Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT RHEUMATOID & GOUT

(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II)

OLEH
KELOMPOK 8
MUFEBRINA (1811311010)
ANNISA RAHMADHANI (1811311032)
PUTRI SUHAINI (181132028)
FADLI ILHAMI (1511311002)

Dosen Pengampu: Ns. Leni Merdawati, S.Kep,M.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang " Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dengan Pendekatan
NANDA NIC NOC pada Pasien dengan Gangguan Sistem Imunologi (Rematik,dan Gout) " ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta. Pada
makalah ini kami tampilkan hasil diskusi kami, kami juga mengambil beberapa kesimpulan dari
hasil diskusi yang kami lakukan.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran. Namun,
kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun pembahasan dalam
makalah ini sehingga belum begitu sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan tersebut untuk
penyempurnaan makalah ini kedepannya. Terima kasih.

Padang , 25 Maret 2020

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................i


Daftar Isi .................................................................................................................ii
Bab I (Pendahuluan) ..............................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
Bab II (Pembahasan)................................................................................................3
A. Anatomi fisiologi Sistem Imunologi.......................................................3
B. Landasan Teoritis……………………………………………………….5
A) Rheumatoid arthritis............................................................................5
1. Definisi..............................................................................................5
2. Etiologi..............................................................................................6
3. Manifestasi klinis .............................................................................7
4. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik ..........................................8
5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.........................................9
6. Komplikasi........................................................................................11
7. WOC..................................................................................................12
B) Artritis gout.........................................................................................13
1. Definisi..............................................................................................13
2. Etiologi..............................................................................................13
3. Manifestasi Klinis..............................................................................14
4. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik...........................................15
5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.........................................16
6. Komplikasi........................................................................................17
7. WOC………………………………………………………………..19
C. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan……………………………….19
A) Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan Reumatoid Artritis……….20
B) Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan Artritis Gout……………...25

Bab III (Penutupan).................................................................................................28


3.1 Kesimpulan.......................................................................................................28
3.2 Saran.................................................................................................................28
Daftar Pustaka..........................................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Rheumathoid atritis adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh sinovitis erosive yang
simetris yang disertai keterlibatan jaringan ekstraartikular. Sebagian besar perjalanan kronik
fluktuatif yang mengakibatkan kerusakan sendi yang progesif, kecacatan bahkan kematian
dini. (Sudoyo, 2010)

Prevelensi di Indonesia diungkapkan dengan hasil risert kesehatan dasar (RISKESDAS)


tahun 2013 bahwa prevelensi penyakit rheumatoid atritis termasuk golongan penyakit sendi
berdasarkan tanda dan gejala nya yang mencapai 24,7 % dari total populasi di Indonesia.
Jadi didapatkan bahwa penyakit rheumatoid atritis tidak termasuk penyakit
menular.Keadaan rheumathoid atritis akan berakibat pada berbaga masalah pasien, terutama
keadaan nyeri pada persendian. Menurut (Turana , 2005 bahwa rheumatoid atritis
menyerang persendian kecil, dan 90 % keluhannya adalah nyeri sendi dan kaku sendi.

Menurut Tamsuri (2006) jika seseorang mengalami nyeri maka akan mempengaruhi
fisiologis dan psikologisnya seperti, mudah marah, denyut nadi cepat, cemas dan gangguan
pola tidur bahkan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.Maka menunjukkan bahwa
seluruh pasien rheumatoid atritis mengalami nyeri dengan intesitas ringan maupun tinggi,
akan mengalami penurunan kemampuan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chyntiawati (2014 tentang hubungan
nyeri dengan kemandirian dalam beraktivitas sehari-hari.

Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic syndrom) terkait dengan
pola makan diet tinggi purin dan minuman beralkohol. Penimbunan kristal monosodium urat
(MSU) pada sendi dan jaringan lunak merupakan pemicu utama terjadinya keradangan atau
inflamasi pada gout artritis (Nuki dan Simkin, 2006). Artritis gout adalah jenis artritis terbanyak
ketiga setelah osteoartritis dan kelompok rematik luar sendi (gangguan pada komponen
penunjang sendi, peradangan, penggunaan berlebihan) (Nainggolan, 2009).

Data NHANES III pada tahun 1988 hingga 1994 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
artritis gout menyerang lebih dari 3 juta pria dengan usia 40 tahun atau lebih, dan 1,7 juta

1
wanita dengan usia 40 tahun atau lebih (Weaver, 2008). Sedangkan di tahun 2007 hingga
2008 penderita artritis gout meningkat menjadi 8,3 juta penderita, dimana jumlah penderita
artritis gout pada pria sebesar 6,1 juta penderita dan penderita wanita berjumlah 2,2 juta. Hal
ini menunjukkan bahwa prevalensi penderita artritis gout di Amerika Serikat meningkat
dalam dua dekade ini (Zhu et al, 2011).

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimanakah :


1. Anatomi fisiologi Pada sistem Imunologi
2. Definisi,etiologi,patofisologi,gejala klinis,pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan
medis,komplikasi,WOC, askep dari Rheumatoid arthritis
3. Definisi,etiologi,patofisologi,gejala klinis,pmeriksaan penunjang, penatalaksanaan
medis,komplikasi,WOC, askep dari arthritis gout

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mampu memahami, dan meyusun
memberikan askep pada pasien dengan Rheumatoid dan Gout
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa /i mampu :
a. Mampu menjelaskan tentang anatomi fisiologi sistem imun
b. Mampu menjelaskan tentang landasan teoritis penyakit Rheumatoid dan Gout
c. Melakukan pengkajian  pada pasien dengan Rheumatoid dan Gout
d. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Rheumatoid dan Gout
e. Menentukan intervensi keperawatan pada pasien dengan Rheumatoid dan Gout

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Sistem Imunologi

Sistem imun adalah sistem dalam tubuh manusia yang berperan dalam pertahanan dalam
pertahanan diri. Sementara itu. Imunologi merupakan cabang ilmu yang focus mempelajari
tentang fungsi pertahanan tubuh, antigen, antibody. Ilmu ini menekankan peran imunitas,baik
terhadap reaksi yang terjadi dalam tubuh kita, mulai dari reaksi hipersensitif, penolakan jaringan
ataupun alergi, istilah inilah yang kemudian lebih sering dikenal dengan istilah sistem imun
(Budhy Ermawan ; 2016) .

