Anda di halaman 1dari 187

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK INSTRUMENTAL


UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CITRA MEDIKA KOTA
LUBUKLINGGAU TAHUN 2021

MUHAMAD RENALDI
P0.71.20.3.17.047

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021

i
LAPORAN TUGAS AKHIR

PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK INSTRUMENTAL


UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CITRA MEDIKA KOTA
LUBUKLINGGAU TAHUN 2021

Disusun untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan ( Amd. Kep )


Pada Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

MUHAMAD RENALDI
PO.71.20.3.17.047

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Tugas Akhir


Penerapan Terapi Musik Klasik Instrumental Untuk Menurunkan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Citra Medika Kota
Lubuklinggau 2021

Disusun oleh

Nama : Muhamad Renaldi


NIM : PO.71.20.3.17.047

Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal :


07 Mei 2021

Pembimbing I Pembimbing II

H. Jhon Feri, S.Kep, Ns, M.Kes Intan Kumalasari,APP,M.Kes


NIP.19760509 199502 1 001 NIP.197409102008122002

Lubuklinggau, Mei 2021

HALAMAN PENGESAHAN

iii
LAPORAN TUGAS AKHIR

PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK INSTRUMENTAL UNTUK


MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS CITRA MEDIKA
KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021

Disusun oleh

Nama : Muhamad Renaldi


NIM : PO.71.20.3.17.047

Telah dipertahankan dalam seminar di depan


Dewan Penguji Pada tanggal :
20 Mei 2021

SUSUNAN DEWAN PENGUJI


Ketua
H. Jhon Feri,S.Kep.Ns.M.Kes ( )
NIP. 197605091995021001

Anggota
Zuraidah,S.KM,M.KM ( )
NIP. 196612171989112001

Anggota
Hj.Susmini,S.KM,M.Kes ( )
NIP. 197210051994032003

Lubuklinggau, Juni 2021

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil


karya saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar.

Nama : Muhamad Renaldi

NIM : PO.71.20.3.17.047

Tanda Tangan :

Tanggal : 07 Mei 2021

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
LAPORAN TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Sebagai Civitas akademik Poltekkes Kemenkes Palembang, saya yang bertanda


tangan dibawah ini :
Nama : Muhamad Renaldi
NIM : PO.71.20.3.17.047
Program Studi : Keperawatan Lubuklinggau
Jurusan : D3 Keperawatan Lubuklinggau
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Poltekkes Kemenkes Palembang Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
Exclusive Royalti-Free Right) atas laporan tugas akhir saya yang berjudul :
PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK INSTRUMENTAL UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CITRA MEDIKA KOTA
LUBUKLINGGAU TAHUN 2021.Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).
Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Poltekkes Kemenkes Palembang
berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Lubuklinggau, Mei 2021


Yang menyatakan

Muhamad Renaldi
PO.71.20.3.17.047

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :
“ Jangan Karena Prosesmu Lebih Lama Daripada Orang Lain, Kamu
Berprasangka Tidak Bisa Mencapai Impianmu, Percaya Dirimu Percaya
Prosesmu ”

“ If You Are Gratefull Allah Give You More And More (Qs. Ibrahim :7) ”

PERSEMBAHAN
Laporan Tugas Akhir ini ku persembahkan kepada :
 Puji syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan laporan
tugas akhir ini, atas berkat rahmat dan ridho-Nyalah penulis
akhirnya bisa menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
 Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda ( H. Zainal Abidin,Sos ) dan
Ibunda (Hj.Trimurti S.Sos ) terimakasih telah sabar menunggu 4
tahun untuk menyelesaikan pendidikan ini, Yang tiada henti-hentinya
mendoakan di setiap sujud nya,terimakasih banyak untuk support,
dukungan moral dan materil memfasilitasi segala keperluan
kampusku sehingga aku bisa menyelesaikan pendidikan ini,Semoga
Ayah Dan Ibu Selalu Sehat Dan Tentunya Selalu Dalam Lindungan
Allah Swt, Semoga Kelak ayah dan ibu bisa melihat kesuksesan ku
Aamin Yarabbalalamin.
 Untuk Kakaku David Mario Pratama S.T, Dan Ke 2 Ayukku Eva
Lestari, S.E dan Selvi Marisa Agustin Amd.Kep Terimakasih yang
selalu memberi motivasi dan membantu dalam pembuatan Laporan
Tugas Akhir ini.
 Bapak Sapondra Wijaya,M.Kep selaku pembimbing akademik (PA)
terimakasih atas nasehat dan masukkan selama ini, Terimakasih
untuk Motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan pendidikan ini.
.

vii
 Pembimbingku (Bapak H. Jhon Feri,S.Kep,Ns,M.kes dan Ibu Intan
Kumalasari,APP,M.kes) terima kasih telah membimbing yang tak
pernah henti-hentinya disampaikan. Semuanya akan Saya ingat
sebagai panutan untuk kedepannya.
 Pengujiku (Ibu Zuraidah, S.KM,M.KM, Dan Ibu Hj.Susmini,S.KM,
M.Kes) terima kasih atas kritik dan sarannya, serta nasehat dan
bimbingan yang sangat membangun dan masukan-masukan yang
sangat berguna dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.
 Untuk Sahabatku Until To Jannah (Apriani Ningsih, Amd.Kep, Dea
Widiansari, Amd.Kep, Cindy Sriwulandari, Amd.Kep, Shahnaz
Zanirah, Amd.kep, Dan Agnes Veronica Wahyuni, Amd.Kep
Terimakasih Selalu Ada Di Segala Kondisi terimakasih untuk support
tak terhingga, Best of humans for my life, Akhirnya Aku nyusul
kalian!
 Untuk Sahabat Gils Sinta Ananda,Amd.Kep Dan Khoirunissa Mauli

Anggun terimakasih supportya tetap semangat walau kenyatan tak

seindah dengan ekspektasi, icha cepat nyusul!

 Untuk Sobat tempat cerita Refta Aprilia,Amd.Kep terimakasih tak

pernah meninggalkan tak pernah marah Tetap semangat walau orang

lain tak baik padamu,Tapi Aku padamu teta...

 Untuk Adik Bimbingan ku Julius Semangat belajar poltekkes tahun

depan harus nyusul!

 Untuk Geng Cantik-Cantik A18nrs (Ossy, Wanda, Tami, Vella,

Wiwin,Rike,Mutek,Billa) Terimakasih banyak semangat belajar

poltekkes,Semangat Tingkat Akhir, Kurang2i Makan Jeletot :)

viii
 Untuk Adek (Kiki,Kertin,Melda,Putri) Terimakasih banyak untuk

supportnya,Semangat belajar jangan lupa bentar lagi tingkat

akhir,tak akan kulupakan orang-orang ini semangat dekku!

 Untuk Sahabat basecamp (Isna, neng, ira, maya, devva, metak)

terimakasih untuk waktunya ketika tk 1 dalam program yang sama

terimakasih motivasinya.

 Untuk Partner sekayu (purnama,nanda,indah,kusrini,ninda,dll)

Terimakasih sudah saling menguatkan dan memberi support.

 Terimakasih yang terhingga untuk semua orang yang selalu

mensupport ku dalam perkuliahan ini terimakasih untuk doa-doa

baik kalian maaf tidak bisa menyebutkan satu persatu semoga kita

selalu dalam lindungan Allah SWT Amin Yarabal Alamin....

 Angkatan XVI,XVII Dan XVIII terima kasih untuk ketiga angkatan

hebat ini terimakasih telah memberiku pelajaran yang sangat berarti

disetiap angkatan,Terimakasih untuk kenangan dan prosesnya ini

bukanlah akhir namun ini adalah awal dari kesuksesan dimasa yang

akan datang, See You On Top!!

ix
PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK INSTRUMENTAL UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CITRA MEDIKA KOTA
LUBUKLINGGAU TAHUN 2021

Muhamad Renaldi
Program Studi D3 Poltekkes Lubuklinggau
Jl. Lapter Silampari Lubuklinggau
Email:

Mrenaldi@student.poltekkespalembang.ac.id

ABSTRAK

Latar Belakang : Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dengan tekanan


darah diastolik diatas 130 mmhg dan tekanan darah sistolik diatas 80 mmhg yang
merupakan salah satu penyakit multi factorial akibat dari faktor genetic dan factor
lingkungan. Penyakit hipertensi akan memburuk bila tidak dilakukan tindakan
keperawatan. Beberapa terapi tindakan keperawatan untuk menurunkan tekanan
darah tinggi dengan menggunakan terapi non farmakologi salah satunya adalah
terapi musik klasik Tujuan Penelitian : Diketahui penerapan terapi musik klasik
instrumental untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Citra medika tahun 2021, Metode Penelitian: Jenis
penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode kasus. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret 2021. Subyek dalam studi kasus ini adalah dua
klien dengan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, Hasil Penelitian: Selama
dilakukan Terapi musik klasik imstrumental hasil penelitian menunjukkan tekanan
darah pada subyek mengalami penurunan untuk tekanan darah sistolik dan
diastolik mengalami penurunan sebanyak 10 mmhg setiap dilakukan terapi musik
klasik instrumental selama 3 hari.. Kesimpulan: Terapi musik klasik instrumental
dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi
diwilayah kerja Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau.

Kata Kunci : Hipertensi, Musik Klasik , Tekanan darah

x
IMPLEMENTATION OF INSTRUMENTAL CLASSIC MUSIC THERAPY
TO REDUCE BLOOD PRESSURE IN HYPERTENSION PATIENTS IN
THE WORKING AREA OF PUSKESMAS CITRA MEDIKA
LUBUKLINGGAU CITY YEAR 2021
Muhamad Renaldi
Program Studi D3 Poltekkes Lubuklinggau
Jl. Lapter Silampari Lubuklinggau
Email:

Mrenaldi@student.poltekkespalembang.ac.id

ABSTRACT

Background: Hypertension is an increase in blood pressure with diastolic blood


pressure above 130 mmHg and systolic blood pressure above 80 mmHg which is a
multi factorial disease due to genetic factors and environmental factors.
Hypertension will get worse if no nursing action is taken. Several nursing action
therapies to reduce high blood pressure using non-pharmacological therapies, one
of which is classical music therapy Research Objectives: To determine the
implementation of instrumental classic music therapy to reduce blood pressure in
hypertension patient in the working area of puskesmas citra medika lubuklinggau
city year 2021. Research Methods: This type of research is descriptive using the
case method. The study was conducted in Maret 2021. The subjects in this case
study were two clients who met the inclusion and exclusion criteria. Results:
During classical instrumental music therapy, the result off the study showed that
the blood pressure of the subject decresed Conclusion: For the result of the
evaluation of instrumental classical music therapy,it was found a decrease in
systolic and diastolic blood pressure in patient with hypertension in the working
area of citra medika health center Lubuklinggau city.

Keywords: Hypertension , classic music therapy, Blood Pressure

xi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tepat

waktu. Penulisan Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat syarat

untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan ( Amd.Kep ) di Program Studi

Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang.

Dalam laporan tugas tugas akhir ini penulis menyadari bahwa Laporan

Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulisan Laporan Tugas Akhir

ini atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan

saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si,Apt, MM, M.Kes selaku Direktur


Poltekkes Kemenkes Palembang.
2. Ibu Devi Mediarti, Spd. S.Kep, M.Kes selaku ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.
3. Bapak H. Ns. Jhon Feri, S.Kep, M.Kes selaku ketua Prodi Keperawatan
Lubuklinggau.
4. Bapak H. Ns. Jhon Feri, S.Kep, M.Kes selaku dosen Pembimbing I yang
telah dengan sabar membimbing dan memberikan saran yang amat berarti
serta pengarahan yang sangat dibutuhkan dalam proses penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini.
5. Ibu Intan Kumalasari,APP,M.Kes selaku Pembimbing II dan selaku Dosen
Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan
saran sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

1 Poltekkes Kemenkes Palembang


2

6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Prodi Keperawatan Lubuklinggau yang telah


memberikan bimbingan, serta pengarahan dengan penuh perhatian dan
kesabaran berhubungan dengan proses perkuliahannya.
7. Kedua Orangtuaku, dan saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan
semangat dan dorongan baik materil maupun spiritual.
8. Teman – teman seperjuangan satu almamater yang telah membantu
tersusunnya Laporan Tugas Akhir
9. Dan tentunya untuk semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu
namanya yang memberikan semangat untuk menyelsaikan Laporan Tugas
Akhir

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Lubuklinggau, Mei 2021

Penulis

Poltekkes Kemenkes Palembang


3

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN..................................................................................................i
SAMPUL DALAM............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN LTA..................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................. v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO.................................................. vi
ABSTRAK............................................................................................................ix
ABSTRACT...........................................................................................................x
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvi
DAFTAR BAGAN............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian............................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi...............................................................................7
1. Pengertian Hipertensi...................................................................... 7
2. Klasifikasi Hipertensi......................................................................7
3. Etiologi.......................................................................................... 10
4. Patofisiologi..................................................................................13
5. WOC (Web Of Caution)............................................................... 15

Poltekkes Kemenkes Palembang


4

6. Manifestasi Klinis........................................................................16
7. Komplikasi................................................................................... 17
8. Pemeriksaan Diagnostik............................................................... 18
9. Penatalaksanaan Medis................................................................20
B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga...........................................24
1. Konsep Keluarga......................................................................... 24
2. Struktur Keluarga............................................................................
C. Konsep Tekanan Darah................................................................... 44
1. Pengertian Tekanan Darah......................................................... 44
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah................. 44
3. Pengukuran Tekanan Darah....................................................... 45
D. Konsep Terapi Musik..................................................................... 46
1. Pengertian Terapi Musik............................................................. 46
2. Kerangka Konsep....................................................................... 50
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Desain Studi Kasus........................................................................ 51
B. Subjek Studi Kasus.........................................................................51
D. Tempat Dan Waktu Studi Kasus.................................................... 52
E. Instrumen Pengumpulan Data.........................................................52
F. Pengumpulan Data.......................................................................... 53
G. Metode Pengumpulan Data....................................................... 53
H. Langkah Pengumpulan Data..................................................... 53
I. Analisa Data..............................................................................54
J. Penyajian Data........................................................................... 54
K. Etika Studi Kasus..................................................................... 54
BAB IV STUDI KASUS.....................................................................................57
BAB V PEMBAHASAN...................................................................................105
BAB VI PENUTUP .........................................................................................114

Poltekkes Kemenkes Palembang


5

A. Kesimpulan.........................................................................................114
B. Saran................................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA

Poltekkes Kemenkes Palembang


6

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi..........................................................................9


Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi..........................................................................9
Tabel 3 Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga........................................ 38
Tabel 4 Hasil Pengkajian Awal..................................................................... 60
Tabel 5 Analisa Data Subjek 1....................................................................... 74
Tabel 6 Analisa Data Subjek II..................................................................... 75
Tabel 7 Skala Prioritas Masalah Subjek I.......................................................77
Tabel 8 Skala Prioritas Masalah Subjek I.......................................................79
Tabel 9 Skala Prioritas Masalah Subjek II..................................................... 80
Tabel 10 Skala Prioritas Maslah Subjek II....................................................... 81
Tabel 11 Intervensi Keperawatan.....................................................................84
Tabel 12 Implementasi Keperawatan Subjek 1............................................... 89
Tabel 13 Evaluasi Tekanan Darah Subjek 1................................................... 102
Tabel 14 Evaluasi Tekanan Darah Subjek II.................................................. 103

Poltekkes Kemenkes Palembang


7

DAFTAR BAGAN

Skema 1 WOC (Web Of Caution) Hipertensi.......................................................15


Skema 2 Kerangka Konsep Hipertensi.................................................................50

Poltekkes Kemenkes Palembang


8

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi Pembimbing LTA


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Izin penelitian puskesmas citra medika
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 5 Lembar Observasi Tekanan Darah
Lampiran 6 SOP Terapi Musik Klasik Instrumental
Lampiran 7 Informed Consent Responden Penelitian
Lampiran 8 Surat Persetujuan Judul LTA
Lampiran 9 Lembar Konsul Penguji Proposal LTA
Lampiran 10 Lembar Konsul Pembimbing Proposal LTA
Lampiran 11 Lembar Konsul Pembimbing LTA
Lampiran 12 Lembar Konsul Penguji LTA

Poltekkes Kemenkes Palembang


9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah dari arteri yang

bersifat sistemik atau berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu

lama. hipertensi terjadi melalui proses yang cukup lama, tidak terjadi

secara tiba-tiba. Yang disebut sebagai hipertensi adalah tekanan darah

tinggi yang tidak terkontrol untuk periode tertentu sehingga menyebabkan

tekanan darah tinggi yang permanen. Perlu dilakukann setidaknya tiga kali

pengukuran tekanan darah pada waktu yang berbeda, untuk menentukan

terjadi atau tidaknya hipertensi. Pengukuran dilakukan interval 2-8 pekan

jika angka tekanan darah tetap tinggi, maka patut dicurigai sebagai

hipertensi. Salah satu langkah sederhana untuk membantu menentukan

hipertensi pada diri seseorang adalah pengecekan retina mata

(Lingga,2012).

Pedoman hipertensi terbaru. Pedoman ini berisikan banyak

perubahan besar dalam pengelolaan hipertensi. Salah satu lompatan

terbesar pedoman ini adalah perubahan klasifikasi hipertensi .Pada

pedoman tersebut hipertensi ditetapkan apabila tekanan darah sistolik ≥

Poltekkes Kemenkes Palembang


10

130 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 80 mmHg (American Heart

Association,2017)

Pada tahun 2015 menunjukan sekitar 1,13 miliar orang didunia

menderita hipertensi artinya 1 dari 3 orang didunia menderita hipertensi,

hanya 36,8 yang minum obat. Jumlah penderita hipertensi terus meningkat

setiap tahunnya, diperkirakan tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang

terkena hipertensi. Setiap tahunnya didunia diperkirakan 9,4 juta orang

meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (WHO,2015).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 Prevelensi

Hipertensi di indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai

2018 dengan presentase 2,58% ke 34,1%, berdasarkan umur > 18 tahun

dengan diagnosis dari cakupan tenaga kesehatan pada perempuan 36,9%

dan pada laki-laki 31,1% (Riskesdas Kemenkes RI,2018).

Data Dinkes Sumatera Selatan bahwa kejadian hipertensi pada

tahun 2018 sebanyak 132.299 orang. Pada tahun 2018 penyakit hipertensi

penyakit paling tinggi diantara penyakit yang tidak menular dan

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. hipertensi termasuk

penyakit no satu diantara penyakit menular lainnya di Provinsi Sumatera

Selatan ( Dinkes,Sumsel,2018).

Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Citra Medika Kota

Lubuklinggau pada tahun 2021 diperoleh data menunjukkan bahwa

Poltekkes Kemenkes Palembang


11

kasus hipertensi yang ada di Puskesmas Citra Medika Kota Lubuk

Linggau selalu berada dalam 10 penyakit terbanyak dalam 3 tahun

terakhir, Pada tahun 2018 berjumlah 4.546 dan mengalami peningkatan

pada tahun 2019 berjumlah 5.437 Pada tahun 2020 mengalami

peningkatan yang sangat signifikan yaitu dengan jumlah

6.632 .Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Citra Medika

Kota Lubuklinggau menunjukan pasien yang mengalami hipertensi

rentang usia 40 tahun ke atas, ( Profil Puskesmas Citra Medika Kota

Lubuklinggau ,2021 ).

Indikasi dari peningkatan kasus hipertensi dimasyarakat salah

satunya karena minimnya perhatian keluarga terhadap pencegahan dan

perawatan anggota keluarga yang mempunyai penyakit hipertensi.

Keberhasilan perawat tidak luput dari peran keluarga, Dimana keluarga

sebagai unit terkecil dalam masyarakat dan keluarga sangat berperan

dalam menentukan asuhan keperawatan yang diperlikan oleh anggota

keluarga yang sakit. Penderita hipertensi biasanya kurang mendapatkan

perhatian keluarga, apabila keluarga kurang dalam pengetahuan tentang

perawatan hipertensi, maka berpengaruh pada perawatan yang tidak

maksimal (Mubarak,2014).

Penatalaksanaan Hipertensi dibagi menjadi dua yaitu terapi

farmakologis dan terapi nonfarmakologis dalam terapi farmakologis.

Poltekkes Kemenkes Palembang


12

Pengobatan secara farmakoligis menggunakan obat-obatan yang

memepunyai efek samping, Di indonesia menunjukan 60%

menggunakan obat-obatan, 30% menggunakan herbal therapy, dan 10%

Fisikaltherapy ( Harnani.Y& Astri,2017). Pengaturan diet makan dan

olahraga teratur umumnya telah terbukti dapat menurunkan tekanan

darah begitupun juga dengan terapi musik klasik sebagai tatalaksana

nonfarmakologis pada penderita hipertensi.

Terapi Musik Klasik adalah penggunaan alat musik sebagai terapi

untuk memperbaiki, memelihara ,dan meningkatkan keadaan mental,

fisik dan emosi. Bagi penderita hipertensi atau tekanan darah

tinggi,musik dapat dijadikan sebagai terapi yang efektif untuk

menurunkan tekanan darah ( Ismarina,2015 ).

Musik yang terdiri dari kombinasi ritme, irama, harmoni, dan melodi

sejak dahulu diyakini mempunyai pengaruh terhadap pengobatan orang

sakit. Seiring dengan perkembangan zaman ketertarikan para peneliti

terhadap musik dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan juga

mengalami perkembangan. Mendengarkan musik dapat megurangi

kecemasan dan stress sehingga tubuh dapat mengalami relaksasi yang

mengakibatkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung

(Klementistating, dalam jasmarizal, 2013 ).

Menurut Penelitian Sastra,et al (2019) Terapi Musik Klasik mampu

Poltekkes Kemenkes Palembang


13

menurunkan tekanan darah sostolik rata-rata 6,00 Mmhg. Hal ini terbukti

bahwa terapi musik klasik dapat dijadikan alternative terapi pengganti

latihan fisik penderita hipertensi, Untuk itu peneliti melakukan studi

kasus tentang penyakit ini agar mengetahui intervensi keperawatan untuk

penderita hipertensi dengan memberikan terapi musik untuk menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi diwilayah kerja puskesmas citra

medika kota lubuklinggau tahun 2021.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka

didapatkan rumusan masalah yaitu, “Bagaimanakah penerapan terapi musik

klasik instrumental untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau

Tahun 2021? ”.

2. Tujuan Penelitian

A. Tujuan umum

Diketahui implementasi Terapi musik klasik instrumental

untuk menurunkan Tekanan darah pada penderita hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau Tahun

2021.

Poltekkes Kemenkes Palembang


14

B. Tujuan Khusus

a. Diketahui pengkajian keperawatan keluarga penderita

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Citra Medika Kota

lubuklinggau Tahun 2021.

b. Diketahui pelaksanaan intervensi keperawatan keluarga

khususnya penerapan Terapi Musik klasik instrumental untuk

menurunkan tekanan darah Pada Penderita di Wilayah Kerja

Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau Tahun 2021.

c. Diketahui evaluasi keperawatan keluarga pada penerapan Terapi

musik klasik imstrumental untuk menurunkan tekanan darah

Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Citra

Medika Kota Lubuklinggau Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara Praktis Hasil Penelitian Ini diharapkan dapat memberikan

bermanfaat bagi:

1. Bagi Puskesmas Citra Medika, Hasil Penelitian ini sebagai dasar

pengembangan standar/pedoman pengembangan terjadinya penurunan

tekanan darah pada keluarga dengan hipertensi melalui Terapi Musik

klasik instrumental Di wilayah puskesmas citra medika kota lubuklinggau

tahun 2021.

Poltekkes Kemenkes Palembang


15

2. Pedoman bagi perawat dalam melaksanakan implementasi Terapi Musik

Klasik Instrumental Di wilayah puskesmas citra medika kota lubuklinggau

tahun 2021.

Secara Keilmuan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Evidence Based Practice Implementasi Terapi Musik Klasik untuk

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi diwilayah kerja

puskesmas citra medika kota lubuklinggau tahun 2021.

2. Bagi Prodi Keperawatan Lubuklinggau, Hasil Penelitian ini sebagai

referensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi mahasiswa

kususnya untuk asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi dengan

terapi musik klasik instrumental untuk menurunkan tekanan darah.

Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Hipertensi

A. Pengertian Hipertensi

American Society of Hypertension (2015), menyatakan bahwa

hipertensi adalah suatu sindrom kardiovaskuler yang progresif

sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling

berhubungan. Hipertensi merupakan penyakit multifakttorial akibat

interaksi dari faktor genetik dan faktor lingkungan.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arteri sistemik

yang menetap dimana tekanan sistol >130 mmhg atau tekanan darah

diastolik >80 mmhg ( AHA,2017 ).

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan hipertensi adalah

dimana kondisi dimana tekanan darah lebih tinggi dari 130/80 mmhg.

Angka 130 mmhg merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung

memompa darah dari seluruh tubuh, Sementara itu, Angka 80 mmhg

mengacu diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks sembari

mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah.

7
8

2. Klasifikasi Hipertensi

1. Klasifikasi berdasarkan etiologi

a. Hipertensi esensial ( Primer )

Hipertensi primer atau essensial adalah hipertensi yang

penyebabnya secara pasti belum diketahui. Beberapa faktor

yang mempengaruhi terjadinya hipertensi esensial, yaitu faktor

genetik, stress dan psikologis, faktor lingkungan, dan

diet( peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan

kalium atau kalsium ).seseorang yang pola makannya tidak

terontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan bahkan

sampai obesitas merupakan pencetus awal terjadinya tekanan

darah tinggi (Syam, N. 2016)

Peningkatan Tekanan Darah tidak jarang merupakan satu-

satunya tanda hipertensi primer.Umumnya gejala baru terlihat

setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti

ginjal,mata,otak dan jantung.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui dengan jelas

sehingga lebih mudah dikendalikan dengan penggunaan obat-

obatan. Penyebab hipertensi sekunder di antarnya adalah berupa

kelainan ginjal, seperti obesitas, retensi insulin, hipertiroidisme,

Poltekkes Kemenkes Palembang


9

dan pemakaian obat –obatan, seperti kontrasepsi oral dan

kartikosteroid ( Wijaya& Putri, 2015 ).

2.Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi

a. Klasifikasi derajat hipertensi berdasarkan JNC-8

Tabel 1

Klasifikasi Hipertensi

Derajat Sistolik Diastolik

( mmHg ) ( mmHg )

Normotensi < 130 < 80

Pre- hipertensi 130 – 140 80 – 90

Hipertensi tahap 1 I 140 – 160 90 – 100

Hipertensi tahap II ≥ 160 ≥ 100

Sumber:Pengantar Askep Klien Dengan Gangguan kardiovaskuler,2014

a. Klasifikasi menurut ESH dan ESC

Poltekkes Kemenkes Palembang


10

Tabel 2

Klasifikasi Hipertensi

Kategori Sistolik Diastolik

( mmHg ) ( mmHg )

Optimal < 120 Dan / atau < 80

Normal 120 -129 Dan / atau 80 -84

Normal tinggi 130 -139 Dan/ atau 85 – 89

Hipertensi derajat I 140 – 159 Dan / atau 90 -99

Hipertensi derajat II 160 -179 Dan /atau 100 – 109

Hipertensi derajat III ≥ 180 Dan /atau ≥ 110

HiHipertensi Sistolik ≥ 140 Dan / atau < 90

terisolasi

( Sumber : ESC,2007 )

3. Etiologi

Etiologi yang pasti dari hipertensi esensial belum diketahui.

Namun, Sejumlah interaksi beberapa energi homeostatik saling

terkait.Efek awal diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan

tubuh dan tekanan oleh ginjal. Faktor hereditas berperan penting

bilamana ketidakmampuan genetik dalam mengelola kadar natrium

Poltekkes Kemenkes Palembang


11

normal. Kelebihan intake natrium dalam diet dapat meningkatkan

volume cairan dan surah jantung. Pembuluh darah memberikan

reaksi atas peningkatan aliran darah melalui kontriksi atau

peningkatan tahan perifer. Tekanan darah tinggi adalah hasil awal

dari peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan pada

tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan

tahanan perifer ( Wajan, 2010 ).

Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui dengan

jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat- obatan.

Penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal

seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan

endrokin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme,

dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan

kortikosteroid ( Wijaya & Putri, 2013 ).

Berikut ini beberapa kondisi yang menjadi penyebab

terjadinya hipertensi sekunder:

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)

Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat

menyebabkan hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-

mediated volume expansion. Dengan penghentian oral

kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa

Poltekkes Kemenkes Palembang


12

bulan.

b. Penyakit parenkin dan vaskular ginjal

Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder.

Hipertensi renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu

atau lebih arteri besar yang secara langsung membawa darah

ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan

hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dysplasia

(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim

ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur,

serta fungsi ginjal.

c. Gangguan endokrin

Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat

menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal – mediated

hypertension disebabkan kelebihan primer aldosterone, kortisol,

dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer, Kelebihan

aldosterone menyebabkan hipertensi dan hypokalemia.

Adlosteronisme primer biasanya timbul dari benign adenoma

korteks adrenal. Pheochromocytomas pada medulla adrenal

yang paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang

berlebihan. Pada sindrom cushing, kelebihan glukokortikoid

yang diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom Cushing’s

Poltekkes Kemenkes Palembang


13

mungkin disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau

adenoma adrenakortikal.

d. Coarctation aorta

Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin

terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.

Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta

dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area

kontriksi.

e. Neurogenic : Tumor otak encephalitis, dan gangguan psikiatrik.

f. Kehamilan

g. Luka bakar

h. Peningkatan volume intravascular

i. Merokok

Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.

Peningkatan katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial,

peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan vasokontriksi,

yang mana pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.

4. Patofisiologi

Poltekkes Kemenkes Palembang


14

Patofisiologi hipertensi belum diketahui.Sejumlah kecil

klien antara 2- 5 % memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal

yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun, masih

belum ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi. Kondisi

inilah yang disebut sebagai “ Hipertensi Esensial “. Sejumlah

mekanisme fisiologis terlibat dalam pengaturan tekanan darah

normal, yang kemudian dapat turut berperan dalam terjadinya

hipertensi esensial.

Penyebab hipertensi primer tidak diketahui, meskipun

telah banyak penyebab yang dapat diidentifikasi. Penyakit ini

memungkinkan banyak faktor, termasuk, Arterosklerosis

Meningkatnya pemasukan sodium baroreseptor,renin secretion,

Faktor genetik dan lingkungan. Peningkatan cairan dan

peningkatan resistensi peripheral merupakan dua dasar mekanisme

penyebab hipertensi.Banyak yang menduga bahwa hipertensi

membertaan pembentukan plaque. Pihak lain menemukan bahwa

plaque berisi arteri yang menyebabkan tekanan darah meningkat.

Peranan ahli gizi dalam pemasukan sodium dan hipertensi juga

kontropersial. Studi empiris menyatakan terdapat hubungan antara

tingginya sodium pada individu yang berdampak pada tingginya

tekanan darah. Sebaliknya turunnya tekanan darah diikuti dengan

Poltekkes Kemenkes Palembang


15

pengurangan sodium dalam diet.

Baroreseptor ( proses reseptor ) mengontrol peregangan

dinding arteri dengan menghalangi pusat vasokontriksi medulla.

Ketidakcocokan sekresi renin juga meningkatkan perlawanan

periferal.Iskemia arteri ginjal menyebabkan pembebasan dari renin,

precusor dari angiostensen II. Precusor ini menyebabkan kontriksi

arteri dan meningkatnya tekanan darah, kelanjutan dari kontriksi

pembuluh – pembuluh darah menyokong terjadinya vascular

sclerosis dan merugikan pembuluh darah. Di sini, terdapat

penebalan intra-arteriolar dan penempatan kembali dari

kelembutan otot dan garis jaringan elastic dengan jaringan fibriotik.

Peredaran dan nekrosis ( kematian jaringan ), selanjutnya merusak

pembuluh darah dan menggagalkan meningkatnya parlawanan

vaskular ( Majid, 2017 )

Poltekkes Kemenkes Palembang


16

5. Web Of Caution (WOC)


Faktor predisposisi: usia,jenis
) Beban kerja jantung
kelamin, merokok, stress,kurang
olahraga, genetic, alcohol, ↑ Aliran darah makin
konsentrasi garam,obesitas cepat keseluruhan
Tekanan sistemik tubuh sedangkan
Gangguan darah↑ nutrisi dalam sel
HIPERTENSI
sirkulasi sudah mencukupi
kebutuhan
Perubahan situasi Krisis Metode koping
situasional tidak efektif
Informasi yang minim Defisit
pengetahuan Koping Individu
Tidak Efektif

Nyeri kepala
Resitensi pembuluh darah

Suplai O2 ke otak ↓ Resiko Perfusi


Perifer Tidak
Efektif
Pembuluh darah

Sistemik Koroner

Vasikontriksi Iskemia miokard

Aflerload
Nyeri

Fatigue Skema 1 WOC Hipertensi

Intoleransi Aktifitas

Sumber:Nurarif&Kusuma,(2015

Poltekkes Kemenkes Palembang


17

6. Manifestasi klinis

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain

tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada

retina, seperti perdarahan, eksudat ( kumpulan cairan ), penyempitan

pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil, ( edema pada diskus

optikus ).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan

gejala sampai bertahun- tahun. Gejala bila ada menunjukkan adanya

kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ

yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan

patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia ( peningkatan

urinasi pada malam hari ) dan azetoma ( peningkatan nitrogen urea darah

( BUN ) dan kreatinin. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat

menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi

sebagai paralysis sementara pada satu sisi gangguan tajam penglihatan

( Wijaya & Putri, 2013 ).

Corwin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul :

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang disertai mual dan muntah, akibat

peningkatan tekanan darah intracranial.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

Poltekkes Kemenkes Palembang


18

c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat.

d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerulus.

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

7. Komplikasi

Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan di tanggulangi,

maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di

dalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri

tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ

sebagai berikut:

a. Jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal

jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita

hipertensi, bebab kerja jantung akan meningkat, otot jantung

akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut

dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi

memompa sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun

jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau

oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.

Poltekkes Kemenkes Palembang


19

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko

stroke, apabila tidak diobati risiko stroke 7 kali lebih besar.

c. Ginjal

Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal,

tekanan darah tinggi bukan kerusakan system penyaringan

didalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu

membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk

melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.

d. Mata

Pada mata hipertensin dapat mengakibatkan terjadinya

retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan (Andra

2013)

8. Pemeriksaan diagnostik

1. Hitung darah lengkap ( Complete Blood Cells Count )

Meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai

viskositas dan indicator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas,

anemia.

Poltekkes Kemenkes Palembang


20

1. Kimia darah

a. BUN, kreatinin : Peningkatan kadar menandakan

penurunan perfusi atau faal renal.

b. Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes mellitus adalah

presipitator hipertensi) akibat dari peninngkatan kadar

katekolamin.

c. Kadar kolesterol atau trigliserida: peningkatan kadar

mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque

atheromatus.

d. Kadar serum aldosteron: menilai adanya aldesteronisme

primer. Studi tiroid (T3 dan T4), menilai adanya

hipertiroidisme yang berkontribusi terhadap

vasokontriksi dan hipertensi.

e. Asam urat Hiperuricemia merupakan implikasi faktor

risiko hipertensi.

2. Elektrolit

a. Serum potasium atau kalium (hipokalemia

mengindikasikan adanya aldoseronisme atau efek

samping terapi diuretic ).

b. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap

hipertensi.

Poltekkes Kemenkes Palembang


21

3. Urine

a. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa daalam

urine mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes.

b. Urine VMA (catecholamine metabolite) peningkatan

kadar mengindikasikan adanya pheochromacytoma.

c. Steroid urine: peningkatan kadar mengindikasikan

hiperadrenalisme, pheochromacytoma, disfungsi

pituitary, Sindrom Cushing’s kadar renin juga

meningkat.

4. Radiologi

a. Intra Venous Pyelografi (IVP): mengidentifikasi

penyebab hipertensi seperti renal pharen chymal disease,

urolithiasis, benign prostate hyperplasia (BPH).

b. Rontgen toraks: menilai adanya klasifikasi obstruktif

katup jantung, deposit kalsium pada aorta, dan

pembesaran jantung.

5. EKG : Menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain,

gangguan konduksi atau disritmia.

9. Penatalakasanaan medis

1. Penatalaksanaan nonfarmakologis

Penatalaksanaan nonfarmaologis dengan modifikasi gaya

Poltekkes Kemenkes Palembang


22

hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam

mengobati tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan

nonfarmakologis hipertensi teridiri dari berbagai macam

modfikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :

a. Mempertahankan berat badan ideal

Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body

Mass Index ( BM ) dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI

dapat diketahui dengan membagi berat badan anda dengan

tinggi badan anda yang telah dikuadratkan dalam satuan

meter. Mengatasi obesitas ( kegemukan ) juga dapat

dilakukan dengan melakukan diet rendah kolestrol namun

kaya dengan serat dan protein dan jika berhasil menurunkan

berat badan 2,5 – 5kg maka tekanan darah distolik dapat

diturunkan sebanyak 5 mmHg.

b. Kurangi aspuan natrium ( sodium )

Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan

cara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol /

hari (kira- kira 6 gr Nacl atau 2,4 gr/ hari). Jumlah yang lain

dengan mengurangi garam sampai kurang dari 2300 mg ( 1

sendok the ) setiap hari. Pengurangan konsumsi garam

Poltekkes Kemenkes Palembang


23

menjadi 1/2 sendok the perhari, dapat menurunkan tekanan

sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolik sekitar 2,5

mmHg.

c. Batasi konsumsi alkohol

Para peminum erat mempunyai resiko mengalami

hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang

tidak minum minuman beralkohol.

d. Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Pertahankan asupan diet potassium ( > 90 mmol

( 3500 mg/ hari) ) dengan cara konsumsi diet tinggi buah

dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi

asupan lemak jenuh dan lemak total . Kalium dapat

menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah

natrium yang terbuang bersama airkencing.Dengan

setidaknya mengonsumsi buah- buahan sebanyak 3- 5 kali

dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium

yang cukup.

e. Menghindari merokok

Merokok memamg tidak berhubungan secara

lansung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat

meningkatkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi

Poltekkes Kemenkes Palembang


24

seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari

mengkonsumsi tembakau ( rokok ) karena dapat

memperberat hipertensi.

f. Penurunan stress

Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang

menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat

menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi.

Menghindari stress dengan menciptakan suasana yang

menyenangkan bagi penderita hipertensi dan

memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga

atau meditasi yang dapat mengontrol system saraf yang

akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

G. Terapi Musik Klasik

Terapi musik adalah metode penyembuhan dengan

musik melalui energi yang dihasilkan dari musik itu sendiri

( Natalia,2013 ). Jenis musik yang seringkali menerima

acuan adalah musik klasik karena memiliki rentang nada

yang luas dan tempo yang dinamis. Tidak hanya musik

klasik, semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan

sebagai terapi musik seperti lagu lagu relaksasi ataupun

Poltekkes Kemenkes Palembang


25

lagu popular. Namun yang perlu diperhatikan adalah

memilih lagu tempo sekitar 60 ketukan/menit yang bersifat

rileks, karena apabila terlalu cepat stimulus yang masuk

akan membuat kita mengikuti irama tersebut sehingga

kedaan istirahat yang optimal tidak tercapai. Dengan

mendengarkan musik sistem limbik teraktivasi dan individu

dapat rileks sehingga tekanan darah menurun. Alunan

musik dapat menstimulasi tubuh memproduksi molekul

Nitrat Oksida ( NO ), Molekul ini bekerja pada tonus

pembuluh darah dan mengurangi tekanan darah

( Nurrahmani,2012 ).

2. Pengobatan Farmakologi

a. Diuretic ( Hidrokolorotiazid )

Mengeluarkan cairan tubuh sehngga volume cairan ditubuh

berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung

menjadi lebih ringan.

b. Penghambat simpatik ( metildopa, klonidin, dan reserpine )

Menghambat aktivitas saraf simpatik.

c. Betabloker ( metoprolol, Propanolol, dan antenolol

1. Menurunkan daya pompa jantung

Poltekkes Kemenkes Palembang


26

2. Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui

mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkal.

3. Pada penderita diabetes mellitus : dapat menutupi gejala

hipoglikemia

d. Vasolidator ( Prasosin Hidralasin )

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot

polos pembuluh darah.

e. ACE inhibitor ( captopril )

1. Menghambat pembentukan zat angiotensin II.

2. Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala dan

lemas

f. Penghambat reseptor angiotensin II ( Valsartan )

Menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor

sehingga memperingan daya pompa jantung.

g. Antagonis kalsium ( Diltiasem dan Verapamil )

Menghambat kontraksi jantung ( kontraktilitas ) ( Wijaya & Putri,

2013 ).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Konsep Keluarga

Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari

Poltekkes Kemenkes Palembang


27

individu-individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling

tergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka

mencapai tujuan tertentu. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat

yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, atau ayah dan

anaknya, atau ibu dan anaknya.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di

suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Padila, 2012).

2.Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan

fungsi keluarga di masyarakat. Berikut beberapa struktur keluarga

yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam, diantaranya :

a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

Poltekkes Kemenkes Palembang


28

d. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah.

e. Keluarga kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri.

3. Fungsi Keluarga

Padila (2012) mengindentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yaitu:

a. Fungsi efektif

Fungsi efektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga.Fungsi efektif berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan sosial.

c. Fungsi reproduksi

Berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia.Dengan adanya program

keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol.

Poltekkes Kemenkes Palembang


29

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,

pakaian dan rumah, maka keluarga memerluka sumber

keuangan.Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis

kemiskinan.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi lain keluarga adalah melakukan asuhan kesehatan terhadap

anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun

merawat anggota yang sakit.

4. Tipe Keluarga

Padila (2012) menjelaskan tipe-tipe keluarga sebagai berikut :

a. Keluarga tradisional

1. Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak.

Biasanya keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau

keluarga dengan orangtua campuran atau orangtua tiri.

2. Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak,

atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya

keluarga dengan karier tunggal atau karier keduanya.

3. Keluarga dengan orangtua tunggal, biasanya sebagai

konsekuensi dari perceraian.

Poltekkes Kemenkes Palembang


30

4. Bujangan dewasa sendirian.

5. Keluarga besar, terdiri keluarga inti dan orang-orang yang

berhubungan.

6. Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah

tua anak-anaknya sudah berpisah.

b. Keluarga non tradisional

1. Keluarga dengan orangtua beranak tanpa menikah, biasanya

ibu dan anak.

2. Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan

pada hokum tertentu.

3. Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah.

4. Keluarga gay atau lesbian, orang-orang berjenis kelamin

yang sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

5. Keluarga komuni, keluarga yang terdiri dari lebih dari satu

pasangan monogomy dengan anak-anak secara bersama

6. Menggunakan fasilitas, sumber yang sama.

5. Stress dan Koping Keluarga

Stress adalah keadaan tegang akibat stressor atau oleh tuntutan

yang belum tertangani. Stress dalam keluarga sulit diukur. Adaptasi

adalah proses penyesuaian terhadap perubahan, adaptasi bisa positif

bisa negative yang dapat meningkatkan atau menurunkan keadaan

Poltekkes Kemenkes Palembang


31

kesehatan keluarga.

Koping keluarga menunjuk pada analisa kelompok keluarga

(analisa interaksi). Koping keluarga didefinisikan sebagai respon

positif yang digunakan keluarga untuk memecahkan masalah

(mengendali stress). Berkembang dan berubahsesuai tuntutan/stressor

yang dialami.Sumber koping keluarga bisa internal yaitu dari anggota

keluarga sendiri dan eksternal yaitu dari luar keluarga.

6. Pengkajian Keluarga

a. Pengumpulan Data Umum

1. Identitas kepala keluarga

Nama atau inisial kepala keluarga, umur, alamat, dan telpon

jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi

keluarga yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin,

umur, hubungan dengan kepala keluarga, agama, pendidikan,

status imunisasi dan genogram.

2. Tipe keluarga

Menjelaskan jenis tipe keluarga (tipe keluarga tradisional atau

tipe keluarga non tradisional).

3. Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa atau kebiasaan-kebiasaan terkait dengan

Poltekkes Kemenkes Palembang


32

kesehatan.

4. Agama

Mengkaji agama dan kepercayaan yang dianut oleh keluarga

yang dapat mempengaruhi kesehatan.

5. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan

seluruh anggota keluarga baik dari kepala keluarga maupun

anggota keluarga lainnya.Selain itu status sosial ekonomi

keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang

dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimilki

oleh keluarga.

6. Aktivitas rekreasi

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi, tetapi juga

penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.

b. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Data ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap

perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan

Poltekkes Kemenkes Palembang


33

mengapa belum terpenuhi.

3. Riwayat keluarga inti

Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan,

riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, status

imunisasi, sumber kesehatan biasa digunakan serta

pengalamannya menggunakan pelayanan kesehatan.

4. Riwayat keluarga sebelumnya

Data ini menjelaskan riawayat kesehatan dari pihak suami

dan istri.

c. Data Lingkungan

1. Karakteristik dan denah rumah

Menjelaskan gambaran tipe rumah, luas bangunan,

pembagian dan pemanfaatan ruang, ventilasi, kondisi rumah,

tata perabotan, kebersihan dan sanitasi lingkungan, ada atau

tidak sarana air bersih dan sistem pembuangan limbah.

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya

Menjelaskan tipe dan kondisi lingkungan tempat tinggal,

nilai dan norma atau aturan penduduk setempat serta

budaya setempat yang memepengaruhi kesehatan.

3. Mobilitas keluarga

Poltekkes Kemenkes Palembang


34

Ditentukan dengan apakah keluarga hidup menetap dalam

satu tempat atau memepunyai kebiasaan berpindah-pindah

tempat tinggal.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul atau berinteraksi dengan masyarakat lingkungan

tempat tinggal.

5. Sistem pendukung keluarga

Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial

atau dukungan masyarakat setempat serta jaminan

pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga untuk

meningkatkan upaya kesehatan.Struktur Keluarga.

d. Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga

menggunakan sistem tertutup atau terbuka, kualitas dan

frekuensi komunikasi yang berlangsung serta isi pesan yang

disampaikan.

2. Struktur kekuatan keluarga

Mengkaji model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan

keluarga dalam membuat keputusan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


35

3. Struktur dan peran keluarga

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga

baik secara formal maupun informal.

4. Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan nilai norma yang dianut keluarga dengan

kelompok atau komunitas serta bagaimana nilai dan norma

tersebut mempengaruhi status kesehatan keluarga.

e. Fungsi keluarga

1. Fungsi afektif

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dan bagaimana

keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2. Fungsi sosial

Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh

mana anggota keluarga belajar disiplin, nilai, norma dan

budaya serta perilaku yang berlaku dikeluarga dan

masyarakat.

3. Fungsi pemenuhan (perawatan / pemeliharaan) kesehatan

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan

perlindungan terhadap anggota keluarga yang

sakit. .Pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit,

Poltekkes Kemenkes Palembang


36

kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas

perawatan keluarga.

4. Mengenal masalah kesehatan keluarga dengan Hipertensi

Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari masalah

kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab

dan yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap

masalah.

5. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya

masalah, apakah masalah yang dialami, takut akan akibat

dari tindakan penyakit, mempunyai sifat negatif terhadap

masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan

yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan

mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam

mengatasi masalah.

6. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakitt

Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya,

mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan

yang dibutuhkan, mengetahui sumber yang ada dalam

keluarga, mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan

untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.

Poltekkes Kemenkes Palembang


37

1. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin

kesehatan keluarga.

2. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

disekitarnya bagi keluarga.

f. Fungsi reproduksi

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota

keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam

mengendalikan jumlah anggota keluarga.

g. Stress dan Koping Keluarga

1. Stresor jangka pendek dan panjang

- Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6

bulan.

- Stresor jangka panjang yaitu stresor yang saat ini dialami

yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi stresor

Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi

stresor yang ada.

3. Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


38

4. Strategi adaptasi disfungsional

Menjelaskan adaptasi disfungsional (perilaku keluarga yang

tidak adaktif) ketika keluarga menghadapi masalah.

h. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga tidak

berbeda jauh dengan pemeriksaan fisik pada klien di klinik atau

rumah sakit yang meliputi pemeriksaan fisik head to toe dan

pemeriksaan penunjang.

i. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

7. Analisa data

Pada analisa data, kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan

masalah kesehatan yang ada pada keluarga sesuai dengan data yang

didapatkan pada saat pengkajian, lalu menetapkan penyebab masalah

tersebut yang diangkat dari lima tugas keluarga, yaitu :

a. Mengenai masalah kesehatan keluarga

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Poltekkes Kemenkes Palembang


39

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

8. Diagnosa keperawatan

a. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang

respon individu, keluarga atau komunitasterhadap masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial (Gusti,

2013).

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan

data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosa

keperawatan meliputi :

1. Problem atau masalah

Adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan

dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota

keluarga.

2. Etiologi atau penyebab

Adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah

dengan mengacu kepada lima (5) tugas keluarga, yaitu :

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga

b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang

sakit

Poltekkes Kemenkes Palembang


40

d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

dimasyarakat.

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi

dari diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya :

a) Ketidaktahuan (kurang pengetahuan, pemahaman,

kesalah persepsi).

b) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).

c) Ketidakmampuan (kurangnya ketrampilan terhadap

suatu prosedur atau tindakan, kurangnya sumber

daya keluarga baik fisansial, fasilitas, sistem

pendukung, lingkungan fisik dan psikologis).

3. Tanda (sign) dan Gejala (Symtom)

Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang

diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak

langsung. Tipologi diagnosa keperawatan meliputi :

a. Diagnosa actual

Adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh

keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan

cepat.

b. Diagnosa resiko / resiko tinggi

Poltekkes Kemenkes Palembang


41

Adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi

tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat

terjadi cepat apabila tidak segera mendapat bantuan

perawat.

c. Diagnosa potensial

Adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika

keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan

kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang

kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

b. Penilaian (Skoring) Diagnosa keperawatan

Menurut Bailon Maglaya (Padila, 2012)

Tabel 3

Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga

KRITERIA SKOR BOBOT


1. Sifat Masalah
a. Tidak / kurang 3
sehat 1
b. Ancaman 2
kesehatan
c. Keadaan 1
sejahtera
2. Kemungkinan

Poltekkes Kemenkes Palembang


42

masalah dapat
diubah 2
a. Mudah 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 2
3. Potensial
masalah
untuk
dicegah 1
a. Tinggi 3
b. 2
Cukup 1
c.Rendah
4. Menonjolnya
masalah
a. Masalah berat 2
harus segera 1
ditangani
b. Ada masalah, 1
tetapi tidak
perlu ditangani
c. Masalah tidak 0
dirasakan
Proses skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa

keperawatan lebih dari satu.

Proses skoring dilakukan untuk tiap diagnosis keperawatan :

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat.

Poltekkes Kemenkes Palembang


43

2. Selanjutnya skor dibagi dengan angka skor tertinggi dan

dikalikan dengan nilai bobot.

3. Jumlah skor untuk semua kriteria (skor tertinggi sama dengan

jumlah bobot, yaitu 5).

X Bobot

c. Diagnosa Keperawatan

Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi:

1. Nyeri Akut b.d ketidakmampuan keluarga memberi perawatan

pada anggota keluarga yang sakit

2. Defisit Pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga memberi

perawatan pada anggota keluarga yang sakit

3. Intoleransi Aktifitas b.d ketidakmampuan keluarga memberi

perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4. Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d ketidakmampuan

keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

9. Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan berbagai

tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk dilakukan dalam

Poltekkes Kemenkes Palembang


44

menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan yang telah

diidentifikasi (Harmoko, 2012).

Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas

kesehatan keluarga menurut Friedman, yaitu:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan

informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang

kesehatan dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap

masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang

tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan

tindakan,mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki

keluarga,mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga

yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,

menggunakanalat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi

keluarga melakukanperawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-

sumberyang dapat digunakan keluarga.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

Poltekkes Kemenkes Palembang


45

ada dengan cara memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di

lingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada.

1. Tujuan

a) Tujuan umum:

Setelah dilakukan pertemuan kunjungan rumah , keluarga

diharapkan Tekanan darah menurun dan mampu meningkatkan

kemampuan manajemen kesehatan diri pada keluarga klien

dengan Hipertensi.

b) Tujuan khusus: Setelah dilakukan pertemuan sebanyak kali

beberapa menit keluarga mampu: keluarga mampu merawat

anggota keluarga yang sakit hipertensi.

c) Intervensi:

1. Kaji Pengetahuan keluarga tentang masalah yang di hadapi

2.Diskusikan dengan keluarga tentang masalah kesehatan yang

dihadapi oleh keluarga.

3. Ajarkan keluarga cara perawatan bagi penderita hipertensi

khususnya yang mempunyai Tekanan darah tinggi

4. Gunakan teknik dan peralatan yang diketahui atau yang ada

dirumah untuk membantu perawatan hipertensi untuk

menurunkan tekanan darah.

Poltekkes Kemenkes Palembang


46

5. Ajarkan terapi musik klasik bagi keluarga yang menderita

hipertensi. Pantau keluarga dalam melakukan terapi musik

klasik.

10. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah proses keperawatan keluarga dimana

perawat mampu membangkitkan minat keluarga untuk melakukan

perilaku hidup sehat, adapun kesulitan, kebingungan, serta

ketidakmampuan yang dihadapi keluarga dijadikan perhatian. Oleh

karena itu perawat diharapkan dapat memberikan bantuan sehingga

keluarga mempunyai kepercayaan diri dan menyelesai masalah secara

mandiri.

Tujuan pelaksanaan ini adalah membantu pasien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan

memfasilitasi koping Harmoko (2012).

11. Evaluasi

Evaluasi adalah membandingkan kegiatan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian

perlu disusun rencana keperawatan yang baru (Gusti, 2013).

Poltekkes Kemenkes Palembang


47

Faktor yang perlu di evaluasi dalam keperawatan keluarga bisa

meliputi beberapa ranah, meliputi :

a. Ranah Kognitif Pengetahuan

Lingkup evaluasi pada ranah kognitif ini menitik tekankan

pada pengetahuan dan pemahaman keluarga tentang

masalahnya, misalnya : pengetahuan keluraga tentang penyakit,

tanda dan gejala yang menyertainya, pengobatan , perilaku

komplikasi, dsb.

b. Ranah Afektif ( emosional )

Dengan Hal ini bisa dilihat ketika perawat melakukan

wawancara dengan klien.Dalam hal ini perawat bisa mengamati

ekspresi wajah, nada suara, isi pesan yang disampaikan, dsb.

c. Ranah Psikomotor

Dapat dilakukan dengan melihat bagaimana keluarga

melakukan tindakan yang sudah direncanakan, apakah sesuai

atau sebaliknya tidak sesuai dengan harapan.

Terdapat 3 (tiga) kemungkinan keputusan pada tahap evaluasi ini,

yaitu :

1) Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan

sehingga rencana mungkin dihentikan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


48

2) Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang

ditentukan sehingga diperlukan penambahan waktu,

resources, dari intervensi sebelum tujuan berhasil.

3) Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan

sehingga perlu ( Andarmoyo, 2012 ) :

1. Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih

akurat

2. Membuat outcome yang baru, mungkin outcome

yang pertama tidak realistis

3. Evaluasi intervensi keperawatan dalam hal

ketetapan untuk mencapai tujuan.

C. Konsep Tekanan Darah

1. Pengertian Tekanan darah

Tekanan darah normal adalah 120/80 mmhg. Tekanan darah

antara 120/80 mmhg dan 139/89 disebut pra-Hipertensi ( pre-

hypertension ) dan tekanan darah lebih dari 140/90 mmhg sudah

dianggap tinggi dan disebut hipertensi. Angka yang diawal merupakan

tekanan darah sistolik yang berhubungan dengan tekanan didalam

Poltekkes Kemenkes Palembang


49

pembuluh darah ketika jantung berkontarksi dan memompa darah maju

jedalam pembuluh darah yang ada sedangkan angka selanjutnya adalah

tekanan diastolik yang mewakii tekanan didalam pembuluh darah

ketika jantung dalam kondisi ( relax ) setelah kontraksi . Tekanan

diastolik mencerminkan tekanan paling rendah yang ada pada

pembuluh darah ( Susilo,dkk,2011 ).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah

a. Usia

Tekanan dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

usia. Standar normal untuk remaja yang tinggi dan usia baya adalah

120/80 mmhg. Namun, National High Blood Pressure Education

Program mendaftarkan <130/<85 merupakan nilai normal yang diterima.

b. Stress

Ansietas, takut, stress emosi, mengakibatkan stimulasi

simpatik,yang meningkatkan, frekuensi darah. curah jantung, dan

tahanan vaskuler perifer. Efek stimulasi menigkatkan tekanan darah .

c. Jenis kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan

darah pada laki-laki dan perempuan. Secara pubertas, Pria cenderung

memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi, Setelah menopause,

Poltekkes Kemenkes Palembang


50

Wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada

pria pada usia tersebut ( Potter & Perry,2005 ).

3. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan memasang manset

dilengan atas, tepat diatas lipatan siku. Sambil Mendengarkan denyut nadi,

tekanan didalam manset dinaikkan dengan cara memompa karet sampai

denyut nadi tidak terdengar lagi, kemudian tekanan perlahan diturunkan,

Pada saat denyut nadi mulai terdengar lagi, bacalah tekanan pada batas

atau permukaan raksa terdapat pada alat yang disebut sphygmomanometer.

Inilah yang disebut tekanan darah sistolik. Biarkan tekanan darah dalam

manset tetap turun. Suara denyut nadi akan terdengar melemah lalu

menghilang. Saat denyut terdengar melemah, kembali kita lihat tekanan

darah manometer. Inilah kemudian yang disebut diastolik, Satuan untuk

keduannya adalah milimeter air raksa ( mmhg ) ( Kowalski,2010).

Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.. Oleh karena

itu, sangat penting untuk menstandarisasikan lingkungannya ketika

mengukur tekanan darah. Paling sedikit satu jam sebelum tekanan darah

diukur hindari makanan, latihan berat (Yang dapat menurunkan tekanan

darah), Merokok, dan Minum kopi, Stress yang lain juga dapat mengubah

tekanan darah dan perlu dipertimbangkan ketika tekanan darah diukur

Poltekkes Kemenkes Palembang


51

( Susilo,dkk,2011).

D. Konsep Terapi Musik Klasik

A. Pengertian

Terapi musik adalah sebagai sebuah aktivitas terapeutik yang

menggunakan musik sebagai media untuk memperbaiki. memelihara,

mengembangkan mental, fisik,dan kesehatan emosi ( Djohan,2016 ).

Teknik distraksi yang efektif adalah musik karena terbukti

dapat menunjukan efek yaitu mengurangi kecemasan dan depresi,

menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah dan menurunkan

frekuensi denyut jantung ( Erfandi,2009 ).

1. Pengertian musik

Menurut Djohan ( 2016 ) Musik adalah pemanfaatan kemampuan

musik dan elemen musik oleh terapi untuk meningkatkan dan merawat

kesehatan fisik, memperbaiki mental, emosional dan kesehatan spiritual

klien. Terapi musik terdiri dari dua elemen utama yaitu elemen terapi dan

elemen musik.

a. Terapi elemen

Yang meliputi keterampilan musik bagi terapi alat yang

digunakan musik, memebangun hubungan terapis dan klien

Poltekkes Kemenkes Palembang


52

aktivita yang struktur dan dianjurkan oleh tim yang merawat

klien untuk mencapai tujuan yang spesifik dan objektif bagi

klien.

b. Elemen musik

Elemen musik sebagai alat dengan beberapa cara utama

yang meliputi irama, Melodi, dan Harmoni. Terapi musik

dilakukan dengan beberapa cara yaitu menyanyi, mencipta lagu,

memainkan alat musik improfisasi. Mendiskusikan lirik dan

mendengarkan musik.

2. Manfaat terapi musik

Berikut ini adalah manfaat terapi musik menurut ainur (2011),yaitu :

a. Efek Mozart adalah salah satu untuk meningkatakan efek yang bisa

dihasilkan dari sebuah musik yang dapat meningkatkan intelegensi

seeorang.

b. Refreshing pada saat pikiran seseorang sedang kacau atau jenuh dengan

mendengarkan musik klasik walaupun sejenak, terbukti dapat

menenangkan dan menyegarkan pikiran.

c. Perkembangan kepribadian, kepribadian seseorang diketahui

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh jenis musik yang

didengarkannya selama masa perkembangan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


53

3. Fungsi terapi musik

Musik klasik mempunyai fungsi menekan pikiran dan katarisis

emosi serta sapat mengoptimalkan tempo,ritme,melodi dan harmoni yang

teratur dan dapat menghasilkan gelombang alfa serta gelombang beta

sehingga memberikan ketegangan yang dapat membuat otak siap

menerima masukan baru efek rileks ( Djohan,2016 ).

Terapi musik adalah metode penyembuhan dengan musik melalui

energi yang dihasilkan dari musik itu sendiri ( Natalia,2013 ). Jenis musik

yang seringkali menerima acuan adalah musik klasik karena memiliki

rentang nada yang luas dan tempo yang dinamis. Tidak hanya musik klasik,

semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan sebagai terapi musik

seperti lagu lagu relaksasi ataupun lagu popular. Namun yang perlu

diperhatikan adalah memilih lagu tempo sekitar 60 ketukan/menit yang

bersifat rileks, karena apabila terlalu cepat stimulus yang masuk akan

membuat kita mengikuti irama tersebut sehingga kedaan istirahat yang

optimal tidak tercapai. Dengan mendengarkan musik sistem limbik

teraktivasi dan individu dapat rileks sehingga tekanan darah menurun.

Alunan musik dapat menstimulasi tubuh memproduksi molekul Nitrat

Oksida ( NO ), Molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah dan

mengurangi tekanan darah ( Nurrahmani,2012 ).

Poltekkes Kemenkes Palembang


54

4. Jenis terapi musik

Menurut Djohan ( 2016 ) Macam- macam terapi musik ada 2 yaitu:

a. Musik Barok

Musik barok dianggap sebagai shootig musik atau musik yang

membelai menimbulkan rasa tenang dan nyaman, musik berok dapat

membangkitkan suasana positif dalam bermain musik ini dapat

cenderung bereksporasi.

. b. Nature Sound Musik

Musik nature sound musik merupakan bagian musik klasik

merupkan bentuk integratif musik klasik dengan suara suar alam.

Ringan musik nature sound dapat membangitkan asosiasi stimulasi

sebagai sarana memperkuat imajinasi dan khayalan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


55

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan ketergantungan antar variabel atau

visualisasi hubungan yang berkaitan atau yang dianggap perlu antara

satu konsep dengan konsep lainnya atau variabel satu dengan variabel

lainya untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau

yang akan diteliti (Notoadmojo, 2012).

\
Hipertensi Pengkajian
Diagnosis Keperawatan

Intervensi penerapan Terapi


Musik Klasik

Evaluasi

Skema 2

Kerangka Konsep Penerapan Terapi Musik

Poltekkes Kemenkes Palembang


56

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode

pendekatan studi kasus.Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan

dengan meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari

unit tunggal. Unit tunggal dapat berarti satu orang atau sekelompok

penduduk yang terkena suatu masalah (Notoatmodjo, 2012).

Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah mengetahui bagaimana

penerapan Terapi Musik Klasik Instrumental pada penderita hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Citra Medika Kota lubuklinggau Tahun 2021.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek dalam penelitian Studi Kasus ini adalah 2 orang penderita

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau

tahun 2021 yang memiliki kriteria subjek sebagai berikut:

Kriteria inklusi :

1. Pasien yang bersedia sebagai responden penelitian.

2. Pasien dengan Diagnosa hipertensi.

3. Pasien yang menggunakan obat-obatan untuk hipertensi

Poltekkes Kemenkes Palembang


57

4. Pasien yang berusia lebih dari 40 tahun.

5. Pasien hipertensi grade 1.

6. Pasien yang mempunyai tekanan darah Sistolik >140 dan Diastolik

> 90.

Kriteri Ekslusi

1. Pasien yang tidak bersedia untuk menjadi responden.

C. Definisi Operasional

1. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi, dengan tekanan sistolik diatas

140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.

2. Terapi musik klasik adalah suatu terapi yang menggunakan media

musik untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

D. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

1. Studi kasus ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Citra

Medika Kota Lubuklinggau .

2. Waktu penelitian dimulai sejak penelitian pada maret 2021.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan penulis pada

penelitian ini peneliti adalah menggunakan pedoman lembar checklist

untuk observasi tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah

Poltekkes Kemenkes Palembang


58

dilakukan penerapan terapi musik klasik, Dan terlampir Standar

Operasional Prosedur (SOP) Terapi Musik Klasik.

F. Pengumpulan Data Studi Kasus

1. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini yang digunakan

adalah dengan observasi langsung terhadap pasien hipertensi dengan

penyakit hipertensi yang mengalami peningkatan tekanan darah sebelum

dan sesudah diberikan terapi musik klasik.

G. Langkah Pengumpulan Data

a. Mengurus perijinan Institusi Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Poltekkes Kemenkes Palembang untuk melakukan penelitian.

b. Mengurus perijinan dengan Puskesmas Citra Medika Kota

Lubuklinggau untuk melakukan penelitian.

c. Menjelaskan maksud, tujuan dan waktu penelitian pada kepala ruang

atau perawat, penanggung jawab di tempat penelitian dan melibatkan

subjek kedalam penelitian.

d. Meminta kepada responden untuk mentandatangani infromed consent

Poltekkes Kemenkes Palembang


59

sebagai bukti persetujuan mewakili subjek dalam hal ini adalah

keluarga.

e. Mengidentifikasi atau mendiskusikan kepada subjek tentang Terapi

musik klasik instrumental untuk menurunkan tekanan darah.

f. Melakukan Pemeriksaan tekanan darah pada pasien hipertensi.

g. Melakukan intervensi terapi musik klasik selama lebih kurang 15-30

menit.

h. Peneliti menilai respon klien terhadap terapi musik klasik.

i.Setelah diberikan intervensi terapi musik klasik selama lebih kurang 15-

30 menit,dilakukan evaluasi mengukur tekanan darah kembali

j. Melakukan pengolahan data

k. Menyajikan hasil pengolahan data atau hasil penelitian dalam bentuk

tabel dan narasi.

H. Analisa Data

Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif. Analisis

deskriptif adalah digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendiskripsikan data yang terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan

(Notoatmodjo, 2012 ).

Poltekkes Kemenkes Palembang


60

I. Penyajian Data

4. Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, maka data

atau hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi atau tekstular

dan tabel. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada subjek I, berdasarkan hasil

pengkajian adalah Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit dan

Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.Dan diagnosa

keperawatan pada subjek II adalah Nyeri Akut berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga

yang sakit dan Defisit Pengetahuan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga

yang sakit.

Kedua Subjek penelitian mempunyai masalah keperawatan dengan dua

diagnosa keperawatan, yaitu :

a) Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit

Poltekkes Kemenkes Palembang


61

b) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yang

sakit.

J. Etika Studi Kasus

Menurut Notoadmodjo (2012), secara garis besar dalam melaksanakan

sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh yakni :

1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect for Human

Dignity)

Peneliti perlu mempertimbang kan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian. Disamping itu,

peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk

berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam penelitian.

2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subjek Penelitian (Respect

for Privacy and Confidentially)

Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan

kerahasiaan identitas subjek.

3. Keadilan dan Inklusivitas/Keterbukaan (Respect for Justice an

Inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

Poltekkes Kemenkes Palembang


62

kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian.Untuk itu, lingkungan

peneliti perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinip keterbukaan,

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini

menjamin bahwa semua obyek penelitian memperoleh perlakuan

dan keuntungan yang sama tanpa membedakan gender, agama, etnis

dan sebagainya.

4. Memperhatikan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan

(Balancing Harms and Benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umunya, dan subjek penelitian pada

khususnya.Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak

yang merugikan bagi subjek.

Poltekkes Kemenkes Palembang


63

BAB IV

STUDI KASUS

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Puskesmas Citra Medika

a. Geografis

Puskesmas Citra Medika terletak di kecamatan

Lubuklinggau Timur I , Di Jln.Yossudarso Gg. Binjai No. 104

RT.01 Kelurahan Batu Urip Taba berbatasan dengan wilayah

kerja Puskesmas Citra MedikaMempunyai wilayah kerja seluas

37.17 km2.

b. Demografi

1. Agama dan Suku

Penduduk di wilayah Kerja Puskesmas Citra Medika

sebagian besar penduduk menganut agama Islam. Tetapi

ada juga yang menganut agama Katolik, Kristen Protestan,

Hindu dan Budha. Dan Secara kesukuan, Penduduk di

wilayah Puskesmas Citra Medika termasuk Multi etnis,

dengan mayoritas bersuku Rejang dan bersuku Musi, suku

Rawas sebagai sku asli Sumatera Selatan, serta suku Jawa ,

suku Minang, suku Batak, dan suku Cina.

Poltekkes Kemenkes Palembang


64

2. Mata Pencaharian Penduduk

Pekerjaan Mayoritas Penduduk adalah Pedagang dan

Swasta. Berdasarkan keadaan sosial ekonominya mata

pencaharian penduduk dari 8 Kelurahan di Kecamatan

Lubuklinggau timur 1 yaitu, Pegawai Negeri, TNI/POLRI,

Wiraswasta, Pengrajin, Pensiunan, Buruh, Petani dan pada

umumnya adalah tenaga kerja lepas dari sektor informal.

2. Karateristik Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Studi Kasus ini, adalah 2 orang Perempuan

yang mengalami penyakit Hipertensi .

Subjek I :

Subjek I dengan inisial Ny. A, berusia 46 tahun, Jenis kelamin

Perempuan, beragama islam, pendidikan terakhir S1, pekerjaan Guru,

keluhan sering mengalami Nyeri kepala serta peningkatan tekanan

darah yang sangat signifikan yang membuat aktifitas responden

terganggu keluhan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu,TD : 180 / 100

mmHg, RR : 22 x / menit, Nadi : 92 x / menit, temp : 36,8o c, Tanggal

berobat Puskesmas 13 Maret 2021. Tanggal pengkajian 16 Maret

2021.

Subjek II :

Subjek II dengan inisial Ny.E . berusia 50 tahun, Jenis kelamin

Poltekkes Kemenkes Palembang


65

Perempuan, beragama islam, pendidikan terakhir S1, pekerjaan PNS

keluhan Peningkatan tekanan darah yang sangat signifikan sehingga

mengganggu aktifitas klien dirasakan sejak 1 bulan yang lalu,TD : 170

/ 110 mmHg, RR : 20 x / menit, Nadi : 86 x / menit, Temp : 37 o c ,

Tanggal berobat ke Puskesmas 16 Maret 2021. Tanggal Pengkajian 19

Maret 2021.

3. Pengkajian Data asuhan Keperawatan

a. Identitas Umum

Berdasarkan tahapan proses keperawatan, maka langkah

awal yang harus dilakukan pada kedua subjek adalah pengkajian.

Dalam studi kasus ini pengkajian yang dilakukan berfokus pada

keterangan klien dan keluarganya.

Berdasar hasil anamnese dan wawancara, dapat diketahui bahwa data

pengkajian terhadap subjek penelitian I dan Subjek penelitian II

dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini

Poltekkes Kemenkes Palembang


66

Tabel 4. Hasil Pengkajian Awal Dua Orang Subjek Studi Kasus

Indikator Pengkajian Subjek


Subjek I Subjek II
Tanggal Pengkajian 16 Maret 2021 19 Maret 2021
Nama Kepala keluarga Tn. S Tn. H
Nama Subjek Penelitian I Ny.A Ny. E
Umur 46 Tahun 50 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan S1 S1
Pekerjaan Guru PNS
Penghasilan Keluarga ± 4 Juta / bulan ± 3 Juta / bulan
Suku Bangsa WNI WNI
Alamat Kel Kelurahan Batu Urip Kelurahan
Taba
Jemekeh

b. Komposisi Keluarga

Komposisi KeluargaN Nama Umur Hm HubunganP P Pe Ke Keadaan

anggotaL LK P Pr dalam Nn Peker Fisik

keluarga keluarga ndidika jaan

Subjek I Ny. A 46 Istri S1 PNS - Baik

Subyek II Ny. E 550 Istri S1 PNS - Baik

Poltekkes Kemenkes Palembang


67

c. Genogram

Subjek I :

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Penderita

Subjek II :

Keterangan :

= Laki-laki

Poltekkes Kemenkes Palembang


68

= Perempuan

= Penderita

d. Tipe Keluarga

Subjek I Subjek II

Tipe Keluarga Keluarga Tn. S termasuk Keluarga Tn. H

tipe keluarga Inti termasuk tipe keluarga

Inti

e. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan Subjek I Subjek II

keluarga

Tahap perkembangan Tahap perkembangan Tahap

keluarga saat ini keluarga Tn. S adalah perkembangan

dalam tahap keluarga Tn.H

perkembangan keluarga adalah

usia lanjut Dalam tahap

Poltekkes Kemenkes Palembang


69

perkembangan

keluarga usia

lanjut

Tahap perkembangan Tahap keluarga usia Ta Tahap keluarga

keluarga yang belum lanjut usia usia lanjut.

terpenuhi dan kendalanya

f. Riwayat Kesehatan Inti :

Ri Riwayat Kesehatan Subjek I Subjek II

Inti

Riwayat Keluarga Ny.A menderita Ny.E menderita

saat ini Hipertensi Hipertensi

Riwayat Penyakit Keluarga Tn.S Tidak ada Keluarga Tn. H

Keturunan yang menderita penyakit Tidak ada yang

keturunan. menderita

penyakit

keturunan.

g. Riwayat masing-masing anggota Keluarga :

S Subjek Nama U umur BB K keadaan Imunisa- Masalah upaya yang

Poltekkes Kemenkes Palembang


70

( Kg) Keseh- si Kesehatan dilakukan

atan

S Subjek I Tn. S 55 50 Baik - Berobat ke

Ny. A 46 58 Baik - Penyakit Puskesmas

H Hipertensi

S Subjek II Tn. H 58 56 Baik - Berobat ke

Ny. E 50 51 Baik - Penyakit Puskesmas

Hipertesi

h. Sumber Pelayanan Yang dimanfaatkan :

S Sumber Pelayanan yang dimanfaatkan Subjek

Subjek I Subjek II

Faslitas Kesehatan Puskesmas P Puskesmas

Poltekkes Kemenkes Palembang


71

i. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya :

Subjek

Subjek I Subjek II

Riwayat kesehatan keluarga Keluarga Tn. S dan Keluarga

Ny.A, tidak ada yang Tn.H dan Ny.

menderita penyakit E, tidak ada

kronis dan penyakit yang

keturunan menderita

penyakit

kronis dan

penyakit

keturunan

j. Pengkajian Lingkungan Keluarga

1. Karateristik Rumah

Karateristik Subjek

Subjek I Subjek II

Poltekkes Kemenkes Palembang


72

Luas Rumah 6 x 12 m2 8 x 5,6 m2

Tipe rumah Permanen Permanen

Kepemilikan Hak milik Pribadi


H Hak milik Pribadi

Jumlah kamar 4 kamar tidur 2 kamar tidur

Ventilasi Baik Baik

Pemanfaatan ruang Sesuai fungsi Sesuai fungsi

Septik tank >5 meter >5 meter

Sumber Air Sumur gali Sumur gali

Kamar madi Bersih Bersih

WC Leher angsa Leher angsa

Sampah Ditumpuk Ditumpuk

Kebersihan lingkungan Bersih Bersih

Denah Rumah

KT R.Tamu KT R.Tamu

R. Tengah R. Tengah

KT

K.T

K.Mandi

dapur

Poltekkes Kemenkes Palembang


73

K.MaNDI

Dapur

Gudang

2. Karateristik Tetangga dan Komunitas RW

Karateristik

Tetangga Subjek I Tetangga

Subjek II

Kebiasaan Kehidupan masyarakat dan Kehidupan

tetangga dilingkungan Tn.S dan masyarakat

Ny.A sebagai pedagang, PNSdan dan tetangga

sebagai Guru. dilingkungan

Tn. A dan Ny.

E sebagai

Polisi dan

PNS

Aturan Masyarakat dan tetangga selalu Masyarakat dan

Poltekkes Kemenkes Palembang


74

bermusyawarah dalam tetangga selalu

menyelesaikan segala bermusyawara

permasalahan dilingkungan h dalam

menyelesaikan

segala

permasalahan

dilingkungan

Kebersihan Masyarakat dan tetangga peduli Masyarakat

terhadap kebersihan lingkungan . dan tetangga

peduli

terhadap

kebersihan

lingkungan

Budaya Tradisi mayoritas masyarakat Tradisi mayoritas

dilingkungan Tn. S dan Ny. A masyarakat

menganut tradisi Sumatera dilingkungan

Tn. H dan Ny.

E menganut

tradisi

Sumatera

Poltekkes Kemenkes Palembang


75

Mobilitas Geografi Semenjak menikah hingga Semenjak

Keluarga mempunyai anak, Tn.S dan Ny.A menikah

tinggal menetap dan tidak hingga

berpindah tempat dari tempatnya mempunyai

sekarang anak, Tn.H

dan Ny.E

tinggal

menetap dan

tidak

berpindah

tempat dari

tempatnya

sekarang.

Si Sistem Pendukung Terdapat fasilitas kesehatan Terdapat

(Puskesmas) dengan SDM yang fasilitas

cukup. kesehatan

(Puskesmas)

dengan SDM

yang cukup.

Poltekkes Kemenkes Palembang


76

k. Struktur Keluarga

Struktur Subjek

Keluarga Subjek I Subjek II

Pola / cara Menerapkan komunikasi secara Menerapkan komunikasi

komunikasi terbuka.Bahasa yang digunakan secara terbuka.Bahasa

keluarga dirumah adalah Bahasa Musi yang digunakan dirumah

adalah Bahasa Musi

Struktur Tn. Tn.S sebagai Kepala keluarga, Tn.H sebagai Kepala

kekuatan suami juga sebagai Ayah. keluarga, suami juga

keluarga sebagai Ayah.

S Struktur peran Tn. S sebagai Kepala Keluarga Tn. H sebagai Kepala

keluarga (suami) Keluarga (suami)

Peran Formal : Peran Formal :

Penanggung Jawab keluarga / Penanggung Jawab

pencari nafkah. keluarga / pencari nafkah.

Peran Informal : Peran Informal :

Membantu Istri Membantu Istri

Poltekkes Kemenkes Palembang


77

Ny. A sebagai Ibu rumah tangga Ny. E sebagai Ibu rumah

(istri) tangga (istri)

Peran Formal : Peran Formal :

Melaksanakan kewajiban Melaksanakan kewajiban

sebagai istri sebagai istri dan ibu

Peran Informal : Peran Informal :

Membantu aktifitas suami Membantu aktivitas suami

Sesuai dan K Keluarga Tn. A memegang Keluarga Tn. A memegang

norma aturan susila yang berlaku aturan susila yang berlaku

keluara

A.Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Fungsi afektif Subjek

Subjek I Subjek II

Kerukunan hidup dalam keluarga Keluarga Tn. S Ke keluarga Tn. H

termasuk keluarga termasuk

yang Harmonis. keluarga yang

Harmonis

Poltekkes Kemenkes Palembang


78

I Interaksi hubungan dalam keluarga Tn. S dan Ny. A saling


T TN.H dan Ny. E

berkomunikasi dengan saling

wajar dan baik, juga berkomunikasi

dengan anaknya dengan wajar

dan baik, juga

dengan

anaknya

Anggota keluarga yang dominan n. Tn.S selaku kepalaT Tn.H selaku

dalam keputusan keluarga mempunyai kepala

peran besar dan keluarga

pengambilan mempunyai

keputusan peran besar

dan

pengambilan

keputusan

K Kegiatan Keluarga waktu senggang Keluarga Tn.S Keluarga Tn. H

memanfaatkan waktu memanfaatkan

senggang dengan waktu

menonton TV dan senggang

Berinteraksi dengan dengan

Tetangga menonton TV

Poltekkes Kemenkes Palembang


79

dan

Berinteraksi

dengan

Tetangga

Pastisipasi dalam kegiatan Sosial Ke Keluarga Tn. S selaluK Keluarga Tn. H

hadir dalam acara selalu hadir

persedekahan ataupun dalam acara

kemalangan di persedekahan

lingkungannya ataupun

kemalangan di

lingkungannya

2. Fungsi Perawatan Kesehatan

Subjek

Subjek I Subjek II

Mengenal masalah keluarga mampu mengidentifikasi keluarga mampu

kesehatan masalah kesehatan yang timbul mengidentifikasi

meskipun secara awam, dari tanda masalah

dan gejala yang dirasakan kesehatan yang

Poltekkes Kemenkes Palembang


80

timbul meskipun

secara awam, dari

tanda dan gejala

yang dirasakan

Mengambil Keluarga segera mencari bantuan Keluarga segera

keputusan tindakan dalam menyelesaikan mencari bantuan

mengenai tindakan keluhan secara tepat, dengan tindakan dalam

kesehatan yang berobat ke Puskesmas atau tenaga menyelesaikan

tepat kesehatan keluhan secara

tepat, dengan

berobat ke

Puskesmas atau

tenaga kesehatan

Merawat anggotaKeK Keluarga peduli dan saling Keluarga peduli

keluarga yang sakit membantu untuk menolong dan saling

keluarga yang sakit, sesuai arahan membantu untuk

Petugas kesehatan menolong

keluarga yang

sakit, sesuai

arahan Petugas

kesehatan

Poltekkes Kemenkes Palembang


81

Memelihara Keluarga begitu rajin membersihkan K Keluarga begitu

lingkungan rumah lingkungan rajin

yang sehat membersihkan

lingkungan

Menggunakan Keluarga Tn. S menggunakan Keluarga Tn. H

pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan

kesehatan di (Puskesmas) fasilitas pelayanan

masyarakat kesehatan

(Puskesmas)

3. Fungsi Reproduksi

Subjek

Subjek I Subjek II

Fungsi Reproduksi Merupakan Pasangan yang Merupakan

belum menopouse Pasangan yang

sudah

menopouse

4. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi Subjek

Subjek I Subjek II

Poltekkes Kemenkes Palembang


82

pemenuhan sandang Keluarga ini dalam ini Keluarga dalam

pangan memenuhi kebutuhan memenuhi

sandang dan pangan kebutuhan sandang

dari upah jasa dan hasil dan pangan dari hasil

kebun yang dimiliki kebun yang dimiliki

(pendapatan kurang ( pendapatan kurang

lebih 4juta per bulan) lebih 3 juta perbulan)

Pe Pemanfaatan sumber yang Keluarga Tn. S Keluarga Tn. H

ada di masyarakat mempunyai kolam ikan mempunyai kebun

di merasi. Sawit di desa nya.

l. Stress dan Koping Keluarga

Stress dan kooping Subjek

Subjek I Subjek II

Stresor jangka pendek kondisi penyakit yang Kondisi

dideritanya penyakit

yang

dideritanya

Stresor jangka Panjang B Belum mempunyai Belum

Poltekkes Kemenkes Palembang


83

target (belum ada) mempunyai

target (belum

ada)

Respon keluarga terhadap Se Selalu bermusyawarah Selalu

stressor untuk menyelesaikan bermusyawar

masalah ah untuk

menyelesaika

n masalah

Strategi Kooping Tn. S dan Ny. A Tn. dan Ny. E

bertukar pendapat bertukar

dalam menyikapi pendapat

permasalahan yang ada dalam

menyikapi

permasalahan

yang ada

Strategi adaptasi disfungsi Tn.S dapat Tn.H dapat

mengendalikan diri mengendalik

dalam menghadapi an diri dalam

masalah dan tidak menghadapi

pernah melakukan masalah dan

tindak kekerasan. tidak pernah

Poltekkes Kemenkes Palembang


84

melakukan

tindak

kekerasan

m. Harapan Keluarga

Harapan keluarga Subjek

Keluarga Subjek I Keluarga Subjek II

Terhadap masalah kesehatan Keluarga Tn. S selalu Ke Keluarga Tn.

berharap dijauhkan dari S selalu

sakit berharap

dijauhkan

dari sakit

Ter Terhadap petugas kesehatan Keluarga Tn. S berharap Ke Keluarga Tn.

yang ada petugas kesehatan H berharap

memperhatikan kesehatan petugas

masyarakat dan mampu kesehatan

memberikan pelayanan memperhatik

yang prima, peduli dan an kesehatan

cepat tanggap. masyarakat

Poltekkes Kemenkes Palembang


85

dan mampu

memberikan

pelayanan

yang prima,

peduli dan

cepat tanggap

Berdasarkan data Pengkajian, didapatkan bahwa masalah

keperawatan subjek I adalah keluhan Nyeri Kepala sehingga

terjadi peningkatan tekanan darah sehingga mengganggu klien

beraktifitas,peningkatan darah ini sudah dialami sejak 6 bulan

yang lalu TD : 180 / 100 mmHg, RR : 22 x / menit, Nadi : 82 x /

menit, temp : 36,8o c, dan subjek II adalah keluhan nyeri kepala

sehingga terjadi peningkatan tekanan darah yang sangat

signifikan dan terganggu bila dibawa beraktivitas,TD : 170 / 110

mmHg, RR : 20 x / menit, Nadi : 86 x / menit, Temp : 37 o c.

