Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN

KERJA

DISUSUN OLEH:

Muhammad Fajriansyah K : 2014901110047


Muhammad Fikri Khairani : 2014901110048
Muhammad Fikri Khairani : 2014901110048
Muhammad Fikri Khairani : 2014901110048
Bela Vista : 2014901110014
Cici Eka Pertiwi Sumarna : 2014901110015
Khairatun Ni’mah : 2014901110038
Kharunnisa : 2014901110039
Nurul Islamy : 2014901110068
Nurul Jannah : 2014901110069
Tina Lestari : 2014901110090
Widia Ramadaniati : 2014901110092

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS A

2020
LAPORAN PENDAHULUAN KESEHATAN DAN KESELEMATAN
KERJA

1. Pengertian
Kesehatan kerja yaitu keadaan dimana menunjukkan pada kondisi yang bebas
dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang di akibatkan oleh
lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor – faktor dalam
lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan
lingkungan yang dapat membantu stres emosi atau gangguan fisik.
(Mangkunegara (2013).

Keselamatan kerja yaitu adalah menunjukan kondisi yang aman atau selamat
dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. (Mangkunegara
(2013).Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi distribusi
baik barang maupun jasa (Dermawan, deden. 2012:).

2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a. Perlindungn bagi masyarakat dari bahaya yg timbul dari pekerjaan kita.


b. Memeliharan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja, melindungi
dari gangguan kerja, meningkatkan efisiensi kerja, menempatkan
pekerjaaan yang sesuai dengan kemampuan.
c. Melindungi hak keselamatan pekerja, memelihara sumber prodeksi agar
berdaya guna.
d. Meningkatkn kesehatan tenaga kerja
e. Menempakan pekerja sesuai kemampuan
f. Melindungi tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan
produktivitas.
g. Agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatn setinggi-tingginya
dengan usaha preventif kuratif terhadap ganguan kesehatan yang timbul.
h. Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga
manusia.
i. Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.
j. Pemeliharaan dan peningkatan hygieni dan sanitasi perusahaan pada
umumnya seperti kebersihan ruangan-ruangan cara pembuangan sampah
pengolaan dsb.
k. Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar tehindar dari
pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan.

3. Ruang lingkup kesehatan kerja


Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis, dalam hal cara
atau metode, proses, dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk (effendi,
Ferry. 2009: 233):
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat
pekerja disemua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental,
maupun kesejahteraan sosialnya.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja
yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungannya.
c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-
faktor yang membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

4. Trias Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Tempat kerja dan pekerja merupakan populasi, bila menggunakan pendekatan
trias epidemiologi bahwa dengan berfokus pada kesehatan dan keselamatan
populasi pekerja, host digambarkan sebagai manusia yang rentan, karena
terkait dengan sifat bahaya kerja, sehingga diasumsikan bahwa semua
individu pekerja dan kelompok beresiko terkena bahaya kerja. Agent adalah
faktor yang berhubungan dengan penyakit dan cedera, diklasifikasikan
menjadi biologi, kimia, erginomi, fisik, atau psikososial. Environment,
berhubungan dengan kondisi eksternal yang berpengaruh terhadap interaksi
host dan agents.

Apabila interaksi antara host, agent dan environment tidak dapat


dikendalikan, maka timbulah penyakit atau cedera. Ketiga faktor timbulnya
penyakit tersebut ada dalam lingkungan pekerja, dengan demikian maka
diasumsikan bahwa semua pekerja yang ada dalam lingkungan kerja maka
mempunyai resiko untuk sakit atau cedera, dengan demikian proaktif dari
perawat menjadi hal yang penting dalam upaya mencegah terjadinya penyakit
atau cedera akibat kerja melalui design yang efektif melalui 3 level prevensi;
primer, sekunder dan tersier. Lingkup Kegiatan Program Keperawatan Kerja:
a. Riwayat kesehatan terutama para pekerja dan keluarga pekerja
b. Pengkajian atau screening
c. Surveillance atau monitoring
d. Primary health care
e. Konseling

