Anda di halaman 1dari 48

TUGAS

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN


HIPERTENSI

OLEH:
1. NI PUTU MAS PRATIWI ANDAYANI (17C10037)
2. NI KOMANG WINA WARTINI (17C10038)
3. NI NYOMAN SRI ARY WIDHARTI (17C10039)
4. NI KADEK SHINTA ANGGRENI (17C10040)
5. NI PUTU ASRI ERNAI (17C10042)
6. NI MADE HEMI NURMANINGSIH (17C10043)

INSTITUST
TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat,
dan hikmahnya saya dapat menyelesaikan tugas dengan judul “Makalah Asuhan Keperawatan
Komunitas Dengan Hipertensi”

Laporan ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan pihak-pihak yang rela meluangkan
waktunya. Maka pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Ns. Sarah K. Wulandari, M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah


Keperawatan Komunitas
2. Teman-teman yang ikut berkontribusi dengan memberikan ide-idenya
sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
3. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam proses pembuatan laporan ini.

Saya juga mohon maaf jika ada kesalahan kalimat maupun kata-kata yang ada pada
laporan ini. Saya menyadari bahwa penulisan dalam laporan ini jauh dari sempurna. Maka
saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan
ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi saya, pembaca, pihak yang membantu, dan kepada
siapa saja yang membutuhkan.

Denpasar, 12 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

2.1 Konsep Keperawatan Komunitas ............................................................... 3

2.1.1 Definisi Keperawatan Komunitas ....................................................... 3

2.1.2 Tujuan Keperawatan Komunitas ........................................................ 3

2.1.3Fungsi Keperawatan Komunitas ......................................................... 4

2.1.4 Sasaran Keperawatn Komunitas ......................................................... 4

2.1.5 Model Keperawatan Komunitas ......................................................... 4

2.1.6 Proses Keperawatan Komunitas ....................................................... 5

2.2 Konsep Dasar Keperawatan Hipertensi ...................................................... 6

2.2.1 Definisi Hipertensi ............................................................................. 6

2.2.2 Etiologi Hipertensi ............................................................................. 6

2.2.3 Klasifikasi Hipertensi ......................................................................... 7

2.2.4 Patofisiologi ........................................................................................ 8

2.2.5 Manifestasi Klinis .............................................................................. 9

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 10

2.2.7 Penatalaksanaan .................................................................................. 10


ii
2.2.8 Komplikasi ........................................................................................ 13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT HIPERTENSI .......... 15


2.3 Pengkajian .................................................................................................. 15

2.4 Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 20

2.5 Intervensi Keperaawatan ............................................................................ 20

3.6 Implementasi .............................................................................................. 23

2.7 Evaluasi ..................................................................................................... 24

BAB IV PENUTUP......................................................................................... 40
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 40

3.2 Saran ........................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 42

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan


penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat
dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga
membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu.
Penyakit hipertensi menimbulkan angka mortabiditas (kesakitan) dan mortalitasnya
(kematian) yang tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan ternyata prevalensi (angka kejadian)
hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian
epidemiologi yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8 – 28,6% penduduk yang
berusia di atas 20 tahun adalah penderita hpertensi. Saat ini terdapat adanya
kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan
adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit
hipertensi seperti stress, obesitas, kurangnya olahraga, merokok, alcohol, dan makan
makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Peran factor genitik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kadar monozigot (satu sel
telur) dari pada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai
sifat genetic hipertensi primer ( esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa
intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya
berkembang dan dalam waktu sekitar 30 – 50 tahun akan timbulnya tanda dan gejala
hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya. Obesitas merupakan cirri dari
populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita
hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas.
Pada obesitas tahapan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf
simpatis meninggi dengan aktivitas rennin plasma yang rendah.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas yaitu
“Bagaimanakah asuhan keperawatan teoritis pada komunitas dengan Hipertensi?”

1.3 Tujuan

Tujuan yang di harapkan dari pembuatan laporan ini yaitu mahasiswa dapat
mengetahui asuahan keperawatan pada komunitas dengan Hipertensi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keperawatan Komunitas

2.1.1 Definisi Komunitas

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan


yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta
masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010; Irnanda, 2013).
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan
perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya (Mubarak, 2011). Selain menjadi subjek,
masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien yang menjadi sasaran dari
keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan masyarakat.

2.1.2 Tujuan Keperawatan Komunitas


Tujuan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut.
a. Promosi kesehatan Promosi kesehatan pada tujuan keperawatan komunitas
ini berarti adalah suatu upaya untuk membantu masyarakat menjadikan
gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan
sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan
intelektual. Promosi kesehatan tidak sekadar mengubah gaya hidup, tetapi
mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat adalah tujuan yang
akan dicapai pula.
b. Proteksi kesehatan Proteksi kesehatan merupakan upaya perlindungan
kelompok masyarakat terhadap terpaparnya suatu penyakit.

