Anda di halaman 1dari 16

8

LAPORAN PENDAHULUAN
SQUAMOUS CELL CARCINOMA ( SCC)
RUANG DAHLIA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH :

Nama : Noorlatipah
NIM : PO.62.20.1.18.024

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN DIPLOMA III KEPERAWATAN
REGULER XXI A
2020
9

BAB I
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Squamous Cell Carcinoma ( SCC) merupakan salah satu jenis kanker yang
berasal dari lapisan tengah epidermis. Jenis kanker ini menyusup ke jaringan di bawah
kulit (dermis). Kulit yang terkena tampak coklat-kemerahan dan bersisik atau
berkerompeng dan mendatar, kadang menyerupai bercak pada psoriasis, dermatitis
atau infeksi jamur (Price Sylvia, 2005).
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh dalam setiap epitel berlapis skuamosa
atau mukosa yang mengalami metaplasia skuamosa. Jadi bentuk kanker ini dapat
terjadi misalnya di lidah, bibir, esofagus, serviks, vulva, vagina, bronkus atau kandung
kencing. Pada permukaan mukosa mulut mulut atau vulva, leukoplakia merupakan
predisposisi yang penting. Tetapi kebanyakan karsinoma sel skuamosa tumbuh di
kulit (90-95%) (Price Sylvia, 2005).
Sistem yang sering digunakan dalam klasifikasi stadium kanker adalah sistem
tumor-nodus-metastase (TNM), yaitu T menunjukkan besarnya tumor primer (T1 =
kecil; T4 = masif), N untuk metastase ke kelenjar getah bening, dan M untuk
menentukan adanya metastase ke organ atau tempat lain (Corwin, 2000).

B. Etiologi
Faktor-faktor etiologi terbanyak yang berkaitan dengan karsinoma sel
skuamosa ialah pemakaian tembakau, konsumsi alkohol dan virus-virus (kurang
jelas). Termasuk tembakau yang dibakar maupun yang tidak dibakar, seperti dihirup
dan mungkin juga, sirih yang dikunyah (kebiasaan di India, Myanmar dan Pakistan).
Walaupun sebagian besar penderita perokok dan peminum alkohol, sebanyak 10%
penderita karsinoma sel skuamosa tidak mengaku menggunakan tembakau atau
alkohol; orang-orang ini cenderung pria atau wanita yang lebih tua (Suzanne, 2004).

C. Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh de novo, tetapi lebih sering suatu
proses evolusi yang mirip dengan yang tampak pada serviks uteri. Perubahan pra-
kanker dalam mulut menjelma sebagai dua bentuk klinik. Bercak putih, datar yang
tidak diketahui penyebabnya selain yang ada hubungan dengan pemakaian tembakau
dan tidak hilang bila dikerok, disebut leukoplakia. Bercak-bercak merah yang tidak
ada hubungan dengan rangsang radang disebut eritroplakia. (Corwin, 2000)
Karsinoma skuamosa invasif kebanyakan didapati pada tepi lateral lidah dan
dasar mulut; sangat jarang pada palatum dan dorsum lidah. Pulau-pulau tumor yang
invasif bermetastasis melalui pembuluh limfa dan mengenai kelenjar getah bening
supraomohioid dan servikal. Penyebaran melalui pembuluh darah merupakan sekuele
terakhir dan biasanya sebagai akibat metastasis kelenjar getah bening yang menjalar
ke duktus torakikus masuk vena sistemik. (Corwin, 2000).
10

