R
SOEHARSONO BANJARMASIN
NAMA : JUWANTO
NIM : 11409719019
PEMBIMBING AKADEMIK :
BANJARMASIN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANGAN OK DR.R.SOEHARSONO
BANJARMASIN, TELAH DISETUJUI OLEH PEMBIMBING AKADEMIK.
Mahasiswa
Juwanto
NIM. 11409719019
Menyetujui
1. Kista ovarium (indung telur) adalah kantung berisi cairan di dalam atau
pada permukaan indung telur.
2. Kista otak, bukan “tumor otak” karena tidak berasal dari jaringan otak.
3. Kista adalah kondisi yang umum dan bisa terjadi pada siapapun di usia
berapapun tanpa pandang bulu.
Sumber: https://id.theasianparent.com
B. Etiologi
Etiologi kista ovarium fungsional adalah kista folikuler dan kista luteal
yang berasal dari sel-sel fisiologis. Sedangkan, kista patologis dapat
berasal dari semua sel dan jaringan ovarium. Namun, sel epitel
pemukaan (mesotelium) adalah sel yang paling sering berkembang
menjadi kista patologis yang bersifat ganas.
Pada keadaan normal, Folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat
siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa
kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian
yang nantinya akan menjadi kista. Cairan yang mengisi kista sebagian
besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada
pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula
diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini
disebut dengan Kista dermoid.
Kista Fungsional
Kista Patologis
Kista patologis muncul melalui pertumbuhan berlebihan dari sel-sel yang
ada di dalam ovarium. Kista patologis ini dapat bersifat jinak atau ganas.
Kista patologis dapat muncul dari semua tipe sel dan jaringan ovarium.
Sel yang paling sering berkembang menjadi kista patologis yang bersifat
ganas adalah sel epitel permukaan (mesotelium) berupa kista
adenomakarsinoma epitel ovarium, sedangkan kista patologis yang
bersifat jinak dapat berupa kistadenoma serosa dan musinosa. Sel lain
yang dapat berkembang menjadi kista patologis adalah sel germinal yang
dapat membentuk kista dermoid (teratoma). Endometrioma adalah kista
yang berisi darah yang muncul dari endometrium ektopik. Endometrioma
ini berhubungan dengan endometriosis. Luteoma kehamilan dapat terjadi
ketika parenkim ovarium digantikan dengan proliferasi sel stroma
terluteinisasi yang mungkin menjadi aktif secara hormonal dengan
produksi androgen. Penyakit ovarium polikistik adalah kista yang
berhubungan dengan disfungsi hipotalamus.
Pathway
E. Data Penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor
itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor
kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam
rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam
tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan
pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
4. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab
asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
cavum peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro,
et.all, 1999)
F. Komplikasi
1. Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas
terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas <0 tahun. mekanisme
terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita
yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi
diniterhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
2. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu
bila seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini
dan kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik
segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan
terjadinya kanker ovarium
G. Penatalaksanaan
5. Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT,
SDP)
terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun
peroral
Intervensi :
. Pertahankan posisi baring miring jika tidak ada kontra indikasi karena
cidera.
Kaji posisi lidah, pastikan bahwa lidah tidak (jatuh kebelakang,
menyumbat jalan nafas).
Jaga bagian kepala tempat tidur tetap tinggi, jika tidak ada kontra
indikasi.
Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorok dengan tissu atau
penghisap dengan perlahan-lahan.
Kaji kembali dengan sering adanya obstruksi benda-benda dalam
mulut dan tenggorok.
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Tinjau ulang efek prosedur pembedahan dan harapan pada masa
dating.
Diskusikan dengan lengkap masalah yang diantisipasi selama masa
penyembuhan.
Diskusikan melakukan kembali aktifitas
Identifikasi keterbatasan individu
Kaji anjuran untuk memulai koitus seksual
Identifikasi kebutuhan diet
Dorong minum obat yang diberikan secara rutin
Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medis.
Daftar Pustaka
Amin HUda Nurarif, H. K. (2015). Nanda NIC-NOC Jilid1. Jogjakarta: MediAction.
Diane C. Baughman, J. C. (2000). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Buku Saku dari Brunner &
Suddarth. Indonesia: EGC.