3
c. Pencegahan penyakit dan penyembuhan Pencegahan penyakit merupakan
upaya dalam mencegah terjadinya penyakit pada kelompok yang berisiko,
sedangkan penyembuhan adalah upaya yang dilakukan pada kelompok
masyarakat yang telah terkena penyakit. Upaya penyembuhan bertujuan
untuk menyembuhkan kelompok masyarakat yang sakit dan mencegah
terjadinya komplikasi.
2.1.3 Fungsi Keperawatan Komunitas
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta
masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2011).
2.1.4 Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran keperawatan komunitas adalah individu, keluarga dan kelompok
berisiko tinggi (keluarga atau penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi,
daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil).
2.1.5 Model Keperawatan Komunitas
Model keperawatan ini pada hakikatnya mengatur hubungan antara
perawat komunitas dengan klien, yaitu keluarga, kelompok, dan komunitas.
Klien telah memberikan kepercayaan dan kewenangannya untuk
membantunya meningkatkan kesehatan melalui asuhan keperawatan
komunitas yang berkualitas. Seperti yang Anda ketahui tentang berbagai
model yang pernah dibahas pada topik lain, sebenarnya banyak model yang
dapat digunakan oleh perawat komunitas. Namun, pada topik ini hanya
dibatasi tiga model yang sering digunakan di komunitas, berikut uraiannya.
a. Model self care menurut Dorothy Orem Anda mungkin sudah tidak asing
lagi dengan kata self care (mandiri). Ya, kemandirian komunitas adalah
4
tujuan akhir dari pelayanan keperawatan komunitas. Model ini lebih
menekankan kepada self care (mandiri) untuk mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan komunitas dalam keadaan, baik sehat maupun
sakit (Orem, 1971, dalam Marriner, 2001).
2.1.6 Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan
yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta
aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk
dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta
memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat
meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan
dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin,
2009).
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009). Keperawatan komunitas merupakan
Pelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan melalui beberapa fase
yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses
keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien
yang dimulai dengan pembuatan kontrak / partner ship dan meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009).

5
2.2 Konsep Dasar Teori Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi

Menurut JNC, hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg (Tagor, 2003). Hipertensi adalah suatu keadaan diaman terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa
kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor
resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah secara normal.
Hipertensi berkaitan dnegan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan
diastolic atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan tekanan dastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Brunner & Suddarth, 2005).

2.2.2 Etiologi Hipertensi

Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan


denyut nadi jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR).
Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan
abnormal saraf atau hormone pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut
hantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme.
Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh
penurunan volume sekuncup sehingga tidak menimbulkan hipertensi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi
apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang
berlebihan. Peningaktan pelepasan renin atau aldosterone maupun penurunan
aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.
Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolic
sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.
Peningkatan preload biasanya berkaitan dnegan peningkatan tekanan sistolik.
Peningakatn TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan
rangsangan saraf atau hormone pada arteriol, atau reponsivitas yang

6
berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih kuat dan
dnegan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong
darah melintasi pembuluh darah yang menyempitan. Hal ini disebabkan
peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dnegan
peningkatan tekanan diastolic. Apabila peningkatan afterload berlangsung
lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar).
Dengan hipertofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat
sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, saraf-saraf otot jantung juga
mula tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan
penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.

2.2.3 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :


a. Hipertensi Primer (Esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhi yaitu genetic, lingkungan, hiperaktifitas saraf
simpatik system renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko yaitu obesitas, merokok, alcohol
dan polsitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertnsi yang berhubungan dengan kehamilan.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :
Menurut European Society of Cardiology :
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 - 129 80 – 84
3. Normal Tinggi 130 - 139 85 - 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

7
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) ≥180 ≥110
Grade 4 (sangat berat) >190 <90

2.2.4 Patofisiologi

Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi


ketidakpasitian. Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5%) memiliki penyakit
dasar ginjal adrenal yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun,
masih belum ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi dan kondisi
inilah yang disebut sebagai “hipertensi esensial”. Sejumlah mekanisme
fisiologi terlibat dalam peraturan tekanan darah normal, yang kemudian dapat
turut berperan dalam terjadinya hipertensi esensial.
Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut serta
menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensif, dan peran
mereka berbeda pada setiap individu. Di antara faktor-faktor yang telah
dipelajari secara intensif adalah asupan garam, obesitas dan resisten insulin,
faktor lainnya telah dievaluasi, termasuk genetic, disfungsi endotel (yang
tampak pada perubahan endotelin dan nitrat oksida).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
berumla jasa saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titi ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapet mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsangane mosi, kerlenjar adrenal juga terangsang

8
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontiksi. Medulla adrenal mengsekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
yang pada gilirannya merangsang skeresi aldosterone oleh korteks adrenal.
Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung pencetus keadaan hipertensi.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lansia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat,
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer.

2.2.5 Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan


darah yang tinggi, tetepi terdapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah,
dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakan
vaskuler, dnegan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubaha patologis pada
ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam
hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan keratinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan
iskemik transien yang bermanifestasi paralysis sementara pada satu sis
(hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan) (Brunner & Suddarth, 2005).

9
Menurut Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis yang
timbul yaitu :

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,


akibat peningkatan tekanan darah intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht : Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas dan anemia.
2) BUN/Keratinin : Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3) Glucose : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : Darah, protein, glukosam mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
b. CTScan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG : Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP : Mengidentifikasikan penyebab hipertensi : Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
e. Photo dada : menunjukan destruksi klassifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

2.2.7 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Penatalaksanaan nonfarmakologi dnegan modifikasi sangat penting
dalam mencegah tekanan darah tinggi merupakan bagian yang tidak
10
dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi.
Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologi terdiri dari
berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan
tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index
(BMI) dengan rentang 18,5-24,0 kg/m2. BMI dapat diketahui
dengan membagi berat badan anda dengan tinggi badan dengan
tinggi badan anda yang telah dikuadratkan dalam satuan meter.
Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat dilakukan dengan
melakukan diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan
protein, dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5-5 kg
maka tekanan darah diastolic dapat diturunkan sebnayak 5
mmHg.
2) Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet
rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6
gr NaCl atau 2,4 gr garam /hari). Jumlah yang lain dengan
mengurangi asupan garam sampai kurang dari 2300 mg (1
sendok teh) setiap hari. Pengurangan konsumsi garam menjadi
½ sendok teh/hari, dapat menurunkan tekanan sistolik
sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sekitar 2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alcohol
Konsumsi alcohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol
berlebihan dapat meingkatkan tekanan darah. Parah peminum
berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih
besar dari pada mereka yang tidak minum minuman berakohol.
4) Makanan K dan Ca yang cukup dari diet
Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500) mg/hari)
dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan diet
rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan
lemak total. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama air
kencing. Dnegan setidaknya mengonsumsi buah-buahan
11
sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai
asupan potassium yang cukup.
5) Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan
timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan
resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit
jantung dan stroke, maka perlu dihndari mengkonsumsi
tembakau (rokok) karena dapat memperberat hipertensi.
Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras
karena menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan
frekuensi denyut jantung serta tekanan darah. Makan penderita
hipertensi dianjurkan untuk menghentikan kebiasaan merokok.
6) Penurunan stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap
namun jika episode stress sering terjadi menyebabkan
kenaikan sementara yang sangat tinggi. Menghindari stress
dengan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi
penderita hipertensi dan memperkenalkan berbagai metode
relaksasi seperti yoga atau meditasi yang dapat mengontrol
system saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
7) Terapi masase (pijat)
Pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi
adalah untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh
sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat
diminimalisirkan, ketika semua jalur energy terbuka dan aliran
energy tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan
lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.
b. Pengobatan Farmakologi
1) Diuretic (Hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh
berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan.
2) Penghambatan simpatetik (Metildopa, Klonidin, dan Reserpin)
Menghambat aktvitas saraf simpatis.
12
3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol, dan Atenol)
a) Menurunkan daya pompa jantung
b) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapan seperti asma bronkial
c) Pada penderita diabetes mellitus : dapat menutupi
gejala hipoglikemia
4) Vasodilator (Hidralisin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos pembuluh darah.
5) ACE inhibitor (Captopril)
a) Menghambat pembentukan zat Angiotensin II
b) Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala, dan
lemas.
6) Penghambat Resptor Angiotensin II (Valsartan)
Menghalangi penempelan zat Angiotensi II pada reseptor
sehingga memperingan daya pompa jantung.
7) Antagonis kalsium (Filtiasem dan Verapamil)
Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).

2.2.8 Komplikasi

Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam
jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai
orga yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi
dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut :
a. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja
jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak
mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan diparu
maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau
oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
b. Orak

13
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila
tidak diobati resiko stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan di
dalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang
zat-zat tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan
terjadi penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati
hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT HIPERTENSI

2.3 Pengkajian

1) Community care (Data Inti)


a. Historis dari komunitas
Dikaji sejarah perkembangan komunitas: karakter masyarakat yang
menunjang hipertensi.
b. Demografi, yang meliputi:
a) Karakteristik umur dan jenis kelamin: usia dan distribusinya pada risk
maupun actual
b) Distribusi ras / etnis: budaya yang ada dimasyarakat karena factor ras: pola
konsumsi garam, makanan berlemak
c) Type keluarga: mempengaruhi keputusan yang diambil keluarga terhadap
kesehatannya
d) Status perkawinan
c. Vitas statistic yang meliputi:
a) Angka kelahiran
b) Morbiditas
c) Mortabilitas
d. System nilai/ norma/ kepercayaan dan agama: perspektif masyarakat terhadap
hipertensi.
2) Subsistem
a. Lingkungan fisik
Pada komunitas sebagaimana mengkaji fisik pada individu terdapat beberapa
komponen dan sumber datanya. Pengkajian lingkungan fisik dikomunitas
dengan hipertensi dapat dilakukan dengan metode winshield survey dengan
berjalan mengelilingi wilayah komunitas dengan melihat beberapa komponen.
Elemen Deskripsi
perumahan Bangunan: luas, bahan, arsitek
Lingkungan/daerah Bersatu/pisah
Lingkungan terbuka Halaman: di daerah, samping,
belakang luas/sempit, kualitas:

15
ada/tidak ada, rumput
bersih/kotor, pribadi/umum
Batas Apa batas daerah: jalan, sungai,
got, kondisi: bersih/kotot
Kebiasaan Tempat berkumpul: siapa,
dimana, jam berapa
Transportasi Cara datang dan pergi, situasi
jalan dan jenis, alat transportasi
Pusat Pelayanan Pelayanana / keperawatan /
ibadah
Toko / warung Dipakai / tidak
Pusat perbelanjaan Klinik, tempat rekreasi,
sekolah, praktek
Orang dijalan Lokasi, cara komunikasi
suku Siapa yang dijumpai: ibu, bayi,
anak
Tempat ibadah Masjid, gereja, wihara, pura
Health Ada yang sakit akut / kronis,
jarak ke pelayanan kesehatan
Politik Bagaimana mencapai, jenis
Media Kompanye, poster, tv, radio,
Koran, majalah, papan
pengumuman, dan lain – lain
b. Aspek pendidikan
a) Status pendidikan
1. Lama total sekolah
2. Jenis sekolah
3. Bahasa
b) Fasilitas pendidikan (SD, SMP, SLTA, PT) baik didalam maupun di luar
community

c. System politik dan pemerintah


1. Jenjang pemerintah

16
2. Kebijaksanaan dapertemen kesehatan
d. Aspek keamanan dan transportasi
1) Keamanan
a) Protection service
b) Kualitas udara (polusi udara), kualitas air bersih, (polusi air)
2) Transportasi
a) Milik pribadi
b) Milik umum : bus umum – angkotan kota
e. Pelayanan kesehatan dan sosial
Untuk mengkaji pelayanan kesehatan dan sisoal di masyarakat yang
memberikan pengaruh terhadap hipertensi dibedakan menjadi dua klasifikasi
yakni fasilitas di luar komuniti da faslitas di masyarakat. Fasilitas pelayanan
kesehatan baik didalam maupun diluar komunitas adalah sebagai berikut:
a) Hospital
b) Praktik swasta
c) Puskesmas
d) Rumah perawatan
e) Pelayanan kesehatan khusus
f) Perawatan dirumah

Fasilitas pelayanan sosial baik didalam maupun diluar community, antara lain
adalah sebagai berikut:

1) Conseling support service


2) Pelayanan khusus (sosial worker)

Dari kedua tempat pelayanan tersebut, aspek – aspek / data – data yang perlu
dikumpulkan adalah sebagai berikut:

a) Pelayanan (waktu, ongkos, rencana kerja)


b) Sumber daya(tenaga, tempat, dana dan perencanaan)
c) Karakterstik pemakai(penyebaran, gaya hidup, sarana transportasi)
d) Statistic, jumlah pengunjung perhari/minggu/bulan
e) Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian pelayanan
f. Komunikasi yang diterima oleh masyarakat terkait hipertensi
1) Formal communication: mass media, TV, telepon, dll

17
2) Informal communication: papan pengumuman, selebaran, dll
g. Rekreasi yang dilakukan masyarakat
Yang menyangkut tempat – tempat rekreasi baik di dalam maupun diluar
community. Yang berpengaruh terhadap hipertensi di masyarakat
h. Aspek Ekonomi yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di masyarakat
Menurut ardiansyah (2012), dua pertiga penderita hipertensi hidup di Negara
miskin dan berkembang. Askep/komponen yang perlu di kaji:
1) Karakteristik pendapatan keluarga/rumah tangga
a) Rata – rata pendapatan keluarga/rumah tangga
% pendapatan kelas bawah
% keluarga mendapat bantuan sosial
% keluarga dengan kepala keluarga wanita
b) Rata – rata pendapatan perorangan
2) Karakteristik pekerjaan
a) Status ketergantungan
Jumlah populasi secara umum (umur >18 tahun)
% yang menganggur
% yang bekerja
% yang menganggur terselubung
Jumlah kolompok khusus
b) Kategori yang bekerja, jumlah, presentasenya
1. Manager
2. Teknikal
3. Pelayan
4. Petani buruh.

18
Pengkajian Komunitas Pada Klien Hipertensi

1. Riwayat atau adanya factor – factor resiko, antara lain:


Kegemukan, riwayat keluarga positif, peningkatan kadar lipid serum, merokok
sigaret berat, penyakit ginjal, terapi hormon kronis, gagal jantung, kehamilan.
2. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup menonton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
3. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosi, penyakit jantung koroner/katup,
dan penyakit cebrocaskular, episode palpitasi.
Tanda : kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
tikikardi, murmur stenosi valvular, distensi vena jugularis, kulit
pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian
kapiler mungkin lambat / bertunda.
4. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda : letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
5. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu)
6. Makanan/cairan
Gejala : makan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak serta kolestrol, mual, muntah, dan perubahan BB akhir
akhir ini (meningkat/menurun), riwayat penggunaan diuretic
Tanda : berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria

7. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara sponta setelah

19
beberapa jam) gangguan penglihatan, (diplobia, penglihatan
kabur, epistakis).
Tanda : status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,
efek proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan
8. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jatung), sakit kepala
9. Pernafasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea, otopnea,
dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda : distress pernafasan/pengunaan otot aksesori pernafasan bunyi
nafas tambahan (lrakties/mengi), sianosis.
10. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotesis, postural.