D. Tanda dan Gejala


Karsinoma sel skuamosa invasif secara klinik ditandai lesi yang ulseratif dan
induratif. Sering daerah ulserasi menunjukkan tepi melingkar, melipat dan mukosa
yang berdekatan dapat menunjukkan batas-batas yang tampak leukoplakia dan atau
eritroplakia. Bila kelenjar servikal yang terkena metastasis sudah mencapai dimensi
cukup besar, dapat diraba, membengkak dan melekat (berbeda dengan limadenopati
yang dapat digerakkan, lunak dan nyeri tekan bila sebagai akibat penyakit radang).
Secara mikroskopik, karsinoma skuamosa menunjukkan sarang- sarang dan
pulau-pulau sel epitel invasif dengan berbagai derajat diferensiasi (misalnya
keratinisasi). Stroma jaringan ikat biasanya memiliki infiltrasi sel-sel radang
mononuklear. Derajat radang dapat merupakan ukuran reaktivitas imun terhadap
antigen-antigen tumor. Beberapa penelitian menunjukkan prognosis lebih baik pada
tumor-tumor dengan radang hebat.

E. Pathway
11

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Histopatologi
Beberapa tipe karsinoma sel skuamosa pada tahap tertentu tidak
ditemukan diferensiasi pada sel-sel, sehingga tidak mudah untuk
membedakannya dengan sel normal. Secara histopatologi, karsinoma sel
skuamosa dibagai menjadi berdiferensiasi baik, diferensiasi sedang, dan
diferensiasi buruk.
Karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi baik, ditandai oleh sel-selnya
sebagian besar masih mirip dengan sel normal. Mutiara epitel ditemukan pada
beberapa kasus, yang memperlihatkan pembentukan butir keratohialin dalam
sitoplasma yang terdapat tepat di bawah permukaan epitel. Massa keratohialin
ini bergabung membentuk kumpulan keratin yang dikenal sebagai mutiara
keratin. Karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi sedang, tampak adanya variasi
dalam ukuran sel-selnya, ukuran inti sel, hiperkromatik serta aktivitas
mitosisnya lebih banyak. Sedangkan pada karsinoma sel skuamosa
berdiferensiasi buruk,tampak ketidakteraturan sel dan cenderung
memperlihatkan gambaran anaplasia yang sulit untuk dikenali. Sel kanker
tumbuh ke segala arah, menginfiltrasi jaringan ikat di bawahnya, lapisan basal
tidak terlihat dan sering menghilang.
Sebagian besar karsinoma sel skuamosa rongga mulut adalah moderately
atau well differentiated (tingkat I dan II). Terlihat adanya gambaran mutiara-
mutiara keratin dan sel terkeratinisasi. Ditandai pula dengan adanya invasi ke
struktur jaringan di bawahnya berbentuk sarang sarang kecil sel hiperkromatik.
b. Biopsy
Memastikan diagnosis Tumor. Spesimen biopsy yang diperoleh dengan
cara eksisi akan mengungkapkan informasi histologik mengenai tipe, taraf
invasi dan ketebalan lesi. Spesimen biopsi yang mencakup jaringan normal
sebesar 1 cm dari bagian tepinya dan bagian jaringan lemak subkutan yang ada
dibawahnya sudah cukup untuk menentukan stadium tumor, yang bisa
melanoma in situ atau melanoma noninvasive yang dini.
Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan jika dicurigai adanya
keganasan adalah:
1. Pemeriksaan sinar-x toraks
dilakukan jika ada indikasi bahwa sel-sel tumor telah berubah menjadi kanker
(mengalami keganasan) dan dicurigai bermetastase ke organ-organ yang ada di
rongga thorax
2. Tes faal hepar
Dilakukan jika ada indikasi bahwa sel-sel tumor telah berubah menjadi kanker
(mengalami keganasan) dan dicurigai bermetastase ke hepar.
3. Pemeriksaan CT scan radionukleida.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Operasai pengangkatan tumor atau biopsy
Pengangkatan tumor kulit yang kecil bersifat cepat, sederhana, dan
ekonomis. Bila tumor terlalu besar untuk eksisi primer, maka lakukan biopsy
insisi yang kecil, dan ingatlah untuk memotong melintangi bagian tepi mulai dari
jaringan yang abnormal. Tidak didapatkan adanya bukti bahwa biopsy
berpengaruh buruk terhadap perkembangan tumor, walaupun disarankan untuk
12