Sistem imun merupakan sistem pertahanan diri tubuh kita terhadap infeksi. Baik itu
infeksi yang sifatnya makromolekul asing sampai serangan organisme seperti parasite, virus dan
bakteri. kekebalan imun di dalam tubuh berfungsi untuk melawan bakteri dan virus jahat yang
masuk di dalam tubuh. Peran imun juga mampu meminimalisir bakteri yang berkembang
menjadi tumor. Imun juga mampu melawan protein tubuh dan molekul lain yang ada pada
gannguan autoimun.

Secara garis besar,organ dan jaringan sistem imun manusia terdiri dari :

1. Adenoid
Adenoid terletak dibelakang saluran rongga hidung. Bentuknya berupa kelenjar. Adenoid
berfungsi melawan infeksi dan kuman yang masuk melalui hidung dan mulut. Kelenjar
adenoid yang tidak mampu mengatasi virus dan bakteri yang masuk, dapat menimbulkan
pembengkakan yang disebut adenoiditis.
2. Sumsum Tulang Belakang
Adalah organ tempat memproduksi sel darah baru. Sumsum tulang belakang termasuk ke
dalam jaringan limfatik, karena mampu memproses limfosit muda menjadi Limfosit T
dan Limfosit B. pada sumsum tulang belakang banyak ditemukan sel imun yang
dihasilkan oleh sel induk tulang belakang.

3
3. Kelenjar Limfa (Getah Bening)
Kelenjar Limfa fungsinya membawa limfosit ke bagian organ limfoid dan aliran darah.
Kelenjar getah bening mengalir ke kelenjar getah kapiler. Getah kapiler memiliki lapisan
yang tipis dan memiliki banyak lubang kecil. Lubang kecil inilah yang menjadi jalan gas,
nutrisi dan air lewat masuk disekitarnya.ada beberapa titik yang sering digunakan getah
bening berkumpul, yaitu di leher, selangkangan,para-aorta dan di axillae.
4. Peyers patches
Peyer patches terletak di usus halus. Peyers patches sebenarnya masih termasuk jaringan
limfoid.
5. Pembuluh Limfa
Limpa terletak di rongga perut. Di pembuluh limpa terdapat cairan yang disebut cairan
limpa yang berasal dari cairan ekstrasel (cairan darah yang meresap dari kapiler darah).
Sama seperti usus, cairan limpa juga mengandung lemak. Lemak yang terdapat di usus
diangkut oleh pembuluh limpa.
6. Glandula Thymus
Berfungsi pada proses sekresi hormone thymopoetin dan thymosin. Dua hormone inilah
yang akan memengaruhi perkembangan limfosit. Limfosit terbagi menjadi Limfosit T
Sitotaksit, Limfosit T helper, Limfosit B dan sel plasma. Hasil produksi Glandula
Thymus akan mematurasi (mematangkan) Limfosit T ke jaringan Limfa lainnya.
Limfosit T Sitotoksik berfungsi memonitoring sel tubuh. Limfosit T Sitotoksik akan
merespons lebih aktif ketika ada antigen permukaaan yang bersifat abnormal. Sementara
itu, Limfosit T Helper akan bekerja lebih agresif ketika diransang dengan antigen
presenting sel (semacam makrofag). Disinilah T Helper melepaskan faktor yang
mendorong proliferasi sel Limfosit B.
7. Nodus Limfatikus
Nodus Limfatikus atau limfonodi mengandung makrofag dan limfosit dalam jumlah
banyak. Fungsi limfatikus sebagai kekebalan tubuh yang melawan mikroorganisme.
Lokasi limfatikus di sistem limfatik.
8. Tonsil (Amandel)
Tonsil adalah organ yang paling sering memperoleh paparan benda asing dan pathogen.
Benda asing dan pathogen yang masuk kemudian dimasukkan ke sel limfoid, oleh sebab

4
itu, imun tonsil sangat penting, terutama pada anak-anak, Struktur imunologis tonsil
paling besar ditemukan pada anak-anak usia 4 sampai 10 tahun. Sementara itu, pada usia
60 tahun ke atas, tonsil mengalami penurunan dan fungsinya akan digantikan dengan
jaringan lain.
9. Limfosit
Limfosit merupakan jenis sel darah putih yang berfungsi melawan infeksi. Sel darah ini
bekerja dan merespons benda asing yang ada di dalam darah. Limfosit memiliki dua
komponen, yaitu pulpa merah dan pulpa putih. Pulpa merah terdapat di sinus dan
berfungsi sebagai organ filtrasi, yaitu menghancurkan darah yang sudah tua dan rusak
dengan bantuan makrofag. Pada pulpa putih terdapat limfosit dan makrofag. Benda asing
yang masuk di pulpa putih dapat menstimulasi limfosit. Limfosit di pulpa putih berfungsi
untuk mengidentifikasi antigen.

B. Landasan Teoritis
A) Landasan Teori Rheumatoid Arthritis

(sumber: https://pondokibu.com/gejala-penyakit)
1. Defenisi Rematik (Rhematoid arthritis)
Rheumatoid arthritis (RA) adalah gangguan inflamasi kronis yang dapat
mempengaruhi lebih dari sekedar persendian. Pada beberapa orang, kondisinya juga
bisa merusak berbagai macam sistem tubuh, termasuk kulit,mata,paru-paru,jantung
dan pembuluh darah (menurut Budhy Ermawan;2016).