2.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral


2. Gangguan perfusi jaringan gangguan sirkulasi
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium sekunder penurunan
GFR
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventriker
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2
6. Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan kesadaran

2.5 INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Dx 1: Nyeri (nyer kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral

Tujuan: tekanan vascular serebral tidak meningkat

Criteria hasil: klien mengatakan tidak adanya sakit kepala

Intervensi:

20
a. Pertahankan tirah baring: lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
Rasional : meningkatkan relaksasi
b. Batasi aktivitas
Rasional : aktivitas yang meningkat vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
karena adanya peningkatan tekanan vascular serebral
c. Beri obat analgesic dan antiansietas (Diazepam) sesuai indikasi
Rasional : menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan system saraf
simpatik dan dapat mengurangi ketegangan serta ketidaknyamanan
yang di perberatkan oleh stress.
2. Dx 2: Gangguan perfusi jaringan gangguan sirkulasi
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Criteria hasil : klien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang baik seperti
ditunjukan dengan: TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada
keluhan sakit kepala dan pusing.
Intervensi:
a. Bedrest dengan posisi kepala terlentang atau posisi elevasi 15 – 45 sesuai indikasi
Rasional : mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena
dan memperbaiki sirkulasi serebral.
b. Monitor tanda – tanda vital tiap 2 jam
Rasional : mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini
dan untuk penetapan tindakan yang tepat.
c. Monitor tekanan intracranial dan respon neurologi
Rasional : untuk mengetahui perubahan nilai GCS mengkaji adanya
kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peringkatan
TIK.
3. Dx 3: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium sekunder
penurunan GFR
Tujuan : cairan dalam keadaan seimbang
Criteria hasil:\ : TTV dalam rentang normal, tidak ada oedema
Intervensi:
a. Pantau haluran urine, jumlah dan warna saat terjadi dieresis
Rasional : haluran urin mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi
ginjal
b. Kolaborasi pemberian diuretic
21
Rasional : meningkatkan laju urin dan menghambat reabsorbsi natrium pada
tubulus ginjal.
4. Dx 4: Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi ventriker.
Tujuan : afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokontriksi, tidak terjadi
iskemia miokard.
Criteria hasil : klien berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah
/ beban kerja jantung, mempertahankan TD dalam rentang individu
yang dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekuensi jantung
stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi:
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan menset dan tehnik yang tepat
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional : untuk mengetahui denyut karotis, jugularis, radialis, dan femoralis
mungkin terpalpasi.
c. Auskultasi bunyi jantung dan bunyi napas
Rasional : untuk mengetahui bunyi jantung S4 (adanya hypertrofi atrium) dan
S3 (hypertrofi ventrikeldan kerusakan fungsi) adanya krakles.
5. Dx 5: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas
Criteria hasil : klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan /
diperlukan, melaporkan peninkatan dalam intoleransi aktivitas.
Intervensi:
a. Kaji respon klien terhadap aktivitas
Rasional : mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktivitas dan indicator dari
kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
b. Intruksikan klien tentang teknik penghematan energy, misalnya: menggunakan
kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut.
Rasional : menghemat energy, mengurangi penggunaan energy juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
c. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri

22
Rasional : kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung
tiba – tiba.
6. Dx 6: Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan kesadaran
Tujuan : resiko injuri berkurang
Criteria hasil : klien merasa tenang dan tidak takut jatuh
Intervensi:
a. Berikan tampon hidung dan kompres dingin dengan es bila terjadi epitaksis
Rasional : menghentikan perdarahan, akibat pecahnya kapiler nasal
b. Kaji ulang visus klien, tanyakan keluhan terhadap pandangan kabur
Rasional : pandanan kabur dan penurunan visus adalah indicator kerusakan
retina mata
c. Kolaborasi pemberian pengobatan: analgesic, tranquilizer (diazepam), pemeriksaan
fundus mata (konsultasi dengan dokter ahli mata)
Rasional : mengurangi nyeri kepala, menurunkan kecemasan dan membentu
tidur, menilai komplikasi hipertensi pada mata (retina).

2.6 IMPLEMENTASI

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan semua rencana yang telah disusun
Dalam melaksanakan rencana yang sudah dibuat perlu diperhatikan:
a. Keterlibatan petugas kesehatan non keperawatan, masyarakat dalam rangka alih peran
b. Keterpaduan sumber – sumber yang ada (kekuatan, tenaga, biaya, waktu, lokasi dan
sarana) dengan pelayanan kesehatan maupun sector lain.
c. Terselenggaranya rujukan (medis maupun kesehatan)

Pada dasarnya implementasi keperawatan komunitas bertujuan: meningkatkan,


mempertahankan, memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit dan rehabilitasi. Perawat
bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan meliputi:

1. Bantuan untuk mengatasi masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi seimbang


/ sehat dan meningkatkan kesehatan
2. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat
3. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas

23
2.7 EVALUASI

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.


Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman
atau rencana proses tersebut. Keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari – hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau
dirumuskan sebelumnya.

24
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. WINSHIELD SURVEY
Area Yang Diobservasi Temuan

Tipe perkampungan / pedesaan apakah perumahan, semi usaha atau Rata – rata dari responden yang diamati tipe tempat tinggal ada
lingkungan bisnis berupa pedesaan dan ada beberapa yang tinggal di lingkungan
perumahan.

Lingkungan tempat tinggal : Rumah tempat tinggal satu sama lain saling berdekatan.

Apakah rumah tinggal (terpisah antara rumah satu dng yg lan),


apartemen, komoniti

Umur area perumahan : Bangunan rumah permanen, sudah bangunan lama tetapi terpelihara
dengan baik.
apakah bangunan baru, lama tapi terpelihara dengan baik, banyak
bangunan yg telah rusak, dll

Karakteristik sosial kultural : Pengkajian karakteristik sosial kultural menunjukkan hasil bahwa rata
– rata responden berusia > 60 Tahun, kegiatan umum atau perkerjaan
 Variasi umur penduduk
sehari – har- sebagai pedagang ( wirausaha ). Agama yang
 Kegiatan umum penduduk sehari-hari
mendominasi adalah agama Hindu.
 Ras yang mendominasi

25
 Pekerjaan/pengangguran
 Budaya yang mendominasi
Lingkungan : Pengkajian lingkungan secara umum ada beberapa responden yang
memiliki halaman luas pekarangan yang bersih dan beberapa
 Tampak umum : halaman, jalan, pekarangan, tanaman, dll
diantaranya memiliki tanaman obat. Beberapa klien merupakan
 Bahaya lingkungan : polusi udara, sampah, area bermain,
perokok aktif, selama masa pandemi klien mengalami kesulitan
penerangan, kondisi jalan, alat pemadam kebakaran, lalu
ekonomi.
lintas, polisi, jalan u/ penyeberangan anak, dll
 Sresor lingkungan : kegaduhan, kemacetan, tanda-tanda
adanya abuse, tanda penyalahgunaan obat terlarang, tanda
kemiskinan, perokok, minum2 keras, dll
Sumber-sumber yang ada di masyarakat (kualitas dan kuantitas)  Tempat belanja : pasar tradisional dan pasar modern serta ada
beberapa warung
 Tempat belanja
 Transportasi : sepeda motor, mobil, dan angkutan umum
 Transportasi
 Tempat rekreasi : ada lapangan, mall, dan pantai
 Tempat rekreasi
 Sarana pendidikan : PAUD - SMA
 Sarana pendidikan
 Sarana agama : terdapat tempat persembahyangan disetiap
 Sarana agama
rumah.
 Pelayanan keamanan
 Pelayanan keamanan : beberapa klien rumah dekat dengan
 Farmasi
kantor polisi

 Farmasi : beberapa klien memiliki P3K sederhana dirumah.

 Kegawat daruratan ; pemadam dll ( jarak yang ditempuh

26
 Kegawat daruratan ; pemadam dll untuk kegawat daruratan seperti pemadam kebakaran lumayan
 Pelayanan umum (bank, kantor pos, terminal dll) jauh dari tempat tinggal )
 Sarana pembuangan samah  Pelayanan umum (bank, kantor pos, terminal dll) : beberapa
 Koran dinding klien rumah yang ditepati dengan dengan BANK dan kantor
pos

Pelayanan Kesehatan Setiap responden memperoleh akses mudah untuk ke fasilitas


kesehatan.
 Fasilitas kesehatan (RS, puskesmas, klinik, praktek
dokter/bidan/perawat, dll)

27
B. PENGKAJIAN KEBUTUHAN KESEHATAN KOMUNITAS

Pengkajian Hasil

1. Inti Komunitas Inti komunitas :


 Demografi
Mayoritas klien adalah perempuan ( 63,33%) dan laki – laki (
 Etnik (budaya)
36,67%). Beragama hindu ( 100%) status menikah (100%). Usia
 Nilai dan kepercayaan
klien 41-50 tahun ( 23,33%), 51-60 Tahun (33,33%) dan > 60 Tahun
( 43.33%). Dari ke 30 klien ttempat tinggal berbeda – beda, Tabanan
(26,67%), Jembrana (16,67%), Badung (20,00%), Gianyar (13,33%),
Klungkung (3,33%), dan Kota Denpasar (20,00%). Mayoritas klien
berpendidikan SMA ( 36,67%). Mayoritas klien pedagang
(wirausaha) ( 30.00%).

2. Subsistem a. Lingkungan fisik


a. Lingkungan Fisik : Rata – rata dari responden yang diamati tipe tempat tinggal
 Lokasi dan batas desa ada berupa pedesaan dan ada beberapa yang tinggal di
 Cuaca/musim lingkungan perumahan. Bangunan rumah permanen, sudah
 Kondisi tana, air, udara bangunan lama tetapi terpelihara dengan baik. secara umum
 Perumahan ada beberapa responden yang memiliki halaman luas
 Binatang dan tumbuhan pekarangan yang bersih dan beberapa diantaranya memiliki

28
 Sampah dan pengelolaannya tanaman obat.
 Pelayanan umum b. Pendidikan
b. Pendidikan Mayoritas klien berpendidikan SMA ( 36,67%)
 Tingkat pendidikan c. Sistem Politik dan Pemerintahan
 Sarana pendidikan -
c. Sistem Politik dan pemerintahan d. Keamanan dan transportasi
 Sistem pemerintahan umum Jenis transportasi yang digunakan responden yaitu sepeda
 Manajemen masyarakat; sistem pemilihan pemimpin, motor, mobil, dan angkutan umum
perkumpulan di masyarakat, PJ kesehatan masyarakat e. Pelayanan kesehatan
d. Keamanan dan transportasi Setiap responden memperoleh akses mudah untuk ke fasilitas
e. Pelayanan kesehatan dan sosial kesehatan (RS, puskesmas, klinik, praktek
 Sarana dan fasilitas yg ada dan sering digunakan dokter/bidan/perawat, dll).
masyarakat f. Komunikasi
 Asuransi kesehatan Mayoritas responden menggunakan alat komunikasi smart
 Perilaku kesehatan penduduk phone. Cara penyampaian informasi secara lisan melalui
f. Komunikasi telepone ataupun tulisa melalui chat wahtsapp.
 Alat komunikasi g. Ekonomi
 Di mana sering berkumpul Sebagian besar responden memiliki tingkat ekonomi
 Bagaiman cara penyampaian informasi menengah kebawah. Mayoritas klien pedagang (wirausaha)
g. Rekreasi (30.00%).
 Sarana rekreasi h. Rekreasi

29
 Jenis rekreasi Tempat rekreasi yang terdapat di wilayah tempat tinggal
h. Ekonomi responden yaitu lapangan, mall, dan pantai.
 Tingkat ekonomi
 Jenis pekerjaan
 Pengangguran
 Industri rumah tangga
 Pusat pembelanjaan

30
FORMAT PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

No Masalah Kes A B C D E F G H I J K Tot Prioritas

1. Kesiapan 4 2 4 5 4 3 3 3 2 4 4 37 Prioritas 2 :
peningkatan
Kesiapan peningkatan manejemen kesehatan berhubungan
manejemen
dengan pola pengaturan kesehatan dalam kehidupan sehari-
kesehatan
hari ditandai dengan Setiap responden memperoleh akses
berhubungan dengan
mudah untuk ke fasilitas kesehatan dan sebagian besar
pola pengaturan
responden memiliki lingkungan dan halaman luas
kesehatan dalam
pekarangan yang bersih dan beberapa diantaranya memiliki
kehidupan sehari-
tanaman obat, beberapa klien memiliki P3K sederhana
hari ditandai dengan
dirumah.
Setiap responden
memperoleh akses
mudah untuk ke
fasilitas kesehatan
dan sebagian besar
responden memiliki
lingkungan dan
halaman luas

31
pekarangan yang
bersih dan beberapa
diantaranya memiliki
tanaman obat,
beberapa klien
memiliki P3K
sederhana dirumah.

2. Pemeliharaan 5 4 4 3 4 4 3 3 2 4 4 40 Prioritas 1 :
kesehatan tidak
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
efektif berhubungan
prilaku responden ditandai dengan beberapa responden
dengan prilaku
merupakan perokok aktif
responden ditandai
dengan beberapa
responden
merupakan perokok
aktif

32
KETERANGAN PEMBOBOTAN :

1. Sangat rendah A. Risiko terjadi G. Tempat


2. Rendah B. Risiko keparahan H. Waktu
3. cukup C. Potensial untuk penkes I. Dana
4. Tinggi D. Minat masy J. Fasilitas kesehatan
5. Sangat tinggi E. Kemungkinan diatasi K. Sumber data
F. Sesuai dengan
6. program
pemerintah

33
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

N Dx Kep Stra Ren Evaluasi


o
TUM TUK tegi intervensi cana Sum Tem PJ

Keg. ber pat

1. Kesiapan untuk 1. Meningkatkan 1. memberikan 1. Melakukan Kriteria Standar


peningkatan meningkatkan pengetahuan informasi, sosialisai Masyarakat
1. kelesta
manejemen manajemen masyarakat komunikasi pentingnya mampu :
rian
kesehatan kesehatan mengenai dan menjaga
1. menje lingkunga
berhubungan masyarakat, pentingnya memotivasi lingkungan
laskan n adalah
dengan pola menjadikan penjagaan masyarakat sekitar
pentingnya proses
pengaturan masyarakat yang kelestarian 2. Memberikan 2. Memberikan
menjaga pengelola
kesehatan peduli akan lingkungan KIEM atau pelatihan
kelestarian an
dalam kesehatan dan 2. Menciptakan pendidikan masyarakat
lingkungan sumber
kehidupan lingkungan dan masyarakat kesehatan cara
dengan daya
sehari- hari menjadikan yang mampu 3. mengajak mengangani
bahsanya alam Masyarakat
ditandai masyarakat yang melakukan masyarakat penyakit
sendiri (SDM)
dengan Setiap tanggap akan antisipasi memanfaatk hipertensi
2. mam dengan
responden pencegahan an tanaman 3. Kerja sama

34
memperoleh kesehatan dini terhadap toga dengan pu memperti
akses mudah penyakit kesehatan menyebutk mbangka
untuk ke hipertensi batra an cara n kondisi
fasilitas 3. Manjadikan terhadap pencegahan alam agar
kesehatan dan masyarakat manfaat awal sesuai
sebagian besar yang mampu tanaman toga penyakit dan
responden mendeteksi hipertensi terjaga
memiliki tanda awal 3. Mam 2. penceg
lingkungan dan gejala pu ahan
halaman luas penyakit menyebutk hipertensi
pekarangan an tanda yaitu
yang bersih awal gejala menguran
dan beberapa penyakit gi asupan
diantaranya hipertensi natrium
memiliki (sodium),
tanaman obat, batasi
beberapa klien konsumsi
memiliki P3K alcohol,
sederhana menghind
dirumah. ari
merokok

35
3. menge
nali tanda
awal
Pemeliharaan gejala
kesehatan tidak yaitu
efektif nyeri
berhubungan kepala
dengan prilaku saat
1. Meningkatkan
responden terjaga,
pengetahuan
ditandai 1. Melakukan penglihat
responden
dengan penyuluhan an kabur
tentang
beberapa kesehatan
perawatan
responden 1. Memberikan mengenai
hipertensi
merupakan informasi, hipertensi pada
1. Untuk ditandai
perokok aktif dan motivasi masyarakat
meningkatkan 2. Meningkatkan
responden
efektifitas partisipasi 2. Melakukan
2. memotivasi
pemeliharaan responden pengecekan
responden
kesehatan dengan kesehatan pada
untuk
masyarakat hipertensi masyarakat
melakukan
2. untuk dalam dengan
pemeriksaan
menjadikan perawatan

36
masyarkat kesehatan kesehatan hipertensi 1.Hipertens
yang mampu 3. Pengetahuan 3. Menyebarkan i adalah
3. memberikan 1.Menjelaska
mejaga masyarakat informasi suatu
penkes tentang n cara
kesehatan tentang cara kepada keadaan
cara perawatan mengenali
merawat masyarakat diaman
hipertensi hipertensi
hipertensi terjadi
dengan berupa pada
dengan cara peningkata
leflet atau mayarakat
menyebutkan n tekanan
pemasangan 2.Melakukan
pengertian, darah
poster pemeriksaa
tanda, gejala secara
n kesehatan
dan akibat- abnormal
di post
akibat dari dan terus
pelayanan
hipertensi menerus
kesehatan
pada
3.melakukan
beberapa
penyuluhan
kali
tentang
pemeriksaa
cara
n tekanan
perawatan
darah
hipertensi
2.80%
Masyarakat

37
mau ritun
melakukan
pemeriksaa
n kesehatan
di post
pelayanan
kesehatan

3.80%
masyarakat
yang
diberikan
penyuluhan
mampu
menjelaska
n kembali
tentang
cara
perawatan
hipertensi

38
FORMAT RENCANA KERJA (POA) KEPERAWATAN KOMUNITAS

No Masalah Tujuan Rencana Sasa Waktu Tempat Dana PJ

Kegitan ran

39
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Hipertensi adalah suatu keadaan diaman terjadi peningkatan tekanan darah


secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah
yang disebabkan satu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. Menurut JNC,
hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Tagor, 2003).

Hipertensi tergantung pada kecepatan denyut nadi jantung, volume sekuncup


dan Total Peripheral Resistance (TPR). Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat
terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormone pada nodus SA. Peningkatan
kecepatan denyut hantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan
hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya
dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup sehingga tidak menimbulkan
hipertensi (Corwin, 2000).

3.2 Saran

Cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :

1. Mempertahankan berat badan ideal


Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index (BMI) dengan rentang
18,5-24,0 kg/m
2. Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah garam yaitu
tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam /hari).
3. Batasi konsumsi alcohol
Konsumsi alcohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat
meingkatkan tekanan darah. Parah peminum berat mempunyai resiko mengalami
hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak minum minuman
berakohol.
4. Makanan K dan Ca yang cukup dari diet

40
Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500) mg/hari) dengan cara konsumsi
diet tinggi buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan
lemak jenuh dan lemak total.
5. Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi,
tetapi merokok dapat meningkatkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti
penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihndari mengkonsumsi tembakau (rokok)
karena dapat memperberat hipertensi.
6. Penurunan stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode
stress sering terjadi menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi.
7. Terapi masase (pijat)
Pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk
memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan
komplikasinya dapat diminimalisirkan, ketika semua jalur energy terbuka dan aliran
energy tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko
hipertensi dapat ditekan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. A. (2019). Buku Ajar Konsep-Konsep Dasar Dalam Keperawatan Komunitas.


Deepublish.

Irnanda, Y. (2013). Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kader
Posyandu di Wilayah Binaan Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor.

Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri. 2017. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika.

Nurarif, Amin Huda & Herdhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta : Medication
Jogja.

Kati, R, K., Opod, H., & Pali, C, (2018). Gambaran Emosi dan Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Hipertensi di Puskesmas Bahu. Jurnal e-Biomedik, 6(1).

RUMIATI, N. (2007). ANALISI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LANJUT


USIA HIPERTENSI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PROMOSI
KESEHATAN DI DESA KALIERJO, KEBUMEN (Doktoral dissertation, STIKES
Muhammadiyah Gombong).

Mardian, N. (2019). PENERAPAN ASUAHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA


PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PETALING. Jurnal
Keperawatan Pangkalpinang, 2 (1), 9 – 14.

42
Pathway

43
44

Anda mungkin juga menyukai