Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“Asuhan Keperawatan pada Pasien Meningitis”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III

Dosen Pengampu :
Reny Prima Gusty, S.Kp.M.Kes

Oleh :
Kelompok 4 (A genap 2018)
1. Hasby Yessiva 1811312032
2. Dania Alyani 1811312034
3. Irma Yovita 1811312036
4. Rihadatul Nur 1811312038
5. Adellia Sandra 1811312040
6. Riska Andreni 1811312044
7. Hasfira Dwi Citra 1811312046
8. Annisa Febriani 1811312048
9. Suci Dewi Damayanti 1811313002
10. Mutiara Fitra 1811312004

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien Meningitis”.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Besar harapan


kami semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.Mudah-mudahan
hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi kita
sekalian, Aamiin.

Padang, 22 Agustus 2020

Penyusun
Kelompok 4

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................2
1.3 Manfaat ........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Meningitis
1. Defenisi meningitis .................................................................................3
2. Etiologi .....................................................................................................4
3. Patofisiologi .............................................................................................6
4. Klasifikasi ................................................................................................7
5. Manifestasi Klinis ...................................................................................8
6. Dampak Masalah/Komplikasi...............................................................9
7. Penatalaksanaan .....................................................................................9
8. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................10
9. WOC.........................................................................................................11
B. Asuhan keperawatan pada pasien Meningitis
1. Pengkajian ...............................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan ..........................................................................14
3. Implementasi ...........................................................................................18
4. Evaluasi ...................................................................................................19

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...................................................................................................20
3.2   Saran .............................................................................................................20
Daftar Pustaka ....................................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai


piameter, arakhnoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak
dan medula spinalis yang superfisial. Sedangkan yang dimaksud meningitis
purulenta adalah infeksi akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan
menimbulkan reaksi purulen pada cairan otak. Meningitis merupakan masalah
kesehatan serius yang perlu diketahui dan diobati untuk meminimalkan gejala sisa
neurologis yang serius dan memastikan keselamatan pasien (Wordpress, 2009).
Infeksi terbatas pada meningeal yang menyebabkan gejala yang menunjukkan
meningitis (kaku kuduk, sakit kepala, demam) sedangkan bila parenkim otak
terkena, pasien memperlihatkan penurunan tingkat kesadaran, kejang, defisit
neurologis fokal, dan kenaikan tekanan intrakranial (Harsono, 2005).

Meningitis bakterial merupakan infeksi sistem saraf pusat (SSP) yang


paling berat dan sering serta masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Angka
kematian mencapai 25% di negara maju dan lebih tinggi lagi di negara
berkembang walaupun telah ada terapi antimikroba dan perawatan intensif yang
canggih. Meningitis bakterial terutama menyerang anak usia 6-18
bulan.Sedangkan meningitis virus relatif jarang terjadi namun dapat berbahaya.
Gejala dan tanda infeksi virus sangat bervariasi sesuai dengan mudah
terserangnya sel-sel saraf yang berbeda terhadap virus (Wordpress, 2009).

Angka kematian meningitis di antara 77 kasus di Libya Arab Jamahiriya


adalah 13,0%. Meskipun tingkat kematian yang lebih rendah telah dilaporkan di
negara-negara industri seperti Amerika Serikat (2,6%) (Pomeroy SL et al., 1990).
Namun tingkat kematian lebih tinggi juga dilaporkan di beberapa negara
berkembang dan negaranegara di Timur Tengah, seperti Turki (38%), Arab Saudi
(14,7%), Sudan (28,6%), dan India (21,8%). Dari negara-negara berkembang,
kasus tingkat kematian 13,0% di Libya Arab Jamahiriya bukan tertinggi di antara
laporan dunia (Gurses N et al., 1997, Srair HA et al., 1992, Ahmed AA et al.,
1996, Deivananyagam N et al., 1993).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan meningitis?
2. Apa gejala pada meningitis?
3. Bagaimana proses terjadinya meningitis?
4. Bagaimana patofisiologis dari meningitis?
5. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien meningitis?
6. Bagaimana cara mencegah meningitis?

