B. Etiologi
Faktor-faktor etiologi terbanyak yang berkaitan dengan karsinoma sel
skuamosa ialah pemakaian tembakau, konsumsi alkohol dan virus-virus
(kurang jelas). Termasuk tembakau yang dibakar maupun yang tidak dibakar,
seperti dihirup dan mungkin juga, sirih yang dikunyah (kebiasaan di India,
Myanmar dan Pakistan). Walaupun sebagian besar penderita perokok dan
peminum alkohol, sebanyak 10% penderita karsinoma sel skuamosa tidak
mengaku menggunakan tembakau atau alkohol; orang-orang ini cenderung pria
atau wanita yang lebih tua (Suzanne, 2004).
D. Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh de novo, tetapi lebih sering suatu
proses evolusi yang mirip dengan yang tampak pada serviks uteri. Perubahan
pra- kanker dalam mulut menjelma sebagai dua bentuk klinik. Bercak putih,
datar yang tidak diketahui penyebabnya selain yang ada hubungan dengan
pemakaian tembakau dan tidak hilang bila dikerok, disebut leukoplakia.
Bercak-bercak merah yang tidak ada hubungan dengan rangsang radang
disebut eritroplakia. (Corwin, 2000).
Karsinoma skuamosa invasif kebanyakan didapati pada tepi lateral lidah
dan dasar mulut; sangat jarang pada palatum dan dorsum lidah. Pulau-pulau
tumor yang invasif bermetastasis melalui pembuluh limfa dan mengenai
kelenjar getah bening supraomohioid dan servikal. Penyebaran melalui
pembuluh darah merupakan sekuele terakhir dan biasanya sebagai akibat
metastasis kelenjar getah bening yang menjalar ke duktus torakikus masuk
vena sistemik. (Corwin, 2000).
E. Pathway
Pembelahan terus-menerus
melanosit yang rusak
Menstimulasi melanosit
autoimun
MELANOMA
MK : Resiko MK : Ansietas
tinggi infeksi
F. Komplikasi
Karsinoma sel skuamosa tidak diobati dapat merusak jaringan sehat di
dekatnya, menyebar ke kelenjar getah bening atau organ lainnya, dan dapat
berakibat fatal, meskipun hal ini jarang terjadi. Risiko karsinoma sel skuamosa
agresif dapat ditingkatkan dalam kasus di mana kanker: Sangat besar atau
mendalam; Melibatkan selaput lendir, seperti bibir; Terjadi pada orang dengan
sistem kekebalan yang lemah,
G. Implementasi
Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan yang
berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan sumber-
sumber yang dimiliki klien. Implementasi di prioritaskan sesuai dengan
kemampuan klien dan sumber yang dimiliki klien. (Friedman, 2010).
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Histopatologi
Beberapa tipe karsinoma sel skuamosa pada tahap tertentu tidak
ditemukan di ferens iasi pada sel-sel, sehingga tidak mudah untuk
membedakannya dengan sel nomal. Secara histopatologi. karsinoma sel
skuamosa dibagai menjadi berdiferensiasi baik, diferensiasi sedang, dan
diferensiasi buruk.
Karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi baik, ditandai oleh sel-selnya
sebagian besar masih mirip dengan sel normal. Mutiara epitel ditemukan
pada beberapa kasus, yang memperlihatkan pembentukan butir keratohialin
dalam sitoplasma yang terdapat tepat di bawah permukaan epitel. Massa
keratohialin ini bergabung membentuk kumpulan keratin yang dikenal
sebagai mutiara keratin. Karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi sedang,
tampak adanya variasi dalam ukuran sel-selnya, ukuran inti sel,
hiperkromatik serta aktivitas mitosisnya lebih banyak. Sedangkan pada
karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi buruk, tampak ketidakteraturan sel
dan cenderung memperlihatkan gambaran anaplasia yang sulit untuk
dikenali. Sel kanker tumbuh ke segala arah, menginfiltrasi jaringan ikat di
bawahnya, lapisan basal tidak terlihat dan sering menghilang.
Sebagian besar karsinoma sel skuamosa rongga mulut adalah
moderately atau well differentiated (tingkat I dan II). Terlihat adanya
gambaran mutiara- mutiara keratin dan sel terkeratinisasi. Ditandai pula
dengan adanya invasi ke struktur jaringan di bawahnya berbentuk sarang
sarang kecil sel hiperkromatik.
b. Biopsy
Memastikan diagnosis Tumor. Spesimen biopsy yang diperoleh
dengan cara eksisi akan mengungkapkan informasi histologik mengenai
tipe, taraf invasi dan ketebalan lesi. Spesimen biopsi yang mencakup
jaringan nomal sebesar 1 cm dari bagian tepinya dan bagian jaringan lemak
subkutan yang ada dibawahnya sudah cukup untuk menentukan stadium
tumor, yang bisa melanoma in situ atau melanoma noninvasive yang dini.
Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan jika dicurigai adanya
keganasan adalah:
1. Pemeriksaan sinar-x toraks dilakukan jika ada indikasi bahwa sel-sel
tumor telah berubah menjadi kanker (mengalami keganasan) dan
dicurigai bermetastase ke organ-organ yang ada di rongga thorax
2. Tes faal hepar Dilakukan jika ada indikasi bahwa sel-sel tumor telah
berubah menjadi kanker (mengalami keganasan) dan dicurigai
bermetastase ke hepar.
3. Pemeriksaan CT scan radionukleida.
I. Penatalaksanaan Medis
1. Operasai pengangkatan tumor atau biopsy
Pengangkatan tumor kulit yang kecil bersifat cepat, sederhana, dan
ekonomis. Bila tumor terlalu besar untuk eksisi primer, maka lakukan
biopsy insisi yang kecil, dan ingatlah untuk memotong melintangi bagian
tepi mulai dari jaringan yang abnormal. Tidak berpengaruh buruk terhadap
perkembangan tumor, walaupun disarankan untuk didapatkan adanya bukti
bahwa biopsy sedapat mungkin menghindari biopsy insisi pada melanoma
invasive apabila mungkin.
2. Kuretase dan/ atau keuterisasi
Tindakan ini merupakan cara yang sangat memuaskan untuk mengangkat
tumor- tumor superficial. C&C :
a. Gunakan kuret (volkman spoon) untuk mengerok lesi
b. Tutulkan kauter beberapa kali untuk mengatasi pendarahan
c. Tutup luka dan/atau beri antiseptic
Alternative lain dari kauterisasi ada lah dengan hifrekator, y ang
menyebabkan terjadinya hemostasis secara elektris dan desikasi
(membuat kulit kering). Tumor-tumor yang bertangkai dapat diangkat
sengan melakukan pemotongan sepanjang bagian dasarnya dengan kauter
3. Krioterapi
Tindakan yang ideal untuk tumor kulit superfisial, karena dapat dilakukan
dengan cepat dan relative hanya sedikit meninggalkan bekas. Akan tetapi,
interpretasi histologist pada kriobiopsi tidak mudah, dan hanya digunakan
jika : tumor sudah jelas jinak, atau biopsy insisi telah dilakukan. Krioterapi
tidak boleh dilakukan pada melanoma. Bahan terbaik adalah nitrogen cair.
4. Terapi laser dan fotodinamik
Banyak tumor epitel jinak memberikan respons terhadap ablasi dengan laser
CO2, walaupun juga sangat mudah diobati dengan cara lain yang lebih
sederhana dan murah. Lesi-lesi berpigmen merespon terhadap pengobatan
laser tetapi penggunaan laser dalam hal ini masih memerlukan pemantapan.
Terapi fotodinamik merupakan tindakan dengan menggunakan porfirin dan
penyinaran, yang akan merusak lesi superfisial seperti penyakit bowen dan
karsinoma sel basal superfisial.
5. Radioterapi
Metode pengobatan yang efektif untuk karsinoma sel basal dan sel
skuamosa, dan sering menjadi pilihan paling praktis untuk tumor yang
sangat besar yang terdapat pada orang-orang berusia lanjut. Akan tetapi
tindakan ini tidak ideal untuk tumor yang terdapat pada tempat tertentu, dan
pilihan apakah akan dilakukan eksisi atau radioterapi tergantung pada
keadaan masing-masing pasien. Radioterapi juga dapat mengendalikan
deposit tumor sekunder.
Gandhi AK, Roy S, Biswas A, Raza MW, Saxena T, et al. Treatment of squamous
cell carcinoma of external auditory canal: A tertiary cancer centre
experience. India : Elsevier Ireland Ltd. 2015
Beyea JA, Moberly AC. Squamous Cell Carcinoma of Temporal Bone. USA:
Otolaryngol Clin N Am, Elsevier Inc. 2015
Lukitto, Pisi. 2010. Penuntun Diagnostik dan Tindakan Terapi Tumor Ganas.
Jakarta: CV Sagung Seto