5
Rheumatoid arthritis mempengaruhi lapisan sendi,menyebabkan pembengkakan
yang menyakitkan yang pada akhirnya dapat menyebabkan erosi tulang dan
deformitas sendi.
2. Etiologi
Secara etiologi, reumatik disebabkan karena beberapa faktor. Meskipun faktor
pencetus reumatik sudah ditemukan, namun secara pasti belum ditemukan penyebab
utamanya. Menurut Iwan (2013) dalam makalahnya yang berjudul Asuhan
Keperawatan pada klien dengan rheumatoid artritis membagi ke tiga bagian. Ketiga
bagian tersebut meliputi mekanisme imunitas yang terkait dengan IgG dari imunologi
dan rheumatoid faktor. Adapun kedua bagian lain seperti faktor metabolic dan
terjadinya infeksi akibat virus. Ada beberapa faktor dalam fisik seseorang yang
meliputi usia, jenis kelamin, genetic, suku dan berat badan.

a) Usia
Sebagian besar reumatik menyerang pada orang lanjut usia. Meskipun ada
sebagian kasus tertentu reumatik menyerang pada orang tua yang sudah
berusia lanjut, di usia lebih dari 60 tahun.
b) Jenis Kelamin
Jenis kelamin menjadi faktor penentu serangan reumatik. Khusus
osteoarthritis lutut dan persendian sebagian besar menyerang kaum hawa.
Sementara itu, laki-laki menderita osteoarthritis dibagian paha, leher dan
pergelangan tangan. Jenis kelamin sebagai faktor tertentu terkait dengan
faktor hormonal pada pathogenesis osteoarthritis.
c) Genetic
Faktor genetic menjadi faktor herediter. Klien yang memiliki faktor keturunan
lebih beresiko akan mengalaminya juga. Jadi, ada kecenderungan tiga kali
lebih sering daripada klien yang tidak memiliki keturunan.
d) Suku
Suku menjadi faktor resiko. Tidak banyak orang tahu bahwa suku menjadi
pravalensi dan pola tekenanya osteoarthritis. Orang kulit hitam misalnya,
lebih jarang terkena osteoarthritis paha. Sedangkan di Amerika asli lebih

6
sering didapati klien yang mengalami osteoarthritis lebih banyak. Terkait hal
ini bisa disebabkan karena gaya hidup dan perbedaan frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan.
e) Berat Badan
klien reumatik yang memiliki berat badan memiliki peluang terkena reumatik
dibandingkan mereka yang memiliki berat badan proporsional. Terutama klien
yang memiliki masalah obesitas meningkatkan risiko timbulnya osteoarthritis.
Hal ini terkait dengan kemampuan persendian menanggung beban.

3. Manifestasi Klinis
Pada tahap awal, orang dengan Rheumatoid Arhtritis (RA) mungkin awalnya
tidak menyadari adanya kemerahan atau bengkak pada persendian, tapi mungkin akan
terasa nyeri tekan. Seiring berjalannya waktu, ada beberapa manifestasi klinis yang
akan terjadi antara lain:
a) Nyeri sendi, nyeri tekan, bengkak atau kaku selama enam minggu atau
lebih
b) Kekakuan pagi selama 30 menit atau lebih
c) Lebih dari satu sendi terpengaruh
d) Sendi kecil (pergelangan tangan, sendi tangan dan kaki tertentu) terasa
sakit
e) Sendi yang sama di kedua sisi tubuh terasa sakit
f) Seiring dengan rasa sakit, banyak orang mengalami kelelahan, kehilangan
nafsu makan dan demam ringan

Gejala dan efek RA bisa dating dan pergi. Suatu periode aktivitas penyakit
dengan inteistas tinggi (peningkatan peradangan dan gejala lainnya) disebut flare. Flare
bisa berlangsung selama berhari-hari atau berbula-bulan. Tingkat peradangan yang tinggi
dapat menyebabkan masalah diseluruh tubuh. Berikut beberapa cara RA dapat
mempengaruhi organ dan sistem tubuh:

a) Mata. Mata menjadi kering, nyeri, kemerahan, tidak tahan terhadap cahaya
yang terlalu terang, dan timbulnya gangguan penglihatan

7
b) Mulut. Mulut menjadi kering dan gusi iritasi atau infeksi
c) Kulit. Timbulnya nodus rheumatoid-benjolan kecil di bawah kulit di atas
daerah tulang.
d) Paru-paru. Peradangan dan jaringan parut bisa menyebabkan sesak nafas.
e) Darah dan pembuluh darah. Pada darah bisa menyebabkan anemia, sedangkan
pada pembuluh darah menyebabkan peradangan pembuluh darah yang bisa
mengakibatkan kerusakan pada syaraf, kulit, dan organ tubuh lainnya.

4. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


Reumatoid Arthritis bisa sulit didiagnosis pada tahap awal karena tanda dan
gejala awal meniru banyak penyakit lainnya. Tidak ada satu tes darah atau temuan
fisik untuk memastikan diagnosisnya. Namun demikian, pemeriksaan fisik untuk
memeriksa persendian, berupa pembengkakan, kemerahan dan kehangatan dapat
dilakukan. Pemeriksaan fisik juga berguna memeriksa reflleks dan kekuatan otot.
1. Tes Darah
Orang dengan Rheumatoid arthritis sering memiliki tingkat sedimentasi
eritrosit yang meningkat (ESR atau sed rate) atau C-reactive protein (CRP)
yang dapat mengindikasikan adanya proses inflamasi dalam tubuh. Tes darah
umum lainnya berguna mencari faktor rheumatoid dan antibody peptide
citrullinated (anti-PKC)
2. Tes Pencitraan (Imaging)
Pemeriksaan sinar X dilakukan untuk membantu melacak perkembangan
Reumatoid arthritis di persendian dari waktu ke waktu. Tes MRI dan USG
dapat membantu menilai tingkat keparahan penyakit di tubuh.

Pemeriksaan penunjang lainnya :


1. Faktor Reumatoid, Fiksasi lateks, Reaksi-reaksi aglutinasi
2. Laju Endap Darah: Umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali
normal sewaktu gejala-gejala meningkat
3. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
4. Sel Darah Putih: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
5. Haemoglobin: umumnya menunjukkan anemia sedang

8
6. Ig (1g M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
7. Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, eresi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
8. Scan radionuklida :identifikasi peradangan sinovium
9. Artroskopi Langsung, Aspirasi cairan sinovial
10. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.

5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a) Konsumsi Obat
Klien rheumatoid artritis mengurangi rasa sakit dengan cara mengkonsumsi obat.
Meskipun demikian, mengkonsumsi obat tidak menjamin menyembuhkan secara
total. Konsumsi obat dalam hal ini sifatnya hanya mengurangi rasa sakit.
Khususnya untuk reumatik osteoarthritis konsumsi obat anti inflamasion steroid
berfungsi sebagai analgetik dan mengurangi synovitis.
b) Perlindungan Sendi
Upaya meminimalisasi terjadinya Reumatoid artritis dapat dilakukan dengan
melakukan perlindungan sendi. Salah satu pemicu utama sendi atau reumatik
karena mekanisme tubuh atau antibody tubuh kurang prima. Salah satunya,
dengan cara menghindari aktivitas berat, terkhusus bagi klien yang mengalami
sakit. Pada kasus tertentu, perlindungan sendi yang sakit dapat dilakukan dengan
menggunakan tongkat atau alat lain yang sifatnya memudahkan.
c) Diet
Klien Rheumatoid artritis yang memiliki obesitas atau kegemukan berlebih
penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan menggunakan program diet. Khusus
jenis osteoarthritis diet menjadi program penting upaya pengobatan. Selain
penggunaan obat, diet justru lebih efektif dan mampu mengurangi rasa sakit di
persendian.

9
d) Penanganan Psikososial
Hamper semua penyakit yang dialami oleh klien berpengaruh terhadap beban
psikologisnya. Selain menindaklanjuti pengobatan secara medis, penanganan
psikologis harus dilakukan. Selain psikologis klien, klien juga membutuhkan
dukungan psikososial dari lingkungan, terutama keluarga terdekat.
Ketidakmampuan klien dalam hal ini, jelas membutuhkan keluarga yang selalu
mendukung secara penuh.
e) Penanganan Seksual
Sebagian besar klien reumatik yang terserang di bagian tulang belakang akan
mengalami gangguan seksual. Salah satunya osteoarthritis, selain menyerang
tulang belakang, menyerang bagian paha dan lutut. Kasus ini sayangnya tidak
semua klien mudah berkonsultasi terkait dengan penanganan seksual yang mereka
derita.
f) Fisioterapi
Penatalaksanaan fisioterapi pada penderita reumatik bisa menjadi jalan keluar.
Fisioterapi secara rutin mampu mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada
prinsipnya, fisioterapi merupakan program latihan untuk memperbaiki gerak sendi
dan memperkuat otot sekitar persendian. Misalnya dengan melakukan latihan
isometric.
g) Operasi
Operasi penanganan reumatik yang paling akhir. Tindakan ini dilakukan karena
tidak ada jalan keluar yang lainnya. Operasi hanya dilakukan ketika terjadi
kerusakan sendi secara serius, biasanya dilakukan apabila keluhan klien
merasakan nyeri secara menetap dan mengalami kelemahan fungsi. Osteotomy
adalah tindakan untuk mengoreksi atau melihat apakah ada ketidaksesuaian pada
persendian. Selain itu, koreksi dapat dilakukan dengan debridemen sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi.

10
h) Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan
pasien AR dengan tujuan:
a. Mengurangi rasa nyeri
b. Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
c. Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot d. Mencegah terjadinya
deformitas
e. Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri f. Mempertahankan
kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orang lain.

Rehabilitasi dilaksanakan dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan


serta dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemanasan, pendinginan,
peningkatan ambang rasa nyeri dengan arus listrik.

6. Komplikasi
a) Osteoporosis. Rheumatoid artritis bersamaan dengan beberapa obat yang
digunakan untuk mengobatinya, dapat meningkatkan resiko osteoporosis, yakni
suatu kondisi yang melemahkan tulang dan membuat tulang lebih mudah patah.
b) Nodul rheumatoid. Tonjolan jaringan ini biasanya terbentuk disekitar titik
tekanan, seperti siku. Namun, nodul ini bisa terbentuk di tubuh bagian manapun,
termasuk paru-paru.
c) Mata dan Mulut Kering. Orang yang menderita rheumatoid arthritis lebih
mungkin mengalami sindrom Sjogren, yakni kelainan yang menurunkan jumlah
kelembaban di mata dan mulut.
d) Infeksi. Banyak obat yang digunakan untuk memerangi Rheumatoid artritis dapat
mengganggu sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan peningkatan infeksi.
e) Komposisi tubuh tidak normal. Proporsi lemak dibandingkan dengan massa
ramping seringkali lebih tinggi pada orang yang memiliki rheumatoid artritis ,
bahkan pada orang yang memiliki indeks massa tubuh normal (BMI)
f) Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome). Jika rheumatoid artritis
mempengaruhi pergelangan tangan, peradangan dapat menekan saraf yang
berfungsi pada sebagian besar tangan dan jari.

11
g) Masalah jantung. Rheumatoid artritis dapat meningkatkan resiko arteri yang mengeras dan
tersumbat, serta pembengkakan kantung yang membungkus jantung.
h) Penyakit paru-paru. Orang dengan Reumatoid artritis memiliki peningkatan resiko radang dan
jaringan parut pada jaringan paru-paru, yang dapat menyebabkan sesak nafas progresif.
i) Limfoma Reumatoid artritis meningkatkan risiko limfoma, sekelompok kanker darah yang
berkembang dalam sistem getah bening.

7. WOC

Reaksi factor R dengan Kekakuan sendi Hambatan mobilitas fisik


antibody, factor metabolic,
infeksi dengan
kecenderungan virus Reaksi peradangan Nyeri

Kurangnya informasi
Synovial menebal Pennus
tentang proses penyakit

Defisiensi pengetahuan
Nodul Infitrasi dalam os. subcondria
ansietas

Deformitas sendi Hambatan nutrisi pada Kartilago nekrosis


kartilago dan tulang

Gangguan body image Erosi kartilago


Kerusakan kartilago dan tulang

Adhesi pada permukaan


sendi
Mudah luksasi dan subluksasi Tendon dan ligament melemah

Ankilosis fibrosa
Resiko cidera Hilangnya kekuatan otot

Keterbatasan gerak sendi


Kekuatan sendi Ankilosis tulang

Defisit perawatan diri Hambatan mobilitas fisik

12
B) Landasan Teoritis Artritis gout

(sumber:www.pikhospital.co.id/news/2012/10/08/17/penyakit-rematik-asam-urat-gout)

1. Definisi
Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolism purin yang ditandai
dengan hiperurikemi dan serangan sinovitis akut berulang-ulang. (Chairuddin) Penyakit
ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia lanjut dan wanita pasca
menopause. (Fauci, Braunwald)
Artritis gout adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar di seluruh dunia.
Artritis gout atau dikenal juga sebagai artritis pirai, merupakan kelompok penyakit
heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat
supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler. Gangguan metabolisme yang
mendasarkan artritis gout adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian
kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl untuk pria dan 6,0 ml/dl untuk wanita (Tehupeiory, 2006).
Sedangkan definisi lain, artritis gout merupakan penyakit metabolik yang sering
menyerang pria dewasa dan wanita posmenopause. Hal ini diakibatkan oleh
meningkatnya kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) dan mempunyai ciri khas
berupa episode artritis gout akut dan kronis (Schumacher dan Chen, 2008).

2. Etiologi
Gangguan metabolic dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini ditimbulkan
dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium urat (MSU, gout) dan kalsium

13
pirofosfat dihidrat (CPPD, pseudogout), dan pada tahap yang lebih lanjut teriadi
degenerasi tulang rawan sendi. Klasifikasi gout dibagi 2 yaitu: (Chairuddin, 2003)
a. Gout Primer : dipengaruhi oleh factor genetic. Terdapat produksi/sekresi asam urat
yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya,
b. Gout Sekunder
a) Pembentukan asam urat yang berlebihan
- Kelainan mieloproliferatif (polisitemia. leukemia, mieloma retikularis)
- Sindroma Lech-Nyhan yaitu suatu kelainan akibat defisiensi hipoxantin guanine
fosforibosil transferase yang terjadi pada anak-anak dan pada sebagian orang
dewasa
- Gangguan penyimpanan glikogen
- Pada pengobatan anemia pernisiosa oleh karena maturasi sel megaloblastik
menstimulasi pengeluaran asam urat
b) Sekresi asam urat yang berkurang misalnya pada:
- Kegagalan ginjal kronik
- Pemakaian obat salisiat, tiazid, beberapa macam diuretik dan sulfonamid
- Keadaaan- keadaan alkoholik, asidosis laktik, hiperparatiroidisme dan pada
miksedema
Factor predisposisi terjadinya penyakit gout yaitu, umur, Jenis kelamin lebih sering
terjadi pada pria, iklim, herediter dan keadaan-keadaan yang menyebabkan timbulnya
hiperurikemia.

3. Mainfestasi klinis/ Tanda dan Gejala


Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati: (Silvia A.price)
1) Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam urat serum
laki- laki meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan asam urat serum
2) Stadium kedua arthritis gout akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri
yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu Jari kaki dan sendi metatarsofalangeal.
3) Stadium ketiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis, Tidak terdapat
gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun,

14
Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1
tahunjika tidak diobati.
4) Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang terus
meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronik akibat
Kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan
penonjolan sendi bengkak.

4. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


 Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan cairan sinovial didapatkan adanya kristal monosodium urat


intraseluler.
2. Pemeriksaan serum asam urat meningkat >7 mg/dl.
3. Urinalisis 24 jam didapatkan eksresi >800 mg asam urat.
4. Urinalisis untuk mendeteksi resiko batu asam urat.
5. Pemeriksaan kimia darah untuk mendeteksi fungsi ginjal, hati, hipertrigliseridemia,
tingginya LDL dan adanya diabetes mellitus.
 Radiodiagnostik
1. Radiografi untuk mendeteksi adanya kalsifikasi sendi.
2. Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi dan kapsul sendi

Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik lainnya :


1) Kadar asam urat serum meningkat
2) Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat
3) Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat.
4) Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis
5) Sinar x sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi .

15
5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
 Penatalaksanaan Keperawatan

Edukasi adalah dengan memberi pengertian kepada penderita bahwa kadar asam urat
perlu dinormalkan, walaupun tidak menimbulkan serangan akut. Hindari faktor pencetus
seperti diet tinggi purin, trauma lokal pada sendi, kelelahan pasca operasi, pemakaian obat
diuretik dan keadaan yang menyebabkan penurunan atau peningkatan kadar asam urat
secara mendadak.

Program diet adalah anjuran tentang diet rendah purin, banyak minum air putih dan
program penurunan berat badan pada pasien yang gemuk. Program diet ini harus dilakukan
seumur hidup, walaupun kadar asam urat telah normal. Istirahat sendi diperlukan pada
keadaan serangan akut, dilanjutkan dengan fisioterapi dan latihan sendi secara teratur guna
menghindari ankilosa sendi. Makanan diet untuk penderita Arthritis Gout dianjurkan untuk
meningkatkan jumlah cairan dan jenis cairan yang diminum tiap hari. Air putih 8-10
gelas/hari adalah minuman yang paling bagus untuk diminum.

Pada penderita Arthritis Gout, dianjurkan untuk diet rendah purin dan sodium karena
purin meningkatkan produksi asam urat yang jika tidak dipindahkan dari tubuh cukup cepat
akan mulai menghablur sebagai deposit pada sendi dengan sendirinya. Deposit ini yang
menyebabkan nyeri, bengkak, kemerahan dan sensasi terbakar yang sering terdapat pada
penderita Gout.

Umumnya suatu perubahan dalam diet akan diikuti untuk membantu pengobatan Gout.
Makanan diet Gout mempunyai level purin dan sodium rendah. Mulai dengan
mengkonsumsi lebih banyak buah dan sayuran segar untuk membantu pengobatan dan
mengalahkan Gout sekarang dan nanti. Umumnya dianjurkan bahwa seseorang yang
menderita gejala-gejala Gout mulai mengkonsumsi kira-kira 5 porsi per hari buah dan
sayuran segar.

1. Diet rendah purin


Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (ginjal,hati,ikan sarden,kambing) serta
banyak minum

16
2. Tirah baring
Merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam setelah serangan menghilang
gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
3. Latihan fisik
Mengajak klien melakukan Latihan ROM , gerak aktif pada ektremitas yang tidak sakit
dan melakukan perawatan diri

 Penatalaksanaan Medis

Kontrol jangka panjang hiperurisemia merupakan faktor penting untuk mencegah


terjadinya serangan akut gout, gout tophaceous kronik, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu
asam urat. Kapan mulai diberikan obat penurun kadar asam urat masih kontroversi.

Penggunaan allopurinol, urikourik dan feboxostat (sedang dalam pengembangan) untuk


terapi gout kronik dijelaskan berikut ini. .

a. Allopurinol: Obat hipourisemik pilihan untuk gout kronik adalah allopurinol Selain
mengontrol gejala, obat ini luga melindungi fungsi ginial. Allopurinol menurunkan
produksl asam urat dengan cara menghambat enzim xantin oksidase.
b. Obat urikosurik; Kebanyakan pasien dengan hiperurisemia yang sedikit mengekskresikan
asam urat dapat diterapi dengan obat urikosurik Urikosurik seperti probenesid (500 mg-
1 g 2kali/hari) dan sulfinpirazon (100 mg 3-4 kali/hari) merupakan alternative allopurinol,
terutama untuk pasien yang tidak tahan terhadap allopurinol. Urikosurik harus dihindari
pada pasien dengan nefropati urat dan yang memproduksi asam urat berlebihan. Obat ini
tidak efektif pada pasien dengan fungsi ginjal yang buruk (klirens kreatinin <20-30
mL/menit). Sekitar 5% pasien yang menggunakan probenesid jangka lama mengalami
mual, nyeri ulu hati, kembung atau konstipasi.

6. Komplikasi

Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari artritis gout meliputi severe degenerative
arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin, kemokin, protease, dan
oksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan pada proses inflamasi kronis
sehingga menyebabkan sinovitis kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi tulang. Kristal

17
monosodium urat dapat mengaktifkan kondrosit untuk mengeluarkan IL-1, merangsang sintesis
nitric oxide dan matriks metaloproteinase yang nantinya menyebabkan dekstruksi kartilago.
Kristal monosodium urat mengaktivasi osteoblas sehingga mengeluarkan sitokin dan
menurunkan fungsi anabolik yang nantinya berkontribusi terhadap kerusakan juxta artikular
tulang (Choi et al, 2005). Artritis gout telah lama diasosiasikan dengan peningkatan resiko
terjadinya batu ginjal.
Penderita dengan artritis gout membentuk batu ginjal karena urin memilki pH rendah yang
mendukung terjadinya asam urat yang tidak terlarut (Liebman et al, 2007). Terdapat tiga hal
yang signifikan kelainan pada urin yang digambarkan pada penderita dengan uric acid
nephrolithiasis yaitu hiperurikosuria (disebabkan karena peningkatan kandungan asam urat
dalam urin), rendahnya pH (yang mana menurunkan kelarutan asam urat), dan rendahnya volume
urin (menyebabkan peningkatan konsentrasi asam urat pada urin) (Sakhaee dan Maalouf, 2008).

18
7.WOC

Diet Tinggi Purin Peningkatan pemecahan sel Asam urat serum

Katabolisme purin Asam urat dalam sel keluar Tidak di ereksi melalui urine

Penyakit ginjal
Asam urat dalam serum Kemampuan ekskresi asam
(glomerulonephritis dan gagal
meningkat (hiperuresemia) urat terganggu/menurun
ginjal )

Hipersaturasi Asam urat Peningkatan asam laktat Konsumsi alcohol


dalam plasma dan garam urat sebagai produk sampingan
di cairan tubuh metabolisme

Terbentuk Kristal monosodium Dibungkus oleh berbagai Merangsang neutrofit


urat (MSU) protein (termasuk IgG) (leukosit PMN)

Terjadi fagositosis Kristal


Di Ginjal Dijaringan lunak dan oleh leukosit
persendian
Penumpukan dan pengendapan
Terbentuk fagolisosom
MSU
Penumpukan dan pengendapan
MSU
Pembentukan batu ginjal asam Merusak selaput protein
urat kristal
Pembentukan thopus

Terjadi ikatan hydrogen antara


Proteinura, hipertensi ringan,
permukaan Kristal dengan
urin asam dan pekat Respon inflamasi menigkat
membran lisosom

Resiko ketidakseimbangan Membran lisosom robek,


volume cairan terjad pelepasan enzyme dan
oksida radikal kesitoplasma
( synovial)
Hipertermi Pembesaran dan penonjolan sendi
Peningkatan kerusakan
jaringan
Nyeri hebat Gangguan rasa Deformitas Sendi
nyaman Gangguan pola tidur
Kontraktur Sendi Kekakuan Sendi
Kerusakan integritas jaringan
Fibrosis dan/atau ankilosis tulang Hambatan mobilitas fisik
19
C. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
A) Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan Reumatoid Artritis
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal) tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simestris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
Tanda: malaise (keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/kelainan pada sendi)
b. Kardiovaskuler
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki (misalnya pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal)
c. Integritas Ego
Gejala : faktor-faktor stress akut/ kronis , missal : finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor berhubungan antara lain :
1) Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
d. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi Makanan/ cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan
atau cairan adekuat; mual;anoreksia; kesulitan untuk mengunyah
Tanda : penurunan berat badan; kekeringan pada membrane mukosa.
e. Hygiene
Gejala: berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
f. Neurosensory
Gejala : kebas, kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan
20
Tanda : pembengkakan sendi simetris

g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi)
h. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, lesi kulit, ulkus kaki ;
kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga;
demam ringan menetap; kekeringan pada mata dan membrane mukosa.
i. Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi social dengan keluarga/ orang lain ; perubahan
peran ; isolasi.

