R
DENGAN PENYAKIT SPACE OCCUPYING LESSION (SOL)
DI RUANG RAWAT INAP SARAF RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
OLEH KELOMPOK L 1 :
AKRINALDO
FICI ELZA PUTRA
PUJA LORENZA ERIANTO
ZERA INORIANI
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SOL terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara
sangat cepat pada daerah central nervus sistim (CNS). Sel ini akan terus
berkembang mendesak jaringan otak yang sehat disekitarnya, mengakibatkan
terjadinya gangguan neurologi (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan
intracranial. Oleh karena tumor otak secara histologic dapat menduduki tempat
yang vital sehingga menimbulkan kematian pada waktu singkat (Prince & Wilson,
2010). penyebab tumor otak yaitu riwayat trauma kepala, faktor genetic, paparan
zat kimia yang bersifat karsinogenik, virus tertentu, dan defisiensi imunologi
(Lombardo, 2011).
Menurut The Central Brain Tumor Registry of the United States (CBTRUS),
tumor otak primer termasuk dalam 10 besar penyebab kematian terkait kanker.
Diperkirakan sekitar 13.000 orang di Amerika Serikat meninggal dunia akibat
tumor ini setiap tahunnya. Di Eropa rata-rata survival rate pasien tumor otak
maligna dewasa adalah 18,7%. prognosis penderita tumor otak primer beragam,
pada tumor otak primer yang maligna median survivalnya 12 bulan. Di indonesia
data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Inseden tumor otak
pada anak-anak termasuk dekade, sedangkan pada dewasa pada usia 30-7- tahun
dengan puncak usia 45-65 tahun (Satyanegara, 2010).
Dampak dari SOL yaitu gangguan fungsi neurologi jika tumor otak
menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan pada serebellum maka akan
menyebabkan pusing/nyeri kepala, gangguan kognitif pada tumor otak akan
menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan sehingga dampaknya kemampuan
berfikir, memberikan rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi,
persepsi dan memperhatikan juga akan menurun, gangguan tidur dan mood dan
disfungsi seksual (Brunner and Suddart, 2006).
Salah satu tanda dari SOL yaitu nyeri kepala. Nyeri kepala yang terus
menerus dan semakin sakit dari sebelumnya. Hal ini didukung dengan adanya
pernyataan bahwa gejala-gejala peningkatan tekanan intrakranial disebabkan oleh
tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat perkembangan tumor
sehingga terjadi nyeri kepala. Nyeri kepala yang dihubungkan dengan SOL
disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur peka nyeri dalam rongga
intracranial (Mrdjono, 2012).
Nyeri kepala adalah masalah universal, dengan pravalensi hampir 99% dan
merupakan alasan paling umum untuk rujukan neurologis. Nyeri kepala dapat
dikatakan sebagai sebuah penyakit biasa namun juga mungkin menjadi pertanda
adanya penyakit yang mengancam jiwa. Nyeri kepala telah muncul sebagai salah
satu keluhan yang dominan pada manusia. 99% orang mengalami nyeri kepala
setidaknya sekali setahun (Anonim, 2012). Berdasarkan klasifikasi nyeri kepala
dari International Classification Headache Society mengatakan nyeri kepala yang
berkaitan dengan nyeri sekunder dengan kelainan non vaskuler, dengan kriteria
diagnostik berupa adanya gejala atau tanda gangguan intrakranial, dapat
dikonfirmasi dengan investigasi yang sesuai, dan nyeri kepala muncul sebagai
suatu gejala baru atau muncul dengan tipe nyeri kepala yang terjadi sementara
berkaitan dengan gangguan intrakranial (Lombardo, 2011).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
TINJAUAN TEORITIS
Idiopatik
Tumor otak
J. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram (EEG)
Kanker otak, tumor intracranial, Space Occupying Lesion (SOL)
maupun oklusio vascular, infeksi, dan trauma mengakibatkan kerusakan
barier darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.
(Arif Muttaqin, 2011)
Elektroensefalogram (EEG) mendeteksi gelombang otak abnormal
pada daerah yang ditempati lesi dan dapat memungkinkan untuk
mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang
b. Ekoensefalogram
Ekoensefalogram memberi informasi mengenai pergeseran
kandungan intra serebral
c. Foto rontgen polos
Foto rontgen polos tengkorak dan medulla spinalis sering
digunakan untuk mengidentifikasi adanya fraktur, dislokasi, dan
abnormalitas tulang lainnya, terutama dalam penatalaksanaan trauma
akut. Selain itu, foto rontgen polos mungkin menjadi diagnostik bila
kelenjar pineal yang mengalami penyimpangan letak terlihat pada hasil
foto rontgen, yang merupakan petunjuk dini tentang adanya SOL (space
occupying lesion).
d. MRI
Pemindaian MRI membarikan gambaran grafik dari struktur
tulang, cairan, dan jaringan lunak. MRI ini memberikan gambaran yang
lebih jelas tentang detail anatomi dan dapat membantu seseorang
mendiagnosis tumor kecil, ganas, atau sindrom infrak dini.
e. CT Scan
CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi
pasen yang diduga menderita Space Occupying Lesion (SOL). Sensitifitas
CT Scan untuk mendeteksi lesi yang berpenampang kurang dari 1 cm dan
terletak pada basis kranil. Gambaran CT Scan pada Space Occupying
Lesion (SOL), umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang
mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya SOL dikelilingi jaringan
udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya
kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan
sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis SOL akan
terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan
pemberian zat kontras
f. Angiografi serebral
Angiografi memberi gambaran pembuluh darah serebral dan letak
tumor. Kebanyakan angiografi serebral dilakukan dengan memasukkan
kateter melalui arteri femoralis di antara sela paha dan masuk menuju
pembuluh darah bagian atas. Prosedur ini juga dikerjakan dengan tusukan
langsung pada arteri karotis atau arteri vertebral atau dengan suntikan
mundur ke dalam arteri brakialis dengan zat kontras. (Arif Muttaqin, 2011)
g. Radiogram
Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pineal yang mengapur, dan posisi
selatursika (Arif Muttaqin, 2011).
h. Sidik otak radioaktif
Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat
radioaktif. Space Occupying Lesion (SOL) mengakibatkan kerusakan
sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
(Arif Muttaqin, 2011)
i. Biopsi stereotaktik bantuan-komputer (tiga dimensi)
Biopsi stereotaktik digunakan untuk mendiagnosis kedudukan lesi
yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi
prognosis. (Suzanne C. Smeltzer, 2006)
Intervensi keperawatan
1. Perfusi jaringan tidak efektif b/d Status sirkulasi Monitor tekanan intracranial
menurunnya curah jantung, Indikator:
Catat respon pasien
hipoksemia jaringan, asidosis dan Tekanan
terhadap stimulasi
kemungkinan thrombus atau darah
emboli sisitolik da Monitor TIK pasien dan
diastolik respon neurology pasien
dalam terhadap aktivitas
rentang
Monitor intake dan output
normal
cairan
Tidak ada
ortostatik Restrain pasien jika perlu
hipertensi
Monitor suhu dan angka
Tidak ada
WBC
tanda tanda
PTIK Kolaborasi pemberian
Perfusi jaringan antibiotic
serebral
Minimalkan stimuli dari
Indikator:
lingkungan
Klien mampu
berkomunika Tentukan faktor-faktor
si dengan yang berhubungan dengan
jelas dan penyebab
sesuai
Pantau status neurologis
kemampua
sesering mungkin dan
Klien
bandingkan dengan
menunjukan
perhatian, keadaan normal
konsentrasi
Pantau TTV
dan orientasi
Klien mampu Evaluasi pupil, catat
memproses ukuran, bentuk, kesamaan
informasi dan reaksi terhadap cahaya
klien mampu
Letakkan kepala pada
membuat
posisi agak ditinggikan dan
keputusan
dalam posisi anatomis
dengan benar
Tingkat Pertahankan keadaan tirah
kesadran baring
klien
Catat perubahan dalam
membaik.
penglihatan, seperti adanya
kebutaan, kesamaan,
gangguan lapang pandang/
kedalaman persepsi
Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi, seperti massa
protrombin dan kadar
dilantin
Monitoring Neurologis
Monitor ukuran,
kesimetrisan, reaksi dan
bentuk pupil
Monitor tingkat kesadaran
pasien
Monitor tanda tanda vital
Monitor keluhan nyeri
kepala, mual, dan muntah
Monitor respon klien
terhadap pengobatan
Hindari aktivitas jika TIK
meningkat
Observasi kondisi fisik
klien
Terapi oksigen
Bersihkan jan nafas dari
secret
Pertahankan jalan nafas
tetap efektif
Berikan oksigen sesuai
intruksi
Monitor aliran oksigen,
kanul oksigen, dan
humidifier
Beri penjelasan kepada
klien tentang pentingnya
pemberian oksigen
Observasi tanda tanda
hipoventilasi
Monitor respon klien
terhadap pemberian
oksigen
Anjurkan klien untuk tetap
memakai oksigen selama
aktivitas dan tidur
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
Manajeman pengobatan
Jelaskan manfaat
pengobatan yang dapat
mempengaruhi gaya hidup
klien.
Pengelolaan analgetik
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
Brunner & Suddart. 2006. Buku ajar medical bedah. Jakarta : EGC
Satyanegara. 2010. Ilmu badah syaraf edisi IV. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
A. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Umur :
Agama : islam
Pekerjaan :
Agama : islam
Alamat :
Tanggal masuk :
Yang mengirim :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama (saat masuk rumah sakit dan saat ini)
Tembakau: Tidak
Alkohol : Tidak
POLA NUTRISI/METABOLISME
BB :
TB :
Pola Makan
Di rumah
Di rumah sakit
Jumlah diet yang dihabiskan : Setengah porsi makanan yang diberikan dirumah sakit
Skrining Nutrisi
0 1 2 Nilai
0 = risiko rendah
1 = risiko sedang
Pola Minum
Keluhan pasien terkait masalah kulit (misalnya kering, gatal, adanya lesi) : tidak ada
Yang dinilai 4 3 2 1
Total skor 14
Kriteria penilaian :
16 – 20 = tidak beresiko
12 – 15 = rentan resiko
Ukuran luka : -
Kondisi luka : -
Gambar luka : -
POLA ELIMINASI
a. BAB
Di rumah Di rumah
sakit
Kolostomi : tidak
Output kolostomi berupa : -
b. BAK
Di rumah Di rumah sakit
( ) kadang-kadang
Kateter : ( ) tidak ( ) ya
1 Makan 5
3 Mandi 5
4 Berpakaian 5
5 Membersihkan diri 5
6 Berpindah/berjalan 5
TOTAL SKOR 50
Keterangan :
Nilai 0 bila pasien tidak dapat melakukannya, nilai 5 bila pasien dibantu melakukannya dan nilai 10
bila pasien mandiri
0 – 20 = ketergantungan total
21 – 99 = ketergantungan sebagian
100 = mandiri
Vertigo: ( ) Ya ( v ) Tidak
Deskripsi :
P : pada saat berbaring klien merasa nyeri dan nyeri tidak berpengaruhi oleh
aktivitas
Q : seperti ditusuk-tusuk
S : 7-8
T : hilang timbul ± 4 menit
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan dirumah sakit: tidak ada masalah dalam
perawatan di rumah sakit
Kegiatan sosial : tidak ada kegiatan sosial yang dilakukan selama sakit
Lain-lain: -
POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI
Tanggal Menstruasi Akhir(TMA) : tidak ingat
b. Role/peran
( ) overload peran ( v ) perubahan peran ( ) transisi peran karena sakit
c. Identity/identitas diri
( v ) kurang percaya diri ( ) merasa kurang memiliki potensi
Pengaruh agama dalam kehidupan: klien mengatakan bahwa agama sangat berpengaruh dan
penting untuk dirinya
RR : Irama : Vesikuler
Tinggi badan cm
LILA
Kepala :
Telinga Simestris ki-ka, tidak ada lesi, tidak ada lesi, tidak ada
serumen, tidak terdapat nyeri tekan.
Leher
JVP cmH2O
Tiroid Tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid
Perk: redup
555 555
Neurologi
Reflek meningeal
1. Kaku kuduk : dagu dapat menyentuh dada tanpa ada
tahanan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1 Hb g/dl
2 Ht %
3 Leuko Mm3
4 Tromb Mm3
8 HDL-Koles. Mg/dl
9 LDL-Koles Mg/dl
10 Trigliserida Mg/dl
12 SGOT U/l
13 SGPT U/l
Penunjang:
ST scan :
TERAPI
B. ANALISA DATA
No Data Penunjang Masalah Etiologi WOC
Keperawatan
1. Ds:
Do:
Peningktaan
Do: TIK
3 07.01.19
Kelebihan volume cairan b.d
gangguan neuromuscular
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
pain level
cidera biologis
1. Mampu melaporkan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
P = intervensi dilanjutkan
P = intervensi dilanjutkan
Kaji adanya edema
Anjurkan istirahat untuk tirah baring
padasaat edema terjadi
Monitor vital sign
Ukur intake output
P = intervensi dilanjutkan
PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan diagnosa
medis SOL yang dirawat di Ruang rawat inap bangsal syaraf RSUP.M.Djamil
Padang. Selama melakukan asuhan keperawatan penulis berusaha menetapkan proses
asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Disamping itu,
penulis juga membahas kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis
temukan selama menerapkan asuhan keperawatan ini pada Ny.S di ruang rawat inap
akut Anak RSUP. M.Djamil Padang.
A. Pengkajian
SOL (Scale Occupying lession) atau tumor intra cranial merupakan masalah
tentang adanya lesi pada ruang intra cranial khususnya yang mengenai otak.
Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kuntusio
serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intrakranial.(ArifMuttaqin,2011)
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia
terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan respon
dari seorang individu, keluarga, kelompok, ataupun komunitas. Diagnosis
keperawatan biasanya berisi dua bagian 1.) deskripton atau pengubah dan 2.)
fokus diagnosis atau proses kunci dari diagnosis, ada dua pengecualian ketika
diagnosis keperawatan hanya satu kata seperti keletihan, konstipasi, ansietas
(Nanda, 2018).
Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus SOL k diantaranya adalah :
PENUTUP
A. Kesimpulan
SOL (Scale Occupying lession) atau tumor intra cranial merupakan masalah
tentang adanya lesi pada ruang intra cranial khususnya yang mengenai otak. Banyak
penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kuntusio serebri, hematoma,
infark, abses otak dan tumor intrakranial.(Arif Muttaqin,2011)
Tumor intracranial meliputi lesi yang mendesak ruang yang terdapat di otak,
meningen, dan tengkorak. Klien dengan tumor intracranial datang kerumah sakit
dengan berbagai gejala yang membingungkan, oleh karena itu penegakan diagnosis
menjadi sulit.Tumor intracranial dapat terjadi pada semua umur, paling sering terjadi
pada orang dewasa dengan usia 50-an dan 60-an tetapi tidak jarang juga menyerang
anak- anak yang berusia dibawah 10 tahun. (Arif Muttaqin,2011)
Penyakit SOL pada pasien harus ditangani dengan segera agar masalah dapat
diatasi dengan cepat. Memberikan diet dan terapi sesuai medis adalah salah satu
indikator untuk meningkatkan pencapaian yang lebih baik pada pasien. Pada kasus
diatas Ny.S mengalami SOL dan mendapatkan perawatan yang intensif di RS.
Penatalaksanaan lebih lanjut harus segera dilakukan agar masalah pasien dapat
teratas.
B. Saran
Intervensi keperawatan sesuai dengan Nursing Interventions Classification
(NIC) yang sesuai harus dilaksanakan. Pemberian evidence based practice dan
temuan baru untuk intervensi keperawatan yang mumpuni berguna bagi kesembuhan
pasien terutama pasien SO