Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

SQUAMOUS CELL CARCINOMA (SCC)

Anisa Dwi Rizki Safitri


22221012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021
A. Pengertian Squamous Cell Carcinoma (SCC)
Merupakan salah satu jenis kanker yang berasal dari lapisan tengah
epidermis. Jenis kanker ini menyusup ke jaringan di bawah kulit (dermis).
Kulit yang terkena tampak coklat-kemerahan dan bersisik atau berkerompeng
dan mendatar, kadang menyerupai bercak pada psoriasis, dermatitis atau
infeksi jamur (Price Sylvia, 2005).
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh dalam setiap epitel berlapis
skuamosa atau mukosa yang mengalami metaplasia skuamosa. Jadi bentuk
kanker ini dapat terjadi misalnya di lidah, bibir, esofagus, serviks, vulva,
vagina, bronkus atau kandung kencing. Pada permukaan mukosa mulut mulut
atau vulva, leukoplakia merupakan predisposisi yang penting. Tetapi
kebanyakan karsinoma sel skuamosa tumbuh di kulit (90-95%) (Price Sylvia,
2005).
Šistem yang sering digunakan dalam klasifikasi stadium kanker adalah
sistem tumor-nodus-metastase (TNM), yaitu T menunjukkan besarnya tumor
primer (TI = kecil; T4 = masif), N untuk metastase ke kelenjar getah bening,
dan M untuk menentukan adanya metastase ke organ atau tempat lain (Corwin,
2000).

B. Etiologi
Faktor-faktor etiologi terbanyak yang berkaitan dengan karsinoma sel
skuamosa ialah pemakaian tembakau, konsumsi alkohol dan virus-virus
(kurang jelas). Termasuk tembakau yang dibakar maupun yang tidak dibakar,
seperti dihirup dan mungkin juga, sirih yang dikunyah (kebiasaan di India,
Myanmar dan Pakistan). Walaupun sebagian besar penderita perokok dan
peminum alkohol, sebanyak 10% penderita karsinoma sel skuamosa tidak
mengaku menggunakan tembakau atau alkohol; orang-orang ini cenderung pria
atau wanita yang lebih tua (Suzanne, 2004).

C. Tanda dan Gejala


Karsinoma sel skuamosa invasif secara klinik ditandai lesi yang ulseratif
dan induratif. Sering daerah ulserasi menunjukkan tepi melingkar, melipat dan
mukosa yang berdekatan dapat menunjukkan batas-batas yang tampak
leukoplakia dan atau eritroplakia. Bila kelenjar servikal yang terkena
metastasis sudah mencapai dimensi cukup besar, dapat diraba, membengkak
dan melekat (berbeda dengan limadenopati yang dapat digerakkan, lunak dan
nyeri tekan bila sebagai akibat penyakit radang).
Secara mikroskopik, karsinoma skuamosa menunjukkan sarang- sarang
dan pulau-pulau sel epitel invasif dengan berbagai derajat diferensiasi
(misalnya keratinisasi). Stroma jaringan ikat biasanya memiliki infiltrasi sel-sel
radang mononuklear. Derajat radang dapat merupakan ukuran reaktivitas imun
terhadap antigen-antigen tumor. Beberapa penelitian menunjukkan prognosis
lebih baik pada tumor-tumor dengan radang hebat.

D. Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh de novo, tetapi lebih sering suatu
proses evolusi yang mirip dengan yang tampak pada serviks uteri. Perubahan
pra- kanker dalam mulut menjelma sebagai dua bentuk klinik. Bercak putih,
datar yang tidak diketahui penyebabnya selain yang ada hubungan dengan
pemakaian tembakau dan tidak hilang bila dikerok, disebut leukoplakia.
Bercak-bercak merah yang tidak ada hubungan dengan rangsang radang
disebut eritroplakia. (Corwin, 2000).
Karsinoma skuamosa invasif kebanyakan didapati pada tepi lateral lidah
dan dasar mulut; sangat jarang pada palatum dan dorsum lidah. Pulau-pulau
tumor yang invasif bermetastasis melalui pembuluh limfa dan mengenai
kelenjar getah bening supraomohioid dan servikal. Penyebaran melalui
pembuluh darah merupakan sekuele terakhir dan biasanya sebagai akibat
metastasis kelenjar getah bening yang menjalar ke duktus torakikus masuk
vena sistemik. (Corwin, 2000).
E. Pathway

