SINONASAL
1. Pengertian
Karsinoma sinonasal adalah penyakit dimana kanker (ganas) sel ditemuka dalam
2. Etiologi
1) Eksposur kepada asap industri, debu kayu, penyulingan nikel, dan penyamakan
kulit
3. Patofisiologi
penyamakan kulit semua telah terlibat dalam karsinogenesis berbagai jenis tumor
ganas sinonasal. Eksposur khusus, kayu debu dan penyamakan kulit baik
dilaporkan termasuk minyak mineral, dan senyawa kromium, minyak isosopril, cat
pernis, dan las. Paparan yang terjadi pada pekerja industri kayu, terutama debu kayu
keras, merupakan faktor resiko utama yang telah diketahui untuk tumor ganas
sinonasal. Peningkatn resiko (5-50 kali) ini terjadi pada adenokarsinoma dan tumor
ganas yang berasal dari sinus. Efek paparan ini mulai timbul setelah 40 tahun atau
lebih sejak pertama kali terpapar dan menetap setelah penghentian paparan. Paparan
terhadap throtrast, agen kontras, radioaktif juga menjadi faktor resiko tambahan.
faktor penyebab dalam pengembangan tumor sinus paranasal. Namun, agen virus
khususnya human papilloma virus (HPV), juga memainkan peran penyebab. Semua
agen karsinogen tersebut memicu timbulnya pertumbuhan yang abnormal pada sinus.
4. Klasifikasi Tumor
a. Tumor jinak
mirip dengan polip, tetapi lebih vaskuler, padat dan tidak mengkilap. Ada 2 jenis
papiloma, pertama eksofitik atau fungiform dan yang kedua endofitik disebut
papiloma inverted. Tumor ini sangat cenderung untuk residif dan dapat berubah
menjadi ganas. Lebih sering dijumpai pada anak laki-laki usia tua. Terapi adalah
massa yang mengisi rongga hidung bahkan juga mengisi seluruh rongga sinus
b. Tumor ganas
maksila adalah yang tersering terkena (65-80%), disusul sinus ethmoid (15-
25%), hidung sendiri (24%), sedangkan sinus sphenoid dan frontal jarang
terkena.
rongga sinus sangat miskin dengan system limfa kecuali bila tumor sudah
menginfiltrasi jaringan lunak hidung dan pipi yang kaya akan system limfatik.
Metastasis jauh juga jarang ditemukan (kurang dari 10 %) dan organ yang sering
c. Invasi Sekunder
1) Pituitary adenomas
2) Chordomas
menurut WHO :
maligna yang berasal dari epitelium mukosa kavum nasi atau sinus
60 -70 %), diikuti oleh kavum nasi (sekitar 10-15%) dan sinus sfeinodalis
dan frontalis (sekitar 1 %). Simpton berupa rasa penuh atau hidung
hidung, pipi dan palatum, luka yang tidak kunjung sembuh atau ulkus,
adanya massa pada kavum nasi, pada kasus lanjut dapat terjadi proptosis,
dapat didapatkan perluasan lesi, invasi tulang dan perluasan pada struktur-
infiltratif.
skuamosa dari lokasi mukosa lain pada daeah kepala dan leher.
massa atau sebagai kelompok kecil sel-sel atau sel-sel individual. Invasi
Carsinoma
batas yang jelas. Tumor ini dinilai dengan diferensiasi sedang ataupun
d) Undifferentiated Carsinoma
Sel-sel tumor berukuran sedang hingga besar dan bentuk bulat hingga oval
dan memiliki inti sel pleomorfik dan hiperkromatik, anak inti menonjol,
e) Limfona Maligna
dari sel natural killer (NK). Meskipun demikian, beberapa laporan kasus
f) Adenokarsinoma
berupa hidung tersumbat, nyeri, massa pada wajah dengan deformasi dan /
minginvasi dan merusak jaringan lunak dan tulang disekitarnya dan jarang
g) Melanoma Maligna
yang signifikan antara pria dan wanita, dapat ditemukan pada kedua jenis
T :
T–1:
T–2:
T–3:
a. Invasi ke m.pterigoid
b. Invasi ke orbita
T–4 :
M : Metastasis
Berdasarkan TNM ini dapat ditentukan stadium yaitu stadium dini (stadium 1
dan 2), stadium lanjut (stadium 3 dan 4). Lebih dari 90 % pasien datang
dalam stadium lanjut dan sulit menentukan asal tumor primernya karena
Stadium
Stadium 0 T 1s N0 M0
Stadium 1 T1 N0 M0
Stadium II A T2a N0 M0
Stadium II B T1 N1 M0
T2a N1 M0
T2b N0,N1 M0
Stadium III T1 N2 M0
T2a, T2b N2 M0
T3 N2 M0
Stadium IV b Semua T N3 M0
5. Manifestasi Klinik
Gejala tergantung dari asal tumor primer serta arah dan perluasannya. Tumor di
dalam sinus maksila biasanya tanpa gejala. Gejala timbul setelah tumor besar,
sehingga mendesak atau menembus dinding tulang meluas ke rongga hidung, rongga
1) Gejala nasal. Gejala nasal berupa obstruksi hidung unilateral dan rinorea.
Sekretnya sering bercampur darah atau terjadi epistasksis. Tumor yang besar
dapat mendesak tulang hidung sehingga terjadi deformitas hidung. Khas pada
epifora.
tidak pas lagi, atau gigi geligi goyah. Seringkali pasien datang ke dokter
karena gigi nyeri di gigi, tetapi tidak sembuh meskipun gigi yang sakit telah
dicabut.
trigeminus.
kepala hebat, oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat disertai likuorea, yaitu
cairan otak yang keluar melalui hidung. Jika perluasan sampai ke fossa kranii
media maka saraf otak lainnya bisa terkena. Jika tumor meluas ke belakang,
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologic Imaging
keadaan normal.
3) MRI
sekresi di dalam nasal yang tersumbat dari space occupying lesion, menunjukkan
dan tidak melibatkan paparan terhadap radiasi ionisasi. Coronal MRI image
dan optic canal. Sagital image berguna untuk menunjukkan replacement signal
berintensitas rendah yang normal dari Meckel cave signal berintensitas tinggi
dari lemak di dalam pterygopalatine fossa oleh signal tumor yang mirip dengan
otak.
7. Komplikasi
1) Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi jika arteri pada awalnya di vasospasme dan jika tidak
2) CSF
3) Epiphora
Epiphora adalah komplikasi umum dari operasi yang disebabkan oleh obstruksi
4) Diplopia. Diplopia adalah komplikasi yang dikenal dalam setiap operasi yang
5) Rekonstruksi
8. Penatalaksanaan
atau sinus paranasal pada setiap tahap penyakit ini. Juga, beberapa diseksi
sendiri pada tahap I dan penyakit II, atau dalam kombinasi dengan operasi dalam
setiap tahap penyakit. Pada tahap awal kanker sinus paranasal, radioterapi
penggunaan energi tinggi, penetrasi sinar untuk menghancurkan sel – sel kanker
di zona diobati. Terapi radiasi juga digunakan untuk paliatif (kontrol gejala) pada
B. Konsep Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Gejala-gejala khas tergantung ukuran tumor, kegansan dan stadium penyakit, antara
lain:
Gejala hidung:
kemungkinan keganasan.
Rasa nyeri di sekitar hidung dapat diakibatkan oleh gangguan ventilasi sinus,
tumor ganas.
Gejala lainnya dapat timbul bila sinus paranasal juga terserang tumor seperti:
Pembengkakan pipi
Kelelahan/malaise umum
b. Pengkajian Diagnostik:
Foto sinar X:
sinus frontal)
Biopsi:
banyak orang dalam situasi klien saat Menunjukkan bahwa kecemasan adalah
menurunkan kecemsan.
5. Kolaborasi pemberian obat sedatif.
kecemasan. istirahat.
2) Gangguan harga diri b/d kelainan bentuk bagian tubuh akibat keganasan, efek-efek
radioterapi/kemoterapi.
Mengidentifikasi sumber-sumber
klien.
Menilai perkembangan masalah klien.
radio)
dirian.
terapi.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik
seminggu
Menilai perkembangan masalah klien.
albumin serum)
radioterapi/kemoterapi
(area operasi).
program terapi.
antibodi.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta
4. Tim RSUD Dr. Soetomo (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit THT,
EGC, Jakarta