1.3 Manfaat
1. Mengetahui apa itu meningitis
2. Mengetahui apa gejala pada meningitis
3. Mengetahui bagaimana proses terjadinya meningitis
4. Mengetahui bagaimana patofisiologis dari meningitis
5. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
meningitis
6. Mengetahui bagaimana cara mencegah meningitis

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Meningitis
1. Definisi Meningitis
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput
yang disebut meningen.Peradangan pada meningen khususnya pada
bagian araknoid dan plamater (leptomeningens) disebut
meningitis.Peradang pada bagian duramater disebut pakimeningen.
Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur atau karena
toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis disebabkan
bakteri.Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu
membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto,2013).

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang


mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus,
bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).Meningitis adalah
radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus
merupakan penyebab utama dari meningitis.

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya


ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok,
Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan
bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi
pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

Batticaca (2008), mengatakan meningitis adalah inflamasi


yang terjadi pada meningen otak dan medulla spinalis, gangguan ini
biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti
pneumonia, endokarditis, atau osteomielitis.

2. Etiologi
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan
oleh berbagai macam organisme: Haemophilus influenza,
Neisseria meningitis (Meningococus), Diplococus pneumonia,
Streptococcus group A, Pseudomonas, Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, Klebsiella, Proteus. Paling sering klien memiliki
kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi,
pembedahan otak atau spinal, dimana akan meningkatkan
terjadinya meningitis.
a. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah:
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria
meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam
bakterisebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon
peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya
merupakan sel-sel sebagai respon peradangan. Eksudat terdiri
dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang
subaraknoid. Penumpukan didalam cairan serebrospinal akan
menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat
menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak dan medulla
spinalis. Sebagian akan menganggu absorbsi akibat granulasi
arakhnoid dan dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan
eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat menimbulkan
peradangan lebih lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial.
Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan
spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema, membran sel
tidak dapat lebih panjang mengatur aliran cairan yang
menujuh atau keluar dari sel.

Tabel 2.1. Penyebab umum meningitis bakteri


berdasarkan usia dan faktor risiko (Roper
Neonatus (usia <3 bulan) Escherichia coli; Streptococcus grup B; Listeria
monocytogenes
Bayi dan anak (usia >3 S. pneumonia; N. meningitidis; H. infl uenzae
bulan)
Dewasa usia <50 S. pneumonia; N. Meningitides
tahun(imunokompeten)
Dewasa usia >50 tahun S. pneumonia; N. meningitidis; Listeria
monocytogenes
Fraktur kranium/pasca- Staphylococcus epidermidis; Staphylococcus
bedahsaraf
aureus; bakteri gram negatif
(Klebsiella,Proteus, Pseudomonas, E. coli);
Streptococcus grup A dan D; S. pneumonia; H.
influenza
Kebocoran CSS Bakteri gram negatif; S. pneumonia

Kehamilan Listeria monocytogenes

Imunodefisiensi Listeria monocytogenes; bakteri gram negatif;


S. pneumonia; Pseudomonas
aeruginosa;Streptococcus grup B;
Staphylococcus aureus

a. S.suis merupakan penyebab meningitis paling sering pada

usia 47-55 tahun dan tidak pernah ditemukan pada anak-anak

((Wertheim, 2009).

b. Meningitisvirus

Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik


meningitis.Meningitis ini terjadi sebagai akibat dari berbagai
macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps, herpes
simplex dan herpes zoster.Pembentukan eskudat pada
umumnya terjadi diatas korteks serebral, substansi putih dan
meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai
macam virus tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus
herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara
cepat menyebabkan perubahan produksi enzim atau
neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari sel dan
kemungkinan kelainanneurologi.Penyebab lainnya lues,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia

c. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering


dibandingkan dengan wanita

d. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal


pada minggu terakhir kehamilan

e. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi


imunoglobulin.

f. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang


berhubungan dengan sistem persarafan.

Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitisada 2


yaitu:

a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah


Dipiococus pneumonia dan Neiseria meningitidis,
stafilokokus, dan gramnegative.
b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus
influenza, Neiseria meningitidis dan
diplococcuspneumonia.

3. Patofisiologi

Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga


lapisan meningen yaitu pada bagian paling luar adalah
duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam
piamater.Cairan serebrospinalis merupakan bagian dari
otak yang berada dalam ruang subaraknoid yang
dihasilkan dalam fleksus choroid yang kemudian
dialirkan melalui systemventrikal.

Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem


saraf pusat melalui beberapa cara misalnya hematogen
(paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada
CSF dan arena lingkungan. Invasi bakteri pada
meningen mengakibatkan respon peradangan. Netropil
bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit
bakteri menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid.
Eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan pada
ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat
menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul
juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan
perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat
meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).

Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis


meningitis: dura mater, araknoid dan piamater. CSF
diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang
mengalir melalui ruang subaraknoid di dalam system
ventrikel dan sekitar otak dan medulla spinalis. CSF
diabsobsi melalui araknoid pada lapisan araknoid
darimeningintis.

Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel


darah merah pada blood brain barrier. Cara masuknya
dapat terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur
pembedahan atau pecahnya abses serebral. Meningitis
juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan
serebrospinal dan dunia luar. Masuknya
mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui
ruang subarakhoid dapat menimbulkan respon
peradangan pada pia, araknoid, cairan serebrospinal dan
ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar
melaluisaraf kranial dan spinal sehingga menimbulkan
masalah neurologi. Eksudat dapat menyumbat aliran
normal cairan serebropinal dan menimbulkan
hidrosefalus (Widagdo, dkk, 2013)
4. KLASIFIKASI

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan


perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :

1. Meningitis serosa Adalah radang selaput otak araknoid


dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta Adalah radang bernanah
arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa.

5. Manifestasi klinis
Tarwoto (2013) mengatakanmanifestasi klinis pada meningitis
bakteri diantaranya:
a. Demam, merupakan gejalaawal
b. Nyerikepala
c. Mual danmuntah
d. Kejangumum
e. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan
penurunan kesadaran sampai dengankoma.
Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi
klinis klien meningitis meliputi:
a. Sakitkepala
b. Mual muntah
c. Demam
d. Sakit dan nyeri secaraumum
e. Perubahan tingkatkesadaran
f. Bingung
g. Perubahan polanafas
h. Ataksia
i. Kakukuduk
j. Ptechialrash
k. Kejang (fokal,umum)
l. Opistotonus
m. Nistagmus
n. Ptosis
o. Gangguanpendengaran
p. Tanda brundzinki’s dan kerniq’spositif
q. Fotophobia

6. Dampak Masalah/komplikasi
Tarwoto ( 2013), komplikasi yang ditimbulkan pada
pasien meningitis berupa:
a. Peningkatan tekananintrakranial
b. Hyrosephalus
c. Infarkserebral
d. Absesotak
e. Kejang
f. Pnemonia
g. Syoksepsis
h. Defisitintelektual

7. Penatalaksanaan
Tarwoto ( 2013), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu:
1) Penatalaksanaanumum
a. Pasien diisolasi
b. Pasien diistirahatkan/bedrest
c. Kontrol hipertermi dengankompres
d. Kontrol kejang
e. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi

2) Pemberianantibiotik
a. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebaspanas
b. Antibiotik yang umum diberikan:
Ampisilin, Gentamisin,
Kloromfenikol,Sefalosporin.
c. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis
diberikan obat-obatan TBC.

Pemeriksaan penujang (Hudak dan Gallo, 2012)


1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit
(CBC) meningkat, kadar glukosa darah mrenurun,
protein meningkat, glukosa serummeningkat
2. Kultur darah, untuk menetapkan organismepenyebab
3. Kultur urim, untuk menetapkan organismepenyebab
4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K
+turun
5. MRI, CT-scan/angiorafi

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :


a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat,
kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih,
sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal,
kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur
khusus.

2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )


3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil

( infeksi bakteri )

5. Elektrolit darah : Abnormal .


6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan
daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau
tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
kranial.

