Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN REPRODUKSI DENGAN KISTA OVARIUM PADA Ny R

DI POLI KIA RSUD LAWANG

Disusun oleh :

Nanda Wahidiyana

P17220174057

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D-III KEPERAWATAN LAWANG

April 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gangguan Reproduksi Dengan Kista


Ovarium Pada Ny R Di Poli KIA RSUD. LAWANG, oleh :

Nama : Nanda Wahidiyana

NIM : P17220174057
Mahasiswa

Nanda Wahidiyana

NIM. P17220174057

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

Sumirah Budi P, S.Kp.M.Kep

NIP : 197610242001122001

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN REPRODUKSI DENGAN KISTA
OVARIUM

I. DEFINISI

a. Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja
dan jenisnya bermacam-macam (Jacob, 2017).

b. Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan
atau bahan setengah cair (Sumadi, 2016).

c. Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau
ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari
lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly, 2018).

d. Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat
bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2015)

II. JENIS-JENIS KISTA OVARIUM

Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon esterogen dan


progresterone diantaranya adalah :

a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks.

b. Kista fungsional

1) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel
yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak
terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.

2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah


ovulasi.
3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola
hidatidosa.

4) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan


hiperstimuli ovarium.

2. Kista neoplasma

1) Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan
epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.

2) Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari
suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain.

3) Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal


ovarium).

4) Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid.

5) Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.

III. ETIOLOGI

Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan
menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,tipe folikuler merupakan
tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan
folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal
terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini
tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista.
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan
yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi
oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista
Dermoid.
IV. PATOFISIOLOGI

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm
akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada
saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian
secara gradual akan mengecil selama kehamilan.

Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.
Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional
multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg
menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas,
induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai
dengan pemberian HCG.

Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol
dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari
semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel
permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa
dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain
dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel
dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang
berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5
mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama
dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.
PATHWAY

V. TANDA DAN GEJALA

Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang
tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan
nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena
mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul,
kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.

Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh Anda
untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda
mempunyai kista ovarium :

1. Perut terasa penuh, berat, kembung.


2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil).

3. Haid tidak teratur.

4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah
dan paha.

5. Nyeri sanggama

6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera:

1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba.

2. Nyeri bersamaan dengan demam.

3. Rasa ingin muntah.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:

1. Ultrasonografi (USG)

Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim
dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian
panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini
dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu
mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan
cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan
kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau
mengambil bahan percontoh untuk biopsi.

3. Hitung darah lengkap

Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.


VII. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis
pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
ovarium dan menghilangkan kista.

Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan


abdomen. Penurukan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang
besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah
dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.

VIII. PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama dengan yang lainnya.
Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan waktu granulasi
jaringan.

Fase-fase penyembuhan luka antara lain :

1. Fase I

Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin yang menumpuk
mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu
menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik.

2. Fase II

Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk mulai
kolagen serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi dalam satu minggu,
jaringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang
luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini, tergantung pada tempat
dan liasanya bedah.

3. Fase III

Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah menurun.
Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi pada minggu ke dua
hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar tak menggunakan otot yang terkena.
4. Fase IV

Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal disekitar luka,
walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi tegang. Bila luka dekat
persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka dan akan terjadi ceruk yang berlapis
putih.

IX. KOMPLIKASI

Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker
ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas namun
dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi
dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.

Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang
berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur
menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus
menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya
kanker ovarium.

X. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta
data penanggung jawab.

2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit

Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah
abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang


Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan
muntah.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Sebelumnya tidak ada keluhan.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.

d. Riwayat perkawinan

Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium.

4. Riwayat kehamilan dan persalinan

Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk


tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.

5. Riwayat menstruasi

Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai
amenorhea.

6. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.

a. Kepala

1) Hygiene rambut

2) Keadaan rambut

b. Mata

1) Sklera : ikterik/tidak

2) Konjungtiva : anemis/tidak

3) Mata : simetris/tidak
c. Leher

1) Pembengkakan kelenjer tyroid.