2. Diagnosis NANDA
a. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan sendi
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, intoleransi aktivitas, dan penurunan kekuatan otot
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energy, dan
ketidakseimbangan mobilitas.

3. Aplikasi NANDA, NOC, NIC pada Reumatoid Artritis

N
Diagnosis NOC NIC
O
1 Nyeri akut Label NOC yang disarankan Intervensi keperawatan yang
berhubungan dengan 1.Control nyeri disarankan untuk menyelesaikan
peradangan sendi a. Mengenali kapan nyeri terjadi masalah :
b. Menggambarkan faktor a. Akupressur
penyebab b. Pemberian analgesic
c. Menggunakan jurnal harian c. Pemberian analgesic :

21
untuk memonitor gejala dari waktu intraspinal
ke waktu d. Pemberian anastesi
d. Menggunakan tindakan e. Pengurangan kecemasan
pencegahan f. Stimulasi kutaneus
e. Menggunakan tindakan g. Manajemen lingkungan :
pengurangan (nyeri) tanpa kenyamanan
analgesic h. Pengurangan perut kembung
f. Menggunakan analgesic yang i. Aplikasi panas/dingin
direkomendasikan j. Pemberian obat
g. Melaporkan perubahan terhadap k. Manajemen nyeri
gejala nyeri pada professional l. Manajemen obat
kesehatan Pilihan intervensi tambahan
a. Mendengar aktif
b. Terapi bantuan hewan
c. Latihan autogenic
d. Memandikan
e. Manajemen saluran cerna
f. Peningkatan koping
g. Dukungan emosional
h. Peningkatan latihan
i. Terapi latiha : ambulasi
j. Terapi latihan : keseimbangan
2 Hambatan mobilitas Label NOC yang disarankan Intervensi keperawatan yang
fisik berhubungan 1.Ambulasi disarankan untuk menyelesaikan
dengan deformitas a. menopang berat badan masalah :
skeletal, nyeri, b. berjalan dengan langkah efektif a. Perawatan tirah baring
ketidaknyamanan, c. Berjalan dengan pelan b. Peningkatan mekanika tubuh
intoleransi aktivitas, d. berjalan dengan kecepatan c. Manajemen energy
dan penurunan sedang d. Manajemen lingkungan
kekuatan otot e. Berjalan dengan cepat e. Peningkatan latihan

22
f. Berjalan menaiki tangga f. Terapi latihan : ambulasi
g. Berjalan menuruni tangga g. Terapi latihan : keseimbangan
h. Berjalan menanjak h. Terapi latihan : pergerakan
i. Berjalan menurun sendi
i. Manajemen nyeri
2. Ambulasi : kursi roda j. Pengaturan posisi
a. perpindahan ke dan dari kursi k. Pengaturan posisi : kursi roda
roda l. Bantuan perawatan diri
b. menjalankan kursi roda dengan m. Pengajaran : peresepan latihan
aman Pilihan intervensi tambahan:
c. Menjalankan kursi roda dalam a. Terapi aktivitas
jarak dekat b. Latihan autogenic
d. Menjalankan kursi roda dalam c. Perawatan gips : pemeliharaan
jarak sedang d. Perawatan gips : basah
e. Menjalankan kursi roda dalam e. Perawatan sirkulasi :
jarak jauh insufisiensi arteri
f. menjalankan kursi roda melewati f. Perawatan sikumsisi
pembatas lantai g. Pencegahan jatuh
3. Pergerakan h. Manajemen pengobatan
a. Keseimbangan i. Relaksasi otot progresif
b. Koordinasi j. Pemijatan
c. Cara berjalan k. Pengecekan kulit
d. Gerakan otot l. Manajemen berat badan
e. Gerakan sendi
f. Kinerja pengaturan tubuh
g. Kinerja transfer
h. Berlari

3 Gangguan citra tubuh Label NOC yang disarankan Intervensi keperawatan yang
berhubungan dengan Citra Tubuh disarankan untuk menyelesaikan

23
perubahan kemampuan Indicator: masalah :
untuk melaksanakan a. Gambaran internal diri a. Mendengar aktif
tugas-tugas umum, b. Kesesuaian antara realitas b. Pengurangan kecemasan
peningkatan tubuh dan ideal tubuh c. Peningkatan citra tubuh
penggunaan enegi dan dengan penampilan tubuh d. Peningkatan koping
ketidakseimbangan c. Deskripsi bagian tubuh e. Konseling
mobilitas. yang terkena (dampak) f. Peningkatan perkembangan
d. Sikap terhadap menyentuh remaja
bagian tubuh yang terkena g. Dukungan emosional
(dampak) h. Manajemen nyeri
e. Sikap terhadap penggunaan i. Pendidikan orang tua :
strategi untuk meningkatkan keluarga yang membesarkan
penampilan anak
f. Kepuasan dengan fungsi j. Peningkatan harga diri
tubuh k. Dukungan kelompok
g. Penyesuian terhadap l. Manajemen berat badan
perubahan tampilan fisik Pilihan Intervensi tambahan :
h. Penyesuaian terhadap a. Perawatan amputasi
perubahan fungsi tubuh b. Bimbingan antisipatif
c. Perawatan inkontinensia
saluran cerna : encopresis
d. Teknik menenangkan
e. Persiapan melahirkan
f. Restrukturisasi kognitif
g. Dukungan pengambilan
keputusan
h. Bantuan pasien untuk
mengontrol pemberian
analgesic
i. Pencegahan bunuh diri

24
B) Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan Artritis Gout
1. Pengkajian
1) Identitas
Nama, umur ( sekitar 50 tahunan ), alamat, agama , jenis kelamin ( biasanya
95% penderita gout adalah pria ), dll.
2) Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari kaki
( sendi lain ).
3) Riwayat Kesehatan
 Tanyakan keluhan nyeri yang terjadi, biasanya pada ibu jari kaki atau pada
sendi-sendi lain. Bagaimana gejala awalnya dan bagaimana klien
menanggulanginya. Obat-obatan yang diperoleh.
 Tentukan apakah ada nyeri saat digerakkan, bengkak, dan kemerahan, demam
subfebris, periksa adanya nodul diatas sendi.
 Kaji adanya kecemasan dan ketakutan dalam melakukan aktivitas dan masalah-
masalah yang terkait dengan psikososialnya.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit
yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
5) Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
 Kebutuhan nutrisi
1. Makan : kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan kaya
protein dan kaya purin)
2. Minum : kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
 Kebutuhan eliminasi
1. BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
2. BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
 Kebutuhan aktivitas

25
Biasanya klien kurang atau tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan.

6) Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Muskuloskeletal
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari) dan nyeri
yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di sendi-sendi perifer,
deformitas (pembesaran sendi). Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang,
warna keunguan), nyeri tekan pada sendi yang terkena, nyeri pada saat
digerakan.
 Sistem Perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal.
7) Pemeriksaan Diagnostik
 Asam urat meningkat
 Sel darah putih dan sedimentasi eritrosit meningkat (selama fase akut)
 Pada aspirasi sendi ditemukan asam urat
 Pemeriksaan urin
 Rontgen

2. Diagnosis NANDA

a. Gangguan rasa nyaman nyeri akut/ kronis berhubungan dengan distensi,


proses infalamasi, destruksi sendi.
b. Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuaan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

3. Aplikasi NANDA, NOC, NIC pada Artritis Gout

26
N
Diagnosis NOC NIC
O
1 Gangguan rasa nyaman Label NOC yang disarankan Intervensi keperawatan (NIC)
nyeri akut/ kronis  Paín Level, Pain management
berhubungan dengan  Pain control, a. Lakukan pengkajian nyeri secara
distensi, proses  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
infalamasi, destruksi Kriteria Hasil: karakteristik,durasi, frekuensi,
sendi. - Mampu mengontrol nyeri (tahu kualitas dan faktor presipitasi

penyebab nyeri, mampu b. Observasi reaksi nonverbal dari

menggunakan tehnik ketidaknyamanan

nonfarmakologi untuk mengurangi c. Control lingkungan yang dapat

nyeri, mencari bantuan) mempengaruhi nyeri

- Melaporkan nyeri d. Kurangi


bahwa faktor-faktor yang

berkurang dengan menggunakan meningkatkan nyeri

manajemen nyeri e. Gali bersama pasien faktor-faktor

- Mampu mengenali nyeri (skala, yang dapat menurunkan rasa nyeri

intensitas, frekuensi dan tanda f. Ajarkan tentang non farmakologi :


nyeri) nafas dalam, kompres hangat/dingin

- Menyatakan rasa nyaman setelah g. Berikan analgetik untuk mengurangi


nyeri berkurang nyeri
2 Gangguan citra tubuh / Label NOC yang disarankan Intervensi keperawatan (NIC)
perubahan penampilan A. Citra tubuh Peningkatan citra tubuh
peran berhubungan B. Harga diri a. Kaji secara verbal dan nonverbal
dengan perubahan kriteria hasil : respon klien terhadap tubuhnya
kemampuaan untuk a. Citra tubuh positif b. Monitor frekuensi dari pernyataan
melaksanakan tugas- b. Mampu mengidentifikasi secara mengkritisi diri
tugas umum, faktual perubahan fungsi tubuh c. Jelaskan tentang pengobatan,
peningkatan c. Mampu mengidentifikasi perawatan, kamajuan dan prognosis
penggunaan energi, kekuatan persona penyakit
ketidakseimbangan d. Mempertahankan interaksi d. Bantu pasien untuk mediskusikan

27
mobilitas. sosial perubahan-perubahan bagian tubuh
e. Fasilitasi kontak dengan individu
lain dalam kelompok kecil rencana
keperawatan

BAB III

28
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rheumatoid arthritis (RA) adalah gangguan inflamasi kronis yang dapat


mempengaruhi lebih dari sekedar persendian. Pada beberapa orang, kondisinya juga bisa
merusak berbagai macam sistem tubuh, termasuk kulit,mata,paru-paru,jantung dan
pembuluh darah. Rheumatoid arthritis mempengaruhi lapisan sendi,menyebabkan
pembengkakan yang menyakitkan yang pada akhirnya dapat menyebabkan erosi tulang dan
deformitas sendi.
Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolism purin yang ditandai
dengan hiperurikemi dan serangan sinovitis akut berulang-ulang. (Chairuddin) Penyakit ini
paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia lanjut dan wanita pasca
menopause. Artritis gout adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar di seluruh
dunia. Artritis gout atau dikenal juga sebagai artritis pirai, merupakan kelompok penyakit
heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat
supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat penulis paparkan Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah dengan Pendekatan NANDA NIC NOC pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Imunologi (Rematik, Gout). Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi
mahasiswa keperawatan. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
kesalahan. Oleh karena itu, kritik atau saran yang membangun kami harapkan untuk
perbaikan makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

29
 Ermawan, Budhy. 2016. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Sistem Imunologi.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press
 Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Mediaction
 Widyanto Fandi Wahyu, 2014. Artritis Gout Dan Perkembangannya. Saintika
Medika , Vol 10, No 2 (2014) : ejournal.umm.ac.id . 2017.
 Apriliyasari Renny Wulan, Wulan Emma Setiyo, 2016. Kemandirian Dalam
Melakukan Aktivitas Sehari-hari pada Pasien Rheumatoid Atritis. Stikes cendekia
utama kudus, Vol 5, No 2 (2016). stikescendekiautamakudus.ac.id

30

Anda mungkin juga menyukai