Program Pelayanan Kesehatan Kerja adalah program pelayanan paripurna,


terdiri dari 3 level prevensi yaitu prevensi primer, sekunder dan tersier yang
dilaksanakan dalam suatu system yang terpadu.
a. Pelayanan prevensi primer, kegiatannya antara lain:
1) Pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus
2) Immunisasi
3) Kesehatan lingkungan kerja
4) Perlindungan diri terhadap bahaya-bahaya perkerjaan
5) Penyerasaian manusia dengan mesin dan alat kerja (ergonomik)
6) Pengendalian bahaya lingkungan kerja
7) Pendidikan dan penyuluhan tentang kesehatan kerja
8) Pemeliharaan berat badan ideal
9) Perbaikan gizi, menu seimbang dan pemilihan makanan yang sehat
dan aman
10) Olah-raga

a. Pelayanan Prevensi sekunder


Pelayanan diberikan kepada pekerja yang sudah mengalami gangguan
pekerjaan. Pelayanan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun
penyakit akibat kerja, kegiatannya antara lain:
1) Konseling
2) Screening adanya gangguan akibat kerja
3) Penatalaksanaan kasus
4) Penanganan kegawat daruratan baik fisik maupun psikologis akibat kerja
5) Rujukan
6) Home Visite terhadap pekerja yang mengalami gangguan akibat kerja

b. Pelayanan Prevensi tersier


Pelayanan diberikan kepada pekerja yang telah menderita cacat sehingga
menyebabkan ketidakmampuan bekerja secara permanent baik sebagian
maupun seluruh kemampuan bekerjanya. Kegiantannya antara lain:
1) Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya
yang masih ada secara maksimal.
2) Penempatan kembali pekerja yang secara selektif sesuai kemampuannya.

5. Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit
akibat kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease
(dermawan, deden. 2012).

a) Jenis penyakit akibat kerja


WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja (dermawan,
deden. 2012):
1) Penyakit Saluran Pernapasan
Penyakit akibat kerja pada saluran pernafasan dapat bersifat akut
maupun kronis.
a. Akut misalnya :
Asma akibat kerja sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis
akut atau karena virus.
b. Kronis, misalnya :
 Asbestosis
 Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
 Edema paru akut : dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti
nitrogen oksida.
2) Penyakit Kulit
a. Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam
kehidupan, kadang sembuh sendiri.
b. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit
yang berhubungan dengan pekerjaan.
c. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang
merupakan penyeba, membuat peka atau karena faktor lain.
3) Kerusakan Pendengaran
a. Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukkan akibat pajanan
kebisingan yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan.
b. Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap
orang dengan gangguan pendengaran.
c. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilangnya
pendengaran.
4) Gejala pada Punggung dan Sendi
a. Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan panyakit pada
punggung yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan.
b. Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan.
c. Atritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang tidak
wajar.
5) Kanker
a. Adanya presentase yag signifikan menunjukkan kasus kanker yang
disebabkan oleh pajanan di tempat kerja.
b. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kali didapat
dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi.
c. Pada kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20 tahun
sebelum diagnosis.
6) Coronary Artery Disease
Oleh karena stres atau karbon monoksida da bahan kimia lain di
tempat kerja.
7) Penyakit Liver
a. Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis
virus atau sirosis karena alkohol.
b. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
8) Masalah Neuropsikitarik
a. Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja
sering diabaikan.
b. Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian
alkohol atau tidak diketahui penyebabnya, depresi SSP oleh karena
penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri.
c. Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari
stres yang berhubungan dengan pekerjaan.
d. Lebih dari 100 bahan kimia (a.l solven) dapat menyebabkan depresi
Susunan Syaraf Pusat.
e. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl,
butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer.
f. Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
9) Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
a. Alergi
b. Gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia
atau lingkungan
c. Sick building syndrome
d. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), misal : parfum derivate
petroleum, rokok.

b) Faktor penyebab penyakit akibat kerja


Faktor penyebab penyakit akibat kerja sangat banyak, tergantung pada
bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara
kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan :
1) Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan
yang sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
2) Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses
kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk
debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut.
3) Golongan biologis : bakteri, virus, jamur
4) Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan/ddesain
tempat kerja dan cara kerja/beban kerja.
5) Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stres
psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjaan dan lain-lain.

6. Kebijakan Pemerintah Tentang Hiperkes


a. Definisi
Cabang dari IKM, yang mempelajari cara-cara pengawasan serta
pemeliharaan kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar
perusahaan dan segala kemungkinan gangguan kesehatan dan
keselamatan akibat proses produksi di perusahaan. Lapangan kesehatan
yang mengurusi proses kesehatan secara menyeluruh (kuratif, preventif,
penyesuaian faktor manusiawi, hygiene).

b. Tujuan
1) Agar masyarakat pekerja dapat mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosialnya.
2) Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya-bahaya
pengotoran oleh bahan-bahan yang berasal dari perusahaan.
3) Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan
masyarakat konsumennya.
4) Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat
dan dengan demikian akan meningkatkan pula produksi perusahaan.
5) Sebagai tindakan korektif pada lingkungan.
Hyghiene: agar tenaga kerja terlindung dari resiko kerja( pemantauan).
Kesehatan kerja: pemeliharaan kesehatan, pemberantasan kelelahan
kerja, perlindungan masyarakat sekitar, menciptakan tenaga kerja
yang produktif.

c. Usaha
Meningkatkan moril kerja, meningkatkan dan memelihara kesehatan yang
setinggi-tingginya, mencegah timbulnya gangguan kesehatan.
1) Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja.
3) Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga
manusia.
4) Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.
5) Pemeliharaan dan peningkatan hygieni dan sanitasi perusahaan pada
umumnya seperti kebersihan ruangan-ruangan cara pembuangan
sampah pengolaan dsb.
6) Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar tehindar
dari pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan.
7) Perlindungan masyarakat luas dari bahay-bahay yg mungkin
ditimbulkan oleh hasil-hasil produksi perusahaan.
Prinsip dasar: pengenalan faktor yg berisiko,penilaian dan
pengendaliannya dikenalkan pd tenaga kerjanya.

d. Ruang lingkup
Kesehatan masyarakat: masyarakat umum, hiperkes: tenaga kerja dan
masyarakat di sekitarnya, mencegah timbulnya gangguan kesehatan bagi
pekerja, memelihara kesehatn di lingkungan kerja,mmberi perlindungan
bagi pekerja.

Hiperkes: ilmu kedokteran kerja, occupational medicine: kesehatan kerja,


keracunan perusahaan, jiwa perusahaan dan keselamatan kerja.

7. Fungsi dan Peran Perawat Hiperkes


a. Definisi
American Association of Occupational Health Nurses mendefenisikan
perawat hiperkes sebagai “Orang yang memberikan pelayanan medis
kepada tenaga kerja”. Sedangkan Departement of Labor (DOL) USA
mendefenisikan sebagai “ Orang yang memberikan pelayanan medis atas
petunjuk umum kesehatan kepada si sakit atau pekerja yang mendapat
kecelakaan atau orang lain yang menjadi sakit atau menderita kecelakaan
di tempat kerja.
Seorang perawat hiperkes adalah seseorang yang berijazah perawat dan
memiliki pengalaman/training keperawatan dalam hiperkes dan bekerja
melayani kesehatan tenaga kerja di perusahaan.

b. Fungsi perawat hiperkes


Fungsi seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan
perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan
dan jumlah tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan.

Dokter perusahaan biasanya memegang tanggung-jawab dalam


menyelenggarakan kesehatan perusahaan, namun kita ketahui sekarang
ini bahwa tidak semua perusahaan mempekerjakan dokter secara full
time. Dalam kondisi seperti ini, maka perawat yang menjadi lebih banyak
melayani aktivitas kesehatan di perusahaan.

Apabila perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time


di perusahaan, maka fungsinya adalah:
1) Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja
hiperkes di perusahaan.
2) Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk
administrasi kesehatan kerja.
3) Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan
perawatan/pengobatan.
4) Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan
perusahaan.
5) Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara
yang telah disetujui.
6) Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha
menindaklanjuti sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
7) Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan
faktor pekerjaan dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8) Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan
sesuai kemampuan yang ada.
9) Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan: UKS.
10) Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan
rumah sebagai salah satu dari segi kegiatannya.
11) Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang
dilayani.
12) Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
13) Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan
evaluasi.
14) Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja.
15) Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan.
16) Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan.
17) Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka
pimpinan paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan semua usaha perawatan hiperkes.

Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry,


beberapa fungsi spesifik dari perawat hiperkes adalah :
1) Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/industri dalam
membuat program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana
bertujuan memberikan pemeliharaan / perawatan kesehatan yang
sebaik mungkin kepada tenaga kerja.
2) Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit-
penyakit atau korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang
bukan akibat kerja bedasarkan petunjuk- petunjuk kesehatan yang
ada.
3) Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah
sakit , klinik atau ke kantor dokter untuk mendapatkan perawatan /
pengobatan lebih lanjut.
4) Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan
dan follow up dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada.
5) Mengembangkan dan memelihara system record dan report
kesehatan dan keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di
perusahaan.
6) Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis
perawatan.
7) Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik)
dapatkan data-data keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan
pekerjaan. Lakukan referral yang tepat dan berikan suatu
rekomendasi mengenai hasil yang positif.
8) Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan
jadilaj perantara untuk membantu menyelesaikan persoalan baik
emosional maupun personal.
9) Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang
baik,dan memberikan motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek
kesehatan.
10) Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan
obyektif dan menetapkan program Health Promotion, Maintenance
and Restoration.
11) Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari
jalan bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap
lingkungan kerja dan pengawasan kesehatan yang terus menerus
terhadap karyawan yang terpapar dengan bahan-bahan yang dapat
membahayakan kesehatannya.
12) Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan
keselamatan kerja yang ada dalam menjalankan praktek-praktek
perawatan dan pengobatan dalam bidang hiperkes ini.
13) Secara periodik untuk meninjau kembali program-program
perawatan dan aktifitas perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan
memenuhi kebutuhan serta efisiensi.
14) Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti
ikatan paramedik hiperkes, dll.
15) Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak boleh dilupakan dan
penting adalah mengikuti kemajuan dan perkembangan professional
(continues education).
c. Tugas paramedis hiperkes
Secara sistimatis DR. Suma’mur PK, MSc, menggambarkan tugas-tugas
paramedis hiperkes sebagai berikut :
1. Tugas medis teknis yang berhubungan dengan perawatan dan
pengobatan
a) Perawatan dan pengobatan penyakit umum
1) Menurut petunjuk dokter perusahaan
2) Menurut pedoman tertulis (standing orders)
3) Rujukan pasien ke rumah sakit
4) Mengawasi pasien sakit hingga sembuh
5) Menyelenggarakan rehabilitasi
b) Perawatan dan pengobatan pada kecelakaan dan penyakit
jabatan
c) Menjalankan pencegahan penyakit menular (vaksinasi, dll)
d) Pemeriksaan kesehatan
1) Sebelum bekerja (pre-employment)
2) Berkala
3) Pemeriksaan khusus
2. Tugas administratif mengenai dinas kesehatan perusahaan
a) Memelihara administrasi (dinas kesehatan)
b) Mendidik dan mengamati pekerjaan bawahannya
c) Memelihara catatan-catatan dan membuat laporan
1) Catatan perseorangan yang memuat hasil pemeriksaan
kesehatan pekerja
2) Laporan mengenai angka kesakitan, kecelakaan kerja
3) Laporan pemakaian obat, dll.
3. Tugas sosial dan pendidikan
a) Memberi pendidikan kesehatan kepada pekerja
1) Ketrampilan PPPK,
2) Pola hidup sehat,
3) Pencegahan penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan
yang kurang baik
b) Menjaga kebersihan dalam perusahaan
c) Mencegah kecelakaan kerja

d. Ruang Lingkup Hiperkes


Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang
lingkup pekerjaan perawat hiperkes adalah :
1) Health promotion / Protection
Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga
kerja akan paparan zat toksik di lingkungan kerja.
Merubah faktor life style dan perilaku yang berhubungan dengan
resiko bahaya kesehatan.
2) Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance
Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis
pekerjaannya .
3) Workplace Surveillance and Hazard Detection
Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain
dalam penilaian dan pengawasan terhadap bahaya.
4) Primary Care
Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan
kecelakaan pada tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan,
pengobatan, rujukan dan perawatan emergensi.
5) Counseling
Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya
dan membantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis.
6) Management and Administration
Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-
jawab pada progran perencanaan dan pengembangan, program
pembiayaan dan manajemen.
7) Research
Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan,
mengenali faktor – faktor yang berperanan untuk mengadakan
perbaikan.
8) Legal-Ethical Monitoring
Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup
pelayanan kesehatan pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan,
mampu menjaga kerahasiaan dokumen kesehatan tenaga kerja.
9) Community Organization
Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada
tenaga kerja

Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan


perawatan tenaga kerja haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari
dokter perusahaan atau dokter yang ditunjuk oleh perusahaan. Dasar-
dasar pengetahuan prinsip perawatan dan prosedur untuk merawat
orang sakit dan korban kecelakaan adalah merupakan pegangan yang
utama dalam proses perawatan yang berdasarkan nursing assessment,
nursing diagnosis, nursing intervention dan nursing evaluation adalah
mempertinggi efisiensi pemeliharaan dan pemberian perawatan
selanjutnya.

Perawat hiperkes mempunyai kesempatan yang besar untuk


menerapkan praktek-praktek standar perawatan secara leluasa.
Seorang perawat hiperkes, melalui program pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan hendaknya selalu membantu karyawan / tenaga
kerja untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

8. Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


Pengkajian
a. Inti (core)
1) Histori
a) Kapan mulai bekerja
b) Usia mulai bekerja
c) Alasan bekerja
d) Pengalaman pekerja
2) Demografi :  Distribusi pekerja berdasarkan jenis kelamin, usia,
pendidikan, jenis pendidikan, kecelakaan kerja, keamitian akibat
kerja jumlah tanggungan, pekerjaan sampingan pekerja, kebiasaan
pekerja, jenis olahraga
b. Subsistem
1) Lingkungan Fisik
a) Iklim/cuaca
b) Suhu ruangan
c) Tingkata kebisingan, paparan zat kimia
d) Penataan ruangan kerja
e) Penataan eksterior perusahaan
f) Pengaruh penataan terhadap pekerja
g) Dampak lingkungan fisik terhadap pekerja
2) Pendidikan
a) Program pendidikan bagi pekerja dan keluarga
b) Jenjang karir dan pendidikan
c) Penghargaan terhadap pendidikan pekerja dan keluarga
d) Fasilitas pendidikan di perusahaan
e) Jenis pendidikan yang diberikan
3) Keamanan dan Transportasi
a) Jenis fasilitas keamanan dan transportasi pekerja dan keluarga
b) Pemanfaatan fasilitas keamanan dan transportasi bagi pekerjA
c) Dampak fasilitas keamanan dan transportasi bagi pekerja dan
keluarga
4) Politik dan Pemerintahan
a) Jenis aturan perusahaan bagi pekerja dan keluarga
b) Efektifitas aturan perusahaan bagi pekerja dan keluarga
c) Perlindungan pemerintah terhadap pekerja dan keluarga
d) Situasi politik dan pengaruh terhadap pekerja dan keluarga
5) Pelayanan Umum dan Kesehatan
a) Jenis pelayanan umum dan kesehatan bagi pekerja dan keluarga
(sarana olahraga, klinik, RS, sarana penyaluran hobi/bakat)
b) Kondisi sarana umum dan kesehatan
c) Pemanfaatan fasilitas umum dan kesehatan bagi pekerja dan
keluarga
d) Dampak pelayanan umum dan kesehatan terhadap pekerja dan
keluarga
6) Komunikasi
a) Jenis sarana komunikasi yang diberikan perusahaan
b) Cara pemanfaatan sarana komunikasi
c) Acara yang berhubungan dengan pertemuan direksi, pekerja
dan keluarga (formal/informal)
d) Dampak sarana komunikasi bagi pekerja dan keluarga
7) Ekonomi
a) Penghasilan pekerja (berdasarkan UMR/kelayakan hidup)
b) Efektifitas penghasilan dalam mengatasi keuangan keluarga
pekerja
c) Bentuk bonus, atau tambahan penghasilan yang  diberikan
perusahaan
d) Tingkat kesejahteraan pekerja dan keluarga
8) Rekreasi
a) Jenis rekreasi yang diberikan perusahaan
b) Pemanfaatan rekreasi perusahaan bagi pekerja dan keluarga
c) Jenis rekreasi yang dilakukan oleh pekerja dan keluarga selain
dari perusahaan
d) Jadwal rekreasi/frekuensi rekreasi
e) Dampak rekreasi terhadap motivasi bekerja

