Anda di halaman 1dari 6

JIM FKep Volume III No.

3 2018

INTENSITAS BELAJAR DENGAN TINGKAT STRES PADA SISWA


PESANTREN

LEARNING INTENSITY AND STRESS LEVEL OF STUDENTS AT THE


ISLAMIC BOARDING SCHOOL

Yuni Shelma1, Arfiza Ridwan2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
e-mail: yunishelma@gmail.com; arfizaridwan@unsyiah.ac.id

ABSTRAK
Stres dikalangan siswa sekolah menjadi perhatian saat ini, adapun faktor yang memicu terjadinya stres
diantaranya adalah intensitas belajar yang tinggi. Pesantren sendiri merupakan salah satu lembaga
pendidikan formal Islam yang memadukan kurikulum nasional dan kurikulum yang dibuat oleh pesantren.
Siswa pesantren dapat menghabiskan waktu hampir 24 jam untuk belajar. Waktu penelitian dilakukan
pada tanggal 1 Mei 2018. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan intensitas belajar dengan tingkat
stres dengan pendekatan model adaptasi Roy pada siswa di Pesantren Kecamatan Darul Imarah
Kabupaten Aceh Besar. Jenis penelitian ini deskriptif korelatif dengan desain cross sectional. Sampel
penelitian ini sebanyak 87 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
Proportional Random Sampling. Alat pengumpulan data berupa kuesioner intensitas belajar dan DASS
42. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa: tidak terdapat hubungan intensitas belajar dengan tingkat stres
pada siswa di Pesantren (p-value = 0,47), selanjutnya bila dilihat dari subvariabel didapatkan tidak
terdapat hubungan motivasi (p-value = 0,86), durasi kegiatan (p-value = 0,43), frekuensi kegiatan (p-
value = 0,26), arah sikap (p-value = 0,81), minat (p-value = 0,47) dengan tingkat stres. Dari hasil
penelitian diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat bagi sekolah terkait kegiatan belajar mengajar
serta bagi perawat menjadi dasar untuk pengembangan upaya promkes di sekolah.

Kata Kunci : intensitas belajar, tingkat stres

ABSTRACT
Stress among school students has been an attention nowadays, while the factor of this stress is due to the
high learning intensity done by students. Islamic boarding school is one of the Islamic formal education
institutions which combine national curriculum and curriculum made by the school. The students in
Islamic boarding school can spend 24 hours of their time to study. This research was conducted on May
1, 2018. The aim of this study is to find out the relationship between the learning intensity and stress level
with a Roy adaptation model approach of students in the Islamic Boarding School at Darul Imarah Sub-
district in Aceh Besar Regency. The type of this research is correlative descriptive with the cross-
sectional design. The sample of this study have 87 students. The sample collecting technique of this study
is proportional random sampling. The instrument of this research is a questionnaire learning intensity and
DASS 42. The result of this study shows that there is no relationship between the students’ learning
intensity and their stress level at the Islamic boarding school (p-value= 0.47). Moreover, it can be seen
from the sub-variable that there is no relationship either between stress and the motivation (p-
value=0.86), activity duration (p-value=0.43), activity frequency (p-value=0.26), attitude (p-value=0.81),
or interest (p-value=0.47) with stress level. The result of this study is expected to be a beneficial input for
the school relating to the teaching-learning process. As for the nurses, it is hoped that it can be the source
in developing the health program in school.

Keywords : learning intensity, stress level

125
JIM FKep Volume III No. 3 2018

PENDAHULUAN 2017). Kedudukan pondok pesantren dalam


Pada tahun 2011, Komisi Nasional sistem pendidikan Indonesia telah diatur
Perlindungan Anak menerima rata-rata 200 dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003
laporan kasus terjadinya stres, yang bahwa pondok pesantren merupakan salah
meningkat 98% dari tahun sebelumnya. satu bentuk dari pendidikan keagamaan yang
Laporan ini turut mengindikasi adanya diselenggarakan oleh pemerintah dan
peningkatan gangguan stres di Indonesia sekelompok masyarakat. (Pritaningrum &
(KPAI, 2012) terutama kalangan pelajar atau Hendriani, 2013). Pesantren memiliki sistem
peserta didik (Rahmat, 2013). Kondisi pembelajaran yang sedikit berbeda dengan
sekolah tidak dipungkiri menjadi salah satu sekolah umum, kegiatan belajar mengajar
penyebab siswa mengalami stres, salah dilaksanakan pada pagi, sore dan malam hari.
satunya berupa beban kurikulum yang terlalu Setiap tahunnya 5-10% dari santri di pondok
banyak (Aryani, 2012). Stres berdampak pesantren mengalami masalah dalam
buruk pada pembelajaran dan memori, cara melakukan proses penyesuaian diri, seperti
bagaimana siswa menghadapi stres tidak mampu mengikuti pelajaran dan sulit
tergantung bagaimana mereka memahami tinggal di asrama karena terpisah dari
dan bereaksi terhadap situasi (Sripongwiwat, orangtua sehingga muncul tindakan-tindakan
et al, 2017). Menurut Goodman & Leroy yang melanggar aturan pondok (Mawaddah
(dalam Desmita, 2012), salah satu sumber & Titiani, 2016).
stres siswa adalah akademik, stresor
akademik merupakan sumber stres yang Penelitian terkait yang dilakukan oleh
berasal dari proses belajar mengajar seperti Sulaeman (2014), dengan penelitian “Derajat
tekanan untuk naik kelas, lama belajar, Stres dan Strategi koping Stress Siswa
banyak tugas, ujian dan manajemen waktu. Tsanawiyah Al-Furqan Islamic Boarding
School Jawa Barat”, menunjukkan bahwa
Adapun faktor lain yang memicu terjadinya 86% mengalami stres yang disebabkan
stres adalah intensitas belajar yang meliputi karena tuntutan akademik, sosial, dan
dari kebiasaan individu, proses pembelajaran, peraturan. Lebih lanjut hasil penelitian oleh
lingkungan belajar yang baru, hubungan Saputri (2017) di Pesantren Darul Ihsan Tgk.
dengan guru dan teman. Namun, tidak semua H. Hasan Krueng Kalee menunjukkan adanya
orang mampu melakukan adaptasi dan 30,2% mengalami stres dengan prestasi yang
mengatasi penyebab dari stres (stressor) kurang baik.
tersebut, sehingga terkadang dapat
menimbulkan dampak keluhan berupa stres, Menurut pandangan Theory Adaptation
cemas, dan depresi (Maulana et al, 2013). Model yang dikembangkan oleh Roy (1970
Intensitas belajar merupakan frekuensi atau dalam Alligood & Tomey), setiap individu
jumlah belajar yang dilakukan siswa dalam dipengaruhi oleh stresor yang disebut
tingkat waktu tertentu untuk memperoleh stimulus, stimulus dapat berupa lingkungan.
pengalaman secara maksimal, tingkat Stimulus lingkungan termasuk fokal,
intensitas belajar yang dimaksud adalah kontekstual, dan residual. Stimulus fokal
seberapa sering usaha yang dilakukan siswa adalah salah satu yang paling nyata dihadapi
untuk menghasilkan perubahan-perubahan individu. Stimulus kontekstual merupakan
dalam bentuk pengetahuan, pemahaman dan stimulus lain yang berkontribusi langsung ke
keterampilan (Sholikhah, 2012). adaptasi. Stimulus residual adalah faktor lain
yang tidak diketahui secara langsung dapat
Pesantren merupakan lembaga pendidikan berkontribusi untuk adaptasi. Ketika tuntutan
Islam formal yang ada di Indonesia (Zahidi, stimulus lingkungan sangat besar atau

126
JIM FKep Volume III No. 3 2018

mekanisme adaptif individu terlalu rendah, HASIL


maka respon perilaku menjadi tidak efektif Berdasarkan hasil penelitian yang telah
sebagai koping individu (Christensen & dilakukan terhadap 87 responden, didapatkan
Kenney, 2009 dalam Asniar, 2017). hasil sebagai berikut:

Berdasarkan fenomena yang telah dijabarkan Tabel 1. Data Demografi Siswa di Pesantren
diatas maka penting dilakukan penelitian
No Data Demografi f %
untuk mengetahui dan mengungkapkan
1 Usia
apakah ada hubungan intensitas belajar Remaja Menengah
dengan tingkat stres siswa di pesantren 16 Tahun 49 56.3
17 Tahun 38 43.7
METODE
Peneltian ini termasuk penelitian deskriptif 2 Jenis kelamin :
Laki-laki 43 49.4
korelatif dengan menggunakan pendekatan 44 50.6
Perempuan
cross sectional study yang dilaksanakan pada
tanggal 1 Mei 2018 di sebuah Pesantren
Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Berdasarkan tabel 1. Menunjukkan bahwa
Besar. Sampel dalam penelitian ini adalah 87 frekuensi tertinggi responden pada umur 16
tahun sebanyak 49 siswa (56.3%) dan
siswa kelas 2 Aliyah.
frekuensi tertinggi responden berdasarkan
jenis kelamin yaitu perempuan sebanyak 44
Sebagai alat pengukur data dalam penelitian siswa (50.6%).
ini, peneliti menggunakan kuesioner dalam
bentuk bentuk skala likert yang dirancang Tabel 2. Intensitas Belajar Dengan Tingkat
sendiri oleh peneliti dan kuesioner DASS 42 Stres Pada Siswa Pesantren
untuk mengukur tingkat stres pada siswa.
Tingkat Stres
Kuesioner yang digunakan terdiri dari tiga Total p-
Intensitas Sedang
bagian, yaitu : data demografi, pertanyaan Belajar Normal Ringan
val
& Berat ue
tentang tingkat intensitas belajar dan tingkat
f % f % f % f %
stres pada siswa di pesantren. Data di olah
Tinggi
dengan langkah-langkah: editing, coding, 16 34.8 14 30.4 16 34.8 46 100

transfering, dan tabulating. Rendah


18 43.9 8 19.5 15 36.6 41 100
0.47

Total
Penelitian dilakukan setelah mendapatkan 34 39.1 22 25.3 31 35.6 87 100

surat lulus uji etik dari Komite Etik Fakultas


Keperawatan Universitas Syiah Kuala yang Berdasarkan tabel 2. Dapat disimpulkan
bertujuan untuk melindungi dan menjamin bahwa dari 46 siswa dengan intensitas
kerahasiaan responden. Peneliti dalam belajar berkategori tinggi terdapat 16 siswa
penelitian ini menekankan beberapa etika (34.8%) dengan tingkat stres normal, 14
yaitu: principle of beneficence, the principle siswa (30.4%) dengan tingkat stres ringan
dan 16 siswa (34.8%) dengan tingkat stres
of respect for humandignity, the principle of sedang & berat sebanyak 15 siswa. Hasil uji
justice dan Informed concent. statistik dengan Chi-Square pada  = 0,05
Analisa data terdiri dari analisa univariat dan didapatkan nilai P-value 0,47 > 0,05 dapat
bivariate. Analisa univariat digunakan untuk dikatakan bahwa hipotesa null (Ho) diterima
melihat distribusi frekuensi dari setiap yang berarti tidak ada hubungan intensitas
variabel, sedangkan analisa bivariate belajar dengan tingkat stres pada siswa di
menggunakan uji Chi Square untuk melihat Pesantren Kecamatan Darul Imarah
Kabupaten Aceh Besar.
hubungan dari kedua variabel.

127
JIM FKep Volume III No. 3 2018

PEMBAHASAN dalam belajarnya (Bakrie, 2011). Dalam


Intensitas Belajar Dengan Tingkat Stres penelitian ini kondisi belajar siswa terbilang
Pada Siswa Pesantren di Kecamatan padat namun mereka menikmati kegiatan
Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar tersebut dengan baik.
Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada
pada  = 0,05 didapatkan nilai P-value 0,47 Untuk lima sub variabel dalam intensitas
> 0,05 dapat dikatakan bahwa hipotesa null belajar yaitu motivasi, durasi kegiatan,
(Ho) diterima yang berarti tidak ada frekuensi kegiatan, arah sikap dan minat
hubungan intensitas belajar dengan tingkat juga tidak terdapat hubungan dengan tingkat
stres pada siswa di Pesantren Kecamatan stres.
Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
Motivasi merupakan suatu kekuatan dalam
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian diri siswa agar tujuan belajar tercapai. Hal ini
yang dilakukan Husni (2016) yang sesuai dengan pendapat Sugihartono (2007)
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang mengatakan bahwa motivasi belajar
(p-value = 0,865) intensitas belajar dengan yang tinggi tercermin dari ketekunan yang
tingkat stres siswa kelas V SD se-gugus III tidak mudah goyah. Dalam penelitian Husni
Kecamatan Gondokusumo Yogyakarta. (2016) mengungkapkan bahwa motivasi
Penelitian ini mengindikasi bahwa kegiatan dapat berkorelasi dengan stres ketika
belajar terlalu tinggi tidak memunculkan stres motivasi belajar terlalu berlebihan. Hal
pada siswa. Hal tersebut dikarenakan tidak tersebut sesuai dengan pernyataan Raymond
semua indikator intensitas belajar terlalu J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes (2004
tinggi berkolerasi dengan stres. Indikator dalam Husni 2016) yang mengatakan bahwa
tersebut antara lain: motivasi belajar motivasi adalah persediaan energi terbatas
instrinsik dan ekstrinsik yang tinggi serta yang harus dibagi antara diri kita dan dunia
arah sikap yang positif. Indikator bersifat secara bijak.
positif dan tidak memunculkan stres. Untuk
dapat mengungkap adanya korelasi yang Motivasi dapat merupakan stimulus interna
positif dan signifikan antara intensitas belajar diri yang dapat menjadi pendorong bagi
terlalu tinggi dengan stres, maka perlu ada siswa pesantren untuk dapat belajar secara
perbaikan indikator- indikator yang tidak efektif. Respon perilaku yang muncul dapat
mempunyai korelasi dengan munculnya stres. menentukan apakah adaptasi merupakan
suatu respon efektif atau inefektif terhadap
Berdasarkan konsep teori adaptasi menurut stimulus (Asniar, 2017). Hal ini juga sesuai
Roy (1984), bahwa seseorang mampu dengan teori adaptasi Roy (1984), yang
menghadapi stres tergantung bagaimana memandang seseorang sebagai suatu sistem
seseorang memiliki mekanisme koping yang yang adaptif. Individu mampu
baik terhadap suatu peristiwa yang mempertahankan perilaku secara adaptatif
menimbulkan stres (Irfan & Wibowo, 2015). karena manusia adalah makhluk yang holistik
Dapat dikatakan bahwa siswa pesantren pada yang memiliki sistem adaptif yang selalu
penelitian ini memilki mekanisme koping beradaptasi (Alligood & Tomey, 2010).
yang baik, sehingga mereka mampu
menjalani kegiatan di pesantren yang Berdasarkan konsep teori adaptasi menurut
terbilang padat. Roy (1984), bahwa seseorang mampu
menghadapi stres tergantung bagaimana
Prestasi belajar yang maksimal dicapai seseorang memiliki mekanisme koping yang
dengan intensitas belajar yang sistematis, baik terhadap suatu peristiwa yang
yaitu efektif dan efisien. Efektif berarti tepat menimbulkan stres (Irfan & Wibowo, 2015).
dan dapat memberikan hasil, sedangkan Siswa memiliki mekanisme koping yang baik
efisien berarti hasil tersebut diperoleh dengan dalam mengatur jam belajar di pesantren.
waktu, tenaga dan biaya yang minimal Dalam penelitian ini siswa mampu mengatur
(Sholikhah, 2012). Stres belajar sendiri kegiatan belajar sehingga para siswa justru
menurut ahli ketika kondisi anak didik tidak menikmati kegiatan di pesantren.
dapat belajar secara wajar yang disebabkan
adanya tekanan, hambatan ataupun gangguan
128
JIM FKep Volume III No. 3 2018

Roy menggambarkan dua proses internal


dasar yang digunakan dalam adaptasi, Aryani, R. (2012). Kesehatan Remaja:
regulator subsistem dan kognator subsistem Problem dan Solusinya. Jakarta:
Regulator subsystem menerima dan
Salemba Medika
memproses dan perubahan stimulus dari
lingkungan eksternal dan diri internal melalui
nerual-chemical-endocrine channels. Asniar. (2017). Pengembangan Sikap
Sementara cognator subsystem menerima “Caring” Pada Anak Usia Sekolah
berbagai stimulus eksternal dan internal yang Sebagai Upaya Promosi Kesehatan,
melibatkan faktor-faktor psikologis dan The Development of Caring on
sosial (Asniar, 2017). Dalam penelitian ini School Age Children as Health
siswa mampu beradaptasi dengan aktifitas
Promotion. Idea Nursing Journal
belajar yang begitu padat karena para siswa
mampu mengatur jam belajar selama di Vol. 1 No. 1
pesantren. Di pesantren sendiri siswa
ditanamkan pentingnya menjaga kesehatan Asniar. (2017). Meaning Of Health and
kesehatan, mejaga kesehatan adalah cara Health Improvement Of Muslim
bagaimana kita mampu menjaga kesehatan Female Adolescents in Muslim
tubuh, dan pikiran, termasuk lingkungan Schools in Aceh, Indonesia.
yang rapi. Jika pikiran tidak sehat itu dapat
Songklanagarid Journal of Nursing.
menyebabkan gangguan mental, seperti stres
(Asniar, 2017). Dalam teori Roy (1984) Volume 37 No. 2 April-June 2017:
seseorang mampu menghadapi stres 144-153
tergantung bagaimana seseorang memiliki
mekanisme koping yang baik terhadap suatu Bakrie. (2010). Konsep Strategi
peristiwa yang menimbulkan stres (Irfan & Pembelajaran. Bandung: PT Refika
Wibowo, 2015). Dalam penelitian ini para
Aditama
siswa memiliki mekanisme koping yang baik
karena mereka memiliki pikiran postif akan
aktifitas belajar di pesantren. Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Konsep diri yang baik merupakan respon
perilaku dari adanya mekanisme koping yang Husni, W. M. (2016). Hubungan Intensitas
baik. Respon perilaku ini menentukan Belajar Terlalu Tinggi dan Sikap
adaptasi seseorang dalam menhadapi
Otoriter Orang Tua dengan Stres
stimulus (Asniar, 2007). Dalam penelitian ini
para siswa telah memiliki konsep diri berupa Siswa Kelas V. Jurnal Pendidikan
kemauan belajar yang baik tanpa Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun
mengkhawatirkan padatnya jadwal belajar Ke-5
yang mereka ikuti, karena mereka telah
ditanamkan konseptualisasi yang baik. Irfan, M. & Wibowo, H. (2015). Hubungan
Tingkat Stres Dengan Kadar Gula
KESIMPULAN
Darah Pada Penderita Diabetes
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat Mellitus (DM) Di Puskemas
hubungan antara intensitas belajar dengan Peterongan Kabupaten Jombang.
tingkat stres dan untuk kelima sub variabel Jurnal Keperawatan Vol. 1, No. 2
intensitas belajar juga tidak terdapat (2015)
hubungan dengan tingkat stres.
KPAI. (2012). Peta Permasalahan
REFERENSI
Alligood, M.R. & Tomey, A.M,. (2010). Perlindungan Anak di Indonesia.
Nursing Theorists and Their Work, 7 (Online). Tersedia:
th Edition. Louis: Mosby Elsevier http://kpai.go.id/artikel/peta-

129
JIM FKep Volume III No. 3 2018

permasalahan-perlindungan-anak-di- Sripongwiwat, S. et al. (2017). An


indonesia.html. [5 April 2018] Investigation Of Learning Stressors
Among Secondary School Students: A
Maulana, Z.F, et al. (2013). Diffterences in Case Study In Northeast Thailand.
Stress Level Between First-year and Kasetsart Journal Of Social Sciences
Second-year Medical Students in
Medical Faculty of Lampung Sulaeman, R.F., & Joefiani, P,. (2014). Study
University: Medical Faculty of Deskriptif Mengenal Derajat Stres
Lampung University Dan Strategi Coping Stress Siswa
Mawaddah, N., & Titiani, E. (2016). Tsanawiyah Di Pesantren X
Efektifitas Group Discussion
Therapy Dalam Menurunkan Stres Zahidi, S. (2017). Pondok Pesantren Sebagai
Remaja di MTS Pesantren Al-Amin Lembaga Pendidikan Alternatif.
Mojokerto, Jurnal Ilmiah Kesehatan KUTTAB,Vol 1(1): Universitas
Medica Majapahit, vol 8(2) Islam Lamongan

Pritaningrum, M., & Hendriani, wiwin.


(2013). Penyesuaian Diri Remaja
yang Tinggal di Pondok Pesantren
Modern Nurul Izzah Gresik Pada
Tahun Pertama, Jurnal Psikologi
Kepribadian dan Sosial, Vol.02
No.03

Rahmat, Helmi. (2013). Kecenderungan


Kepribadian Peserta Didik
Berdasarkan Tingkat Gejala Stres
Akademik. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia

Saputri, A.R,. (2017). Hubungan Tingkat


Stres, Kecemasan, dan Depresi
Dengan Tingkat Prestasi Akademik
Pada Santri Aliyah Di Pondok
Pesantren Darul Ihsan Tgk. H.
Hasan Krueng Kalee, Darussalam,
Aceh Besar, Aceh. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah

Sholikhah, S. (2012). Hubungan Intensitas


dan Motivasi Belajar dengan prestasi
belajar mahasiswa SI Keperawatan
stikes muhammadiyah Lamongan.
Vol.02, No XII

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi


Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press

130

Anda mungkin juga menyukai