9.WOC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN MENINGITIS
Kasus
Nn. N (26 tahun) masuk RS dengan keluhan sakit kepala selama 2 minggu
terakhir sebelum masuk RS, demam naik-turun, mual muntah sejak 2 bulan yang
lalu, kejang dan beberapa kali tidak sadarkan diri. Pada saat pengkajian keluarga
mengatakan pasien sulit menelan. Dari riwayat penyakit dahulu didapatkan :

Pasien pernah di rawat di RS M. Djamil dengan kasus meningitis dan punya


riwayat TBC. Pada tanggal 4 oktober 2006. Dan dilakukan tindakan VP shunting.
Pasien pulang dengan keadaaan baik dan hemiparesis.

 S= 39- 400 C
 TD = 110/60 mmHg
 N= 80x/menit

Hasil pemeriksaan saat ini didapatkan :

 GCS = E5M5V2
 Guladarah 85 mg %
 Keratinin 16 mg %, tinggi (0,6-1,2 pria dan 0,5-1,1 wanita)
 Natrium 129 mEqb, rendah (310-340 mg/dL)
 Kalium 3,3mEq (3,5-5)
 Hb 10,2 gr % (12-16 wanita dan 14-18 pria)
 Leukosit 13.700/mm3 (9000-30.000)
 Ht 31 % , rendah (34,9-44,5 wnita dan 38,8-50 pria)
 Trombosit 168.00/ mm3 (150.000-400.000)

Terapi yang diperoleh saat ini adalah :

 IVFD Asering 28 tetes/menit


 Dexametason 3 x 1 gr
 Metronidazol 3 x 500 mg
 Ciprox 2x 1 gr
 Na phenitoin 1 x 1 gr

Pertanyaan :
1. Buat konsep teori tentang meningitis + WOC , pemeriksaan diagnostik
2. Lakukan analisa terhadap apa yang sedang terjadi pada klien. Pengkajian
apalagi yang perlu ditambahkan oleh perawat terkait status kesehatan saat ini
3. Buat asuhan keperawatan padaTn K dengan pendekatan NANDA-NOC
dan NIC

1. Pengkajian
 Data Pasien :
 Nama : Ny. Y
 Usia : 26th
 Kesadaran : Delirium

a. Data Objektif
 TTV: S= 39- 400 C
 TD = 110/60 mmHg
 N= 80x/menit
b. Data Subjektif
- RKD : meningitis dan ada riwayat TBC, dilakukan tindakan VP
shunting ,Setelah sembuh mengalami hemiparesis
- Keluhan sakit kepala selama 2 minggu terakhir sebelum masuk RS,
- Demam naik-turun,
- Mual muntah sejak 2 bulan yang lalu,
- Kejang dan beberapa kali tidak sadarkan diri.
- Pada saat pengkajian keluarga mengatakan pasien sulit menelan.

Pengkajian 11 fungsional Gordon

1. Pola Persepsi dan manajemen Kesehatan


Pasien pernah mendapat rawatan dirumah sakit dahulu dan dilakukan vp
shun.

2. Pola Nutrisi dan Metabolik


Pasien mangalami mual dan muntah, serta mengalami kesulitan menelan
shgg Terganggunya pola nutrisi dan metabolik pasien.

3. Pola Eliminasi
-
4. Pola Latihan-Aktivitas
Adanya keterbatasan aktivitas karena kondisi pasien yang lemah dan
mengalami hemiparesis.

5. Pola Istirahat dan Tidur


Pasien mengalami gangguan pola istirahat dan tidur karena mengalami
sakit kepala dan demam naik turun serta kejang.

6. Pola Kognitif-Perseptual
Pasien beberapa kali tidak sadarkan diri.

7. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri


-
8. Pola Peran dan Hubungan
-
9. Pola Reproduksi-Seksual
-
10. Pola Pertahan Diri dan Toleransi Stress
-
11. Pola Keyakinan dan Nilai
-

2. Diagnosa Keperawatan

N DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


O
1 Resiko Keseimbanga Pemantauan Elektrolit (2020,
ketidakseimbangan n Elektrolit Hal.242)
elektrolit b.d Gangguan dan Asam
mekanisme pengaturan Basa (0600,
d.d kekurangan volume Hal.193)
Definisi :Mengumpulkan dan
cairan dan muntah.
Definisi : menganalisis data pasien untuk
(Domain 2, Kelas 5, Kode Keseimbangan mengatur keseimbangan
Diagnosis 00195) elektrolit dan elektrolit.
non-elektrolit
DO :
pada ruang
1. Kreatinin 16mg% intraseluler Aktivitas – Aktivitas :
dan
2. Ht 31% ekstraseluler 1. Monitor serum elektrolit.
tubuh. 2. Monitor
DS :
ketidakseimbangan asam
1. Pada saat basa.
pengkajian,
keluarga 3. Kenali dan laporkan
mengatakan pasien adanya
sulit menelan. ketidakseimbangan
elektrolit.
2. Mual muntah sejak
2 bulan yang lalu. 4. Monitor manifestasi
ketidakseimbangan
elektrolit pada sistem
saraf (misalnya,
perubahan sensori dan
kelemahan)

5. Monitor adanya mual,


muntah dan diare.

6. Berikan suplemen
elektrolit sesuai resep, jika
diperlukan.

7. Anjurkan pada pasien


dan/atau keluarga
mengenai modifikasi diet
khusus, jika diperlukan.
2 Hipertermia b.d Termoregulas Perawatan Demam (3740,
Penyakit d.d Kejang dan i (0800, Hal.355)
Kulit terasa hangat. Hal.664)
Definisi : Manajemen gejala dan
(Domain 11, Kelas 6, Definisi : kondisi terkait yang berhubungan
Kode Diagnosis 00007) Keseimbangan dengan peningkatan suhu tubuh
antara di mediasi oleh pirogen endogen.
DO : S : 39 - 40 ᵒ C.
produksi
Aktivitas-aktivitas :
DS : panas,
mendapatkan 1. Pantau suhu dan tanda
1. Demam naik turun. panas, dan tanda vital lainnya.
2. Kejang dan beberapa kehilangan
kali tidak sadarkan diri panas. 2. Monitor warna kulit dan
suhu
3. Sakit kepala selama 2 Setelah
minggu dilakukan 3. Monitor asupan dan
tindakan keluaran, sadari
keperawatan perubahan kehilangan
selama 2x24 cairan yang tidak
jam, dirasakan.
Hipertermi
pada pasien 4. Beri obat atau cairan IV
teratasi, (misalnya antipiretik,
dengan kriteria agen antibakteri, dan agen
hasil : anti menggigil)..
a. Penuru
5. Berikan oksigen, yang
nan
sesuai .
suhu
kulit 6. Tingkatkan sirkulasi
(08001 udara.
9)
diperta
hankan
pada 1
ditingk
atkan
ke 3.

b. Melapo
rkan
kenya
manan
suhu
(08001
5)
diperta
hankan
pada 1
ditingk
atkan
ke 3

3 Resiko infeksi b.d Keparahan Kontrol Infeksi (6540, Hal. 134)


penyakit kronis d.d Infeksi (0703)
Definisi : Meminimalkan
tindakan VP Shuting dan
Definisi : penerimaan dan transmisi agen
Hemiparesis.
Keparahan infeksi.
(Domain 11, Kelas 1, tanda dan
Aktivitas - aktivitas :
Kode Diagnosis 00004) gejala infeksi.
1. Bersihkan lingkungan
DO :
dengan baik setelah
1. Leukosit digunakan untuk setiap
13.700/mmᶾ pasien.

2. S : 39-40ᵒ C. 2. Ganti peralatan perawatan


per pasien sesuai protokol
DS :
institusi.
1. Demam naik turun.
3. Anjurkan pasien
meminum antibiotik
seperti yang diresepkan.

4. Ajarkan pasien dan


anggota keluarga
mengenai bagaimana
menghindari infeksi.

5. Promosikan persiapan dan


pengawetan makanan
yang aman.

3. Implementasi

Diagnose Implementasi Evaluasi


Resikoketidakseimbanganelektrol Monitor serum elektrolit Serum
itb.dggmekanismepengaturand.dk Monitor elektorlitmenunjukkan
ekurangan volume cairan keseimbanganasambasa angka normal
Kenalidanlaporkanadanya Keseimbangaasambas
ketidakseimabanganelektr amulai normal
olit
Monitor Mulaiterjadikeseimba
adanyamualdandiare nganelektrolit
Berikansuplemenelektrolit
sesuairesep

Mualdandiaremulaiber
kuang

Kondisimulaimembai
ksetelahmengonsumsi
suplemenelektrolit
Hipertermiab.dpenyakitd.dkejang Pantausuhudantanda vital Suhupasienmulaimula
dankulitterasahangat Monitor i normal, tanda vital
warnakulitdansuhutubuh pasienmulai normal
Monitor Warnakulitdansuhutub
asupandankeluaran, uhpasienmulai normal
sadariperubahankehilanga
ncairan yang
tidakdirasakan
Berikanobatataucairan IV
Berikanoksigen yang
sesuai
Tingkatkanudarasirkulasi
Resikoinfeksib.dpenyakitkronisd. Bersihkanlingkungandeng Pasienmerasanyamans
dtindakanvp shunting dan anbaiksetelahdigunakanunt etelahlingkungandiber
hemiparesis ukpasien sihkan
Gantiperalatanperawatan
per pasiensesuai protocol
instittusi
Anjurkanpasienmeminum
antibiotic seperti yang Pasienmeminum
diresepkan antibiotic
Ajarrkanpasiendankeluarg tepatwaktusesuai yang
amengenaibagaimanameng dianjurkan
hindariinfeksi
Pasiendankeluargasud
ahmengetahuicaramen
ghindariinfesisetelahdi
beripenyuluhan

4. Evalusai

Diagnosa 1

S: mualmuntahsudahmulaiberkurang

O: pasienterlihatsudahmulaibisamenelantanpagangguangmakan/minum

A: masalahteratasi

P: hentikanimplementasi

Diagnosa 2

S: suhutubuhpasienmulai normal, kebutuhanelektrolitterpenuhu

O: warnakulitpasiensudahterlihat normal danpasientidakterabahangatlagi

A: masalahteratasi

P: hentikanimplementasi
Diagnosa 3

S: lingkunganpasienbersihdannyaman

O: pasienterlihatnyamandenganlingkungansekitarnya

A: masalahteratasi

P: hentikan implementasi

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan

Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan


plamater (leptomeningens) disebut meningitis.Peradang pada bagian duramater
disebut pakimeningen. Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur
atau karena toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis disebabkan
bakteri.Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane yang
melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto,2013).

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi


pada cairan otak, yaitu : Meningitis serosa dan meningitis purulenta

Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada


blood brain barrier. Cara masuknya dapat terjadi akibat trauma penetrasi,
prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral. Meningitis juga dapat terjadi
bila adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia luar. Masuknya
mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang subarakhoid dapat
menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan serebrospinal dan
ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui saraf kranial dan
spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi. Eksudat dapat menyumbat
aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosefalus (Widagdo, dkk,
2013)

1.2 Saran
Makalah ini dibuat untuk disampaikan kepada pembaca untuk menambah
pengetahuan tentang peran perawat medikal bedah serta pelayanan dan kolaborasi
interdisiplin dalam kesehatan medikal bedah. Semoga kekurangan dimakalah ini
dapat kami perbaiki dan dapat menjadi acuan dalam bidang keperawatan Medikal
Bedah III.

DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Batticaca, fransisca B. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: SalembaMedika
Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Sagung Seto

Widago, wahyu., Toto Suharyanto, S. Kep, Ns., Ratna Aryani, S. Kep, Ns. 2013.
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih
Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.

Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada


University Press.
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung
Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta :
EGC.

Deivananyagam N et al. Bacterial meningitis: diagnosis by latex


agglutination test and clinical features. Indian pediatrics, 1993, 30:495-
500. Bakteri meningitis: diagnosis oleh Aglutinasi lateks dan uji klinis.
India pediatri, 1993, 30:495-500.

Harsono . Buku Ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf


Indonesia. Cetakan ketiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta :
2005.

Anonim. 2009. Meningitis


http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/meningitis.pdf

Anda mungkin juga menyukai