Analisis Data
Prioritas :
a. Masalah (aktual, resiko, potensial)
b. Ketersediaan sarana
c. Kemauan pekerja dan keluarga
d. Kemauan perusahaan

Analisa masalah berdasarkan data fokus, anatara lain :


a. Kecelakaan kerja yg sering terjadi
b. Perilaku yang tidak sehat
c. Lingkungan yang tidak sehat
d. Penyakit akibat kerja
e. Pengetahuan yang kurang
f. Kurangnya fasilitas pendukung

Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
b. Risiko cedera
Intervensi
No Diagnosa NOC NIC

1 Perilaku Knowledge: Health Health Education


kesehatan Promotion
cenderung 1. Identifikasi
Setelah dilakukan tindakan kebutuhan
berisiko pendidikan
berhubungan keperawatan selama 1 x 60
kesehatan pada
dengan menit masalah teratasi
siswa
ketidakcukupan dengan kriteria hasil: 2. Tentukan
sumber daya pengetahuan siswa
1. Perilaku yang
(pengetahuan, tentang kesehatan
meningkatkan kesehatan
3. Rumuskan tujuan
finansial, (4)
untuk program
sosial) 2. Sumber terkemuka
pendidikan
perawatan kesehtan (4)
kesehatan
4. Gunakan
Ket: presentasi grup
untuk memberi
1. No knowledge dukungan
2. Limited knowledge
3. Moderate knowledge
4. Substantial knowledge
5. Extensive knowledge
2 Risiko Cedera Safety Behavior Environment
Management
(Manajemen
Setelah dilakukan tindakan lingkungan)
keperawatan selama 1x 30 1. Sediakan
menit Kelompok pekerja lingkungan yang
tidak mengalami injury aman untuk
dengan kriteri hasil: pasien
2. Identifikasi
1. Kelompok pekerja kebutuhan
terbebas dari cedera keamanan
2. Kelompok pekerja pasien, sesuai
mampu menjelaskan dengan kondisi
cara/metode fisik dan fungsi
untukmencegah kognitif pasien
injury/cedera dan riwayat
3. Kelompok pekerja penyakit
mampu menjelaskan terdahulu pasien
factor risiko dari 3. Menghindarkan
lingkungan/perilaku lingkungan yang
personal berbahaya
4. Kelompok pekerja (misalnya
memodifikasi gaya hidup memindahkan
untuk mencegah injury perabotan)
5. Menggunakan fasilitas 4. Mengontrol
kesehatan yang ada lingkungan dari
6. Mampu mengenali kebisingan
perubahan status 5. Memindahkan
kesehatan barang-barang
yang dapat
membahayakan

Implementasi
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya:
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah.
b. Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat.
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu:
a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan
gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah
kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan
tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji
keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk
melakukan penieriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan
keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan
resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur
ke Posyandu.

Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil.
Fokus:
a. Relevansi antara kenyataan dengan target
b. Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan, peran
pelaksana, fasilitas dan jumlah peserta
c. Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana
d. Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat puas.

Proses Evaluasi:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal
b. Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke RS
DAFTAR PUSTAKA

A.A. Prabu, Mangkunegara. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Efendi, Ferry & Makhfud. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Dermawan,D. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja


(1st ed). Yogyakarta : Gosyen Publishing

Herdman, 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi


2018-2020. Jakarta : EGC
Banjarmasin, 30 Januari 2021

Preseptor Klinik

(Rosa Sosiawati, S.Kep., Ns)


Preceptor Akademik

ACC

(Roly Marwan Maturidy, Ns., M.Kep) (Linda Ns., M.Kep)

Anda mungkin juga menyukai