Jenis dan tipe kulit yang rentan


terhadap sinar matahari UVA dan UVB

Diserap oleh DNA

Mutasi DNA dan Proliferasi

Pembelahan terus-menerus
melanosit yang rusak

Menstimulasi melanosit
autoimun

Fase radial dan fase vertikal

Menembus dermis dan terjadi


metastasis

MELANOMA

Pigmentasi Makula Dan Metastase Limfogen Dan


Kerusakan Jaringan Kulit Hematogen

MK : Nyeri Akut Pembedahan

MK : Resiko MK : Ansietas
tinggi infeksi
F. Komplikasi
Karsinoma sel skuamosa tidak diobati dapat merusak jaringan sehat di
dekatnya, menyebar ke kelenjar getah bening atau organ lainnya, dan dapat
berakibat fatal, meskipun hal ini jarang terjadi. Risiko karsinoma sel skuamosa
agresif dapat ditingkatkan dalam kasus di mana kanker: Sangat besar atau
mendalam; Melibatkan selaput lendir, seperti bibir; Terjadi pada orang dengan
sistem kekebalan yang lemah,

G. Implementasi
Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan yang
berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan sumber-
sumber yang dimiliki klien. Implementasi di prioritaskan sesuai dengan
kemampuan klien dan sumber yang dimiliki klien. (Friedman, 2010).

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Histopatologi
Beberapa tipe karsinoma sel skuamosa pada tahap tertentu tidak
ditemukan di ferens iasi pada sel-sel, sehingga tidak mudah untuk
membedakannya dengan sel nomal. Secara histopatologi. karsinoma sel
skuamosa dibagai menjadi berdiferensiasi baik, diferensiasi sedang, dan
diferensiasi buruk.
Karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi baik, ditandai oleh sel-selnya
sebagian besar masih mirip dengan sel normal. Mutiara epitel ditemukan
pada beberapa kasus, yang memperlihatkan pembentukan butir keratohialin
dalam sitoplasma yang terdapat tepat di bawah permukaan epitel. Massa
keratohialin ini bergabung membentuk kumpulan keratin yang dikenal
sebagai mutiara keratin. Karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi sedang,
tampak adanya variasi dalam ukuran sel-selnya, ukuran inti sel,
hiperkromatik serta aktivitas mitosisnya lebih banyak. Sedangkan pada
karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi buruk, tampak ketidakteraturan sel
dan cenderung memperlihatkan gambaran anaplasia yang sulit untuk
dikenali. Sel kanker tumbuh ke segala arah, menginfiltrasi jaringan ikat di
bawahnya, lapisan basal tidak terlihat dan sering menghilang.
Sebagian besar karsinoma sel skuamosa rongga mulut adalah
moderately atau well differentiated (tingkat I dan II). Terlihat adanya
gambaran mutiara- mutiara keratin dan sel terkeratinisasi. Ditandai pula
dengan adanya invasi ke struktur jaringan di bawahnya berbentuk sarang
sarang kecil sel hiperkromatik.
b. Biopsy
Memastikan diagnosis Tumor. Spesimen biopsy yang diperoleh
dengan cara eksisi akan mengungkapkan informasi histologik mengenai
tipe, taraf invasi dan ketebalan lesi. Spesimen biopsi yang mencakup
jaringan nomal sebesar 1 cm dari bagian tepinya dan bagian jaringan lemak
subkutan yang ada dibawahnya sudah cukup untuk menentukan stadium
tumor, yang bisa melanoma in situ atau melanoma noninvasive yang dini.
Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan jika dicurigai adanya
keganasan adalah:
1. Pemeriksaan sinar-x toraks dilakukan jika ada indikasi bahwa sel-sel
tumor telah berubah menjadi kanker (mengalami keganasan) dan
dicurigai bermetastase ke organ-organ yang ada di rongga thorax
2. Tes faal hepar Dilakukan jika ada indikasi bahwa sel-sel tumor telah
berubah menjadi kanker (mengalami keganasan) dan dicurigai
bermetastase ke hepar.
3. Pemeriksaan CT scan radionukleida.

I. Penatalaksanaan Medis
1. Operasai pengangkatan tumor atau biopsy
Pengangkatan tumor kulit yang kecil bersifat cepat, sederhana, dan
ekonomis. Bila tumor terlalu besar untuk eksisi primer, maka lakukan
biopsy insisi yang kecil, dan ingatlah untuk memotong melintangi bagian
tepi mulai dari jaringan yang abnormal. Tidak berpengaruh buruk terhadap
perkembangan tumor, walaupun disarankan untuk didapatkan adanya bukti
bahwa biopsy sedapat mungkin menghindari biopsy insisi pada melanoma
invasive apabila mungkin.
2. Kuretase dan/ atau keuterisasi
Tindakan ini merupakan cara yang sangat memuaskan untuk mengangkat
tumor- tumor superficial. C&C :
a. Gunakan kuret (volkman spoon) untuk mengerok lesi
b. Tutulkan kauter beberapa kali untuk mengatasi pendarahan
c. Tutup luka dan/atau beri antiseptic
Alternative lain dari kauterisasi ada lah dengan hifrekator, y ang
menyebabkan terjadinya hemostasis secara elektris dan desikasi
(membuat kulit kering). Tumor-tumor yang bertangkai dapat diangkat
sengan melakukan pemotongan sepanjang bagian dasarnya dengan kauter
3. Krioterapi
Tindakan yang ideal untuk tumor kulit superfisial, karena dapat dilakukan
dengan cepat dan relative hanya sedikit meninggalkan bekas. Akan tetapi,
interpretasi histologist pada kriobiopsi tidak mudah, dan hanya digunakan
jika : tumor sudah jelas jinak, atau biopsy insisi telah dilakukan. Krioterapi
tidak boleh dilakukan pada melanoma. Bahan terbaik adalah nitrogen cair.
4. Terapi laser dan fotodinamik
Banyak tumor epitel jinak memberikan respons terhadap ablasi dengan laser
CO2, walaupun juga sangat mudah diobati dengan cara lain yang lebih
sederhana dan murah. Lesi-lesi berpigmen merespon terhadap pengobatan
laser tetapi penggunaan laser dalam hal ini masih memerlukan pemantapan.
Terapi fotodinamik merupakan tindakan dengan menggunakan porfirin dan
penyinaran, yang akan merusak lesi superfisial seperti penyakit bowen dan
karsinoma sel basal superfisial.
5. Radioterapi
Metode pengobatan yang efektif untuk karsinoma sel basal dan sel
skuamosa, dan sering menjadi pilihan paling praktis untuk tumor yang
sangat besar yang terdapat pada orang-orang berusia lanjut. Akan tetapi
tindakan ini tidak ideal untuk tumor yang terdapat pada tempat tertentu, dan
pilihan apakah akan dilakukan eksisi atau radioterapi tergantung pada
keadaan masing-masing pasien. Radioterapi juga dapat mengendalikan
deposit tumor sekunder.

J. Terapi Obat dan implikasi keperawatan


1. Inj. Ranitidine : Obat yang digunakan untuk menangani gejala atau penyakit
yang berkaitan dengan produksi asam berlebih di dalam lambung. Produksi
asam lambung yang berlebih dapat membuat memicu iritasi dan peradangan
pada dinding lambung dan saluran pencernaan.
2. Inj. Kalnex : Obat yang digunakan untuk membantu menghentikan
perdarahan seperti pada kondidi mimisan, tindakan operasi, dan menstruasi
yang berkepanjangan.
3. Inf. NacL Obat yang digunakan untuk pengobatan dehidrasi isotonik
ekstraseluler, deplesi natrium dan juga dapat digunakan sebagai pelarut
sediaan injeksi

K. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
nomor register, diagnosa medik, alamat.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan dengan klien, dan
alamat
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama Keluhan utama yang paling dirasakan klien
2) Riwayat kesehatan sekarang Pengembangan diri dari keluhan utama
melaluli metode PQRST
3) Riwayat kesehatan dulu Perlu dikaji apakah klien pernah menderita
penyakit yang sama
4) Riwayat kesehatan keluarga Mengkaji atau tidaknya apakah
keluarga klien mempunyai penyakit keturunan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Vital Sign (tanda-tanda vital
3) Head to toe
inspeksi
palpasi
perkusi
auskultasi
2. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
c. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
3. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
1 Nyeri akut berhubungan Setelah melakukan tindakan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera keperawatan selama 1 x 24 jam Observasi Observasi Observasi
fisiologis diharapkan nyeri pada pasien 1. Identifikasi lokasi, 1. Agar nyeri pada pasien
dapat teratasi dengan karateristik karakteristik, durasi, berkurang dan dapat teratasi.
hasil: frekuensi, kualitas, intensitas 2. Agar dapat megurangi nyeri
Tingkat Nyeri nyeri pasien
No Indikator A T 2. Identifikasi skala nyeri Terapeutik
1 Keluhan nyeri 3 5 Terapeutik 3. Agar kebutuhan istiraat dan
2 Meringis 3 5
3 Gelisah 3 5 3. Fasilitasi istirahat dan tidur tidur pasien tercukupi
Keterangan : Kolaborasi Kolaborasi
1. Meningkat 4. Kolaborasi pemberian 4. Membantu menurunkan nyeri
2. Cukup meningkat analgesik pasien
3. Sedang
4. Cukup Menurun
5. Menurun
2 Ansietas berhubungan Setelah melakukan tindakan Reduksi Ansietas Reduksi Ansietas
dengan kurang terpapar keperawatan selama 1 x 24 jam Observasi Observasi
informasi diharapkan Ansietas pada pasien 1. Identifikasi saat tingkat 1. Mengetahui perubahan
dapat teratasi dengan karateristik ansietas berubah (mis. ansietas pada klien (mis.
hasil: Kondisi, waktu stressor) Kondisi, waktu stressor)
Tingkat Ansietas Terapeutik Terapeutik
No Indikator A T 2. Ciptakan suasana terapeutik 2. Ciptakan suasana terapeutik
1 Perilaku gelisah 3 5 untuk menumbuhkan untuk menumbuhkan
2 Frekuensi nadi 3 5
3 Tekanan darah 3 5 kepercayaan kepercayaan
Keteragan: Edukasi Edukasi
1. Meningkat 3. Latih teknik relaksasi 3. Latih teknik relaksasi
2. Cukup meningkat Kolaborasi Kolaborasi
3. Sedang 4. Kolaborasi pemberian obat 4. Kolaborasi pemberian obat
4. Cukup Menurun antiansietas, jika diperlukan antiansietas, jika diperlukan
5. Menurun
3 Resiko infeksi Setelah melakukan tindakan Pengontrolann infeksi Pengontrolann infeksi
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 jam Observasi Observasi
kerusakan integritas kulit diharapkan Resiko infeksi pada 1. Identifikasi pasien-pasien 1. Mengetahui pasien yang
pasien dapat teratasi dengan yang mengalami penyakit mengalami penyakit infeksi
karateristik hasil: infeksi menular menular
Tingkat Infeksi Terapeutik Terapeutik
No Indikator A T 2. Berikan tanda khusus untuk 2. Untuk mengetahui identitas
1 Kemerahan 3 5 pasien-pasien dengan pasien yang memiliki penyakit
2 Nyeri 3 5
3 Bengkak 3 5 penyakit menular menular
Keteragan: Edukasi Edukasi
1. Meningkat 3. Ajarkan cara mencuci tangan 3. Untuk menjaga kebersihan
2. Cukup meningkat dengan benar tangan pasien
3. Sedang
4. Cukup Menurun
5. Menurun
DAFTAR PUSTAKA

Gandhi AK, Roy S, Biswas A, Raza MW, Saxena T, et al. Treatment of squamous
cell carcinoma of external auditory canal: A tertiary cancer centre
experience. India : Elsevier Ireland Ltd. 2015

Espinosa G, Alfonso C, Ponce C, Rosmal J, Rudino R, et al. Squamous Cell


Carcinoma of External Auditory Canal. Mexico : Junipe Publisher, Glob J
Otolaryngol. 2017

Beyea JA, Moberly AC. Squamous Cell Carcinoma of Temporal Bone. USA:
Otolaryngol Clin N Am, Elsevier Inc. 2015

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. 2009. Jakarta. EGC

Lukitto, Pisi. 2010. Penuntun Diagnostik dan Tindakan Terapi Tumor Ganas.
Jakarta: CV Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai