Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

DENGAN KISTA DERMOID LANTAI 2 SELATAN GEDUNG TERATAI

RSUP FATMAWATI

Dosen Pembimbing: Ns. Dinny Atin,S.kep

Disusun oleh : Nadya putri harahap ( P17120016025 )

Tingkat III A

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA I

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana
saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi
cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus ol eh semacam
selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium ( Agusfarly, 2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat
bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005)

B. ANATOMI FISIOLOGI
Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopii.
Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian messovarium ligamen lebar
uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi spina
illiaka anterior superior, dan ligamentum ovarii propium, yang mengikat ovarium ke uterus.
Pada palpasi,ovarium dapat digerakkan.Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan
testis pada pria. Ukuran dan bentuk ovarium menyerupai sebuah almond berukuran besar.
Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium
yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum
menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturasi seksual, luka parut akibat ovulasi dan
ruptur folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar. Ovarium terdiri dari
dua bagian:
1. Korteks Ovarii
a. Mengandung folikel primordiaL
b. Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraf
c. Terdapat korpus luteum dan albicantes
2. Medula Ovarii
a. Terdapat pembuluh darah dan limfe
b. Terdapat serat saraf
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat
lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitive). Di
antara interval selama masa suburnya (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur
dan mengalami ovulasi. Ovarium juga merupakan tempatutama produksi hormone seks
steroid (estrogen, progesterone, dan androgen) dalam jumlah banyak yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal.

C. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler
merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena
pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang
normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini
akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus,
folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista.
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan
yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi
oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu yaitu :
1. Gaya hidup tidak sehat.
Diantaranya
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga
d. Merokok dan konsumsi alkohol
e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
g. Zat polutan
h. Faktor genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang
disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat
karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini
dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

D. KLASIFIKASI
1. Kista folikel
Kista folikel berkembang pada wanita muda wanita muda sebagian akibat folikel de graft
yang matang karena tidak dapat meyerap cairan setelah ovulsi.kista ini bisanya asimptomotik
keculi jika robek.dimana kasus ini paraf jika tedapat nyeri pada panggul.jika kista tidak
robek,bisanya meyusut setelah 2-3 siklus menstrusi.
2. Kista corpus luteum
Terjadi setelah ovulasi dan karena peningkatan sekresi dari progesterone akibat dari
peningkatan cairan di korpus luteum ditandai dengan nyeri, tendenderness pada ovari,
keterlambatan mens dan siklus mens yang tidak teratur atau terlalu panjang. Rupture dapat
mengakibatkan haemoraghe intraperitoneal. Biasanya kista corpus luteum hilang dengan
selama 1-2 siklus menstruasi.
3. Syndroma rolycystik ovarium
Terjadi ketika endocrine tidak seimbang sebagai akibat dari estrogen yang terlalu tinggi,
testosoron dan luteinizing hormone dan penurunan sekresi fsh. Tanda dan gejala terdiri dari
obesitas, hirsurism (kelebihan rambut di badan) mens tidak teratur, infertelitas.
4. Kista Theca- lutein
Biasanya bersama dangan mola hydatidosa. Kista ini berkembang akibat lamanya
stimulasi ovarium dari human chorionik gonadotropine( HCG ). ( Lowdermik,dkk. 2005:273)

E. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel
de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat
matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian
secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.
Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional
multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg
menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas,
induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai
dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol
dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari
semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel
permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa
dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain
dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex
cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Endometrioma adalah kista berisi darah
dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-
folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-
kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar
cakupan artikel ini.

F. TANDA DAN GEJALA


Seperti pada penyakit ganas, tumor ovarium dapat tumbuh dengan tenang dan jarang
penyebab gejala sampai setelah mencapai ukuran besar. Ketika tumor berkembang akan
terjadi distensi abdominal. Pengaruh berat tekanan terhadap usus dan kandung kemih.
Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena besarnya, terdapat perubahan
hormonal atau penyulit yang terjadi. Tumor jinak ovarium diameternya kecil sering
ditemukan secara kebetulan dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti.
Sebagian besar tanda dan gejala adalah akibat dari :
1. Gejala akibat pertumbuhan
a) Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah
b) Mengganggu miksi atau defekasi
c) Tekanan tumor dapat menimbulkan konstipasi atau edema pada tungkai bawah
2. Gejala akibat perubahan hormonal
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila berhubungan
dengan tumor menimbulkan gangguan menstruasi, tumor sel granulase
3. Gejala klinik akibat komplikasi yang terjadi pada tumor
a) Perdarahan ke dalam kista (intra tumor)
Bila terjadi perdarahan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan nyeri abdomen
mendadak dan memerlukan tindakan cepat.
b) Robek dinding kista
Pada torsi tangkai kista ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah
ke dalam ruang abdomen.
c) Degenerasi ganas kista ovarium
Keganasan kista ovarium sering dijumpai :
o Kista pada usia sebelum menarche
o Kista pada usia diatas 48 tahun
d) Sindrome Meigs
Sindrom yang ditemukan oleh meigs menyebutkan terdapat fibroma ovari, acites dan
hidrothorak dengan tindakan operasi fibroma ovari maka sindroma akan menghilang
dengan sendirinya.

Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang
tidak berbahaya. Tetapi ada pula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan
nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena
mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul,
kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh
Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila
anda mempunyai kista ovarium :
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung
bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera:
1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
2. Nyeri bersamaan dengan demam
3. Rasa ingin muntah

G. KOMPLIKASI
Menurut manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :
1. Perdarahan intra tumor
Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan
tindakan yang cepat.
2. Perputaran tangkai
Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen.
3. Infeksi pada tumor
Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas sehari-
hari.
4. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah
kedalam rungan abdomen.
5. Keganasan kista ovarium
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
1. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim
dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian
panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran
ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat.
Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan
dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
3. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.

4. Foto Rongent
Berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks, selanjutnya pada kista dermoid
kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi pada kista.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah,
misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah
serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian
penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang
besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah
dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti
kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan
tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi
luka operasi. ( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang dikumpulkan
dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan keputusan yang
diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Adapun pengkajiannya meliputi :
 Biodata
Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.
 Riwayat kesehatan
Meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.
 Status Obstetrikus, meliputi :
1. Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau
2. Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan
3. Riwayat persalinan
4. Riwayat KB
5. Pengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram, Barbara, 1999)
1. Kaji tingkat kesadaran
2. Ukur tanda-tanda vital
3. Auskultasi bunyi nafas
4. Kaji turgor kulit
5. Pengkajian abdomen

a) Inspeksi ukuran dan kontur abdomen


b) Auskultasi bising usus
c) Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
d) Tanyakan tentang perubahan pola defekasi
e) Kaji status balutan

1. Kaji terhadap nyeri atau mual


2. Kaji status alat intrusif
3. Palpasi nadi pedalis secara bilateral
4. Evaluasi kembajinya reflek gag
5. Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya
waktu di bawah anestesi.
6. Kaji status psikologis pasien setelah operasi
7. Data penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP)
2. Terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun
peroral

2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Klien mengatakan Kista Ovarium Gangguan rasa nyaman :
bahwa dia merasa nyeri pada ↓ nyeri abdomen
luka di perutnya. Operasi

P : Klien merasa nyeri karena Luka Insisi
adanya luka post operasi. ↓
Q : Klien mengatakan Diskontinuitas Jaringan
nyerinya seperti berdenyut- ↓
denyut. Nyeri
R : Klien merasakan nyeri di
perutnya.
S : Skala nyeri yang dialami
klien adalah 2 (sedang).
0 : Tidak nyeri
1: Nyeri ringan
2 : Nyeri sedang
3: Nyeri berat
4: Nyeri tak tertahankan
T : nyerinya sejak 2 hari
yang lalu setelah dilakukan
operasi dan nyerinya kadang-
kadang muncul

DO :
-Klien masih terlihat
meringis kesakitan ketika
bergerak.
- Skala nyeri 2 (sedang).
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 85 kali/menit
T : 36,5 oC
R : 20 kali/menit
DS : - Kista Ovarium Resiko infeksi
DO : Luka post Op ↓
Pembedahan

Invasi kuman sekunder

Resiko infeksi
DO : klien menyatakan Kista Ovarium Ansietas
kecemasannya ↓
DS : klien terlihat tidak Operasi
tenang ↓
Kurang pengetahuan

Ansietas
DS : Klien mengatakan Kista Ovarium Gangguan nutrisi kurang dari
mual, muntah. ↓ kebutuhan tubuh
DO : Pembesaran ovarium
- Klien hanya memakan ¼ ↓
dari porsi yang disediakan Menekan organ perut
- Klien tampak tidak nafsu ↓
makan Rasa sebah di perut
- BB menurun (1kg dalam ↓
seminggu) 64kg menjadi 63 Anoreksi, mual, muntah
kg ↓
Intake tidak adekuat

Nutrisi kurang dari
kebutuhan
DS : Kista Ovarium Resiko konstipasi
- Klien mengatakan sudah 2 ↓
hari tidak BAB Operasi
-Klien mengatakan ↓
ada rasa untuk BAB namun Imobilitas
tidak keluar ↓
-Klien mengatakan Peristaltik usus ↓
sebelumnya tidak pernah ↓
seperti ini Resiko konstipasi

DO :
-Klien tampak kurang
beraktivitas
-Klien kelihatan takut
untuk beraktivitas
-Klien terlihat
terbaring lemah di tempat
tidur.

3. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada abdomen
(Long,1996)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman sekunder terhadap pembedahan
(Carpenito, 1995)
3. Resiko konstipasi berhubungan dengan pembedahan abdominal (Doenges, 2000)
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi, mual,
muntah.
5. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi (Doenges, 2000)

4. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada abdomen
(Long,1996)
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : Skala nyeri 0, pasien mengungkapkan berkurangnya rasa nyeri, tanda
tanda vital normal.

Intervensi :
1. Jelaskan penyebab nyeri pada pasien.
2. Kaji skala nyeri pasien.
3. Ajarkan tehnik distraksi selama nyeri.
4. Berikan individu kesempatan untuk istirahat yang cukup.
5. Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik sesuai program
dokter.
6. 30 menit setclah pemberian obat pengurang rasa sakit, evaluasi kembali
efektifitasnya

2. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman sekunder terhadap pembedahan


(Carpenito, 1995)
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi (TTV normal, tidak ada peningkatan
leukosit).
Intervensi :

1. Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV


2. Gunakan tehnik antiseptik dalam merawat pasien
3. Isolasikan dan instruksikan individu dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum
mendekati pasien
4. Tingkatkan asupan makanan yang bergizi
5. Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter

3. Resiko konstipasi berhubungan dengan pembedahan abdominal (Doenges, 2000)


Tujuan : Tidak terjadi konstipasi
Kriteria hasil : Peristaltik usus normal (5-35 kali per menit), pasien akan menunjukkan
pola climinasi biasanya.
Intervensi :
1. Monitor peristaltik usus, karakteristik feses dan frekuensinya
2. Dorong pemasukan cairan adekuat, termasuk sari buah bila pemasukan peroral
dimulai.
3. Bantu pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi, mual, muntah.

Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam nutrisi pada klien terpenuhi dengan
Kreteria hasil :
1. Klien tidak merasa mual dan muntah.
2. Nutrisi klien terpenuhi.

Intervensi :
1. Tentukan BB ideal menurut usia dan tinggi badan.
2. Kajikemampuan klien untuk mendapatkan dan menggunakan nutrisi yang penting
3. Monitor intake nutrisi, spesifikkan porsi makanan yang dimakan.
4. Kaji adanya alergi makanan.
5. Temani pasien saat makan untuk mendorong intake nutrisi.
6. Timbang pasien setiap minggu dalam kondisi yang sama.
7. Berikan anti muntah sesuai instruksi sebelum makan.
8. Jika pasien muntah, anjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan kesukaan.
9. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

5. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi (Doenges, 2000)


Tujuan : Pasien mengetahui tentang efek sawing dari operasinya.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan memahami tentang kondisinya.
Intervensi :

1. Tinjau ulang efek prosedur pembedahan dan harapan pada masa dating.
2. Diskusikan dengan lengkap masalah yang diantisipasi selama masa penyembuhan.
3. Diskusikan melakukan kembali aktifitas
4. Identifikasi keterbatasan individu
5. Kaji anjuran untuk memulai koitus seksual
6. Identifikasi kebutuhan diet
7. Dorong minum obat yang diberikan secara rutinIdentifikasi tanda atau gejala yang
memerlukan evaluasi medis.

DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. (2006). Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.

Doengoes, Marylinn. E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:EGC

Lowdermilk, Perta. (2005). Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.


Jakarta:EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.

Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America:Mosby.

William Helm, C. Ovarian Cysts. (2005). American College of Obstetricians and


Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com

Winknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista-ovarium.html

Anda mungkin juga menyukai