OLEH:
1. NI PUTU MAS PRATIWI ANDAYANI (17C10037)
2. NI KOMANG WINA WARTINI (17C10038)
3. NI NYOMAN SRI ARY WIDHARTI (17C10039)
4. NI KADEK SHINTA ANGGRENI (17C10040)
5. NI PUTU ASRI ERNAI (17C10042)
6. NI MADE HEMI NURMANINGSIH (17C10043)
INSTITUST
TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat,
dan hikmahnya saya dapat menyelesaikan tugas dengan judul “Makalah Asuhan Keperawatan
Komunitas Dengan Hipertensi”
Laporan ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan pihak-pihak yang rela meluangkan
waktunya. Maka pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada:
Saya juga mohon maaf jika ada kesalahan kalimat maupun kata-kata yang ada pada
laporan ini. Saya menyadari bahwa penulisan dalam laporan ini jauh dari sempurna. Maka
saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan
ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi saya, pembaca, pihak yang membantu, dan kepada
siapa saja yang membutuhkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 40
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas yaitu
“Bagaimanakah asuhan keperawatan teoritis pada komunitas dengan Hipertensi?”
1.3 Tujuan
Tujuan yang di harapkan dari pembuatan laporan ini yaitu mahasiswa dapat
mengetahui asuahan keperawatan pada komunitas dengan Hipertensi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
c. Pencegahan penyakit dan penyembuhan Pencegahan penyakit merupakan
upaya dalam mencegah terjadinya penyakit pada kelompok yang berisiko,
sedangkan penyembuhan adalah upaya yang dilakukan pada kelompok
masyarakat yang telah terkena penyakit. Upaya penyembuhan bertujuan
untuk menyembuhkan kelompok masyarakat yang sakit dan mencegah
terjadinya komplikasi.
2.1.3 Fungsi Keperawatan Komunitas
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta
masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2011).
2.1.4 Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran keperawatan komunitas adalah individu, keluarga dan kelompok
berisiko tinggi (keluarga atau penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi,
daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil).
2.1.5 Model Keperawatan Komunitas
Model keperawatan ini pada hakikatnya mengatur hubungan antara
perawat komunitas dengan klien, yaitu keluarga, kelompok, dan komunitas.
Klien telah memberikan kepercayaan dan kewenangannya untuk
membantunya meningkatkan kesehatan melalui asuhan keperawatan
komunitas yang berkualitas. Seperti yang Anda ketahui tentang berbagai
model yang pernah dibahas pada topik lain, sebenarnya banyak model yang
dapat digunakan oleh perawat komunitas. Namun, pada topik ini hanya
dibatasi tiga model yang sering digunakan di komunitas, berikut uraiannya.
a. Model self care menurut Dorothy Orem Anda mungkin sudah tidak asing
lagi dengan kata self care (mandiri). Ya, kemandirian komunitas adalah
4
tujuan akhir dari pelayanan keperawatan komunitas. Model ini lebih
menekankan kepada self care (mandiri) untuk mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan komunitas dalam keadaan, baik sehat maupun
sakit (Orem, 1971, dalam Marriner, 2001).
2.1.6 Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan
yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta
aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk
dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta
memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat
meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan
dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin,
2009).
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009). Keperawatan komunitas merupakan
Pelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan melalui beberapa fase
yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses
keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien
yang dimulai dengan pembuatan kontrak / partner ship dan meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009).
5
2.2 Konsep Dasar Teori Hipertensi
Menurut JNC, hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg (Tagor, 2003). Hipertensi adalah suatu keadaan diaman terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa
kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor
resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah secara normal.
Hipertensi berkaitan dnegan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan
diastolic atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan tekanan dastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Brunner & Suddarth, 2005).
6
berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih kuat dan
dnegan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong
darah melintasi pembuluh darah yang menyempitan. Hal ini disebabkan
peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dnegan
peningkatan tekanan diastolic. Apabila peningkatan afterload berlangsung
lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar).
Dengan hipertofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat
sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, saraf-saraf otot jantung juga
mula tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan
penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.
7
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) ≥180 ≥110
Grade 4 (sangat berat) >190 <90
2.2.4 Patofisiologi
8
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontiksi. Medulla adrenal mengsekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
yang pada gilirannya merangsang skeresi aldosterone oleh korteks adrenal.
Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung pencetus keadaan hipertensi.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lansia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat,
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer.
9
Menurut Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis yang
timbul yaitu :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht : Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas dan anemia.
2) BUN/Keratinin : Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3) Glucose : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : Darah, protein, glukosam mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
b. CTScan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG : Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP : Mengidentifikasikan penyebab hipertensi : Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
e. Photo dada : menunjukan destruksi klassifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
2.2.7 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Penatalaksanaan nonfarmakologi dnegan modifikasi sangat penting
dalam mencegah tekanan darah tinggi merupakan bagian yang tidak
10
dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi.
Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologi terdiri dari
berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan
tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index
(BMI) dengan rentang 18,5-24,0 kg/m2. BMI dapat diketahui
dengan membagi berat badan anda dengan tinggi badan dengan
tinggi badan anda yang telah dikuadratkan dalam satuan meter.
Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat dilakukan dengan
melakukan diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan
protein, dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5-5 kg
maka tekanan darah diastolic dapat diturunkan sebnayak 5
mmHg.
2) Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet
rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6
gr NaCl atau 2,4 gr garam /hari). Jumlah yang lain dengan
mengurangi asupan garam sampai kurang dari 2300 mg (1
sendok teh) setiap hari. Pengurangan konsumsi garam menjadi
½ sendok teh/hari, dapat menurunkan tekanan sistolik
sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sekitar 2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alcohol
Konsumsi alcohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol
berlebihan dapat meingkatkan tekanan darah. Parah peminum
berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih
besar dari pada mereka yang tidak minum minuman berakohol.
4) Makanan K dan Ca yang cukup dari diet
Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500) mg/hari)
dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan diet
rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan
lemak total. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama air
kencing. Dnegan setidaknya mengonsumsi buah-buahan
11
sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai
asupan potassium yang cukup.
5) Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan
timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan
resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit
jantung dan stroke, maka perlu dihndari mengkonsumsi
tembakau (rokok) karena dapat memperberat hipertensi.
Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras
karena menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan
frekuensi denyut jantung serta tekanan darah. Makan penderita
hipertensi dianjurkan untuk menghentikan kebiasaan merokok.
6) Penurunan stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap
namun jika episode stress sering terjadi menyebabkan
kenaikan sementara yang sangat tinggi. Menghindari stress
dengan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi
penderita hipertensi dan memperkenalkan berbagai metode
relaksasi seperti yoga atau meditasi yang dapat mengontrol
system saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
7) Terapi masase (pijat)
Pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi
adalah untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh
sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat
diminimalisirkan, ketika semua jalur energy terbuka dan aliran
energy tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan
lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.
b. Pengobatan Farmakologi
1) Diuretic (Hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh
berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan.
2) Penghambatan simpatetik (Metildopa, Klonidin, dan Reserpin)
Menghambat aktvitas saraf simpatis.
12
3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol, dan Atenol)
a) Menurunkan daya pompa jantung
b) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapan seperti asma bronkial
c) Pada penderita diabetes mellitus : dapat menutupi
gejala hipoglikemia
4) Vasodilator (Hidralisin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos pembuluh darah.
5) ACE inhibitor (Captopril)
a) Menghambat pembentukan zat Angiotensin II
b) Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala, dan
lemas.
6) Penghambat Resptor Angiotensin II (Valsartan)
Menghalangi penempelan zat Angiotensi II pada reseptor
sehingga memperingan daya pompa jantung.
7) Antagonis kalsium (Filtiasem dan Verapamil)
Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).
2.2.8 Komplikasi
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam
jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai
orga yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi
dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut :
a. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja
jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak
mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan diparu
maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau
oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
b. Orak
13
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila
tidak diobati resiko stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan di
dalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang
zat-zat tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan
terjadi penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati
hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.
14
BAB III
2.3 Pengkajian
15
ada/tidak ada, rumput
bersih/kotor, pribadi/umum
Batas Apa batas daerah: jalan, sungai,
got, kondisi: bersih/kotot
Kebiasaan Tempat berkumpul: siapa,
dimana, jam berapa
Transportasi Cara datang dan pergi, situasi
jalan dan jenis, alat transportasi
Pusat Pelayanan Pelayanana / keperawatan /
ibadah
Toko / warung Dipakai / tidak
Pusat perbelanjaan Klinik, tempat rekreasi,
sekolah, praktek
Orang dijalan Lokasi, cara komunikasi
suku Siapa yang dijumpai: ibu, bayi,
anak
Tempat ibadah Masjid, gereja, wihara, pura
Health Ada yang sakit akut / kronis,
jarak ke pelayanan kesehatan
Politik Bagaimana mencapai, jenis
Media Kompanye, poster, tv, radio,
Koran, majalah, papan
pengumuman, dan lain – lain
b. Aspek pendidikan
a) Status pendidikan
1. Lama total sekolah
2. Jenis sekolah
3. Bahasa
b) Fasilitas pendidikan (SD, SMP, SLTA, PT) baik didalam maupun di luar
community
16
2. Kebijaksanaan dapertemen kesehatan
d. Aspek keamanan dan transportasi
1) Keamanan
a) Protection service
b) Kualitas udara (polusi udara), kualitas air bersih, (polusi air)
2) Transportasi
a) Milik pribadi
b) Milik umum : bus umum – angkotan kota
e. Pelayanan kesehatan dan sosial
Untuk mengkaji pelayanan kesehatan dan sisoal di masyarakat yang
memberikan pengaruh terhadap hipertensi dibedakan menjadi dua klasifikasi
yakni fasilitas di luar komuniti da faslitas di masyarakat. Fasilitas pelayanan
kesehatan baik didalam maupun diluar komunitas adalah sebagai berikut:
a) Hospital
b) Praktik swasta
c) Puskesmas
d) Rumah perawatan
e) Pelayanan kesehatan khusus
f) Perawatan dirumah
Fasilitas pelayanan sosial baik didalam maupun diluar community, antara lain
adalah sebagai berikut:
Dari kedua tempat pelayanan tersebut, aspek – aspek / data – data yang perlu
dikumpulkan adalah sebagai berikut:
17
2) Informal communication: papan pengumuman, selebaran, dll
g. Rekreasi yang dilakukan masyarakat
Yang menyangkut tempat – tempat rekreasi baik di dalam maupun diluar
community. Yang berpengaruh terhadap hipertensi di masyarakat
h. Aspek Ekonomi yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di masyarakat
Menurut ardiansyah (2012), dua pertiga penderita hipertensi hidup di Negara
miskin dan berkembang. Askep/komponen yang perlu di kaji:
1) Karakteristik pendapatan keluarga/rumah tangga
a) Rata – rata pendapatan keluarga/rumah tangga
% pendapatan kelas bawah
% keluarga mendapat bantuan sosial
% keluarga dengan kepala keluarga wanita
b) Rata – rata pendapatan perorangan
2) Karakteristik pekerjaan
a) Status ketergantungan
Jumlah populasi secara umum (umur >18 tahun)
% yang menganggur
% yang bekerja
% yang menganggur terselubung
Jumlah kolompok khusus
b) Kategori yang bekerja, jumlah, presentasenya
1. Manager
2. Teknikal
3. Pelayan
4. Petani buruh.
18
Pengkajian Komunitas Pada Klien Hipertensi
7. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara sponta setelah
19
beberapa jam) gangguan penglihatan, (diplobia, penglihatan
kabur, epistakis).
Tanda : status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,
efek proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan
8. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jatung), sakit kepala
9. Pernafasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea, otopnea,
dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda : distress pernafasan/pengunaan otot aksesori pernafasan bunyi
nafas tambahan (lrakties/mengi), sianosis.
10. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotesis, postural.
Intervensi:
20
a. Pertahankan tirah baring: lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
Rasional : meningkatkan relaksasi
b. Batasi aktivitas
Rasional : aktivitas yang meningkat vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
karena adanya peningkatan tekanan vascular serebral
c. Beri obat analgesic dan antiansietas (Diazepam) sesuai indikasi
Rasional : menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan system saraf
simpatik dan dapat mengurangi ketegangan serta ketidaknyamanan
yang di perberatkan oleh stress.
2. Dx 2: Gangguan perfusi jaringan gangguan sirkulasi
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Criteria hasil : klien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang baik seperti
ditunjukan dengan: TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada
keluhan sakit kepala dan pusing.
Intervensi:
a. Bedrest dengan posisi kepala terlentang atau posisi elevasi 15 – 45 sesuai indikasi
Rasional : mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena
dan memperbaiki sirkulasi serebral.
b. Monitor tanda – tanda vital tiap 2 jam
Rasional : mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini
dan untuk penetapan tindakan yang tepat.
c. Monitor tekanan intracranial dan respon neurologi
Rasional : untuk mengetahui perubahan nilai GCS mengkaji adanya
kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peringkatan
TIK.
3. Dx 3: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium sekunder
penurunan GFR
Tujuan : cairan dalam keadaan seimbang
Criteria hasil:\ : TTV dalam rentang normal, tidak ada oedema
Intervensi:
a. Pantau haluran urine, jumlah dan warna saat terjadi dieresis
Rasional : haluran urin mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi
ginjal
b. Kolaborasi pemberian diuretic
21
Rasional : meningkatkan laju urin dan menghambat reabsorbsi natrium pada
tubulus ginjal.
4. Dx 4: Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi ventriker.
Tujuan : afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokontriksi, tidak terjadi
iskemia miokard.
Criteria hasil : klien berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah
/ beban kerja jantung, mempertahankan TD dalam rentang individu
yang dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekuensi jantung
stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi:
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan menset dan tehnik yang tepat
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional : untuk mengetahui denyut karotis, jugularis, radialis, dan femoralis
mungkin terpalpasi.
c. Auskultasi bunyi jantung dan bunyi napas
Rasional : untuk mengetahui bunyi jantung S4 (adanya hypertrofi atrium) dan
S3 (hypertrofi ventrikeldan kerusakan fungsi) adanya krakles.
5. Dx 5: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas
Criteria hasil : klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan /
diperlukan, melaporkan peninkatan dalam intoleransi aktivitas.
Intervensi:
a. Kaji respon klien terhadap aktivitas
Rasional : mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktivitas dan indicator dari
kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
b. Intruksikan klien tentang teknik penghematan energy, misalnya: menggunakan
kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut.
Rasional : menghemat energy, mengurangi penggunaan energy juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
c. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri
22
Rasional : kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung
tiba – tiba.
6. Dx 6: Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan kesadaran
Tujuan : resiko injuri berkurang
Criteria hasil : klien merasa tenang dan tidak takut jatuh
Intervensi:
a. Berikan tampon hidung dan kompres dingin dengan es bila terjadi epitaksis
Rasional : menghentikan perdarahan, akibat pecahnya kapiler nasal
b. Kaji ulang visus klien, tanyakan keluhan terhadap pandangan kabur
Rasional : pandanan kabur dan penurunan visus adalah indicator kerusakan
retina mata
c. Kolaborasi pemberian pengobatan: analgesic, tranquilizer (diazepam), pemeriksaan
fundus mata (konsultasi dengan dokter ahli mata)
Rasional : mengurangi nyeri kepala, menurunkan kecemasan dan membentu
tidur, menilai komplikasi hipertensi pada mata (retina).
2.6 IMPLEMENTASI
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan semua rencana yang telah disusun
Dalam melaksanakan rencana yang sudah dibuat perlu diperhatikan:
a. Keterlibatan petugas kesehatan non keperawatan, masyarakat dalam rangka alih peran
b. Keterpaduan sumber – sumber yang ada (kekuatan, tenaga, biaya, waktu, lokasi dan
sarana) dengan pelayanan kesehatan maupun sector lain.
c. Terselenggaranya rujukan (medis maupun kesehatan)
23
2.7 EVALUASI
24
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. WINSHIELD SURVEY
Area Yang Diobservasi Temuan
Tipe perkampungan / pedesaan apakah perumahan, semi usaha atau Rata – rata dari responden yang diamati tipe tempat tinggal ada
lingkungan bisnis berupa pedesaan dan ada beberapa yang tinggal di lingkungan
perumahan.
Lingkungan tempat tinggal : Rumah tempat tinggal satu sama lain saling berdekatan.
Umur area perumahan : Bangunan rumah permanen, sudah bangunan lama tetapi terpelihara
dengan baik.
apakah bangunan baru, lama tapi terpelihara dengan baik, banyak
bangunan yg telah rusak, dll
Karakteristik sosial kultural : Pengkajian karakteristik sosial kultural menunjukkan hasil bahwa rata
– rata responden berusia > 60 Tahun, kegiatan umum atau perkerjaan
Variasi umur penduduk
sehari – har- sebagai pedagang ( wirausaha ). Agama yang
Kegiatan umum penduduk sehari-hari
mendominasi adalah agama Hindu.
Ras yang mendominasi
25
Pekerjaan/pengangguran
Budaya yang mendominasi
Lingkungan : Pengkajian lingkungan secara umum ada beberapa responden yang
memiliki halaman luas pekarangan yang bersih dan beberapa
Tampak umum : halaman, jalan, pekarangan, tanaman, dll
diantaranya memiliki tanaman obat. Beberapa klien merupakan
Bahaya lingkungan : polusi udara, sampah, area bermain,
perokok aktif, selama masa pandemi klien mengalami kesulitan
penerangan, kondisi jalan, alat pemadam kebakaran, lalu
ekonomi.
lintas, polisi, jalan u/ penyeberangan anak, dll
Sresor lingkungan : kegaduhan, kemacetan, tanda-tanda
adanya abuse, tanda penyalahgunaan obat terlarang, tanda
kemiskinan, perokok, minum2 keras, dll
Sumber-sumber yang ada di masyarakat (kualitas dan kuantitas) Tempat belanja : pasar tradisional dan pasar modern serta ada
beberapa warung
Tempat belanja
Transportasi : sepeda motor, mobil, dan angkutan umum
Transportasi
Tempat rekreasi : ada lapangan, mall, dan pantai
Tempat rekreasi
Sarana pendidikan : PAUD - SMA
Sarana pendidikan
Sarana agama : terdapat tempat persembahyangan disetiap
Sarana agama
rumah.
Pelayanan keamanan
Pelayanan keamanan : beberapa klien rumah dekat dengan
Farmasi
kantor polisi
Farmasi : beberapa klien memiliki P3K sederhana dirumah.
Kegawat daruratan ; pemadam dll ( jarak yang ditempuh
26
Kegawat daruratan ; pemadam dll untuk kegawat daruratan seperti pemadam kebakaran lumayan
Pelayanan umum (bank, kantor pos, terminal dll) jauh dari tempat tinggal )
Sarana pembuangan samah Pelayanan umum (bank, kantor pos, terminal dll) : beberapa
Koran dinding klien rumah yang ditepati dengan dengan BANK dan kantor
pos
27
B. PENGKAJIAN KEBUTUHAN KESEHATAN KOMUNITAS
Pengkajian Hasil
28
Sampah dan pengelolaannya tanaman obat.
Pelayanan umum b. Pendidikan
b. Pendidikan Mayoritas klien berpendidikan SMA ( 36,67%)
Tingkat pendidikan c. Sistem Politik dan Pemerintahan
Sarana pendidikan -
c. Sistem Politik dan pemerintahan d. Keamanan dan transportasi
Sistem pemerintahan umum Jenis transportasi yang digunakan responden yaitu sepeda
Manajemen masyarakat; sistem pemilihan pemimpin, motor, mobil, dan angkutan umum
perkumpulan di masyarakat, PJ kesehatan masyarakat e. Pelayanan kesehatan
d. Keamanan dan transportasi Setiap responden memperoleh akses mudah untuk ke fasilitas
e. Pelayanan kesehatan dan sosial kesehatan (RS, puskesmas, klinik, praktek
Sarana dan fasilitas yg ada dan sering digunakan dokter/bidan/perawat, dll).
masyarakat f. Komunikasi
Asuransi kesehatan Mayoritas responden menggunakan alat komunikasi smart
Perilaku kesehatan penduduk phone. Cara penyampaian informasi secara lisan melalui
f. Komunikasi telepone ataupun tulisa melalui chat wahtsapp.
Alat komunikasi g. Ekonomi
Di mana sering berkumpul Sebagian besar responden memiliki tingkat ekonomi
Bagaiman cara penyampaian informasi menengah kebawah. Mayoritas klien pedagang (wirausaha)
g. Rekreasi (30.00%).
Sarana rekreasi h. Rekreasi
29
Jenis rekreasi Tempat rekreasi yang terdapat di wilayah tempat tinggal
h. Ekonomi responden yaitu lapangan, mall, dan pantai.
Tingkat ekonomi
Jenis pekerjaan
Pengangguran
Industri rumah tangga
Pusat pembelanjaan
30
FORMAT PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Kesiapan 4 2 4 5 4 3 3 3 2 4 4 37 Prioritas 2 :
peningkatan
Kesiapan peningkatan manejemen kesehatan berhubungan
manejemen
dengan pola pengaturan kesehatan dalam kehidupan sehari-
kesehatan
hari ditandai dengan Setiap responden memperoleh akses
berhubungan dengan
mudah untuk ke fasilitas kesehatan dan sebagian besar
pola pengaturan
responden memiliki lingkungan dan halaman luas
kesehatan dalam
pekarangan yang bersih dan beberapa diantaranya memiliki
kehidupan sehari-
tanaman obat, beberapa klien memiliki P3K sederhana
hari ditandai dengan
dirumah.
Setiap responden
memperoleh akses
mudah untuk ke
fasilitas kesehatan
dan sebagian besar
responden memiliki
lingkungan dan
halaman luas
31
pekarangan yang
bersih dan beberapa
diantaranya memiliki
tanaman obat,
beberapa klien
memiliki P3K
sederhana dirumah.
2. Pemeliharaan 5 4 4 3 4 4 3 3 2 4 4 40 Prioritas 1 :
kesehatan tidak
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
efektif berhubungan
prilaku responden ditandai dengan beberapa responden
dengan prilaku
merupakan perokok aktif
responden ditandai
dengan beberapa
responden
merupakan perokok
aktif
32
KETERANGAN PEMBOBOTAN :
33
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
34
memperoleh kesehatan dini terhadap toga dengan pu memperti
akses mudah penyakit kesehatan menyebutk mbangka
untuk ke hipertensi batra an cara n kondisi
fasilitas 3. Manjadikan terhadap pencegahan alam agar
kesehatan dan masyarakat manfaat awal sesuai
sebagian besar yang mampu tanaman toga penyakit dan
responden mendeteksi hipertensi terjaga
memiliki tanda awal 3. Mam 2. penceg
lingkungan dan gejala pu ahan
halaman luas penyakit menyebutk hipertensi
pekarangan an tanda yaitu
yang bersih awal gejala menguran
dan beberapa penyakit gi asupan
diantaranya hipertensi natrium
memiliki (sodium),
tanaman obat, batasi
beberapa klien konsumsi
memiliki P3K alcohol,
sederhana menghind
dirumah. ari
merokok
35
3. menge
nali tanda
awal
Pemeliharaan gejala
kesehatan tidak yaitu
efektif nyeri
berhubungan kepala
dengan prilaku saat
1. Meningkatkan
responden terjaga,
pengetahuan
ditandai 1. Melakukan penglihat
responden
dengan penyuluhan an kabur
tentang
beberapa kesehatan
perawatan
responden 1. Memberikan mengenai
hipertensi
merupakan informasi, hipertensi pada
1. Untuk ditandai
perokok aktif dan motivasi masyarakat
meningkatkan 2. Meningkatkan
responden
efektifitas partisipasi 2. Melakukan
2. memotivasi
pemeliharaan responden pengecekan
responden
kesehatan dengan kesehatan pada
untuk
masyarakat hipertensi masyarakat
melakukan
2. untuk dalam dengan
pemeriksaan
menjadikan perawatan
36
masyarkat kesehatan kesehatan hipertensi 1.Hipertens
yang mampu 3. Pengetahuan 3. Menyebarkan i adalah
3. memberikan 1.Menjelaska
mejaga masyarakat informasi suatu
penkes tentang n cara
kesehatan tentang cara kepada keadaan
cara perawatan mengenali
merawat masyarakat diaman
hipertensi hipertensi
hipertensi terjadi
dengan berupa pada
dengan cara peningkata
leflet atau mayarakat
menyebutkan n tekanan
pemasangan 2.Melakukan
pengertian, darah
poster pemeriksaa
tanda, gejala secara
n kesehatan
dan akibat- abnormal
di post
akibat dari dan terus
pelayanan
hipertensi menerus
kesehatan
pada
3.melakukan
beberapa
penyuluhan
kali
tentang
pemeriksaa
cara
n tekanan
perawatan
darah
hipertensi
2.80%
Masyarakat
37
mau ritun
melakukan
pemeriksaa
n kesehatan
di post
pelayanan
kesehatan
3.80%
masyarakat
yang
diberikan
penyuluhan
mampu
menjelaska
n kembali
tentang
cara
perawatan
hipertensi
38
FORMAT RENCANA KERJA (POA) KEPERAWATAN KOMUNITAS
Kegitan ran
39
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
40
Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500) mg/hari) dengan cara konsumsi
diet tinggi buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan
lemak jenuh dan lemak total.
5. Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi,
tetapi merokok dapat meningkatkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti
penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihndari mengkonsumsi tembakau (rokok)
karena dapat memperberat hipertensi.
6. Penurunan stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode
stress sering terjadi menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi.
7. Terapi masase (pijat)
Pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk
memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan
komplikasinya dapat diminimalisirkan, ketika semua jalur energy terbuka dan aliran
energy tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko
hipertensi dapat ditekan.
41
DAFTAR PUSTAKA
Irnanda, Y. (2013). Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kader
Posyandu di Wilayah Binaan Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor.
Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri. 2017. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika.
Nurarif, Amin Huda & Herdhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta : Medication
Jogja.
Kati, R, K., Opod, H., & Pali, C, (2018). Gambaran Emosi dan Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Hipertensi di Puskesmas Bahu. Jurnal e-Biomedik, 6(1).
42
Pathway
43
44