2) Tekanan vena jugolaris.

d. Dada Pernapasan

1) Jenis pernapasan

2) Bunyi napas

3) Penarikan sela iga.

e. Abdomen

1) Nyeri tekan pada abdomen.

2) Teraba massa pada abdomen.

f. Ekstremitas

1) Nyeri panggul saat beraktivitas.

2) Tidak ada kelemahan.

g. Eliminasi, urinasi

1) Adanya konstipasi

2) Susah BAK

7. Data Sosial Ekonomi

Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat
umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.

8. Data Spritual

Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.

9. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai
penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien dengan kista
ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin
hamil/punya keturunan.

10. Pola kebiasaan Sehari-hari

Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur
karena merasa nyeri

11. Pemeriksaan Penunjang

Data laboratorium

a. Pemeriksaan Hb

b. Ultrasonografi

Untuk mengetahui letak batas kista.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Pre operasi

a. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi.

b. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan.

c. PK perdarahan.

2. Post operasi

a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik.

b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan.

c. Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan).

C. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Pre Operasi
NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervvensi (NIC)
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Pain Management :
injuri biologi keperawatan selama 3x24 1. Lakukan pengkajian
jam diharapkan nyeri nyeri secara
pasien berkurang komprehensif
NOC : termasuk lokasi,
1. Pain Level, karakteristik, durasi,
2. Pain control, frekuensi, kualitas dan
3. Comfort level faktor presipitasi
Kriteria Hasil : 2. Observasi reaksi
1. Mampu mengontrol nonverbal dari
nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan.
nyeri, mampu 3. Gunakan teknik
menggunakan tehnik komunikasi terapeutik
nonfarmakologi untuk untuk mengetahui
mengurangi nyeri, pengalaman nyeri
mencari bantuan). pasien.
2. Melaporkan bahwa 4. Evaluasi
nyeri berkurang dengan pengalaman nyeri
menggunakan manajemen masa lampau
nyeri. nyeri masa lampau.
3. Mampu mengenali 5. Kontrol lingkungan
nyeri (skala, intensitas, yang dapat
frekuensi dan tanda nyeri). mempengaruhi nyeri
4. Menyatakan rasa seperti suhu ruangan,
nyaman setelah nyeri pencahayaan dan
berkurang. kebisingan.
5. Tanda vital dalam 6. Berikan analgetik
rentang normal. untuk mengurangi
nyeri.
7. Kolaborasikan
dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil.
2. Kecemasan bd diagnosis Setelah dilakukan asuhan NIC :
dan pembedahan keperawatan selama 3x 24 Anxiety Reduction
jam diharapakan cemasi (penurunan
terkontrol kecemasan)
NOC : 1. Gunakan
1. Anxiety control pendekatan yang
2. Coping menenangkan.
Kriteria Hasil : 2. Nyatakan dengan
1. Klien mampu jelas harapan terhadap
mengidentifikasi dan pelaku pasien.
mengungkapkan gejala 3. Jelaskan semua
cemas. prosedur dan apa yang
2. Mengidentifikasi, dirasakan selama
mengungkapkan dan prosedur.
menunjukkan tehnik untuk 4. Temani pasien
mengontol cemas. untuk memberikan
3. Vital sign dalam batas keamanan dan
normal. mengurangi takut.
4. Postur tubuh, ekspresi 5. Berikan informasi
wajah, bahasa tubuh dan faktual mengenai
tingkat aktivitas diagnosis, tindakan
menunjukkan prognosis.
berkurangnya kecemasan. 6. Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
7. Dorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi.

3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda


keperawatan selama 3x24 perdarahan
jam diharapakan pasien gastrointestinal.
menunjukkan perdarahan 2. Awasi petheciae,
dapat diminimalkan. ekimosis, perdarahan
dari suatu tempat.
3. Monitor vital sign.
4. Catat perubahan
mental.
5. Hindari aspirin.
6. Awasi HB dan
factor pembekuan.
7. Berikan vitamin
tambahan dan pelunan
feses.

2. Post Operasi
NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Pain Management :
injuri fisik. keperawatan selama 3x24 1. Lakukan pengkajian
jadi diharapkan nyeri nyeri secara
pasien berkurang komprehensif
NOC : termasuk lokasi,
1. Pain Level. karakteristik, durasi,
2. Pain control. frekuensi, kualitas dan
3. Comfort level. faktor presipitasi.
Kriteria Hasil : 2. Observasi reaksi
1. Mampu mengontrol nonverbal dari
nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu 3. Gunakan teknik
menggunakan tehnik komunikasi terapeutik
nonfarmakologi untuk untuk mengetahui
mengurangi nyeri, mencari pengalaman nyeri
bantuan). pasien.
2. Melaporkan bahwa 4. Kaji kultur yang
nyeri berkurang dengan mempengaruhi respon
menggunakan manajemen nyeri.
nyeri. 5. Evaluasi
3.Mampu mengenali nyeri pengalaman nyeri
(skala, intensitas, frekuensi masa lampau.
dan tanda nyeri). 6. Evaluasi bersama
4. Menyatakan rasa pasien dan tim
nyaman setelah nyeri kesehatan lain tentang
berkurang. ketidakefektifan
5. Tanda vital dalam kontrol nyeri masa
rentang normal. lampau.
7. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
8. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
9. Tingkatkan istirahat
10.Kolaborasikan
dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Infection Control


penurunan pertahanan keperawatan selama 3x 24 (Kontrol infeksi)
prime jam diharapakan infeksi 1. Bersihkan
terkontrol lingkungan setelah
NOC : dipakai pasien lain.
1. Immune Status 2. Pertahankan teknik
2. Knowledge : Infection isolasi.
control 3. Gunakan sabun
3. Risk control antimikrobia untuk
Kriteria Hasil : cuci tangan.
1. Klien bebas dari tanda 4. Gunakan kateter
dan gejala infeksi intermiten untuk
2. Mendeskripsikan proses menurunkan infeksi
penularan penyakit, factor kandung kencing
yang mempengaruhi 5. Berikan terapi
penularan serta antibiotik bila perlu.
penatalaksanaannya. 6. Monitor tanda dan
3. Menunjukkan gejala infeksi sistemik
kemampuan untuk dan lokal.
mencegah timbulnya 7. Monitor hitung
infeksi. granulosit, WBC.
4. Jumlah leukosit dalam 8. Ajarkan cara
batas normal. menghindari infeksi
5. Menunjukkan perilaku
hidup sehat.
3. Defisit personal Setelah dilakukan asuhan Personal hyegene
hyegene b.d imobilitas keperawatan selama 3x24 managemen :
(nyeri pembedahan) jam diharapakan pasien 1. Kaji keterbatasan
menunjukkan kebersihan pasien dalam
diri perawatan diri.
NOC : 2. Berikan
1. Kowlwdge : disease kenyamanan pada
process. pasien dengan
2. Kowledge : health membersihkan tubuh
Behavior. pasien
Kriteria Hasil : (oral,tubuh,genital)
1. Pasien bebas dari bau 3. Ajarkan kepada
2. Pasien tampak pasien pentingnya
menunjukkan kebersihan menjaga kebersihan
3. Pasien nyaman diri.
4. Ajarkan kepada
keluarga pasien dalam
menjaga kebersihan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2016. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.

Lowdermil, Perta. 2015. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Mansyur, Arief dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Manuaba. (2018). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.


Jakarta:EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2015). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.

Meidian, JM. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America:Mosby.

William Helm, C. Ovarian Cysts. 2015. American College of Obstetricians and


Gynecologists ( diakses pada tanggal 30 Maret 2019). Available at http://emedicine.com

Winknjosastro, Hanifa. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai