Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN PENYAKIT JANTUNG

KORONER

Disusun oleh:

NAMA : ANAFITRIYUNI MABILAKA


NIM :S2018001
SEMESTER :VI
HARI/TANGGAL :03 MARET 2021

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES NUSANTARA JAYA MAKASSAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kemudahan bagi Saya sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Keperawatan
Gerontik, yang mana dengan tugas ini kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui
lebih jauh dari materi yang diberikan Dosen . Makalah yang berjudul tentang
“Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Penyakit Jantung Koroner”. Mengenai
penjelasan lebih lanjut kami memaparkannya dalam bagian pembahasan makalah
ini.

Dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat, maka saya sebagai penulis
mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan kritik
yang membangun dengan terbuka kami terima untuk meningkatkan kualitas
makalah ini.

Tasikmalaya, September 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama


disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau
spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit yang sangat
menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara
berkembang. Di USA setiap tahunnya 550.000 orang meninggal karena penyakit ini.
Di Eropa diperhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. Hasil
survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI menyatakan prevalensi PJK di
Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, sekarang (tahun 2000-an)
dapat dipastikan, kecenderungan penyebab kematian di Indonesia bergeser dari
penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular (antara lain PJK) dan degeneratif.
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan
atau penyumbatan pembuluh nadi koroner karena adanya endapan lemak dan
kolesterol sehingga mengakibatkan penyediaan darah ke jantung terganggu.
Pernyempitan tersebut dapat terjadi karena fangsangan tertentu pada pola hidup,
pola makan, dan stres (Lapau, 2012)
Berbagai studi epidemiologik menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar lipid
dalam darah maka semakin besar risiko terjadinya PJK. Oleh karena itu kontrol lipid
darah, dan pengendalian kadar lipid darah hingga batas normal akan menekan risiko
terjadinya penyakit jantung koroner.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Dasar Teori Penyakit Jantung Koroner?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Koroner?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Konsep Dasar Teori Penyakit Jantung Koroner.
2. Menjelaskan Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Koroner.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian gerontik
Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah
cabang ilmu yang membahas atau menangani tentang proses penuaan
dan masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. Sedangkan
geriatric berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada
orang yang berlanjut usia
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
didasarkan ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan gerontik yang berbentuk
bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang komprehensif, ditujukan pada
klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan komunitas/masyarakat. Menurut undang-undang no.13/th
1998 bab i pasal 1 ayat 2 seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan
yang maksimal. Setelah itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan
berkurangnya jumlah sel-sel yang adadidalam tubuh. Sebagai akibatnya,
tubuh juga akan menglami penurunan fungsi secara perlahan-lahan

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner pada lansia

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi penyakit jantung koroner pada


lansia ,meliputi:
a. Usia lanjut. Semakin tua, arteri akan semakin menyempit dan
rapuh.
b. Pria lebih memiliki risiko terkena penyakit jantung koroner daripada
wanita.
c. Apabila ada anggota keluarga yang mengidap gangguan jantung,
maka risiko PJK meningkat.
d. Merokok. Nikotin dapat menyebabkan penyempitan arteri
sementara karbon monoksida menyebabkan kerusakan pembuluh.
e. Memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan/atau kadar lemak darah
yang tinggi.
f. Memiliki trauma mental atau stres psikologis berat jangka waktu
panjang

B. Pengertian Penyakit Jantung Koroner


American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung
koroner adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang
dapat menyebabkan serangan jantung.penumpukan plak pada arteri koroner
ini disebut dengan aterosklerosis. (AHA, 2012 hal:14)
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi
penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri
koroner menyempit atau tersumbat.arteri koroner merupakan arteri yang
menyuplai darah otot jantung dengan membawa oksigen yang
banyak.terdapat beberapa factor memicu penyakit ini, yaitu: gaya hidup,
factor genetik, usia dan penyakit pentyerta yang lain. (Norhasimah,2010: hal
48)

A. Etiologi Penyakit Jantung Koroner


Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak
sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian.
(Hermawatirisa,2014:hal 2)
Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak
kolesterol dan trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan
menumpuk di bawah lapisan terdalam endothelium dari dinding pembuluh
arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi
berkurang ataupun berhenti, sehingga mengganggu kerja jantung sebagai
pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah kehilangan
oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang.
Pembentukan plak lemak dalam arteri memengaruhi pembentukan bekuan
aliran darah yang akan mendorong terjadinya serangan jantung. Proses
pembentukan plak yang menyebabkan pergeseran arteri tersebut dinamakan
arteriosklerosis. (Hermawatirisa, 2014:hal 2)

B. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner


Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar
dan kecil yang ditandai dengan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit
dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan
akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering
terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal. (Ariesty,
2011:hal 6).
Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan
disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera
pada sel endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel
meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma, termasuk
asam lemak dan triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri,
oksidasi asam lemak menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya
dapat merusak pembuluh darah. (Ariesty, 2011:hal 6).
Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan
imun, termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta
trombosit ke area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori
poten yang kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah
putih dan trombosit ke area lesi, menstimulasi proses pembekuan,
mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan senyawa kimia yang berperan
sebagai chemoattractant (penarik kimia) yang mengaktifkan siklus inflamasi,
pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area cedera, sal darah putih
akan menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial yang bekerja
seperti velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap sel darah putih,
pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai
berimigrasi di antara sel-sel endotel keruang interstisial. Di ruang interstisial,
monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap
melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori
juga merangsan ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos
tumbuh di tunika intima. (Ariesty, 2011:hal 6).
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika
intima karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi
dini kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi
terus berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan
darah (tombus), sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan parut
sehingga mengubah struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah
penimbunan kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan parut,
pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot
polos sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan menyempit. Apabila
kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak
dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen,
dan kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-
sel miokardium sehingga menggunakan glikolisis anerob untuk memenuhi
kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan
menyebabkan terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH miokardium
dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Ketika
kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan
dan iskemia miokard yang tidak tertasi maka terjadilah kematian otot jantung
yang di kenal sebagai miokard infark. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner
zat masuk arteri Arteri Proinflamatori Permeabelitas Reaksi inflamasi Cedera
sel endotel Sel darah putih menempel di arteri imigrasi keruang interstisial
pembuluh kaku & sempit Aliran darah Pembentukan Trombus monosit
makrofag Lapisan lemak sel otot polos tumbuh Nyeri Asam laktat terbentuk
C. Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Koroner
Menurut, Hermawatirisa 2014 : hal 3,Gejala penyakit jantung koroner
1. Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)
2. Sesak nafas (Dispnea)
3. Keanehan pada irama denyut jantung
4. Pusing
5. Rasa lelah berkepanjangan
6. Sakit perut, mual dan muntah

Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang


berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan
pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat
perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto
dada, pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK.
D. Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner
Faktor risiko terjadinya penyakit jantung antara lain ; Hiperlipidemi,
hipertensi, merokok, diabetes mellitus, kurang aktifitas fisik, stress, jenis
kelamin, obesitas dan genetic. (Putra S, dkk 2013: hal 4). Klasifikasi PJK:
a. Angina Pektoris Stabil/Stable Angina Pectoris
Penyakit Iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen miokard. Di tandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika
kebutuhan oksigen miokardium melebihi suplainya. Iskemia Miokard dapat
bersifat asimtomatis (Iskemia Sunyi/Silent Ischemia), terutama pada
pasien diabetes.8 Penyakit ini sindrom klinis episodik karena Iskemia Mi
okard transien. Laki-laki merupakan 70% dari pasien dengan Angina
Pektoris dan bahkan sebagian besar menyerang pada laki-laki ±50 tahun
dan wanita 60 tahun.
b. Angina Pektoris Tidak Stabil/Unstable Angina Pectoris
Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh
disrupsi plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis yang
menurunkan aliran darah koroner, ditandai dengan peningkatan frekuensi,
intensitas atau lama nyeri, Angina timbul pada saat melakukan aktivitas
ringan atau istirahat, tanpa terbukti adanya nekrosis Miokard:
1) Terjadi saat istirahat (dengan tenaga minimal) biasanya
berlangsung> 10 menit.
2) Sudah prah dan onset baru (dalam 4-6 minggu sebelumnya)
3) Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih besar, berkepanjangan,
atau sering)
c. Angina Varian Prinzmetal
Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu aliran darah ke
otot jantung (Iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit arteri koroner
yang signifikan, Namun dua pertiga dari orang dengan Angina Varian
mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan
kekejangan terjadi pada tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak umum
dan hampir selalu terjadi bila seorang beristirahat - sewaktu tidur. Anda
mempunyai risiko meningkat untuk kejang koroner jika anda mempunyai :
penyakit arteri koroner yang mendasari, merokok, atau menggunakan obat
perangsang atau obat terlarang (seperti kokain). Jika kejang arteri menjadi
parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang, serangan jantung bisa
terjadi.
d. Infark Miokard Akut/Acute Myocardial Infarction
Nekrosis Miokard Akut akibat gangguan aliran darah arteri koronaria
yang bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena thrombus
atau spasme hebat yang berlangsung lama. Infark Miokard terbagi
menjadi 2 yaitu :
1) Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI)
2) ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI)
E. Komplikasi Penyakit Jantung Koroner
Menurut (Karikaturijo, 2010: hal 11). Adapun komplikasi PJK
diantaranya yaitu:
1. Disfungsi ventricular
2. Aritmia pasca STEMI
3. Gangguan hemodinamik
4. Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST Tanpa Elevasi
ST Infark miokard Angina tak stabil
5. Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel
6. Syok kardiogenik
7. Gagal jantung kongestif
8. Perikarditis
9. Kematian mendadak (Karikaturijo, 2010: hal 11 )
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Laki laki merupakan 70% dari pasien dengan Angina Pektoris dan
bahkan sebagian besar menyerang pada laki laki kurang lebihnya 50 tahun
dan wanita 60 tahun. Namun, saat ini ada kecenderungan penyakit ini juga
diderita oleh pasien dibawah usia 40 tahun. (Prabowo & Pranata, 2017)
2) Keluhan utama
Ditandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen
miokardium melebihi suplainya. Iskemia miokard dapat bersifat asimtomatis
(iskemia sunyi/silent ischemia), terutama pada pasien diabetes dan
pengkajian nyeri secara mendalam dapat menggunakan pendekatan PQRST.
(Prabowo & Pranata, 2017).
3) Alasan masuk rumah sakit
Pasien merasakan nyeri dada selama 3-5 hari berturut-turut sehingga
dia memeriksakan dirinya ke rumah sakit untuk mengetahui penyakitnya,
ternyata dia di fonis menderita penyakit jantung koroner (PJK). (Manurung,
2016)
4) Riwayat penyakit sekarang
Pada klien PJK merasakan nyeri dada.
5) Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat penyakit sebelumnya yang mendahului terjadi penyakit
jantung koroner adalah hipertensi, merokok, pengguna alkohol, diabetes
militus, kolesterol, pola hidup yang tidak sehat. (Prabowo & Pranata, 2017)
6) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat dalam keluarga biasanya pada laki-laki keturunan keluarga
pertama yang berusia <55 tahun, pada perempuan keturunan keluarga
pertama berusia < 65 tahun. (Setiati, 2014)

B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran klien juga diamati apakah composmentis, apatis, somnolen,
delirium, semi koma dan koma. Keadaan juga diamati apakah sedang,
berat, ringan atau tampak tidak sakit.
2. Tanda-tanda vital
Dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder akibat
gangguan hemodinamik dan atau terapi farmakologi (Stillwell, 2011)
3. Pemeriksaan Fisik Persistem
a. Sistem Persyarafan
Meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan seluruh
ekstremitas, menanggapi respon dan edema jagular vena distension
(Prabowo & Pranata, 2017)
b. Sistem Penglihatan
Pada klien PJK mata mengalami pandangan kabur (Gordon,
2015)
c. Sistem Pendengaran
Pada klien PJK pada sistem pendengaran mengalami gangguan
(Gordon, 2015)
d. Sistem Abdomen
Datar dan tidak ada pembesaran hati (Gordon, 2015)
e. Sistem pernafasan
Pada pemeriksaan mungkin didapatkan peningkatan respirasi,
pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga
vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda / pink tinged. (Prabowo
& Pranata, 2017)
f. Sistem kardiovaskular
Hipotensi postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea.
Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal
atau terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung, suara
jantung tambahan s3 atau s4 mungkin mencerminkan terjadinya
kegagalan jantung / ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika
ada merupakan akibat dari insuflensi katub atau muskulus papilaris
yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau mengalami
penurunan (tachy atau bradi cardia). Irama jantung mungkin ireguler
atau juga normal. Odema anasarka, crackles mungkin juga timbul
dengan gagal jantung. (Prabowo & Pranata, 2017, hal. 195)
g. Sistem perkemihan
Kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah
pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen bawah untuk
mengatahui adanya retensi urine dan kaji tentang jenis cairan yang
keluar,
h. Sistem pencernaan
Mual, kehilangan nafsu makan, muntah, perubahan berat
badan. (Prabowo & Pranata, 2017)
i. Sistem integument
Warna kulit mungkin pucat baik dibibir dan dikuku, penurunan
turgor kulit. (Prabowo & Pranata, 2017)
j. Sistem muskuloskeletal
Pada klien PJK adanya kelemahan otot sehingga timbul
ketidakmampuan melakukan aktivitas yang diharapkan atau aktivitas
yang biasanya dilakukan. (Dewi, 2014)
k. Sistem endokrin
Pada pasien PJK biasanya terdapat peningkatan kadar gula
darah. (Dewi, 2014)
l. Sistem reproduksi
Pada pasien PJK akan mengalami penurunan jumlah produksi
urine dan frekuensi urine. (Dewi, 2014, hal 20)
m. Sistem imun
Pada pasien PJK akan mengalami penurunan, karena
disebabkan sering merokok, kurangnya berolahraga, dan kurangnya
menjaga kesehatan tubuh sehi ngga pada pasien PJK sistem imunnya
sangat terganggu. (Dewi, 2014, hal 20)
C. Diagnoa Keperawatan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang


saling tumpang tindih. 

Penyakit Jantung Koroner merupakan penyakit yang paling sering ditemukan


pada lansia.   Penyakit jantung koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas
dan mortalitas yang signifikan pada pasien usia lanjut (yaitu, 65 tahun dan lebih tua).

Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung
lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau
permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar,
jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit
jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi
iskemia miokard seperti angina pectori.

4.2 Saran

Kami menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, maka pembaca dapat
menggali kembali sumber-sumber lainnya, untuk menyempurnakannya. Jadi kami
harapkan kritik yang membangun dari anda sekalian, untuk kami lebih bisa baik dan
sempurna lagi dalam pembuatan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi para pembacanya.
REVIEW JURNAL

1. Hubungan Cemas Dan Depresi Pada Pasien Dengan Penykit Jantung


Koroner (PJK)
2. Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup Pasien dengan Penyakit Jantung
Koroner
3. Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUP Dr Kariadi
Semarang

DAFTAR PUSTAKA

Risa Hermawati, Haris Candra Dewi.2014. Penyakit Jantung Koroner


.Jakarta : Kandas media (Imprint agromedia pustaka).
Annisa dan anjar. Jurnal GASTER Vol. 10 No. 1 /Februari 2013
Judith.M.Wilkison dan Nancy.R.2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Ed9
.Jakarta: EGC
Putra S, Panda L, Rotty. 2013. Profil penyakit jantung coroner.
Manado:fakultas kedokteran.
https://www.academia.edu/17562657/ASUHAN_KEPERAWATAN_DENGAN_
GANGGUAN_SISTEM_KARDIOVASKULER_PENYAKIT_JANTUNG_KORONER.
Diakses pada tanggal 20-09-2019 pukul 13.15 WIB
https://samoke2012.wordpress.com/2018/09/01/asuhan-keperawatan-klien-
dengan-pjk-penyakit-jantung-koroner/. Diakses pada tanggal 20-09-2019 pukul
13.25 WIB

Anda mungkin juga menyukai