Poltekkes Kemenkes Palembang


86

Tabel 5. Analisa Data

Subjek I

S Subjek DATA SIFAT MASALAHN KEMUNGKINAN


MASALAH PENYEBAB
S Subjek
Data Subjektif : Akt Aktual Nyeri AkutKet Ketidak-
I-N mampuan
Ny.A keluarga memberi
Mengatakan perawatan pada
sering anggota keluarga
merasakan yang sakit
nyeri kepala
ketika pagi hari
nyeri dirasakan
hilang timbul
sejak 6 bulan
yang lalu
- Te Terjadi
PeniPeningkatan
tekanan darah
pada Ny.A

Data Objektif :
- -Ny.A Tampak
Meringis.
-Ny. -Ny.ATampak
memegang
kepala karena
pusing
-Ny. –Ny.A Tampak
Gelisah.
Ska -Skala Nyeri 6

TD TD: 170 / 90
mmHg, RR :
20x / menit,
Nadi : 86 x /
menit, Temp;
36,8 c

Poltekkes Kemenkes Palembang


87

Data Subjektif: N Defisit Ketidak- mampuan


N Pengetahuan keluarga memberi
Me Ny.A mengatakan perawatan pada
selama ini sering anggota keluarga
mengkonsumsi yang sakit.
makanan yang
asin-asin dan
tidak mengerti
tentang
hipertensi serta
makanan apa
yang Harus
dipantang

Data Objektif :
- Ny.A Tampak
bertanya tentang
hipertensi dan
makanan apa
yang harus
dipantang. TD :
170 / 90 mmHg,
RR : 20x /
menit, Nadi : 86
x / menit,
Temp : 37 o c .

Poltekkes Kemenkes Palembang


88

Tabel 6. Analisa Data

Subjek II

S Subjek DATA SIFAT MASALAHKE KEMUNGKINAN


MASALAH PENYEBAB
Su Subjek
Data Subjektif : N Aktual Nyeri AkutKeti ketidak-mampuan
II keluarga
-N Ny.E memberi
Mengatakan perawatan pada
sering anggota keluarga
merasakan yang sakit
nyeri kepala
ketika pagi hari
nyeri dirasakan
hilang timbul
sejak 1 bulan
yang lalu.
- te terjadi
peningkatan
tekanan darah
pada ny. E

Data Objektif :
- -Ny.E Tampak
Meringis.
-Ny. -Ny.E Tampak
memegang
kepala karena
pusing.
Ska -Skala Nyeri 6

TD TD: 170 / 90
mmHg, RR :
20x / menit,
Nadi : 86 x /
menit, Temp :
37 o c ,

Data Subjektif Ak Aktual Defisit Ketidak-


N Ny.E Pengetahuan mampuan

Poltekkes Kemenkes Palembang


89

Mengatakan keluarga
selama ini memberi
sering perawatan pada
mengkonsumsi anggota keluarga
makanan yang yang sakit.
asin-asin dan
tidak mengerti
tentang
hipertensi serta
makanan apa
yang Harus
dipantang

Data Objektif :
- -Ny.E Tampak
bertanya
tentang
hipertensi dan
makanan apa
yang harus
dipantang.
TD : 170 / 90
mmHg, RR :
20x / menit,
Nadi : 86 x /
menit, Temp :
37 o c .

Poltekkes Kemenkes Palembang


90

Skala Prioritas Masalah

Masalah : (Subjek I)
Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Tabel 7 .Tabel Skoring Diagnosa (Baylon& Maglaya)

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN

1. Sifat Masalah Masalah adalah


Aktual 3/3x1 1 keadaan yang pernah
Resiko terjadi, karena
Sejahtera / Sehat Pengetahuan kurang.

2. Kemugkinan masalah Keluarga dapat


dapat di rubah : 2/2x2 2 menyelesaikan
Mudah masalah ini dengan
Sebagian kesadaran.
Tidak Dapat

3. Po Potensial untuk Kondisi yang ada bisa


dicegah : 3/3x1 1 diselesaikan dengan
Tinggi kesadaran.
Cukup
Rendah

4. M Menonjolnya Masalah :
Masalah dirasakan dan 2/2x1 1 menyadari terhadap
harus segera masalah yang ada
ditangani namun dianggap
Ada masalah tetapi lumrah.
Tidak perlu ditangani
Masalah tidak
dirasakan

JUMLAH 5

Poltekkes Kemenkes Palembang


91

Masalah : (Subjek I)
Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Tabel 8. Tabel Skoring Diagnosa (Baylon& Maglaya)

NO KRITERIA HITUNGAN S SKOR PEMBENARAN


11 Sifat Masalah : Masalah adalah
Aktual 3/3x1 1 keadaan yang
Resiko pernah terjadi,
Sejahtera / Sehat karena Pengetahuan
kurang.
2 2Ke Kemungkinan masalah Keluarga dapat
dapat di rubah : 2/2x2 2 menyelesaikan
Mudah masalah ini dengan
Sebagian kesadaran.
Tidak Dapat

3 Po Potensial untuk Ko Kondisi yang ada


dicegah : 3/3x1 1 bisa diselesaikan
Tinggi dengan kesadaran.
Cukup
Rendah

4 4 M Menonjolnya Masalah :
Masalah dirasakan dan 2/2x1 1 Menyadari terhadap
harus segera masalah yang ada
ditangani namun dianggap
ada masalah tetapi tidak lumrah.
perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan

JUMLAH 5

Poltekkes Kemenkes Palembang


92

Skala Prioritas Masalah

Masalah : (Subjek II)


Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memberi perawatan
pada anggota keluarga yang sakit.

Tabel 9. Tabel Skoring Diagnosa (Baylon& Maglaya)

NO KRITERIA HITUNGAN S SKOR PEMBENARAN


1 1 Sifat Masalah : Masalah adalah
Aktual 3/3x1 1 keadaan yang
Resiko pernah terjadi,
Sejahtera / Sehat karena Pengetahuan
kurang.
2 2Kem Kemungkinan masalah Keluarga dapat
dapat di rubah : 2/2x2 2 menyelesaikan
Mudah masalah ini dengan
Sebagian kesadaran.
Tidak Dapat

3 3 Po Potensial untuk Ko Kondisi yang ada


dicegah : 3/3x1 1 bisa diselesaikan
Tinggi dengan kesadaran.
Cukup
Rendah

4 4M Menonjolnya Masalah :
Masalah dirasakan dan 2/2x1 1 M Menyadari terhadap
harus segera masalah yang ada
ditangani namun dianggap
ada masalah tetapi tidak lumrah.
perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan

JUMLAH 5

Poltekkes Kemenkes Palembang


93

Masalah : (Subjek II)


Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Tabel 10. Tabel Skoring Diagnosa (Baylon& Maglaya)

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN


1 1 Sifat Masalah : Masalah adalah
Aktual 3/3x1 1 keadaan yang
Resiko pernah terjadi,
Sejahtera / Sehat karena Pengetahuan
kurang.
2Kem Kemungkinan masalah Keluarga dapat
dapat di rubah : 2/2x2 2 menyelesaikan
Mudah masalah ini dengan
Sebagian kesadaran.
Tidak Dapat

3 3 Po Potensial untuk Ko Kondisi yang ada


dicegah : 3/3x1 1 bisa diselesaikan
Tinggi dengan kesadaran.
Cukup
Rendah

4 4M Menonjolnya Masalah :
Masalah dirasakan dan 2/2x1 1 M Menyadari terhadap
harus segera masalah yang ada
ditangani namun dianggap
ada masalah tetapi tidak lumrah.
perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan

JUMLAH 5

Poltekkes Kemenkes Palembang


94

5. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada subjek I, berdasarkan

hasil pengkajian adalah Nyeri Akut berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga

yang sakit dan Defisit Pengetahuan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga

yang sakit.Dan diagnosa keperawatan pada subjek II adalah Nyeri

Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memberi

perawatan pada anggota keluarga yang sakit dan Defisit Pengetahuan

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memberi perawatan

pada anggota keluarga yang sakit.

Kedua Subjek penelitian mempunyai masalah keperawatan dengan dua

diagnosa keperawatan, yaitu :

c) Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit

d) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yang

sakit.

Poltekkes Kemenkes Palembang


95

Poltekkes Kemenkes Palembang


Tabel 11. Intervensi Keperawatan Subyek I

No Tujuan Evaluasi Intervensi


Tujuan umum Tujuan Khusus Kriteria Standar
Dx
I Setelah Setelah dilakukan Respon 1) Keluarga dapat Manajemen Nyeri :
dilakukan 3x tindakan verbal/ menganalisa
Observasi:
kunjungan keperawatan pengetahuan perjalanan
rumah, selama 1× 30 menit nyeri. 1. Identifikasi Lokasi,
Diharapkan keluarga mampu : 2) Keluarga dapat Karakteristik, Durasi,
Nyeri Akut 1. Mengetahui menerapakan Frekuensi, Kualitas, Dan
Menurun. Penyebab Nyeri teknik Intensitas Nyeri.
2. Mengetahui Sikap manajemen 2. Identifikasi Skala Nyeri
Penyebab nyeri nyeri dengan
3. Identifikasi faktor yang
3. Merawat terapi musik
memperberat dan
anggota klasik
memperingan nyeri,
keluarga instrumental
dengan masalah 3) Keluarga dapat
kesehatan Tindakan merawat

85
anggota Terapeutik:
keluarga yang
4. Berikan teknik
sakit
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis Terapi
musik).

Edukasi:

5. Jelaskan Penyebab, Pemicu


dan periode nyeri,.

6. Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (Mis: Terapi
Musik )

86
No Tujuan Evaluasi Intervensi
Tujuan umum Tujuan Khusus Kriteria Standar
Dx
II Setelah Setelah dilakukan Respon 1) Keluarga dapat Defisit Pengetahuan :
dilakukan 3x tindakan verbal/ mengetahui
Observasi:
kunjungan keperawatan pengetahuan tentang masalah
rumah, selama 1× 30 menit kesehatan : 1) Identifikasi Kesiapan dan
Diharapkan keluarga mampu : Hipertensi kemampuan menerima
tingkat 1) Mengenal 2) Keluarga dapat informasi
pengetahuan masalah mengambil 2) Identifikasi Faktor Faktor yang
meningkat. kesehatan: Sikap keputusan/tinda dapat meningkatkan dan
Hipertensi kan yang tepat menurunkan motivasi dalam
2) Mengambil 3) Keluarga dapat hidup sehat.
keputusan yang merawat
Terapeutik:
tepat, Keluarga anggota
mampu keluarga yang 3) Jadwalkan pendidikan

menyebutkan Tindakan sakit kesehatan tentang hipertensi

akibat dari sesuai kesepakatan.

penyakit

87
hipertensi Edukasi:
3) Merawat
4) Jelaskan Faktor resiko yang
anggota keluarga
dapat mempengaruhi kesehatan
dengan masalah
kesehatan

88
Subyek II

No Tujuan Evaluasi Intervensi


Tujuan umum Tujuan Khusus Kriteria Standar
Dx
I Setelah Setelah dilakukan Respon 1. Keluarga dapat Manajemen Nyeri :
dilakukan 3x tindakan verbal/ menganalisa
Observasi:
kunjungan keperawatan pengetahuan perjalanan
rumah, selama 1× 30 menit nyeri. 1) Identifikasi Lokasi,
Diharapkan keluarga mampu : 2. Keluarga dapat Karakteristik, Durasi,
Nyeri Akut 1. Mengetahui menerapakan Frekuensi, Kualitas, Dan
Menurun. Penyebab teknik Intensitas Nyeri.
Nyeri Sikap manajemen 2) Identifikasi Skala Nyeri
2. Mengetahui nyeri dengan
3) Identifikasi faktor yang
Penyebab terapi musik
memperberat dan
nyeri klasik
memperingan nyeri,
3. Merawat instrumental
anggota 3. Keluarga dapat Terapeutik:

keluarga Tindakan merawat 4) Berikan teknik


dengan anggota nonfarmakologis untuk

89
masalah keluarga yang mengurangi nyeri (mis Terapi
kesehatan sakit musik).

Edukasi:

5) Jelaskan Penyebab, Pemicu


dan periode nyeri,.

6) Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (Mis: Terapi
Musik )

90
No Tujuan Evaluasi Intervensi
Tujuan umum Tujuan Khusus Kriteria Standar
Dx
II Setelah Setelah dilakukan Respon 1. Keluarga dapat Defisit Pengetahuan :
dilakukan 3x tindakan verbal/ mengetahui
Observasi:
kunjungan keperawatan pengetahuan tentang masalah
rumah, selama 1× 30 menit kesehatan : 1) Identifikasi Kesiapan dan
Diharapkan keluarga mampu : Hipertensi kemampuan menerima
tingkat 1. Mengenal 2. Keluarga dapat informasi
pengetahuan masalah mengambil 2) Identifikasi Faktor Faktor yang
meningkat. kesehatan: Sikap keputusan/tinda dapat meningkatkan dan
Hipertensi kan yang tepat menurunkan motivasi dalam
2. Mengambil 3. Keluarga dapat hidup sehat.
keputusan yang merawat
Terapeutik:
tepat, Keluarga anggota
mampu keluarga yang 3) Jadwalkan pendidikan

menyebutkan Tindakan sakit kesehatan tentang hipertensi

akibat dari sesuai kesepakatan.

penyakit

91
hipertensi Edukasi:
3. Merawat
4) Jelaskan Faktor resiko yang
anggota keluarga
dapat mempengaruhi kesehatan
dengan masalah
kesehatan

92
Tabel 12. Implementasi Keperawatan Subyek I

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Tanggal dan waktu: 16 Jam 11.00 wib: Jam 11.30 Wib:
Maret 2021,
1. Identifikasi Lokasi , Karakteristik. Derasi, Frekuensi, S:Ny.A Mengatakn nyeri pada kepala
Pukul : 11.00
Kualitas, Dan Intensitas Nyeri. - Ny. A Mengatakan tekanan darah
Nyeri Akut
P: Nyeri Pada Kepala sering meningkat 6 bulan terakhir.
berhubungan dengan
ketidakmampuan Q: Seperti Ditusuk Tusuk - Ny.A Mengatakan Nyeri hilang timbul.
keluarga Ny.A O :- O: - Tampak meringis
R: Di Kepala
merawat anggota - Tur - Tampak Gelisah
keluarga yang sakit S: Skala 6 –Skala Nyeri 5
Hipertensi T: Hilang Timbul TD : - TD: 180/100 Mmmg,RR 22x/Menit Nadi
82x/.Menit.
2. Identifikasi Skala Nyeri :
A: Nyeri Berkurang Sebagian
R/ Skala 6
P: Intervensi dilanjutkan no 1,2,3,5
3. Identifikasi Faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri.

93
R/ Klien mengetahui faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri. RRR

4. Jelaskan Penyebab dan periode pemicu nyeri


RR
R/ Klien mengetahui penyebab, periode, dan pemicu
nyeri.

Jam 11.15 WIB

5. Mengajarkan Teknik Farmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri dengan terapi musik selama 15
menit.

94
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Tanggal dan waktu: 17 Jam 09.00 wib:
Maret 2021, Jam 09.30 Wib
1) Identifikasi Lokasi , Karakteristik. Derasi, Frekuensi,
Pukul : 09.00
Kualitas, Dan Intensitas Nyeri. S:-Ny.A Mengatakan nyeri pada kepala
Nyeri Akut
sedikit berkurang.
berhubungan dengan P: Nyeri Pada Kepala
- Ny.A Mengatakan nyeri kepala hilang
ketidakmampuan Q: Seperti Ditusuk Tusuk
timbul.
keluarga Ny.A
R: Di Kepala O :- O: - Tampak meringis
merawat anggota
S: Skala 5 - Tur - Tampak Gelisah
keluarga yang sakit
–Skala Nyeri 4
Hipertensi T: Hilang Timbul
TD : - TD: 170/90 Mmmg,RR 22x/Menit Nadi
2. Identifikasi Skala Nyeri :
82x/.Menit.
R/ Skala 5 A: Nyeri Berkurang Sebagian

3. Identifikasi Faktor yang memperberat dan P: Intervensi dilanjutkan no 1,2,3,5

memperingan nyeri.

95
R/ Klien mengetahui faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri. RRR

RR
Jam 09.15 WIB

5. Mengajarkan Tekik Farmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri dengan terapi musik klasik
instrumental selama 15 menit.

96
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Tanggal dan waktu: 18 Jam 12.00 Wib:
Maret 2021, Jam 12.30 Wib
1) Identifikasi Lokasi , Karakteristik. Durasi, Frekuensi,
Pukul : 12.00
Kualitas, Dan Intensitas Nyeri. S:-Ny.A Mengatakan nyeri pada kepala
Nyeri Akut
berkurang.
berhubungan dengan P: Nyeri Pada Kepala
- Ny.A Mengatakan nyeri kepala hilang
ketidakmampuan Q: Seperti Ditusuk Tusuk
timbul.
keluarga Ny.A
R: Di Kepala O :- O: - Klien tampak membaik.
merawat anggota
S: Skala 4 - Tu –Skala Nyeri 3
keluarga yang sakit
TD : - TD: 150/90 Mmmg,RR 22x/Menit Nadi
Hipertensi T: Hilang Timbul
82x/.Menit.
2. Identifikasi Skala Nyeri :
A: Nyeri Berkurang.
R/ Skala 4 P: Intervensi dihentikan.

3. Identifikasi Faktor yang memperberat dan


memperingan nyeri.

97
RRR

R/ Klien mengetahui faktor yang memperberat dan


RR
memperingan nyeri.

Jam 12.15 WIB

5. Mengajarkan Tekik Farmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri dengan terapi musik klasik
instrumental Selama 15 Menit.

98
Subyek II

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Tanggal dan waktu: 19 Jam 09.30 wib: Pukul 11.30
Maret 2021,
1. Identifikasi Lokasi , Karakteristik. Derasi, Frekuensi, S:Ny.A Mengatakn nyeri pada kepala
Pukul : 09.30
Kualitas, Dan Intensitas Nyeri. - Ny. E Mengatakan tekanan darah sering
Nyeri Akut
P: Nyeri Pada Kepala meningkat 1 bulan terakhir.
berhubungan dengan
ketidakmampuan Q: Seperti Ditusuk Tusuk - Ny.E Mengatakan Nyeri hilang timbul.
keluarga Ny.E O :- O: - Tampak meringis
R: Di Kepala
merawat anggota - - Tampak Gelisah
keluarga yang sakit S: Skala 6 –Skala Nyeri 5
Hipertensi T: Hilang Timbul TD : - TD: 170/90 Mmmg,RR 22x/Menit Nadi
82x/.Menit.
2. Identifikasi Skala Nyeri :
A: Nyeri Berkurang Sebagian
R/ Skala 6
P: Intervensi dilanjutkan no 1,2,3,5
3. Identifikasi Faktor yang memperberat dan

99
memperingan nyeri.

R/ Klien mengetahui faktor yang memperberat dan


memperingan nyeri. RRR

4. Jelaskan Penyebab dan periode pemicu nyeri


RR
R/ Klien mengetahui penyebab, periode, dan pemicu
nyeri.

Jam 09.45 WIB

5. Mengajarkan Teknik Farmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri dengan terapi musik selama 15
menit

100
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Tanggal dan waktu: 20 Jam 09.00 wib:
Maret 2021, Jam 09.30 Wib
2) Identifikasi Lokasi , Karakteristik. Derasi, Frekuensi,
Pukul : 09.00
Kualitas, Dan Intensitas Nyeri. S:-Ny.E Mengatakan nyeri pada kepala
Nyeri Akut
sedikit berkurang.
berhubungan dengan P: Nyeri Pada Kepala
- Ny.E Mengatakan nyeri kepala hilang
ketidakmampuan Q: Seperti Ditusuk Tusuk
timbul.
keluarga Ny.E
R: Di Kepala O :- O: - Tampak meringis
merawat anggota
S: Skala 5 - Tur - Tampak Gelisah
keluarga yang sakit
–Skala Nyeri 4
Hipertensi T: Hilang Timbul
TD : - TD: 160/80 Mmmg,RR 22x/Menit Nadi
2. Identifikasi Skala Nyeri :
80x/.Menit.
R/ Skala 5 A: Nyeri Berkurang Sebagian

3. Identifikasi Faktor yang memperberat dan P: Intervensi dilanjutkan no 1,2,3,5

memperingan nyeri.

101
R/ Klien mengetahui faktor yang memperberat dan RRR
memperingan nyeri.
RR

Jam 09.15 WIB

5. Mengajarkan Tekik Farmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri dengan terapi musik selama 15
menit.

102
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Tanggal dan waktu: 21 Jam 12.00 Wib:
Maret 2021, Jam 12.30 Wib
1) Identifikasi Lokasi , Karakteristik. Durasi, Frekuensi,
Pukul : 12.00
Kualitas, Dan Intensitas Nyeri. S:-Ny.E Mengatakan nyeri pada kepala
Nyeri Akut
berkurang.
berhubungan dengan P: Nyeri Pada Kepala
- Ny.E Mengatakan nyeri kepala hilang
ketidakmampuan Q: Seperti Ditusuk Tusuk
timbul.
keluarga Ny.E
R: Di Kepala O :- O: - Klien tampak membaik.
merawat anggota
S: Skala 4 - Tu –Skala Nyeri 3
keluarga yang sakit
TD : - TD: 140/80 Mmmg,RR 20x/Menit Nadi
Hipertensi T: Hilang Timbul
80x/Menit.
2) Identifikasi Skala Nyeri :
A: Nyeri Berkurang.
R/ Skala 4 P: Intervensi dihentikan.

3) Identifikasi Faktor yang memperberat dan


memperingan nyeri.

RRR

103
R/ Klien mengetahui faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri. RR

Jam 12.15 WIB

5. Mengajarkan Teknik Farmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri dengan terapi musik Selama
15 Menit.

104
Tabel 14
Evaluasi Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Intervensi
Keperawatan DenganTerapi musik klasik instrumental Pada Subyek I

Kondisi Pasien
NO Hari Jam Tekanan darah dan skala Tekanan darah dan skala nyeri Hasil
nyeri sesudah
Sebelum Terapi Musik
Terapi Musik Klasik Instrumental
Klasik Instrumental
1. Selasa 10.00 180/100 180/100mmHg Tekanan darah
16 Maret (pre)10:15 mmHg sistolik belum
Skala
2021 (post) Nyeri 6 menurunTekanan
darah diastolic belum
menurun
11:00(pre) 180/90 180/80mmHg Tekanan darah
11:15(post) mmHg sistolik belum
menurunTekanan
Skala
darah diastolic
Nyeri 5
menurun 10 mmHg
Skala nyeri menurun

105
2.Rabu 17 Maret 09.00(pre) 180/80 mmHg 180/70 mmHg Tekanan darah
2021 09:15(post) Skala Nyeri 5 sistolik
Belum menurun
Tekanan darah
diastolic menurun 10
mmHg
10.30 (pre) 170/90 mmHg
170/90 mmHg
Tekanan darah sistolik
10.45 (post) Skala Nyeri 4 belum menurun
Tekanan darah
diastolik belum
menurun
Skala nyeri menurun

3. Kamis,18 Maret 202109.00 (pre) 170/90 mmHg 160/80 mmHg Tekanan darah
Skala Nyeri 4 sistolikmenurun 10
09:15(post) mmhg Tekanan
darah diastolic
menurun 10 mmHg

140/80 mmHg Tekanan darah


11:00(pre) 150/80 mmHg sistolik dan
Skala Nyeri 3 diastolik
11:20(post) menurun 10
mmHg
Skala nyeri
menurun

106
107
105

Pada tabel 14 didapatkan evaluasi tiap jam penurunan tekanan

darah pada setiap dilakukan Terapi Musik Klasik. Pada hari pertama

evaluasi yang didapatkan penurunan tekanan darah pada diastolik,

pada evaluasi hari kedua didapatkan penurunan tekanan darah pada

diastolik pada hari ketiga didapatkan penurunan tekanan darah

sistolik dan diastolik.

Adapun perubahan tekanan darah pada subyek I pada hari

pertama dilakukan terapi musik klasik didapatkan hanya tekanan

darah diastolic yang menurun 10mmHg sedangkan tekanan darah

sistolik belumada penurunan, pada hari kedua tekanan darah

diastolic yang menurun 10 mmHg sedangkan tekanan darah sistolik

belum ada penurunan. Pada hari ketiga didapatkan tekanan darah

diastolik dan sistolik menurun 10 mmHg.

Pada setiap dilakukan Terapi Musik Klasik setiap 3 kali

perlakuandengan waktu antara 10-15 menit per perlakuan didapatkan

hasil perubahan tekanan darah 10 mmHg setelah dilakukan Terapi

musik. Dari tekanan darah 180/100 mmHg dilakukan Terapi Musik

Klasik selama tiga hari didapatkan penurunan tekanan darah menjadi

140/80 mmHg. Karena menurut Djohan (2016) pemberian terapi

musik klasik untuk menurunkan pada tekanan darah pada pasien

yang mengalami hipertensi dapat mengalami penurunan meskipun

ada beberapa pasien tidak mengalami perubahan tekanan darah

dikarenakan lingkungan yang tidak tenang dan nyaman serta kondisi


106

pasien.

Adapun pelaksanaan terapi musik klasik instrumental untuk

setiap responden dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan dengan waktu

antara 10-15 menit per perlakuan, jeda waktu antara perlakuan

pertama, kedua dan ketiga yaitu 1 hari (Djohan, 2016).

Teknik Distraksi yang efektif adalah musik karena dapat

menunjukan efek yaitu menurunkan kecemasan dan

deprsi,menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah dan

menurunkan frekuensi jantung (Djohan2016).

Terapi Musik adalah metode penyembuhan dengan musik

melalui energi yang dihasilkan dari musik itu sendiri. Jenis musik

yang sering kali menerima acuan adalah musik klasik karena

memiliki rentang nada dan tempo yang dinamis. Tidak hanya musik

klasik, Semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan sebagai terapi

musik seperti lagu popular, namun yang perlu diperhatikan adalah

memilih tempo 60 ketukan/menit yang bersifat rileks, Karena apabila

terlalu cepat stimulus yang masuk akan membuat kita mengiuti irama

tersebut sehingga keadaan istirahat yang optimal,dengan

mendengarkan musik sistem limbik dapat teraktivasi dan individu

dapat rileks sehingga tekanan darah menurun. Aliran musik dpat

menstimulasi tubuh memproduksi olekul nitrat oksida (NO),

Molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah (Nurrahmani, 2012)


Tabel 15

Evaluasi Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Intervensi


Keperawatan Dengan Terapi musik klasik instrumental Pada Subyek II

NO Hari Ja Tekanan Darah Dan Skala Tekanan Darah Dan Skala Hasil
m Nyeri Nyeri
Sebelum sesudah
Terapi Musik Terapi Musik
Klasik Instrumental Klasik Instrumental
1.Jumat, 10.15 170/90 170/90 mmHg Tekanan darah
19 Maret 2021 WIB mmHg sistolik belum
Skala
(pre) Nyeri 6 menurun Tekanan
darah diastolic
belum menurun
10.30 WIB 170/90 170/80 mmHg Tekanan darah
(post) mmHg sistolik belum
menurun Tekanan
Skala
darah diastolic
Nyeri 5
menurun 10 mmHg

107
2. Sabtu 09:15 WIB 170/80 170/80 mmHg Tekanan darah
Tekanan darah
20 Maret 2021 (pre) mmHg sistolik
diastolic Belum
Skala Belum
menurun menurun
nyeri 5
09.30 170/80mmHg 160/80mmHg Tekanan darah
WIB sistolik menurun 10
Skala Nyeri 4
(post) mmHg
Tekanan darah
diastolik belum
menurun

3.Minggu, 09:15 160/80mmHg Tekanan darah


21Maret 2021 WIB Skala Nyeri 4 sistolik menurun 10
(pre) mmhg Tekanan
darah diastolic
menurun 10 mmHg
09:30 wib 150/80mmHg 140/80mmHg Tekanan darah
(post) sistolik menurun 10
Skala Nyeri 3 mmHg Tekanan
darah diastolik
Belum Menurun

108
110

Pada tabel 15 didapatkan evaluasi tiap jam penurunan tekanan

darahpada setiap dilakukan Terapi Musik Klasik. Pada hari pertama

evaluasi yang didapatkan penurunan tekanan darah pada diastolik,

pada evaluasi hari kedua didapatkan penurunan tekanan darah pada

diastolik pada hari ketigadidapatkanpenurunantekanan darahsistolik

dandiastolik.

Adapun perubahan tekanan darah pada subyek II pada hari

pertama dilakukan terapi musik klasik didapatkan hanya tekanan

darah diastolic yang menurun 10 mmHg sedangkan tekanan darah

sistolik belum ada penurunan, pada hari kedua tekanan darah

diastolic yang menurun 10 mmHg sedangkan tekanan darah sistolik

belum ada penurunan. Pada hari ketiga didapatkan tekanan darah

diastolik dan sistolik menurun 10 mmHg.

Pada setiap dilakukan Terapi Musik Klasik setiap 3 kali

perlakuandengan waktu antara 10-15 menit per perlakuan didapatkan

hasil perubahan tekanan darah 10 mmHg setelah dilakukan Terapi

musik .Dari tekanan darah 170/90 mmHg dilakukan Terapi Musik

Klasik selama tiga hari didapatkan penurunan tekanan darah menjadi

150/80 mmHg. Karena menurut Djohan (2016) pemberian terapi

musik klasik untuk menurunkan tekanan darah pada tekanan darah

pada pasien yang mengalami hipertensi dapat mengalami penurunan

meskipun ada beberapa pasien tidak mengalami perubahan tekanan


111

darah dikarenakan lingkungan yang tidak tenang dan nyaman

sertakondisipasien.

Adapun pelaksanaan terapi musik klasik instrumental untuk

setiap responden dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan dengan waktu

antara 10-15 menit perperlakuan, jeda waktu antara perlakuan

pertama, kedua dan ketiga yaitu1 hari (Djohan, 2016).

Teknik Distraksi yang efektif adalah musik karena dapat

menunjukan efek yaitu menurunkan kecemasan dan

deprsi,menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah dan

menurunkan frekuensi jantung (Djohan2016).

Terapi Musik adalah metode penyembuhan dengan musik

melalui energi yang dihasilkan dari musik itu sendiri. Jenis musik

yang sering kali menerima acuan adalah musik klasik karena

memiliki rentang nada dan tempo yang dinamis. Tidak hanya musik

klasik, Semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan sebagai terapi

musik seperti lagu popular, namun yang perlu diperhatikan adalah

memilih tempo 60 ketukan/menit yang bersifat rileks, Karena apabila

terlalu cepat stimulus yang masuk akan membuat kita mengiuti irama

tersebut sehingga keadaan istirahat yang optimal,dengan

mendengarkan musik sistem limbik dapat teraktivasi dan individu

dapat rileks sehingga tekanan darah menurun. Aliran musik dpat

menstimulasi tubuh memproduksi olekul nitrat oksida (NO),

Molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah (Nurrahmani, 2012).


112

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan melaporkan pembahasan pengelolaan asuhan

keperawatan pada Ny.A. dan Ny.E dengan Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinngau pada tanggal 15 Maret 2021 –

22 Maret 2021. Pada pengkajian awal, penulis mendapatkan data status

klien dan pemeriksaan fisik klien.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami

hipertensi adalah jenis kelamin, usia ,keturunan dari kelurga yang

menderita hipertensi. Data yang diperoleh peneliti pada penderita hipertensi

didapatkan hasil lebih dari 50% yaitu 20 dari 35 responden (57,1%) berjenis

kelamin perempuan. Hipertensi pada perempuan berhubungan erat dengan

usia setelah usia 50 tahun. Kenaikan ini berkaitan dengan perubahan

hormon setelah mengalami menopause.

Hal ini yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah usia.

Karena pada wanita setelah usia lebih dari 55 tahun. Penyakit hipertensi

merupakan gangguan system pembuluh darah yang menyebabkan

kenaikan tekanan darah didalam arteri diatas normal (Endang,2014).

Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi akan

mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital


113

(Udjianti,2010).

Hal ini sesuai dengan subjek 1 dan subjek II. Hipertensi yang tidak

terkontrol dapat menimbulkan nyeri kepala hebat dan peningkatan tekanan

darah yang dapat menggangu metabolisme tubuh. Selain hipertensi faktor

penyebab lainnya adalah gaya hidup kurang gerak,hiperglikemia,

penurunan aliran arteri dan atau vena, kurang terpapar informasi tentang

factor pemberat misalnya, merokok, gaya hidup monoton,trauma,

obesitas,asupan garam,imobilitas.

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan risiko

penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat menggangu

metabolisme tubuh. Selain hipertensi faktor penyebab lainnya adalah gaya

hidup kurang gerak,hiperglikemia,penurunan aliran arteri dan/atau

vena,kurang terpapar informasi tentang factor pemberat misalnya,

merokok,gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam,imobilitas.

Menurut SDKI 2016 gejala dan tanda mayor ataupun minor dari Neri

Akut diantaranya Tampak Meringis,Gelisah,Peningkatan Tekanan

darah ,Sulit tidur dan frekuensi nadi meningkat (SDKI,2016).

Subjek I Ny. A Berusia 46 tahun keluhan nyeri kepala sehingga terjadi

peningkatan tekanan darah dan mengganggu klien beraktifitas,peningkatan

darah ini sudah dialami sejak 6 bulan yang lalu TD : 180 / 100 mmHg, RR :

22 x / menit, Nadi : 82 x / menit, temp : 36,8o c.

Subjek II Ny.E keluhan nyeri kepala sehingga terjadi peningkatan

tekanan darah yang sangat signifikan dan terganggu bila dibawa beraktivitas
114

keluhan neri ini dirasakan sejak 1 bulan yang lalu,,TD : 170 / 90 mmHg, RR :

20 x / menit, Nadi : 86 x / menit, Temp : 37 o c.

Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi melalui

beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuatsehingga mengalirkan

lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan

kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang

pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut (Endang,2014).

Tekanan darah dari kedua subjek tersebut yaitu pada subjek 1 yaitu Ny.A

180/100 Dengan Sistole 180 mmHg dan Diastole 100 mmHg. Dan subjek II

dengan tekanan darah 170/90 dengan sistole 170 mmHg dan Diastole 90

mmHg dan ditandai dengan tanda dan gejala mayor maupun minor nyeri

kepala hilang timbul, Tampak meringis dan tampak gelisah

Adapun pada kedua subjek gejala dan tanda hipertensi tidak terkontrol

yang dapat beresiko terjadi peningkatan tekanan darah dengan nyeri kepala

tanda dan gejala yang timbul pada kedua subjek yaitu peningkatan tekanan

darah dan nyeri pada kepala.

B. Diagnosa Keperawatan

Nyeri Akut berhubungan dengan hipertensi.Diagnosis keperawatan

ini di jadikan penulis sebagai prioritas pertama selain karena sesuai

dengan prioritas masalah. Hipertensi yang tidak terkontrol inilah salah

satu factor risiko peningkatan tekanan darah sehingga menyebab kan

Nyeri Akut.

Menurut SDKI diagnosa yang muncul pada hipertensi ada 2


115

diagnosa diantaranya Nyeri Akut berhubungan dengan Ketidakmampuan

anggota keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, defisit

pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan anggota keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit (SDKI,2016).

Pada kasus Ny.A diagnosa keperawatan yang muncul ada 2

diagnosis yaitu, Nyeri Akut berhubungan dengan Ketidakmampuan

anggota keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, Dwfisit

Pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan anggota keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit ( SDKI 2016).

Sedangkan pada kasus Ny.E diagnosa keperawatan yang muncul

ada 2 diagnosis yaitu defisit Nyeri Akut berhubungan dengan

Ketidakmampuan anggota keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan

anggota keluarga merawat anggota keluarga yang sakit (SDKI 2016).

Dari kedua subjek di dapatkan data subyektif kedua klien

mengatakan Nyeri kepala hebat dan peningkatan tekanan darah yang

sangat signifikan, Gelisah, dan tampak meringis,subjek I dengan tekanan

darah 180/100 mmHg dan subjek II dengan tekanan darah 170/90 mmHg.

Pada Laporan Tugas ini fokus diagnosa keperawatannya Nyeri Akut

berhubungan dengan Ketidakmampuan anggota keluarga merawat

anggota kerluarga nya yang sakit.


116

C. Perencanaan (intervensi)

Dengan berdasar pada referensi SIKI (2018), intervensi keperawatan yang

dilakukan untuk mengatasi Hipertensi ini dengan Manajemen Nyeri

melalalui Penerapan Terapi Musik Klasik Instrumental untuk

Menurunkan tekanan darah.

Pada penelitian ini, intervensi disusun sesuai sesuai dengan kondisi

pasien dan fasilitas yang ada. Sehingga rencana keperawatan dapat

dijalankan dan diterapkan sesuai tujuan. Penulis menyusun rencana

keperawatan 1 x 15 menit dalam 3 hari, Intervensi yang dilakukan adalah

Penerapan Terapi musik klasik.

Pada penelitian ini, intervensi yang dilakukan selaras dengan konsep teori

yang ada, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan intervensi

yang diberikan pada subjek I dan subjek II.

D. Pelaksanaan (implementasi)

Pada kegiatan implementasi, perawat perlu melakukan kontrak

sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan) untuk

pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu

yang dibutuhkan, materi / topik yang didiskusikan, siapa yang

melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat informasi

(sasaran langsung implementasi), dan peralatan yang perlu disiapkan

keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai

kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi. Pada tahap

implementasi keperawatan, dilaksanakan sesuai intervensi prioritas agar


117

semua kebutuhan subjek terpenuhi secara optimal dan menghasilkan

hasil yang efektif (Gusti,2013).

a) Melakukan Penerapan Terapi Musik klasik Instrumental

b) Memberi tindakan kolaborasi : obat Amlodipin 1 x 1 tablet,

captopril 2 x 1 tablet.

Pada fokus penelitian ini, Subjek I dan Subjek II menerima

penerapan Tindakan Terapi Musik Klasik Instrumental serta tindakan

kolaborasi. Artinya terdapat keselarasan antara teori dan penelitian.

E. Hasil Evaluasi

Hasil evaluasi yang didapatkan berdasarkan evaluasi formatif, penulis

menggunakan pendekatan SOAP dalam melakukan evaluasi terhadap

penerapan tindakan yang telah dilakukan. evaluasi yang dapat

dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi formatif yang bertujuan

untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan

kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi

sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap

pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan,

diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau

dihentikan (Gusti,2013).

Setelah melakukan implementasi keperawatan selama 3 hari,

penulis dapat menyatakan bahwa masalah keperawatan dapat teratasi

secara penuh dan evaluasi akhir yang didapatkan adalah sebagai


118

berikut :

Pada penelitian Subjek I dan Subjek II, bahwa terjadi penurunan

Tekanan darah dan penurunan skala nyeri dengan penerapan terapi

musik klasik instrumental. Pada Subjek 1 setelah setiap dilakukan

Terapi Musik Klasik setiap 3 kali perlakuan dengan waktu antara 10-

15 menit per perlakuan didapatkan hasil perubahan tekanan darah 10

mmHg setelah dilakukan Terapi musik. Dari tekanan darah 180/100

mmHg dilakukan Terapi Musik Klasik selama 3 hari turun menjadi

140/80 mmhg setaskala nyeri kepala dari skala nyeri 6 menjadi skala

nyeri 3 Karena menurut Djohan (2016) Pemberian terapi musik klasik

untuk menurunkan pada tekanan darah pada pasien yang mengalami

hipertensi dapat mengalami penurunan meskipun ada beberapa

pasien tidak mengalami perubahan tekanan darah dikarenakan

lingkungan yang tidak tenang dan nyaman serta kondisi pasien.

Adapun pelaksanaan terapi musik klasik instrumental untuk setiap

responden dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan dengan waktu antara

10-15 menit per perlakuan, jeda waktu antara perlakuan pertama,

kedua dan ketiga yaitu 1 hari (Djohan, 2016).

Adapun perubahan tekanan darah pada subyek II pada hari

pertama dilakukan terapi musik klasik didapatkan hanya tekanan

darah diastolic yang menurun 10 mmHg sedangkan tekanan darah

sistolik belum ada penurunan, pada hari kedua tekanan darah

diastolic yang menurun 10 mmHg sedangkan tekanan darah sistolik


119

belum ada penurunan. Pada hari ketiga didapatkan tekanan darah

diastolik dan sistolik menurun 10 mmHg.

Pada setiap dilakukan Terapi Musik Klasik setiap 3 kali

perlakuan dengan waktu antara 10-15 menit per perlakuan didapatkan

hasil perubahan tekanan darah 10 mmHg setelah dilakukan Terapi

musik .Dari tekanan darah 170/90 mmHg dilakukan Terapi Musik

Klasik selama tiga hari didapatkan penurunan tekanan darah

menjadi 150/80 mmHg. dan dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 3

Karena menurut Djohan (2016) pemberian terapi musik klasik untuk

menurunkan tekanan darah pada tekanan darah pada pasien yang

mengalami hipertensi dapat mengalami penurunan meskipun ada

beberapa pasien tidak mengalami perubahan tekanan darah

dikarenakan lingkungan yang tidak tenang dan nyaman serta kondisi

pasien. Teknik Distraksi yang efektif adalah musik karena dapat

menunjukan efek yaitu menurunkan kecemasan dan

depresi,menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah dan

menurunkan frekuensi jantung (Djohan2016).

Terapi Musik adalah metode penyembuhan dengan musik

melalui energi yang dihasilkan dari musik itu sendiri. Jenis musik

yang sering kali menerima acuan adalah musik klasik karena

memiliki rentang nada dan tempo yang dinamis. Tidak hanya musik

klasik, Semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan sebagai terapi

musik seperti lagu popular, namun yang perlu diperhatikan adalah


120

memilih tempo 60 ketukan/menit yang bersifat rileks, Karena apabila

terlalu cepat stimulus yang masuk akan membuat kita mengiuti irama

tersebut sehingga keadaan istirahat yang optimal,dengan

mendengarkan musik sistem limbik dapat teraktivasi dan individu

dapat rileks sehingga tekanan darah menurun. Aliran musik dpat

menstimulasi tubuh memproduksi olekul nitrat oksida (NO), Molekul

ini bekerja pada tonus pembuluh darah (Nurrahmani, 2012).


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan secara langsung

pada subjek I (Ny.A) dan Subjek II (Ny.E) dengan kondisi Hipertensi di

wilayah kerja puskesmas Citra Medika kota Lubuklinggau, yang mana fokus

dari penelitian ini adalah terkait penerapan Terapi Musik klasik instrumental,

yang meliputi pengkajian, perumusan masalah, intervensi, implementasi dan

evaluasi maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasar hasil yang didapatkan pada pengkajian, dengan cara

wawancara dan observasi, masalah utama Nyeri Akut terjadi adalah

karena Peningkatan tekanan darah pada kedua klien tersebut.

2. Diagnosa keperawatan aktual yang timbul berdasarkan keluhan yang

ada adalah Nyeri Akut dan Defisit Pengetahuan.

3. Intervensi dan implementasi yang dapat dilakukan berdasarkan

diagnosa yang timbul yaitu Manajemen Nyeri dengan Penerapan

Terapi Musik Klasik instrumental untuk menurunkan tekanan darah

pada penderita hipertensi.

4. Evaluasi penerapan Terapi Musik Klasik Instrumental yang dilakukan

pada penelitian dua orang subjek, yang dilakukan selama 3 hari,

ternyata memberi efek yang baik terhadap pengendalian Tekanan

Darah.

121
122

B. Saran

1. Bagi Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Penelitian ini dapat dijadikan data dasar dan sumber informasi

untuk penelitian selanjutnya, dan hasil penelitian ini dapat dibakukan

sebagai tindakan keperawatan mandiri.

2. Bagi Mahasiswa Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Data dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dan

pengembangan penelitian selanjutnya, dan hasil penelitian ini dapat

menginspirasi mahasiswa untuk menggali lebih lanjut tentang konsep

perawatan keluarga dan beberapa tindakan mandiri yang dapat

dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

perawat masa depan.

3. Bagi Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau

Puskesmas diharapkan mempunyai standar operasional prosedur

dalam pengelolaan asuhan keperawatan keluarga, sehingga masalah

keperawatan keluarga dapat dilaksanakan secara maksimal, juga

diharapkan puskesmas dapat memfasilitasi penelitian bagi tenaga

keperawatan yang ada di Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau,

serta diharapkan Puskesmas Citra Medika dapat memberikan

pendidikan dan pembinaan pada para penderita Hipertensitentang

penerapan Terapi Musik Klasik Instrumentalsebagai tata laksana

mandiri bila mengalami masalah Hipertensi.


123

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Data dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dan


pengembangan penelitian selanjutnya, dan hasil penelitian ini dapat
menginspirasi peneliti selanjutnya untuk menggali lebih lanjut tentang
konsep perawatan keluarga dan beberapa tindakan mandiri yang dapat
dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
perawat masa depan.
124

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Assosiaction ,(2017). Metabolic risk for cardiovaskuler disease


edit by Robert H. Eckel Willey. Blackwell Publishing.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel,(2018), Profil Dinas Kesehatan Provinsi


Sumatera Selatan (2018).

Djohan, (2016). Psikolog musik.Yogyakarta : Indonesia cerdas.

Delta,M.N. (2010). Epdemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta : Rineka Cipta.

Erfandi, (2012). Terapi Musik Untuk Kesehatan. (Online) Diakses Tanggal 20


Januari 2020.

Gusti, (2015). Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Bumi


Medika

Ismarina D, (2015). Efektifitas Penurunan Tekanan Darah Lansia Penderita


hipertensi setelah melakukan terapi musik klasik dengan relaksasi
autogenic. Jurnal .FK unsri.

Jasmarizal. (2013). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Sistolik pada Lansia dengan Hipertensi Diwilayah Kerja
Puskesmas Air Dingin Kec.Koto Tengah Padang Tahun 2011.Jurnal.
STIKES Mecu Bakti Jaya Padang.

Klementinasaing, Saloma,(2010). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan


Tekanan Darah. Jurnal Universitas Sumatera Utara 2010.

Lingga,L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Agro Media Pustaka : Jakarta

Mutaqqin, Arif, (2014). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta :Salemba Medika.

Nurarif, A,H, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Nanda Nic-Noc Jilid 2.Yogyakarta : Mediaction.

Notoadmojo,(2012). Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta


Padila,(2012). Konsep Keluarga Dengan Hipertensi. Jakarta : Medika

Puskesmas Citra Medika ,(2021). Profil Puskesmas Citra Medika Kota


Lubuklinggau. 2021.
125

Riskesdas, (2018), Hasil Riskesdas Kemenkes RI Tahun 2018.Jakarta.

Tanangahu. Dkk , (2015), Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Pada Lansia Di Puskesmas Kabila. Jurnal Universitas Gorontalo.

Tri Yuli Finasari, Dody Setiawan, W.M, (2014).Perbedaan Terapi Musik Klasik
Dan Musik Yang Disukai Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi Di RSUD Dr. H.Soewondo Kendal. Jurnal Ilmu Keperawatan

Wade Carlson, (2016), Mengatasi Hipertensi. Bandung : Nuansa Cendikia.

Wijaya, A.S & Putri, Y.M (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori Dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha
Medika

Wajan,(2011). Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta : Salemba Medika

WHO,(2015). World Health Organization (2015).


126

LAMPIRAN
127
128

Gambar 1.1
Intervensi Penerapan Terapi Musik Klasik Instrumental Pada Subjek 1 Ny. A
129
130

Gambar 1.2
Intervensi Keperawatan Penerapan Terapi Musik Klasik Instrumental Pada Subjek
II Ny. E
131

LEMBAR OBSERVASI

TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI

A. Data Karakteristik Responden


1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Riwayat Penyakit :

NO Hari/Tgl Jam Tekanan Darah Penurunan


(WIB) Sebelum Sesudah Tekanan
Diberikan Diberikan Darah
Terapi Musik Terapi
Klasik Musik
Intrumental Klasik
Intrumental
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
132

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

”PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK INSTRUMENTAL UNTUK


MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS CITRA MEDIKA KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021”

1. Pengertian

Terapi musik adalah sebuah aktivitas terapeutik yang menggunakan musik


sebagai media untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental,fisik dan
kesehatan emosi. Tehnik distraksi yang efektif terbukti dapat menurunkan tekanan
darah dan menurunkan frekuensi jantung.

2.Tujuan
Untuk menurunkan tekanan darah dan ketegangan serta merelaksasikan.

Tahap pre interaksi:

1. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan diri sendiri.

2. Mengumpulkan data tentang pasien

3. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.


Tahap Orientasi:

1. Berikan salam, tanyakan nama pasien dan perkenalkan diri

2. Menjelaskan prosedur dan tujuan kepada klien atau keluarga klien

3. Memberitahukan waktu yang digunakan dalam terapi ini selama 15 menit

4. Menanyakan Hoby klien

5. Mempersiapkan alat Terapi Musik


Tahap Kerja:
133

1. Memberi kesempatan klien untuk bertanya

2. Menjaga privasi klien

3. Menanyakan keluhan utama klien

4. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik

5. Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman tentang musik

6. Bantu klien memilih posisi yang nyaman

7. Dekati media musik dan perlengkapan dengan klien

8. Pastikan media musik dan perlengkapan dalam kondisi baik

9, Nyalakan musik klasik mozart dan lakukan terapi musik

10. Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras

11. Biarkan klien mendengarkan musik sampai selesai kurang lebih 15 menit

Tahap Terminasi

1. Evaluasi perasaan responden setelah melakukan terapi.

2. Evaluasi hasil kegiatan ( Kenyamanan klien )

3. Simpulkan hasil kegiatan

4. Berikan umpan balik positif.

5. Kontrak pertemuan selanjutnya

6. Bereskan Alat-alat
134

Langkah 1
Melakukan pengkajian sebelum melakukan terapi musik

Langkah 2
Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
dan Klien mentandatangani persetujuan inform consent
135

Langkah 3
Mempersiapkan Alat Sebelum melakukan terapi musik

Langkah 4
Melakukan pengukuran tekanan darah klien Dilakukan Sebelum Terapi
Musik
136

Langkah 5
Menjelaskan prosedur tindakan sebelum alat dipasangkan pada klien

Langkah 6
Klien Mendengarkan terapi musik klasik dengan musik Mozart
Selama 15 Menit
137

Langkah 7
Melakukan Pengukuran Tekanan Darah kembali setelah dilakukan
Penerapan Terapi Musik
138

Langkah 8
Mencatat Hasil Tekanan Darah Sesudah Dilakukan Terapi Musik Klasik
dan Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan

Langkah 9
Memberikan Reinforcment positif kepada klien setelah dilakukan terapi
musik dan melakukan evaluasi setelah dilakukan tindakan.

Sekian dan terimakasih.


139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150

BIODATA

Nama Lengkap : Muhamad Renaldi

Tempat / Tanggal Lahir : Lubuklinggau, 26 Agustus 1998

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Yossudarso Gg. Merpati No.07 Rt. 06

Kelurahan Majapahit Kecamatan Lubuklinngau Timur 1 Kota Lubuklinggau

Keluarga : Ayah : H. Zainal Abidin,S.Sos

Ibu : Hj.Trimurti, S.Sos

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2003-2004 : Tk Baitul A’la Kota Lubuklinggau

Tahun 2004-2010 : SD Negeri 44 Kota Lubuklinggau

Tahun 2010-2013 : SMP Negeri 2 Kota Lubuklingau

Tahun 2013-2016 : SMA Negeri 2 Kota Lubuklinggau

Tahun 2017-2021 : Poltekkes Kemenkes Palembang Program

Studi Keperawatan Lubuklinggau


151
152
153
154

Anda mungkin juga menyukai