Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama
disebabkan karena penyempitan arteri koronariaakibatproses aterosklerosis
atau spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit yang
sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun
negara berkembang. Negara USA setiap tahunnya 550.000 orang meninggal
karena penyakit ini. Eropa diperhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta
penduduk menderita PJK. Hasil survei yang dilakukan Departemen Kesehatan
RI menyatakan prevalensi PJK di Indonesia dari tahun ke tahun terus
meningkat. Bahkan, sekarang (tahun 2000-an) dapat dipastikan, kecenderungan
penyebab kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit
kardiovaskular (antara lain PJK) dan degeneratif. Manifestasi klinik PJK yang
klasik adalah angina pektoris. Angina pectoris ialah suatu sindroma klinis di
mana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktivitas
karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi >
70% penyempitan arteri koronaria. Angina pektoris dapat muncul sebagai
angina pektoris stabil (APS, stable angina), dan keadaan ini bisa berkembang
menjadi lebih berat dan menimbulkan Sindroma Koroner Akut (SKA) atau
yang dikenal sebagai serangan jantung mendadak (heart attack) dan bisa
menyebabkan kematian. Penyakit jantung-koroner (PJK) merupakan problem
kesehatan utama di Negara maju. Banyak faktor yang mempengaruhi
terjadinya PJK. sehingga upaya pencegahan harus bersifat multifaktorial juga.
Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara mengendalikan
faktor-faktor risiko PJK den merupakan hal yang cukup penting pada
penanganan PJK.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60 % dari seluruh penyebab
kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik (Mamat
Supriyono, 2008). Penyakit tersebut masih merupakan penyebab utama

morbiditas dan mortalitas pada orang dewasa di Eropa dan Amerika Utara
(Wilson et al., 1998). Setiap tahun, di Amerika hampir 500.000 orang
meninggal karena penyakit jantung iskemik (Schoen, 2005). Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia
menyatakan bahwa peringkat penyakit kardiovaskular sebagai penyebab
kematian semakin meningkat (Heru Sulastomo, 2010).
Berdasarkan data kasus penyakit jantung koroner di Rumah Sakit
Bhayangkara Kupang di ruangan Cendana tahun 2016 bulan Januari sampai
dengan bulan Agustus, terdapat 12 pasien dari jumlah total pasien yang dirawat
d ruang cendana sebanyak 1.243 pasien dengan penyakit jantung koroner,
dengan rentang usia dari 48 tahun sampai 54 tahun, dan paling banyak dialami
oleh wanita.
Dari uraian diatas, maka usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengenal faktor-faktor risiko sangat penting dalam usaha pencegahan PJK,
baik pencegahan primer maupun sekunder. Pencegahan primer lebih ditujukan
pada mereka yang sehat tetapi mempunyai risiko tinggi, sedangkan pencegahan
sekunder merupakan suatu upaya untuk mencegah memburuknya penyakit
yang secara klinis telah diderita. Oleh karena itu sebagai calon seorang perawat
professional diharapkan mampu mengerti serta melaksanakan asuhan
keperawatan yang tepat pada pasien dengan berdasarkan etiologi atau faktorfaktor yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Sesuai dengan konsep yang
sudah ada yakni pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik mengangkat kasus
PJK dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny. G.M.R Dengan Coronari
Arteri Desease Atau Penyakit Jantung Koroner di Ruang Cendana RS.
Bhayangkar Kupang.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan pola pikir ilmiah tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan Penyakit jantung koroner melalui pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus :
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit jantung
koroner.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa pada pasien dengan
penyakit jantung koroner.
c. Mahasiswa mampu membuat perencanaan tindakan keperawatan
pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien
dengan penyakit jantung koroner.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi dan mendokumentasi hasil asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
C. Manfaat Penulisan.
1. Institusi Pendidikan
Diharapkan menjadi pegangan dan bahan bacaan sehingga mahasiswa/i
lebih memahami tentang proses keperawatan dan dapat melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Jantung Koroner.
2. Institusi pelayanan
Dapat memberikan masukan bagi Rumah Sakit untuk mengambil langkahlangkah kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan pada umumnya dan penerapan proses keperawatan pada klien
dengan penyakit jantung koroner.
3. Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
menderita penyakit jantung koroner sesuai dengan cara perawatan dan
pengobatan yang baik dan benar serta upaya pencegahannya.
4. Penulis.
Dapat menambah pengalaman, pengetahuan, dan wawasan penulis dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit jantung
koroner.
D. Metode Penulisan.
Adapun metode yang digunakan adalah :
1. Studi Kepustakaan.
Dalam studi kepustakaan ini penulis menggunakan literatur atau sumber
buku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas.
2. Studi Kasus.

Merupakan pemaparan hasil studi kasus asuhan keperawatan pada Ny.


G.M.R dengan Penyakit Jantung Koroner yang diawali dengan pengkajian,
dilanjutkan dengan perumusan diagnose keperawatan, penentuan intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
E. Sistematika Penulisan.
Dalam studi kasus ini sistematika penulisan antara lain: BAB I Pendahuluan
terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika
penulisan dan manfaat penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis terdiri dari konsep
teori dan konsep asuhan keperawatan. BAB III Tinjauan kasus terdiri dari
pengakajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi. BAB IV Pembahasan, membahas tentang
kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus. BAB V Penutup,
terdiri atas kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori Penyakit Jantung Koroner


1. Pengertian
Penyakit Jantung Koroner (pjk) adalah keadaaan dimana terjadi ketidak
seimbangan antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan
yang di berikan oleh pembuluh darah koroner. Ketidakmampuan pembuluh
darah koroner untuk menyediakan kebutuhan oksigen biasanya diakibatkan
oleh penyumbatan athroma (plak) pada dinding bagian dalam pembuluh darah
koroner. (Abdul Majid, 2007). Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis

dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan,
atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang
timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Tom
Smith, 2007).
Infark miokard akut terjadi ketika iskemia miokard,yang biasanya timbul
sebagai akibat penyakit aterosklerosis arteri koroner, cukup untuk
menghasilkan nekrosis inversibel otot jantung. (Huan H Gray,dkk,2005,136).
2. Klasifikasi
Wasid (2007) mengatakan berat ringannya SKA menurut braunwald (1993)
1. Kelas 1: yaitu serangan baru kurang dari 2 bulan progresif, berat dengan
nyeri pada waktu istirahat atau aktifitas sangat ringan terjadi < 2 kali per
hari.
2. Kelas 2: sub akut, yakni sakit dada antara 48 jam hinggah denga 1 bulan
pada waktu istirahat.
3. Kelas 3: akut, yakni kurang dari 48 jam.
Secara klinis:
1. Kelas A: sekunder, dicetuskan oleh hal-hal diluar koroner seperti anemia
infrak, infekasi, demam, hipotensi, tiroktikosis, hipoksia karena gagal napas.
2. Kelas B: primer.
3. Kelas C: setelah infrak ( setelah itu IMA). Belum perna diobati. Dengan anti
angina (penghambat beta angrenik, nitrat, dan antagonis kalsium).
antianggina dan nitrogliserin intavena.
3. Etiologi
1. Penyebab utama PJK :
a. Merokok
b. Darah tinggi (Hipertensi)
c. Kencing manis (Diabetes Mellitus)
d. Kolesterol tinggi
e. Keturunan
2. Penyebab utama Agina:
a. Ateriosklerosis
b. Spasmearterikoroner
c. Anemia berat
d. Artritis
e. Aorta Insufisiensi
3. Penyebab utama AMI: Menurut Smeltzer & Bare, 2002 AMI disebabkan
oleh karena aterosklerosis atau penyumbatan total atau sebagian oleh emboli

dan atau thrombus adapun faktor resiko yang menyebabkan terjadinya AMI
adalah:
a. Faktor resiko yang dapat diubah :
- Merokok
- Obesitas
- Pola makan (diit tinggi lemak dan tinggi kalori)
-Stress
- Inaktivitas fisik
b. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
- Hereditas / keturunan
- Usia lebih dari 40 tahun
- RAS, insiden lebih tinggi pada orang berkulit hitam
- Sex, lebih sering terjadi pada pria daripada wanita
4. Manifestasi Klinis
Semua Semua pasien PJK memiliki pengalaman dan tanda-tanda secara
fisik dan gejala PJK dari waktu ke waktu yaitu mengalami perasaan nyeri di
dada, kegelisahan atau perasaan sakit pada kaki, pinggang, perut, tulang rusuk,
rahang, sendi, tulang belakang, tenggorokan dan tulang leher belakang, merasa
lemah, lelah, dan kehilangan energi, nafas pendek, pusing, sakit kepala, tidak
mampu untuk melakukan pekerjaan dengan normal sebagai akibat dari
obesitas. Semua pasien PJK yang mendapat pengobatan atau perawatan fisik
sebelumnya sudah melakukan pengobatan mengenai asma, kegemukan, tidak
menentunya detak jantung, penyakit perdarahan jantung, paru-paru, ginjal atau
masalah pada spinal, rasa sakit pada kaki, diabetes atau arthritis.
Sebagian besar dari pasien PJK telah aktif dengan kehidupan mereka seharihari, tetapi serangan jantung koroner membuatnya tidak aktif, tidur, lemah,
tidak berdaya, dan tergantung pada pengobatan-pengobatan dan keluarga
maupun tetangga untuk mendapatkan dukungan. Secara psikologi, pasien PJK
mengalami ketakutan yang luar biasa, kegelisahan, khawatir dan depresi,
sementara beberapa yang lain menjalani keadaan normal pikiran dan
mendengarkan berita-berita baru dari statusnya yang positif terkena PJK.
Sebagian besar dari pasien PJK merasa bosan dengan kehidupannya,
berlebihan dan di bawah emosional, mudah marah dan bermusuhan.
Pemeriksaan laborat CPK-MB/CPK Isoenzim yang ditemukan pada otot
jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali

normal dalam 36-48 jam. LDH/HBDH Meningkat dalam 12-24 jam dam
memakan waktu lama untuk kembali normal. AST/SGOT Meningkat ( kurang
nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali
normal dalam 3 atau 4 hari. Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal
adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen
ST. Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang
menandakan adanya nekrosis.
5. Patofisiologi
Penyakit Jantung Koroner sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau
lebih faktor resiko seperti: obesitas, merokok, hipertensi, dll. Faktor-faktor ini
menyebabkan interaksi fibrin dan patelet sehingga menimbulkan cidera endotel
pembuluh darah koroner. Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi
lipid yang akan membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi
komplikata yang dapat menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan
apabila rupture dapat terjadi thrombus. Thrombus yang menyumbat pembuluh
darah menyebabkan aliran darah berkurang, sehingga suplai O2 yang diangkut
darah kejaringan miokardium berkurang yang berakibatpenumpukan asam
laktat.
Asam laktat yang meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan PH
endokardium yang menyebabkan perubahanelektro fisiologi endokardium,
yang pada akhirnya menyebabkan perubahan sistem konduksi jantung sehingga
jantung mengalami disritmia.Iskemik yang berlangsung lebih dari 30 menit
menyebabkan kerusakan otot jantung yang ireversibel dan kematian otot
jantung (infark). Miokardium yang mengalami kerusakan otot jantung atau
nekrosis tidak lagi dapat memenuhi fungsi kontraksi dan menyebabkan
keluarnya enzim dari intrasel ke pembuluh darah yang dapat dideteksi dengan
pemeriksaan laboratorium. Otot jantung yang infark mengalami perubahan
selama penyembuhan. Mula-mula otot jantung yang mengalami infark tampak
memar dan siarotik karena darah di daerah sel tersebut berhenti. Dalam jangka
waktu 2-4 jam timbul oedem sel-sel dan terjadi respon peradangan yang
disertai infiltrasi leukosit.

Infark miokardium akan menyebabkan fungsi vertrikel terganggu karena


otot kehilangan daya kontraksi. sedang otot yang iskemik disekitarnya juga
mengalami gangguan dalam daya kontraksi secara fungsional infark
miokardium akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada daya kontraksi,
gerakan dinding abnormal, penurunan stroke volume, pengurangan ejeksi
peningkatan volume akhir sistolik dan penurunan volume akhir diastolik
vertrikel.Keadaan tersebut diatas menyebabkan kegagalan jantung dalam
memompa darah (jatuh dalam dekompensasi kordis) dan efek jantung ke
belakang adalah terjadinya akumulasi cairan yang menyebabkan terjadinya
oedem paru-paru dengan manifestasi sesak nafas. Sedangkan efek ke depan
terjadinya penurunan COP sehingga suplay darah dan oksigen sistemik tidak
adekuat sehingga menyebabkan kelelahan. Bila terjadi peningkatan kebutuhan
jaringan aliran yang tadinya mencukupi menjadi berkurang. Hal ini akan
menyebabkan hipoksia jaringan yang akan menghasilakan peningkatan hasil
metabolisme misalnya asam laktat. Akan menimbulakan manifestasi klinis
nyeri dada, rasa berat, rasa tertekan, panas, rasa tercekik, tak enak dada, capek
kadang kadang seperti masuk angin. Manifestasi angina yang timbul setelah
aktivitas fisik disebut effort angina.
Gradasi beratnya nyeri dada telah dibuat oleh Canadian Cardiovascular
Societyf sebagai berikut:
1. Angina Pektoris stabil Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner
yang arterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya
sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat
menyertai aktivitas misalnya berolah raga atau naik tangga.
a. Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang
meningkatkan kebutuhan oksigen niokard
b. Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas
c. Durasi nyeri 3-15 menit
2. Angina Pektoris tidak stabil (Angina pra infark; Angina kresendo) Adalah
kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal, dijumpai pada individu
dengan perburukan penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai
peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat

arterosklerosis koroner, yang ditandai oleh trombus yang tumbuh dan


mudah mengalami spasme.
a. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil
b. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas
ringan
c. Kurang responsive terhadap nitrat
d. Lebih sering ditemukan depresisegmen ST
e. Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau
trombosit yang beragregasi
3. Angina Prinzmental (Angina Varian: Istrahat) Angina yang terjadi karena
spasme arteri koronaria. Berhubungan dengan risiko tinggi terjadinya infark
a. Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari
b. Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik
c. EKG menunjukkan elevasi segmen ST
d. Cenderung berkembang menjadi infark miokard akut
e. Dapat menjadi aritmia Jantung adalah sebuah pompa, dan cara kerjanya
ada pada gambar di bawah.
Sisi kiri dari jantung memompa darah keseluruh tubuh; sisi kanan
memompa darah ke paru-paru. Prinsipnya sngat mudah untuk di mengerti.
Oksigen diambil oleh darah yang melewati peru-paru, dan disebarkan
kejaringan-jaringan tubuh, yang digunakan untuk membakar glukosa untuk
menghasilkan energi. Bahan sisa dari energi itu, yaitu karbondioksida, diambil
oleh pembuluh darah balik (vena), dibawa ke sisi kanan jantung, tempat ia
dipompa ke paru-paru dan ditukar dengan oksigen. Hal pertama hal yang peru
dimengerti yaitu bahwa jantung adalah sebuah otot, miokardium (myo=otot,
cardia=jantung). Ini berbeda dari semua otot dalam tubuh dalam
kemampuannya yang luar biasa untuk pulih dengan sangat cepat dari
pengerutan atau denyut sebelumnya. Ia menyelesaikan siklus-siklusnya atau
tindakan pemendekan dan pemanjangannya dalam seperlima detik, kemudian
membutuhkan tiga atau empat perlima detik untuk memulihkan diri, agar ia
bisa mengkerut lagi. Pada saat istirahat yang sangat penting itu, otot jantung
mengatur kembali dirinya sehingga ia bisa memendek atau mengkerut kembali
dirinya sehingga bisa memendek atau mengkerut kembali tanpa menjadi lelah.
Ketika berdenyut ia mengguanakn oksigen yang diambil dari dalam darah
untuk menggubah glukosa yang ada dalam simpanannya menjadi energy.

10

6. Komplikasi
Komplikasi penyakit jantung koroner yang dapat terjadi antara lain:
1.
2.
3.
4.

Serangan jantung
Gagal jantung
Angina tidak stabil
Kematian mendadak

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiografi (EKG) Adanya elevasi segmen ST pada sadapan tertentu
Lead II, III, aVF : Infark inferior
Lead V1-V3 : Infark anteroseptal
Lead V2-V4 : Infark anterior
Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral
Lead I, aVL : Infark high lateral
Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas
Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral Adanya Q valve patologis pada
sadapan tertentu
b. Ekokardiogram Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi
jantung khususnya fungsi vertrikel dengan menggunakan gelombang
ultrasoouns.
c. Laboratorium Peningkatan enzim CK-MB, CK 3-8 jam setelah sernagan
puncaknya 10-30 gram dan normal kembali 2-3 hari- Peningkatan LDH
setelah serangan puncaknya 48-172 jam dan kembali normal 7-14 hariLeukosit meningkat 10.000 20.000 kolesterol atau trigliserid meningkat
sebagai akibat aterosklerosis.
d. Foto thorax roentgen Tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan
terlihat pada bendungan paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan
hipertropi ventrikel.
e. Tes Treadmill Uji latih jantung untuk mengetahui respon jantung terhadap
aktivitas.
8. Penatalaksanaan Dan Pengobatan
1. Penyakit Jantung Koroner
a. Terapi Farmakologi, Analgetik morfin, Antikoagulan, Antilipemik:
Cholestyramin, lovastatin, simvastatin, asam nikotinik, gemfibrozil,

11

colestipol, Betha bloker adrenergik ,Calcium channel blocker Therapi


aspirin dosis rendah , Nitrates
b. Non Farmakologi Perubahan aktivitas: penurunan BB jika perlu
Atherectomy Pembedahan bypass arteri koroner Coronary artery stent
placement. Perubahan diet: rendah garam, kolesterol, lemak, peningkatan
diet serat rendah kalori, mengganti estrogen pada wanita post menopause,
Pola hidup: berhenti merokok, Percutaneous Transluminal Coronary
Angioplasty (PTSA)
2. Angina Pectoris
a. Terapi Farmakologi Antikoagulan: heparin, aspirin, Betha Blocker
adrenergic: propranolol, nadolol, atenolol, metoprolol, Calcium channel
Blocker: verapamil, diltiazem, nifedipin, nicardipin, Terapi Aspirin dosis
rendah, Nitare: nitrogliserin, isosorbid dinitrat, topical nitrogliserin,
transdermal nitrogliserin
b. Non Farmakologi
DIET : rendah lemak, rendah garam, rendah kolesterol, rendah kalori,
Coronary artery bypass grafting. Terapi oksigen 2-4 liter, Percutaneous
Transluminal Coronary Angioplasty (PTSA), Stent placement, Posisi semi
fowler
3. Akut Miocard Infark
a. Terapi Farmakologi
- Analgetik morfin IV,
- ACE inhibitor: Captopril, enalapril Antiaritmia: Amiodaron, lidocain,
-

procainamid
Antikoagulan: aspirin, dalteparin, enoxaparin, heparin IV setelah terapi

trombolitik ,
Anti hipertensi: hidralazin , Betha bloker adrenergik , Calcium channel
bloker , Atropin IV atau Pacemaker jika ada gejala bradikardi atan block

jantung.
Nitrat: Nitrogliserin IV
Trombolitik therapi: alteplase, streptokinase, anistreplase, reteplase, biasa
diberikan dlm 6 jam pertama tetapi lebih efektif pada 3 jam awal

serangan
b. Non Farmakologi
Bed rest di Bedside commode Coronary artery bypass graft.

12

IABP (Intraaortic Ballon Pump) Left Ventricular assist device, Diet rendah
kalori, rendah lemak, & rendah kolesterol , Monitoring TTV, output urine,
EKG, & status hemodinamik .
Pemeriksaan laboratorium lanjut : Analisa gas darah (AGD), CK dgn
isoenzim, kadar elektrolit, troponin jantung. Therapi oksigen, PTCA atau
coronary stent placement, Kateterisasi arteri pulmonal (untuk deteksi
kegagalan jantung)
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
Riwayat tidak toleran terhadap penyakit
Kelemahan umum, kelelahan
Ketidakmampuan melakukan aktivitas seperti biasanya
Tanda :

b.

Kecepatan jantung abnormal, perubahan tekanan darah karena aktivitas


Ketidaknyamanan kerja atau dispnea.
Perubahan EKG/ disritmia
Sirkulasi
Gejala :

Riwayat IM akut/saat ini, penyakit arteri koroner tiga, penyakit katup


jantung, hipertensi.
Tanda:

c.

Variasi pada TD, frekuensi jantung/irama.


Disritmia / perubahan EKG.
Bunyi jantung abnormal.
Pucat /kulit sianosis.
Kulit dingin/lembab.
Edema.
Penurunan nadi perifer.
Integritas Ego
Gejala:

Perasaan takut, tak berdaya.


Distres pada kejadian saat ini (marah/takut).

13

Tanda:

d.

Ketakutan.
Insomnia/gangguan tidur.
Perubahan kecepatan jantung,TD, pola pernapasan.
Nutrisi
Gejala :

Perubahan berat badan.


Kehilangan nafsu makan.
Nyeri abdomen, mual/muntah.
Perubahan frekuensi urine.
Tanda:

e.

Peningkatan/penurunan berat badan.


Kulit kering,turgor kulit buruk.
Hipotensi postural.
Penurunan bunyi usus.
Edema.
Neurosensori
Gejala:

Rasa berdenyut, vertigo.


Tanda:

f.

g.

Perubahan orientasi.
Gelisah.
Mudah terangsang.
Apatis.
Respon emosi meningkat.
Nyeri
Gejala:
Nyeri dada, angina.
Nyeri bahu, tangan, lengan, kaki.
Tanda:
Nyeri tampak pada wajah.
Meringis.
Gelisah.
Perubahan TD/nadi/frekuensi pernapasan.
Pernapasan.
Gejala:
Napas pendek.
Ketidakmampuan batuk/napas dalam ( pascaoperasi).
Tanda:

14

Penurunan ekspansi paru.


Dipsnea.
Ansietas.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman: Nyeri (akut) berhubungan dengan
penurunan suplai O2 ke otot miocard.
-

Laporan nyeri dengan berbagai frekuensi, durasi, dan intensitas

(khususnya sesuai memburuknya kondisi)


Focus menyempit
Prilaku distraksi (menangis. Gelisah, merintih, mondar-mandir)
Respons otomatis contoh keringat, TD dan nadi berubah, dilatasi
pupil, peningkatan/penurunan frekuensi pernafasan

Tujuan : nyeri hilang atau berkurang


Kriteria hasil :
1) Menyatakan/menunjukan nyeri hilang
2) Melaporkan episode angina menurun dalam frekuensi, durasi dan
beratnya
Intervensi :Anjurkan pasien untuk memberitahu dengan cepat bila
terjadi nyeri dada
Rasional :Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang
system saraf simpatis untuk mengeluarkan sejumlah besar
norepinefrin, yang meningkatkan agregasi trombosit dan
mengeluarkan tromboxane. A2. Ini vasokonstriktor poten yang
menyebabkan spasme arteri koroner yang dapat mencetus,
mengkomplikasi dan/ atau memperlama serangan angina
memanjang. Nyeri tak bias ditahan menyababkan respons
vasovagal,menurun TD dan frekuensi jantung.
Intervensi :Identifikasi terjadinya pencetus, bila ada: frekuensi,
dureasinya, intensitas, dan lokasi nyeri.

15

Rasional :Membantu membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi


kemungkinan kemajuan menjadi angina tidak stabil (angina stabil
biasanya berakhir 3-5 menit sementara angina tidak stabil lebih

lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit).


Intervensi :Observasi gejala yang berhubungan, contoh dispnea,
mual/muntah,pusing, palpitasi, keinginan berkemih
Rasional : Penurunan curah jantung (yang terjadi selama episode
iskemia miokard) merangsang system saraf simpatis/parasimpatis,
menyebabkan berbagai rasa sakit/sensasi dimana pasien tidak
dapat mengidentifikasi apakah berhubungan dengan episode
angina.
Intervensi : Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan,
atau lengan (khususnya pada sisi kiri)
Rasional : Nyeri jantung dapat menyabar, contoh nyeri sering lebih
kepermukaan dipersarafi oleh ingkat saraf spinal yang sama.
Intevensi: Letakkan pasien pada istirahat total selama episode angina
Rasional: Menurun kebutuhan oksigen miokard untuk
meminimalkan risiko cedera jaringan/nekrosis.
Intervensi: Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien napas pendek
Rasional: Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia
dan napas pendek berulang.
Intervensi: Pantau kecepatan/irama jantung
Rasional: Pasien angina tidak stabil mengalami peningkatan
disritmia yang mengancam hidup secara akut, yang terjadi pada
respons terhadap iskemia dan/atau stress
Intervensi: Pantau tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina
Rasional: TD dapat meningkat secara dini berhubungan dengan
rangsangan simpatis, kemudian turun bila curah jantung
dipengaruhi. Takikardi juga terjadi pada respons tehadap
rangsangan simpatis dan dapat berlanjut sebagai kompensasi bila
curah jantung turun.
Intervensi : Pertahankan tenang, lingkungn nyaman, batasi
pengunjung bila perlu
Rasional : Stress mental/emosi meningkatkan kerja miokard

16

Intervensi: Berikan makanan lembut. Biarkan pasien istirahat selama 1


jam setelah makan
Rasional: Menurunkan kerja miokard sehubungan dengan kerja
pencernaan, menurunkan risiko serangan angina
b. Curah jantung, menurun berhubungan dengan Perubahan inotropi
(iskemia miokard transient/memanjang, efek obat), Gangguan pada
frekuensi/irama dan konduksi elektrikal
Tujuan : meningkatkan curah jantung
Kemungkinan dibuktikan :
1)
2)
3)
4)

Perubahan pembacaan hemodinamik


Dispnea, gelisah
Penurunan toleransi aktivitas; kelemahan
Menurunnya nadi perifer, kulit dingin/pucat, perubahan status mental,
nyeri dada kontinu

Kriteria hasil :
1)
2)

Melaporkan penurunan episode, dispnea, angina dan disritmia


menunjukan peningkatan toleransi aktivitas
Berpatisipasi pada prilaku/aktivitas yang menurunkan kerja jantung
Intervensi: Pantau tanda vital, contoh frekuensi jantung, TD
Rasional: Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia,
dan menurunnya curah jantung. Perubahan juga terjadi pada TD
(hipertensi atau hipotensi) karena respons jantung.
Intervensi: Evaluasi status mental, catat terjadinya bingung,
disorientasi
Rasional : Menurunkan perfusi otak dapat menghasilkan perubahan
sensoriom
Intervensi: Catat warna kulit dan adanya/kualitas nadi
Rasional: Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun,
membuat kulit pucat atau warna abu-abu ( tergantung tingkat
hipoksia) dan menurunnya kekuatan nadi perifer.
Intervensi: Auskultasi bunyi napas dan bunyi jantung. Dengarkan
murmur
Rasional: S3, S4 atu klereks terjadi dengan dekompensasi jantung
atau beberapa obat ( khususnya penyekat peta). Tejadinya murmur

17

dapat menunjukan katup karena nyeri dada, contoh stenosis aorta,


stenosis mitral, atau rupture otot palipar.
Intervensi: Mempertahan tirah baring pada posisi nyaman selama
episode akut
Rasional: Menurun komsumsi oksigen/kebutuhan menurunkan
kerja miokard dan risiko dekompenasi.
Intervensi : Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam/melakukan
aktivitas perawatan diri, sesuai indikasi
Rasional: Penghematan energi, menurunkan kerja jantaung.
Intervensi: Tekanan pentingnya menghidari regangan/angkat berat,
khususnya selama defekasi
Rasional: Manuver valsalva menyababkan rangsang vagal,
menurunkan frekuansi jantung ( bradikardi) yang di ikuti oleh
takikard, keduanya mungkin mengganggu curah jantaung.
Intervensi: Pantau dan catat efek/kerugian respons obat, catat TD,
frekuensu jantung dan irama (khususnya bila memberikankombinasi
antagonis kalsium, beta bloker, dan nitras
Rasional: Efek yang di inginkan untuk menurunkan kebutuhan
oksigen miokard dengan menurunkan stress ventrikuler. Obat
dengan kandungan inotropik negatip dapt menurunkanperfusi
terhadap iskemik miokardium. Kombinasi nitras dan penyekat beta
dapat memberi efek terkumpul pada curah jantung.
Intervensi : Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala GJK
Rasional : Angina hanya gejala patologis yang disebabkan oleh
iskemia miokard. Penyakit yang mempengaruh fungsi jantung
menjadi dekompensasi .
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapakan pasien
dapat berpartisipasi pada aktifitas yang diharapakan dengan kriteri hasil :
1) Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktifitas yang dapat di ukur
atau amju dengan frekuensi jantung atau irama jantung dan TD dalam
batas normal dan kulit hangat merah dan kering.

18

2) Melaporkan tidak ada angina terkontorol dalam rentang waktu selama


pemberian obat.
Intervensi: Catat frekuensi jantung irama dan perubahan tekanan darah
sebelum dan sesudah aktifitas sesuai denga indikasi : hubungkan
dengan laporan neyri dada dan sesak napas.
Rasional : kecenderungan menentukan pasien terhadap aktifitas dan
dapat mengidentifikasi peningkatan tingkat penurunan o2 miokard
yang memrlukan penurunan tingkat aktifitas .
Intervensi: Tingkatkan istirahat . Batasi aktifitas pada dasar nyeri
respon hemodinamik . Berikan aktifitas senggang yang tidak berat
Rasional : menunjukan kerja miokard atau konsumsi o2
menurunkan resiko komplikasi
Intervensi : Batasi pengunjung
Rasional : pembicaraan yang panjang sangat mempngaruhi pasien
Intervensi : Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan
abdomen seperti mengedan saat bab
Rasional : aktifita yang memrlukan menahan napas dan menunduk
dapat menimbulkan bradikardi juga menurunkan curah jantung dan
takikardi
Intervensi: Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifias ,
misalnnya bagun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dini dan
istirahat selama 1 jam
Rasional : aktif yang maju memberikan kontrol jantung .
Menigkatkan regangan aktifitas berlebihan.
Intervensi: Observasi ulang tanda dan gejalah yang menunjukan tidak
toleran terhadap aktifitas
Rasional : palpitasi , nadi tidak beraturan , adanya neyri dad a atau
dispnu dapat mengidentifikasi kebutuan perubahan program
dengan obat.
Intervensi: Kolaborasi : rujuk ke program rehabilitasi jantung
Rasional : memberikan dukungan atau penanganan kembali bila
berlajut dan partisipasi proses penyembuhan dengan obat.

19

d. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], mengenai kondisi,


kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan
informasi menenai penyakit
Kemungkinan terjadi :
1) Pertanyaan, minta informasi
2) Pernyataan masalah, tidak akurat dalam mengikuti instruksi
Tujuan : mengetahui tentang kondisi dan kebutuhan obat
kriteria hasil :
1) Berpatisipasi dalam proses balajar
2) Mengansumsi tanggung jawab untuk belajar, mencari informasi dan
meanyakan pertanyaan
3) Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan
4) Berpatisipasi dalam program pengobatan
5) Melakukan perubahan pola hidup
Intervensi: Kaji ulang patofisologi kondisi. Tekankan perlunya
mencegah serangan angina
Rasional: Pasien dengan angina membutuhkan belajar hal mengapa
terjadi dan apakah dapat di control. Ini adalah focus manajemen
teraupetik supaya menurunkan infark miokard
Intervensi: Dorong untuk menghidari factor/situasi yang sebagai
pencetus episode angina, contoh stress emosional, kerja fisik, makan
terlalu banyak/berat, terpanjang pada suhu linkungan ekstem
Rasional: Dapat menurunkan insiden/beratnya episode iskemik
Intervensi: Bantu pasien/orang terdekat untuk mengidentifikasi
sumber fisik dan stress emosi dan dikusikan cara yang dapat mereka
hindari
Rasional: Langkah penting pembatasan/mencegah serangan angina.
Intervensi: Kaji pentingnya kontol berat badan, menghentikan
merokok, perubahan diet, dan olah raga.
Rasional: Pengetahuan factor resiko penting memberikan pasien
kesempatan untuk membuat perubahan kebutuhan.
Intervensi: Dorong pasien untuk mengikuti program yang di tentukan:
pencegahan umtuk menghindari kelelahan
Rasional: Takut terhadap pencetus serangan dapat menyebabkan
pasien menghidari partisipasi pada aktivitas yang telah dibuat untuk

20

meningkatkan perbaikan (meningkatkan kekuatan miokard dam


membentuk sirkulasi kolateral)
Intervensi: Diskusi dampak penyakit sesuai pola hidup yang
diinginkan dan akivitas, termasuk kerja, menyetir, aktivitas sejsual dan
hobi. Memberikan informasi, privasi, atau konsultasi sesuai indikasi
Rasional: Pasien enggan melakukan/melanjutkan aktivitasbiasanua
karena takut serangan angina/kematian. Pasien harus menggunakan
nitrogliserin secara profilaktik sebelum beraktivitas yang diketahui
sebagai pebcetus angina.
Intervensi: Tunjukan/dorongan pasien untuk memantau nadi sendiri
selama aktivitas, jadwal/aktivitas sederhana, hindari regangan
Rasional: Membiarkan pasien untun mengidentifikasi aktivitas
yang dapat dimodifikasi untuk menghindari stress jantung dan tetap
dibawah ambang angina.
Intervensi: Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan
angina, contoh menghentikan aktivitas, pemberian obat bilaperlu,
penggunaaan tehnik relaksasi
Rasional: Menyiapkan pasien pada kejadian untuk menghilangan
takut yang mumgkin tidak tahu apa yang harus dilakukan bila
terjadi serangan.
Intervensi: Kaji ulang obat yang diresepkan untuk
mengontrol/mencegah serangan angina
Rasional: Angina adalah kondisi rukit yang sering memerlukan
penggnaan banyak obt untuk menurunkan kerja jantung,
memperbaiki sirkulasi koroner, dan mengontrol terjadinya
serangan.
Intervensi: Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter kapan
menggunakan obat-obat yang dijual bebas
Rasional: Obat yang dijual bebas mempunyai potensi
penyimpangan

21

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Pengkajian pada Ny. G.M.R , 54 tahun,masuk Rumah Sakit pada tanggal, 30
juli 2016, di ruangan Cendana RS.Bhayngkara Kupang. Dengan diagnosa
medis Infrak miokard akut dan coronari arteri desease. Suku Bangsa Rote,
Agama Kristen Protestan, pendidikan tamat Sekolah Mengenah Pertama,
pekerjaan Ibu Rumah Tangga, Alamat Bakunase, Keluhan utama: Klien
mengatakan merasa nyeri dada sebelah kiri dan temabus kebagian belakang
dan merasa sesak napas pusing saat bagun dari tempat tidur ke kamar
mandi .Riwayat keluhan: klien mengatakansudah sering meras nyeri dada
dan sering pingsan tetapi tidak perna pergi untuk memeriksakan diri ke
puskesmas atau ruamh sakit, tanggal 21 juli 2016 pasien masuk di rumah sakit
bhayangkara kupang dengan keluhan neyri dada sebelah kiri dan pingsan,
setelah dirawat, pasien diperbolehkan pulang, setelah itu tanggal 30 juli 2016

22

pasien kembali masuk dengan keluhan yang sama karena setelah melakukan
aktifitas seperti memasak pasien ingin peri membeli sampo di kios depan yang
jaraknya 100 meter dari rumah, sampai disana pasien mengeluh nyeri dada lalu
jatuh pingsan, setelah itu keluarga membawa pasien ke RS.Bhayangkara pada
jam 10.00 am, dan pasien kembali mendapat perawatan. Keluhan saat ini:
klien mengatakan merasa nyeri didada sebelah kiri dan masih merasa pusing
saat bangun dari tempat tidur atu saat membalikan badan diatas tempat tidur.
Klien mengatakan tidak ada penyakit yang di derita anggota keluarganya yang
di derita klien, saat ini saat pengkajian klien mengatakan tidak bisa berbicara
banyak karena merasa tubuhnya lemah dan pusing serta merasa nyeri di
dadanya. keadaan umum pasien dalam keadaan sadar penuh atau
composmentis dengan tanda-tanda vital tekanan darah, 160/80 mmHg, di ukur
pada lengan kanan posisi terbaring, nadi 69 x / menit, suhu 36,2 c di ukur pada
aksila, berat badan 60 kg dengan berat badan ideal 51,4 kg, tidak terdapat
keluhan sesak, terdapat nyeri dada dengan pegkajian nyeri P: saat melakukan
aktifitas seperti bangun dari tempat tidur atau membalikan badan ditempat
tidur, Q: nyeri yang dirasakan seperti tercekik, R: area dada kiri dan tembus
belakang,S: skala 4, T: nyeri hilang muncul, saat pasien membalikan badan
diatas tempat tidur. Frekuensi urin 4-8x/ hari warna kuning berbau amoniak ,
mulut dan tenggerokan tidak ditemukan masalah, tidak di temukan masalah
pada abdomen dan tidak ada keluhan mual muntah, kemampuan terbatas,
kekuatan extermitas atas dan bawa 3322, , akral hangat turgor kulit baik,
payudara simetris bentuk normal dan tidak ada benjolan, tidak ada keputihan,
siklus haid 28 hari/bulan, frekuensi makan di rumah dan di rumah sakit sama
yaitu 3x/ hari jenis nasi, sayur, ikan dan jenis lauk yang di sukai , ada
pantangan makanan yaitu makan yang dapat meningkatkan tekanan darah
tinggi seperti daging, dan makanan asin. frekuensi minum di rumah dan di
rumah sakit juga sama yaitu 4-8x/ hari atau 1200 ml/ hari, jenis minum yang di
sukai yaitu air putih, ada pantangan seperti tidak minum kopi, mandi 2x/hari,
keramas 2x/ minggu, sikat gigi 2x/ hari, memotong kuku 1x/ minggu.
Pemeriksaan penunjang: hasil laboratorium tanggal 01 Agustus 2016 dengan

23

sampel urin, hasilnya jumlah leukosit, nitrit, protein, glukosa, keton, urobilin,
bilirubin, blood, hasilnya negatif, sedangkan Ph hasilnya 6,0, Bj hasilnya
0,0025, pemeriksaan sedimen, eritrosit hasilnya negatif, leukosit hasilnya 2-3
/lp, epitel hasilnya 15-18 /Lp, silinder hasilnya negatif, bakteri hasilya negatif,
krista hasilnya negatif. Periksaan EKG dengan hasil atrial fibrilasi. terapi
medik clopidogrel 1x75 mg, proxime 1x100 mg, simvastimin 1x20 mg, vometa
2x1 tab, epison 3x1 ci, opilox 3x1ci, lisinopril 2x15 mg, kalneco 2x1 mp,
dumpisel 1x40 mg, IVN, RL 12 tpm.
B. Analisa Data
Setelah tahap pengkajian selesai di lakukan tahap selanjutnya yaitu analisa
data.Berdasarkan data pada pengkajian maka dapat di tentukan masalanh dan
penyebabnya. Data Subjektif:Klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri
mejalar ke punggung bagian belakang dan tagan kiri, nyeri yang dirasakan
seperti tercekik, atau jantung sperti diremas. Data Objektif: Skala nyeri 4
(nyeri berat), mengunakan skala nyeri 1-5. Tanda-Tanda Vital Tekanan Darah;
160/80. Suhu: 36,5 c. Nadi: 69 x / menit RR: 21x/menit. Berdasarkan data
tersebut maka masalah keperawatan yang di angkat adalah: Nyeri .Data
Subjektif:Klien mengatakan merasa lelah dan pusing saat pergi kekamar
mandi,dan saat membalikkan badan di atas tempat tidur pasien merasa lemas
seluruh badan .Data Objektif: pasien terlihat hanya berbaring ditempat tidur
dan terlihat kelelahan serta kekuatan otot 3322. Berdasarkan data diatas
didapatkan masalah keperawatan yang diangakat adalah: intoleransi aktifitas.
Data Subjektif:Klien mengatakan sudah sering pingsan dan merasa nyeri
didada tetapi dak perna melakukan pemeriksaan di dokter atau puskesmas.
Data Objektif:Klien terlihat bertanya-taya tentang penyakitnnya. Berdasarkan
data tersebut maka masalanya keperawatan yang diangkat adalah: kurang
pengetahuan.
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data, maka prioritas masalah atau diagnosa
keperawatan yang di tegakan pada Ny.G.M.R adalah: Nyeri berhubungan
dengan penurunan suplai O2 ke otot miokard. Intoleransi aktifitas berhubungan

24

dengan kelemahan fisik. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurag


terpapar informasi mengenai penyakit.
D. Intervensi
Tanggal 15 Juli 2015.
Perencanaan di buat berdasarkan prioritas masalah atau diagnosa keperawatan
yang di temukan pada Ny.G.M.R
Diagnosa I. Nyeri berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke otot
miokard. Goal: pasien mengatakan nyeri hilang. Objektif: Setelah di lakukan
perawatan 1x24 jam diharapakan nyeri dada hilang atau terkontrol dengan
kriteri hasil : klien tanpak tenang dan rileks, nyeri berkurang atau teratasi
dengan sakala nyri 0. Perencanaan: pantau atau catat karakteristik nyeri.
Rasional : variasi penanpilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai
temuan pengkajian. ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dan pasien
termasuk lokasi intensitas nyeri. Rasional: nyeri sebagai pengalaman subjektif
dan seharusnya digambarkan oleh pasien. observasi ulang riwayat angina
sebelum nyeri menyerupai angina atau nyeri IMA diskusikan riwayat keluarga.
rasional : dapat membandingkan nyeri yang ada dari pola sebelumnya sesuai
dengan indikasi komplikasinya seperti meluasnya infrak, emboli paru. anjurkan
pasien bila merasa nyeri. Rasional: penundaan pelepasan nyeri menghambat
peredaran nyeri memerlukan peningkatan obat. berikan lingkungan yang
tenang dan batasi pengunjung. Rasional: menurunkan rangsangan eksternal
dimana ansietas dan regangan kemampuan koping. lakukan teknik relaksasi
napas dalam. Rasional: membantu penurunan presepsi nyeri. periksa tanda vital
sebelum dan sesudah kolaborasi. Rasional: hipoksia atau depresi pernapasan
dapat terjadi akibat narkotik. berikan O2 tambahan sesuai indikasi. Rasional:
meningkatkan jumlah O2 yang ada untuk pemakaian miokard dan juga untuk
mengurangi ketidakmampuan sehubugan dengan iskemik jaringan. berikan
terapi analgetik sesuai indikasi. Rasional: kolaborasi obat nitrat erguna untuk
kontrol nyeri.
Diagnosa II. intoleransi katifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
.Goal: pasien dapat melakukan aktifitas kembali. Objektif: setelah dilakukan
asuhan keperawatan 1x24 jam diharapakan pasien dapat melakukan aktifitas

25

sesuai dengan keinginan dengan kriteria hasil: . Perencanaan: catat dan


dokumentasi frekuensi jantung , irama dan perubahan sebelum, sesudah, dan
selama, aktifitas sesuai denga indikasi. Rasional : kecenderungan menetukan
pasien terhadap aktifitas dan dapat mengidentifikasi penurunan O2 miokard
yang memakai penurunan tingkat aktifitas. tingkatkan istirahat. batasi aktifitas
pada dasarnya nyeri respon hemodinamik. berikan aktifitas senggang yang
tidak berat. Rasional : menurunkan kerja miokard konsumsi O2 menurunkan
resiko komplikasi. batasi pengunjung atau kunjunga oleh pasien. Rasional:
pembicaraan yang panjang mempengaruhi pasien. anjurkan pasien hindari
penigkatan tekanan abdomen miasal: tidak mengedan saat BAB. Rasional:
aktifitas yang memerlukan menahan napas dan menunduk dapat menimbulkan
takikardi. jelaskan pola penigkatan bertahap dari tingkat aktifitas, misal:
bangundari kursi, bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1jam
setelah makan. Rasional: aktifitas yang memerlukan kontrol jantung,
meningkatkan regangan dan aktifitas berlebihan. observasi ulang tanda dan
gejala yang menunjukan tidak toleran terhadap aktifitas atau memerlukan
bantuan perawat. Rasional: palpitasi nadi tidak beraturan dan adanya nyeri
dada, atau dispnue dapat mengidentifikasi kebutuhan dengan perubahan
program dengan obat. kolaborasi : rujuk ke tempat rehabilitasi jantung.
Rasional: memberikan dukungan penggunaan berlanjut dan partisipasi proses
perubahan obat atu terapi.
Diagnosa keperawatan III. kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi mengenai penyakit. Goal:pasien mengerti dan
memahami tentang penyakitnya. Objektif: setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x30 menit pasien dapat mengetahui pengertian , penyebab, tanda
gejalah dan penanganan tentang penyakitnya. lakuakn penyuluhan tentang
penyakit yang diderita. Rasional : untuk menambah pengetahuan tentang
penyakit yang diderita. dorong untuk menghindari faktor sebagai pencetus
episode angina. Rasional: dapat menurunkan insiden episode iskemik. bantu
pasien untuk mengidentifikasi sumber fisik seperti stress, emosi, dan
diskusikan cara yang dapat dihindari. Rasional: langkah penting dalam

26

pembatas mencegah serangan angina. kaji pentingnnya kontrol BB,


menghentikan merokok ,perubahan diet dan olaraga. Rasional: pengetahuan
faktor resiko penting memberikan pasien kesempatan untuk membuat
perubahan kebutuhan. dorong pasien untuk mengikuti program yang ditentukan
pencegahan untuk menghindari kelelahan. Rasional: takut terhadap faktor
pencetus serangan dapat menyebabkan pasien menghidari partisipasi pada
aktifitas yang telah dibuat untuk meningkatkan perubahan. diskusikan dampak
peyakit sesuai dengan pola hidup yang diinginkan dan aktifitas , termasuk
kerja, menyetir, aktifitas seksual, dan hobi. Rasional: pasien enggan melakukan
aktifitas seksual karena takut seranagn angina. tunjukan atau dorong untuk
memantau nadi sendiri selama aktifitas, jadwal aktifitas sederhana, hindari
renggangan. Rasional:membiarkan pasien mengidentifikasi yang dapat
dimodifikasi untuk menghindari stres jantung tetap dibawah ambang angina.
diskusikan langkah yang diambil bila terjadi seranagan angina, contonya
menghentikan aktifitas, pemberian obat bila perlu dan teknik relaksasi.
Rasional: menyiapkan pasien pada kejadian untuk menghilangkan takut yang
mungkin tidak tahu apa yang harus dilakukan bila terjadi serangan. tekannkan
pentingnnya mengecek dengan dokter, kapan menggunakan obat-obat yang
dijual bebas. Rasional: angina adalah keadaan sakit yang memerlukan
penggunaan banyak obat untuk menurunkan kerja jantung memperbaiki siklus
koroner dan mengontrol terjadinya serangan.
E. Implementasi
Implementasi, Tanggal 02 Juli 2016.
DIAGNOSA I: pukul 11.30 mengkaji, memantau dan mencatat karakteristik
nyeri, P: saat pasien melakukan aktifitas seperti bergerak di atas tempat tidur,
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: area dada kiri sampai belakang, S: skala 4
nyeri berat (nyeri berat) (1-5), T: saat membalikkan badan atau pergi ke kamar
mandi. menganjurkan pasien untuk melapor bila merasa nyeri. melatih teknik

27

napas dalam. 12.00 memantau tanda vital TD: 140/80 mmhg, N: 82x/menit, S:
36 derajat celcius. RR: 22x/menit.
DIAGNOSA II: 12.15 mencatat frekuensi jantung irama dan perubahan
sebelum dan sesudah aktifitas, meningkatkan istirahat dan batasi aktifitas.
menganjurkan menghindari mengedan saat BAB.
Implementasi tanggal 03 Juli 2016 (Kunjungan Rumah)
DIAGNOSA I : pukul 14.00 mengkaji, memantau dan mencatat karakteristik
nyeri, P: saat pasien melakukan aktifitas seperti bergerak di atas tempat tidur,
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: area dada kiri sampai belakang, S: skala 2
(nyeri sedang) (1-5), T: nyeri hilang muncul saat banyak bergerak. melatih
teknik napas dalam.
DIAGNOSA II: 14.12 menganjurkan pasien banyak istirahat, dan menghindari
aktifitas yang berlebihan, menganjurkan tidak mengedan saat BAB,
menjelaskan pola aktifitas bertahap bila nyeri tidak ada.
DIAGNOSA III: 14.30 melakukan penyuluhan tentang penyakit pasien,
mendorong pentingnnya menghindari stres emosional, mendiskusikan langka
yang diambil bila terjadi serangan angina, menganjurkan pasien selalu
memeriksakan diri ke dokter.
Implementasi Tanggal 04 Juli 2016 (Kunjungan Rumah)
DIAGNOSA I: mengkaji, memantau dan mencatat karakteristik nyeri, melatih
teknik napas dalam.
DIAGNOSA II: 14.12 menganjurkan pasien banyak istirahat, dan menghindari
aktifitas yang berlebihan, menjelaskan pola aktifitas bertahap bila nyeri tidak
ada.
F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir dalam proses
keperawatan dan di bentuk dalam catatan perkembangan.
Tanggal 02 Juli 2016
Diagnosa keperawatan I: Nyeri berhubungan dengan penurunan supalai O2
ke otot miokard. S: klien mengatakan masih terasa nyeri tetapi nyeri sudah
berkurang, saat bagun dari tempat tidur, dan masih merasa pusing saat ke

28

kamar mandi. O: skala nyeri 2 (nyeri sedang), A: masalah belum teratasi. P:


intervensi di lanjutkan.
Diagnosa keperawatan II. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan fisik. S: pasien mengatakan merasa pusing saat bangun dari tempat
tidur atau membalikan badan. O: pasien terlihat hanya berkatifitas banyak
diatas tempat tidur dan pergi ke kamar mandi massih dibantu perawat. A:
masalah belum teratasi. P: intervensi dilajutkan.
Tanggal 03 Juli 2016
Diangnosa keperawatan I:. S: pasien mengatakan nyeri masih dirasakan
tetapi nyeri hilang muncul ketika banyak bergerak. pasien mengatakan
mengurangi nyeri dengan menarik napas dalam dan pengobatan yang di dapat
dar rumah sakit. O: pasien terlihat mampu melakukan napas dalam, keadaan
umum baik, tampak tidak meringgis, skala nyeri 1 (nyeri ringan) .A: Masalah
Keperawatan sebagian teratasi. P:intervensi di pertahankan.
Diagnosa keperawatan II. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan fisik. S: pasien mengatakan sudah tidak merasa pusing saat bagun
dari tempat tidur, dapat berjalan sendiri tnpa bantuan. O: pasien terlihat
melakukan aktifitas ringan seperti mengambil kursi dan dapat berpindah
sendiri tanpa mengeluh. A: masalah teratasi. P: intervensi dihentikan.
Diagnosa keperawatan II.kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpapar informasi mengenai penyakit. S: pasien mengatakan sudah memahami
tentang penyakitnya dan mengetahui tentang pengertian, penyebab, gejalah,
dan penanganannya. O: pasien terlihat dapat menyebutkan pengertian,
penyebab, tanda dan gejalah, serta menyebutkan cara penanganannya. A:
masalah teratasi. P: intervensi dihentikan.
Tanggal 04 Juli 2016
Diangnosa keperawatan I:. S: pasien mengatakan nyeri masih dirasakan
tetapi nyeri hilang muncul ketika banyak bergerak. pasien mengatakan
mengurangi nyeri dengan menarik napas dalam dan pengobatan yang di dapat
dari rumah sakit. O: pasien terlihat mampu melakukan napas dalam, keadaan
umum baik, tampak tidak meringgis, skala nyeri 1 (nyeri ringan) .A: Masalah
Keperawatan sebagian teratasi. P:intervensi dihentikan.

29

Anda mungkin juga menyukai