sedapat mungkin menghindari biopsy insisi pada melanoma invasive apabila


mungkin.
2. Kuretase dan/ atau keuterisasi
Tindakan ini merupakan cara yang sangat memuaskan untuk mengangkat tumor-
tumor superficial.
C&C :
a. Gunakan kuret (volkman spoon) untuk mengerok lesi
b. Tutulkan kauter beberapa kali untuk mengatasi pendarahan
c. Tutup luka dan/atau beri antiseptic
Alternative lain dari kauterisasi adalah dengan hifrekator, yang
menyebabkan terjadinya hemostasis secara elektris dan desikasi (membuat kulit
kering). Tumor-tumor yang bertangkai dapat diangkat sengan melakukan
pemotongan sepanjang bagian dasarnya dengan kauter
3. Krioterapi
Tindakan yang ideal untuk tumor kulit superfisial, karena dapat dilakukan
dengan cepat dan relative hanya sedikit meninggalkan bekas. Akan tetapi,
interpretasi histologist pada kriobiopsi tidak mudah, dan hanya digunakan jika :
tumor sudah jelas jinak, atau biopsy insisi telah dilakukan. Krioterapi tidak boleh
dilakukan pada melanoma. Bahan terbaik adalah nitrogen cair.
4. Terapi laser dan fotodinamik
Banyak tumor epitel jinak memberikan respons terhadap ablasi dengan
laser CO2, walaupun juga sangat mudah diobati dengan cara lain yang lebih
sederhana dan murah. Lesi-lesi berpigmen merespon terhadap pengobatan laser
tetapi penggunaan laser dalam hal ini masih memerlukan pemantapan.
Terapi fotodinamik merupakan tindakan dengan menggunakan porfirin dan
penyinaran, yang akan merusak lesi superfisial seperti penyakit bowen dan
karsinoma sel basal superfisial.
5. Radioterapi
Metode pengobatan yang efektif untuk karsinoma sel basal dan sel
skuamosa, dan sering menjadi pilihan paling praktis untuk tumor yang sangat
besar yang terdapat pada orang-orang berusia lanjut. Akan tetapi tindakan ini tidak
ideal untuk tumor yang terdapat pada tempat tertentu, dan pilihan apakah akan
dilakukan eksisi atau radioterapi tergantung pada keadaan masing-masing pasien.
Radioterapi juga dapat mengendalikan deposit tumor sekunder.

H. Terapi Obat dan implikasi keperawatan


1. Inj. Ranitidine : Obat yang digunakan untuk menangani
gejala atau penyakit yang berkaitan dengan produksi asam
berlebih di dalam lambung. Produksi asam lambung yang
berlebih dapat membuat memicu iritasi dan peradangan pada
dinding lambung dan saluran pencernaan.
2. Inj. Kalnex : Obat yang digunakan untuk membantu
menghentikan perdarahan seperti pada kondidi mimisan,
tindakan operasi, dan menstruasi yang berkepanjangan.
3. Inf. NacL : Obat yang digunakan untuk pengobatan
dehidrasi isotonik ekstraseluler, deplesi natrium dan juga
dapat digunakan sebagai pelarut sediaan injeksi.

BAB II
13

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I. Pengkajian
1) Identitas
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat.
b. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan dengan klien, dan alamat
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang paling dirasakan klien
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pengembangan diri dari keluhan utama melaluli metode PQRST
c. Riwayat kesehatan dulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama
d. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji atau tidaknya apakah keluarga klien mempunyai penyakit
keturunan
3) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Vital Sign (tanda-tanda vital
c. Head to toe
- inspeksi
- palpasi
- perkusi
- auskultasi

II. Analisa Data


Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS: Tumor Ganas Nyeri Akut
Klien mengeluh nyeri
DO: Terjadi ulserasi
- Gelisah
- Mengerang/meringis Terputusnya jaringan kulit
- P: Penyebab
Q: Kulaitas nyeri
R: Regio Rangsangan terhadap
S: Skala 1-10 reseptor nyeri di korteks
T: Time (kapan nyeri
serebri
dirasakan)
14

Nyeri akut
DS: Terpapar sinar UV, radiasi, Perubahan citra tubuh
- Klien menyatakan malu penggunaan bahan kimia,
dengan kondisinya saat ini genetik
- Perasaan negatif mengenai
tubuhnya, putus asa Terbentuk benjolan dari
berbagai jenis sel kulit
DO:
(epidermis) melanosit
- Perubahan keterlibatan
social (tidak mau
Tumor ganas
bersosialisasi)
- Menyembunyikan bagian
tubuh yang sakit Ada nodul di kulit terutama
pada daerah tubuh yang
terpapar

Perubahan citra tubuh

DS:- Tumor ganas Kerusakan integritas


kulit
DO: Perubahan pigmentasi pada
- Terdapat lesi di kulit nodul yang berasal dari lesi
- Kanker kulit

Gatal

Kerusakan integritas kulit


DS: - Tumor ganas Risiko infeksi

DO: Timbul nodul, papul,


- Kanker kulit ulserasi
- Perubahan sistem
integumen (ada ulkus) Reaksi inflamasi
- Perubahan kadar leukosit

Gatal
15

Digaruk

Risisko Infeksi
DS: Tumor ganas Ansietas
- Klien menyatakan
kekhawatiran Nodul bermetastase ke
- Tidak percaya diri kelenjar tubuh lain
- Ketegangan, gugup

DO: Ketakutan akan


- Gelisah perkembangan penyakit
- Insomnia
- Menarik diri
- Kontak mata kurang Ansietas
- Kritik terhadap diri sendiri
- Menangis

III. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jarinngan akibat tumor kulit ganas.
2. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder.
3. Kerusakan integitas jaringan kulit berhubungan dengan lesi pada kulit.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka.
5. Ansietas berhubungan denga kurang pengetahuan tentang penyakit.

IV. Intervensi Keperawatan


No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri dengan 1. Menjadi parameter
keperawatan selama 2x24 jam
pendekatan dasar untuk mengetahui
diharapkan nyeri
berkurang/hilang atau PQRST sejauh mana intervensi
beradaptasi, dengan
2. Jelaskan dan bantu yang diperlukan dan
Kriteria hasil:
a. Secara subyektif pasien dengan sebagai evaluasi
16

melaporkan berkurang tindakan pereda keberhasilan dari


atau dapat diadaptasi. nyeri nintervensi manajemen
b. Dapat mengidentifikasi
nonfarmakologi nyeri keperawatan
aktivitas yang
dan non-invasif 2. Pendekatan dengan
meningkatkan atau
3. Lakukan menggunakan relaksasi
menurunkan nyeri.
manajemen nyeri dan nonfarmakologi
c. Pasien tidak gelisah.
keperawatan : lainnya telah
a. Atur posisi menunjukkan
fisiologis. keefektifan dalam
b. Istirahatkan
mengurangi nyeri
pasien.
3. Posisi fisiologi akan
c. Manajemen
meningkatkan asupan
lingkungan:
O2 kajaringan yang
lingkungan
mengalami iskemia.
tenang dan batasi
a. Istirahat akan
pengunjung.
menurunkan
d. Ajarkan teknik
kebutuhan O2
distraksi dan
jaringan perifer dan
relaksasi.
akan meningkatkan
e. Lakukan
suplai darah pada
manajemen
jaringan yang
sentuhan
mengalami
4. Kolaborasi
peradangan.
pemberian
b. Lingkungan tenang
analgesik
akan menurunkan
stimulus nyeri
eksternal dan
pembatasan
pengunjung akan
membantu
meningkatkan
kondisi O2 yang
berkurang akibat
banyaknya
17

pengunjung.
c. Distraksi dapat
menurunkan
stimulus internal
dengan mekanisme
peningkatan
produksi endorphin
dan enfalin yang
dapat memblok
reseptor nyeri
untuk tidak
dikirimkan ke
korteks serebri
sehingga
menurunkan
persepsi nyeri.
d. Manajemen
sentuhan pada saat
nyeri berupa
sentuhan dukungan
psikologis dapat
membantumenurun
kan nyeri.
4. Analgesic memblok
lintasan nyeri
sehingga nyeri akan
berkurang
18

2. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji perubahan 1. Menentukan bantuan


keperawatan selama 1 x 24 dari gangguan individual dalam
jam diharapkan citra diri persepsi dan menyusun rencana
pasien meningkat hubungan dengan perawatan atau
Kriteria Hasil:
derajat pemilihan intervensi
a. Mampu menyatakan
ketidakmampuan 2. Dukung perilaku atau
atau
2. Dukung perilaku usaha seperti
mengkomunikasikan
atau usaha seperti peningkatan minat
dengan orang terdekat
peningkatan atau partisipasi dalam
tentang situasi dan
minat atau aktivitas
perubahan yang sedang
partisipasi dalam 3. Dapat mengindikasi
terjadi.
b. Mampu menyatakan aktivitas terjadinya depresi
penerimaan diri 3. Monitor yang umumnya terjadi
terhadap situasi. gangguan tidur dimana keadaan ini
peningkatan memerlukan
kondentrasi, intervensi dan
letargi evaluasi lebih lanjut

3 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kerusakan 1. Menjadi data dasar


keperawatan selama 3 x 24 jaringan lunak untuk memberikan
jam diharapkan integritas kulit yang terjadi pada informasi intervensi
membaik secara optimal klien perawatan luka, alat
Kriteria Hasil:
2. Lakukan apa yang akan
a. Pertumbuhan jaringan
perawatan luka : digunakan dan jenis
meningkat.
b. Keadaan luka membaik. a. Lakukan balutan apa yang akan
c. Pengeluaran pus pada
perawatan luka digunakan
luka tidak ada lagi.
dengan baik dan 2. Perawatan luka
d. Luka menutup.
teknik steril. denganperawatan luka
b. Kaji keadaan luka
dengan teknik steril
dengan teknik
dapa mengurangi
membuka balutan
kontaminasi kuman
dengan
langsung ke area luka.
mengurangi a. Manajemen membuka
stimulus nyeri, luka dengan
19

bila melekat kuat mengguyur larutan


kasa diguyur NaCl ke kasa dapat
dengan NaCl. mengurangi stimulus
c. Lakuakan
nyeri.
pembilasan luka b. Teknik pembuangan
dari arah dalam jaringan dan kuman di
keluar dengan area luka dan
cairan NaCl. diharapkan keluar dari
d. Tutup luka
area luka.
dengan kasa c. NaCl merupakan
antimikroba steril larutan fisiologis yang
dan dikompres lebih mudah
dengan NaCl.. diabsorpsi oleh
e. Lakukan jaringan dibandingkan
nekrotomi dengan larutan
3. Evaluasi antiseptic, serta
kerusakan dicampur dengan
jaringan dan antibiotic agar dapat
perkembangan mempercepat
pertumbuhan penyembuhan luka.
jaringan d. Jaringan nekrotik
pada luka furunkel
akan memperlambat
proses epitelisasi
jaringan luka.
sehingga
memperlambat
perbaikan jaringan
3. Apabila masih belum
mencapai dari criteria
evaluasi 5x24 jam,
maka perlu dikaji
ulang faktor-faktor
menghambat
20

pertumbuhan luka
4 Setelah dilakukan tindakan 1. Bersihkan 1. Bertujuan untuk
keperawatan selama 2x24 jam lingkungan mengurangi pajanan
diharapkan resiko infeksi pada setelah dipakai dari lingkungan luar
klien dapat diminamalkan dan pasien lain yang menyebabkan
dihilangkan. 2. Instruksikan infeksi
Kriteria Hasil:
pengunjung untuk 2. Bertujuan untuk
a. Klien terbebas dari
mencuci tangan mengurangi pajanan
tanda dan gejala
saat berkunjung dari lingkungan luar
infeksi.
b. Menunjukkan perilaku dan setelah yang menyebabkan
hidup sehat untuk berkunjung infeksi
mengurangi resiko meninggalkan 3. Bertujuan untuk
infeksi. pasien mengurangi pajanan
c. Menunjukkan
3. Cuci tangan dari lingkungan luar
kemampuan untuk
sebelum dan dan masuknya bakteri
mencegah timbulnya
sesudah tindakan yang menyebabkan
infeksi.
keperawatan infeksi
4. Pertahankan 4. Mencegah masuknya
lingkungan bakteri yang
aseptic selama menyebabkan infeksi
pemasangan alat 5. Intake nutrisi dapat
5. Tingkatkan intake mengurangi gejala dan
nutrisi tidak memperparah
6. Kolaborasikan adanya infeksi
pemberian 6. Antibiotic untuk
antibiotik mengurangi gejala
infeksi

5 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda verbal 1. Reaksi


keperawatan selama 1x24 jam dan non verbal verbal/nonverbal
kecemasan pasien berkurang. kecemasan, dapat menunjukkan
Kriteria Hasil:
damping pasien rasa agitasi, marah
a. Pasien menyatakan
dan lakukan dan gelisah
kecemasan berkurang.
b. Mengenal perasaannya, tindakan bila 2. Mengurangi
21

dapat mengidentifikasi menujukkan rangsangan eksternal


penyebab atau faktor yang perilaku merusak yang tidak perlu
mempengaruhinya, 2. Mulai melakukan 3. Orientasi dapat
kooperatif terhadap tindakan untuk menurunkan
tindakan, wajah rileks mengurangi kecemasan
kecemasan. Beri 4. Dapat
lingkungan yang menghilangkan
tenang dan ketegangan
suasana penuh kekhawatiran yang
istirahat tidak diekspresikan
3. Orientasikan 5. Member waktu
pasien terhadap untuk
prosedur rutin mengekspresikan
dan aktifitas yang perasaan,
diharapkan menghilangkan
4. Beri kesempatan cemas, dan perilaku
kepada pasien adaptasi. Adanya
untuk keluarga dan teman
mengungkapkan yang dipilih pasien
ansietasnya melayani aktivitas
5. Berikan privasi dan pengalihan
untuk pasien dan (misalnya:
orang terdekat mambaca) akan
6. Kolaborasi menurunkan
berikan anti perasaan terisolasi
cemas sesuai 6. Meningkatkan
indikasi, relaksasi dan
contohnya menurunkan
diazepam kecemasan
22

DAFTAR PUSTAKA

Gandhi AK, Roy S, Biswas A, Raza MW, Saxena T, et al. Treatment of squamous cell
carcinoma of external auditory canal: A tertiary cancer centre experience. India :
Elsevier Ireland Ltd. 2015

Espinosa G, Alfonso C, Ponce C, Rosmal J, Rudino R, et al. Squamous Cell Carcinoma


of External Auditory Canal. Mexico : Junipe Publisher, Glob J Otolaryngol. 2017
23

Beyea JA, Moberly AC. Squamous Cell Carcinoma of Temporal Bone. USA:
Otolaryngol Clin N Am, Elsevier Inc. 2015

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. 2009. Jakarta. EGC

Lukitto, Pisi. 2010. Penuntun Diagnostik dan Tindakan Terapi Tumor Ganas. Jakarta: CV
Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai