
halusinasi kegiatan (sosialisasi), 37
muncul motivafi minum obat.
18 3. klien dapat
menyebutkan
cara
pengendalian
halusinasi
38 39 Harga diri rendah 40 Setelah 41 Se 1 1. Tingkatkan harga diri : -Untuk mengetahui perasaan
2. dilakukan tel 2 klien.
interaksi, klien ah a. Eksplor alasan klien -Untuk meningkatkan harga
mampu me mengkritik diri. diri klien.
b. Mengidentifikasi 45
meningkatkan lak
kelebihan/ hal positif yang
harga dirinya uk
dimiliki.
dan mempunyai an
c. Eksplor keberhasilan yang
sistem int
pernah dicapai.
pendukung yang era d. Berikan reward positif
dapat membantu ksi terhadap keberhasilan dan
mengekspresika , kelebihan klien.
n perasaan dan kli e. Yakinkan klien bahwa
pikirannya en klien mampu menghadapi
secara optimal 1x situasi apapun.
pe f. Evaluasi bersama klien
rte perilaku yang dulu dan
m sekarang.
ua 44
n,
kli
en
ma
m
pu
me
ng
un
gk
ap
ka
n
pe
ras
aa
nn
ya,
de
ng
an
in
di
kat
or
:
a. Klien mampu
BHSP dengan
perawat.
b. Klien mampu
mengungkapk
an
penerimaan
terhadap
dirinya.
c. Klien mampu
mengungkapk
an aspek
positif
dirinya.
d. Klien mampu
berpartisipasi
dalam
hubungan
sosial.
42
e. Klien mampu
minum obat
teratur dan
kontrol sesuai
jadwal yang
di anjurkan.
43
46 47 Defisit perawatan 48 Setelah 49 Se 1. Jelaskan pentingnya -Untuk memotivasi klien dan
3. diri : Mandi dilakukan tel kebersihan diri. menambah pengetahuan
interaksi klien ah 2. Latih klien untuk klien.
dapat memenuhi dil memasukkan dalam -Agar klien dapat melakukan
kebutuhan ak jadwal kegiatan. aktivitas dengan teratur dan
mandi. uk 3 menghilangkan halusinasi
4 serta meningkatkan harga
an
pe diri klien.
rte 51
m
ua
n
3x
me
nja
ga
ke
be
rsi
ha
n
dir
in
ya
de
ng
an
kri
ter
ia
ha
sil:
50 Ba
da
n
kli
en
tid
ak
ba
u.
52
53
54
55
56
57

58

F IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

1 2 Hari/
3 Implementasi 4 Evaluasi
No tanggal
5 6 26/ 7 BHSP 10 Selasa, 26 Juli 2011. 12.00 WIB.
11 S:
1 Juli 2011 - Memperkenalkan nama dan tujuan berkunjung
- Menanyakan perasaan dan masalah yang Klien memperkenalkan diri.
Jam 10.00 Klien mengatakan keadaannya baik-baik saja tapi kadang
dirasakan klien
WIB halusinasi masih muncul.
- Menunjukkan sikap jujur dan menepati janji
Klien mengatakan akan datang pada terapi kerja di
setiap kali berinteraksi
- Membuat kontrak waktu untuk pertemuan Puskesmas.
12 O:
selanjutnya.
Klien tampak kusam dan agak bau.
- Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
- Melatih klien untuk memasukkan dalam jadwal Klien ramah, tenang dan sopan.
Klien terlihat sabar
kegiatan. Klien menerima kedatangan perawat
- Memotivasi klien untuk mengikuti terapi kerja di
13 A:
Puskesmas. Tujuan BHSP teratasi
8 14 P:
Dukung klien mengenali dan mendiskusikan tentang
9 perasaannya
Anjurkan klien unuk mandi 2x sehari.
Kaji halusinasi klien
Kaji penilaian harga diri klien
15
16 Ttd
17
18 (Dina Cahyani )
19 20 Rabu/ 21 23 Rabu/27 Juli 2011 jam 12.00 WIB
- Membina hubungan saling percaya. 24 S:
1. 27 Juli 2011
- Mengobservasi tingkah laku yang Klien mengatakan halusinasinya kadang masih datang
jam 11.00 Klien mengatakan mau mengatasi halusinasinya.
berhubungan dengan halusinasi
WIB - Membantu klien mengenal halusinasi Klienmengatakan akanmemelihara dan mengembangkan
- Melatih klien mengatasi halusinasi dengan pemeliharaan meri untuk kegiatannya.
menghardik, bercakap-cakapdengan orang 25 O:
lain atau keluarga , mengikuti kegiatan
TD : 110/80 mmHg
(sosialisasi) dan motivasi minum obat S : 36,2 oC
22 Nadi 78x/menit
Klien dapat mengenal dan menyebutkan cara mengatasi
halusinasi.
Klien tampak antusias dengan informasi yang diberikan
oleh perawat.
26 A: Masalah teratasi sebagian
27 P:
Anjurkan untuk melakukan cara mengatasi halusinasi yang
telah diajarkan bila halusinasi datang.
Anjurkan klien mandi 2x sehari
Kaji penilaian harga diri klien.
28
29 T
td
30
31 (Dina Cahyani)
32
33

34 35 Kami - Mengeksplor alasan klien mengkritik diri 36 Kamis, 28 Juli 2011 jam 10.30 WIB
- Mengidentifikasi kelebihan/ hal positif 37 S:
s, 28 Juli
yang dimiliki Klien mengatakan kelebihannya hanya memelihara meri.
2011 jam Klien mengatakan akan ikut bersosialisasi dengan
- Mengeksplor keberhasilan yang pernah
10.00 WIB tetangganya.
dicapai
- Memberikan reward positif terhadap Klien akan melakukan cara mengatasi halusinasi yang telah
keberhasilan dan dan kelebihan klien. diajarkan ketika halusinasi datang.
- Menyakinkan klien bahwa klien mampu 38 O:
menghadapi situasi apapun.
Klien tampak ceria dan agak bersih
- Mengevaluasi bersama klien perilaku yang
Kuku klien tampak pendek dan bersih
dulu dan sekarang. Motivasi untuk
memanfaatkan fasiilitas kesehatan (RSJ 39
atau peuskesmas) dan melakukan 40 A: Masalah teratasi sebagian
manajemen obat 41 P :
- Mengevaluasi cara perawatan Nn. S yang
Anjurkan klien untuk mandi 2x sehari
telah dilakukan keluarga Anjurkan klien mengguanakan cara mengatasi halusinasi
Anjurkan klien untuk mengembangkan potensi diri.
42
Ttd
43 (Dina Cahyani)
44 BAB IV
45 PENUTUP
46
A. Kesimpulan
47 Setelah dilakukan tindakan keperawatan jiwa pada keluarga selama 4 x
kunjungan, maka diperoleh hasil diagnosa :
1 Gambaran persepsi sensori : halusinasi pendengaran dapat diatasi. Klien
mampu menggunakan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol dan
mencegah halusinasi, sehingga halusinasi klien berkurang.
2 Defisit perawatan diri: Mandi dapat teratasi. Klien mau dan telah mandi 2x
sehari. Klien menyadari bahwa dengan mandi 2x sehari, badan menjadi segar
dan fikiran fress.
3 Harga diri rendah dapat teratasi. Klien yang sebelumnya tidak mau
bersosialisasi dan tidak mau mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat
karena malu, sekarang telah mau menciba untuk mengikuti kegiatan tersebut,
dengan mau mengikuti sholat berjamaah di Masjid.
48
B. Faktor Pendukung dan Penghambat
1 Faktor pendukung
Klien bersikap kooperatif dan aktif selama kunjungan keperawatan jiwa.
Klien telah mengukuti program pengobatan dri RSJ Grhasia dan kontrol
secara rutin.
Klien telah minum obat secara teratur.
Klien mau bekerja membantu ayahnya di ladang.
Klien telah mampu menerima kondisi dan keadaannya.
49
2 Faktor penghambat
Klien belum mampu melakukan kegiatan yang positif.
Klien berasal dari keluarga yang tidak mampu dan kurang perhatian sehingga
bantuan keluarga dalam upaya perawatan yang sangat minimal.

50

51

52

C. Rencana Tindak Lanjut


Mengobservasi perilaku klien terkait halusinasinya.
Melakukan kunjungan rumah secara berkala untuk mengetahui perkembangan
klien
Melakukan asuhan keperawatan selanjutnya terkait gangguan persepsi sensori:
halusinasi denganmanajemen halusinasi, melibatkan keluarga dalam
perawatan diri dan harga rendah dengan peningkatan harga diri klien.

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72 DAFTAR PUSTAKA

73

74 Bidang Perawatan RS Grhasia Pemerintah Provinsi DIY. 2006. Standar Asuhan


Keperawatan Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Grhasia Pemerintah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta : RS Grhasia
75 FKUI. 2006. Modul IC CMHN Manajemen Kasus Gangguan Jiwa Dalam
Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta
76 Keliat, Budi Anna, dkk. 2006. MODUL Model Praktik Keperawatan Jiwa
Profesional.
77 Keliat, Budi Anna, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC :
Jakarata
78 Linda, Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri Pedoman Klinis. EGC :
Jakarta
79 Mary C. Townsend. 1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri, edisi 1
80 EGC : Jakarta
81 Marlyn E. Dongoes, dkk. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri, edisi
3.
82 EGC : Jakarta
83 Stuart, Gail Wiscarzt. Buku Saku Keperawatan Jiwa ,edisi 3. 2002. Jakarta:
EGC
84

Anda mungkin juga menyukai