PEMICU 3
BLOK 13
Disusun Oleh:
ZAKIYAH SYABANIAH
190600200
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyebab utama kematian
hampir di seluruh dunia. Angka PJK semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Kesehatan merupakan salah satu unsur penunjang utama dalam mempertahankan usia
hidup seseorang dan merupakan tanggung jawab tenaga yang bergerak dalam bidang
kesehatan.
Rongga mulut adalah bagian dari tubuh yang merupakan pintu gerbang penyakit
menuju ke dalam tubuh. Beberapa penelitian terakhir membuktikan hubungan sebab
akibat antara infeksi rongga mulut, penyakit sistemik dan biomarker inflamasi dalam
PJK aterosklerosis.
Hubungan infeksi endodontik dalam rongga mulut dengan PJK pembuluh darah
merupakan kondisi yang dipicu oleh proses inflamasi dan berbagai patogen serta
interaksi molekuler.
B. DESKRIPSI TOPIK
Penyusun : drg. Sayuti Hasibuan, Sp. PM; Irma Ervina, drg., Sp. Perio (K); Pocut
Astari, drg., M. Biomed
Seorang pasien laki-laki usia 45 tahun dirujuk oleh dokter spesialis penyakit
jantung ke dokter gigi untuk dilakukan pencabutan gigi geraham atas kanan yang
berlubang. Dari anamnesis diperoleh bahwa gigi tersebut pernah sakit tetapi saat ini
tidak sakit lagi. Selain itu pasien juga mengatakan mulutnya agak terasa kering.
Pasien mengatakan bahwa apabila naik tangga terkadang mengalami sakit di dadanya,
rasa sakit tersebut tidak lama, hanya sekitar 1 menit dan hilang kalau dia istirahat.
Dari rekam medik diperoleh bahwa pasien menderita penyakit jantung koroner sudah
lebih kurang 2 tahun. Riwayat obat-obatan pasien rutin mengonsumsi obat
antihipertensi (norvasc) dan antiagregasi (plavix) sampai saat ini dibawah
pengawasan dokter spesialis jantung tersebut. Pemeriksaan tekanan darah adalah
140/90 mmHg. Pemeriksaan ekstra oral tidak dijumpai kelainan. Pemeriksaan intra
oral terlihat gigi 17 karies profunda dengan pulpa terbuka. Mulut terlihat kering,
saliva kental dan pada pemeriksaan dengan cara menempelkan kaca mulut ke mukosa
pipi kaca mulut terasa lengket ketika ditarik. Terlihat pembesaran gingiva hampir
seluruh gigi dengan konsistensi fibrous, dengan warna gingiva pucat .
1. Jelaskan tentang penyakit sistemik pasien ditinjau dari pengertian dan etiologi!
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat membuat seseorang beresiko terkena penyakit
sistemik yang diderita pasien ?
3. Jelaskan manifestasi klinis penyakit sistemik pasien tersebut dan pasien termasuk
ke dalam manifestasi yang mana?
5. Jelaskan perawatan apa saja yang dapat dilakukan terhadap penyakit sistemik
pasien tersebut!
6. Jelaskan hubungan antara penyakit sistemik yang diderita pasien dengan bidang
kedokteran gigi.
8. Jelaskan patogenesis terjadinya pembesaran gingiva dan mulut kering pada pasien
tersebut!
10. Jelaskan pertimbangan dental ketika akan melakukan pencabutan gigi 17.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jelaskan tentang penyakit sistemik pasien ditinjau dari pengertian dan etiologi!
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung
kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah coroner sehingga
terjadi gangguan aliran darah ke otot jantung karena aterosklerosis. Pada waktu
jantung harus bekerja lebih keras terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
asupan oksigen, hal inilah yang menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah
tersumbat sama sekali, pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian inilah
yang disebut dengan serangan jantung. Adanyaketidakseimbangan antara ketersedian
oksigen dan kebutuhan jantung memicu timbulnya PJK.
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan, penyumbatan, atau
kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah
tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan
nyeri. Dalam kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa darah dapat hilang.
Hal ini dapat merusak sistem pengontrol irama jantung
Sumber:
Hermawati, Risa, Asri Candra Dewi. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:FMedia;
2014
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat membuat seseorang beresiko terkena
penyakit sistemik yang diderita pasien ?
Faktor risiko PJK dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu faktor risiko
yang dapat dikurangi, diperbaiki atau dimodifikasi, dan faktor risiko yang
bersifat alami atau tidak dapat dicegah. Faktor risiko yang tak dapat diubah
adalah usia (lebih dari 40 tahun), jenis kelamin (pria lebih berisiko) serta
riwayat keluarga. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi, antara lain dislipidemia,
diabetes melitus, stres, infeksi, kebiasaan merokok, pola makan yang tidak baik,
kurang gerak, Obesitas, serta gangguan pada darah (fibrinogen, faktor
trombosis, dan sebagainya), hipertensi, Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi,dan
Kadar Kolesterol HDL rendah.
Sumber:
Zahrawardani D, Herlambang KS, Anggraheny HD. Analisis Faktor Risiko
Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUP Dr.Kariadi Semarang. Jurnal
Kedokteran Muhammadiyah. 2013;1(2): 14-9.
3. Jelaskan manifestasi klinis penyakit sistemik pasien tersebut dan pasien
termasuk ke dalam manifestasi yang mana?
Normal
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tekanan darah normal menurut WHO
adalah kurang atau sama dengan 120/80 mmHg. Tekanan darah normal perlu dijaga
setiap harinya. Caranya adalah dengan menerapkan pola hidup sehat, mulai
dari mengonsumsi makanan sehat, menjaga berat badan ideal, hingga berolahraga
teratur.
Prahipertensi
Tekanan darah dapat mencapai prahipertensi jika angkanya di atas 120/80 mmHg
hingga 139/89 mmHg. Kondisi prahipertensi memiliki risiko yang lebih tinggi
terhadap kejadian penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner dan
stroke. Perubahan gaya hidup sehat dan resep obat penurun tekanan darah dari dokter
mungkin diperlukan pasien, agar tidak risiko terjadinya kondisi medis serius menurun.
Hipertensi
Tekanan darah dianggap hipertensi jika angkanya di atas 140/90 mmHg. Pada tahap
ini, biasanya dokter akan meresepkan beberapa kombinasi dari obat pengontrol
tekanan darah, seperti ACE inhibitor, alpha-blocker, beta-blocker, dan diuretik.
Sesuai kasus, pada pemeriksaan, tekanan darah pasien 140/90 mmHg. Maka dari itu,
pasien termasuk dalam klasifikasi hipertensi stadium 1. Tekanan darah sistolik 140–
159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90–99 mmHg. Jika tekanan darah sistolik
atau diastolik sudah berada pada rentang ini, maka diperlukan pengobatan karena
risiko terjadinya kerusakan pada organ menjadi lebih tinggi.
Sumber:
Definition/ Classification of Hypertension Proposed by American Society of
Hypertention
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018). Klasifikasi Hipertensi
5. Jelaskan perawatan apa saja yang dapat dilakukan terhadap penyakit sistemik
pasien tersebut!
Dalam perawatan medis umum pasien penyakit jantung koroner (PJK) dapat
dilakukan dengan 3 cara, yaitu secara non farmakologi, farmakologi, dan bedah.
• Non Farmakologi : Edukasi kepada pasien untuk mengurangi faktor risiko. Seperti
tidak merokok, mengurangi/berhenti mengonsumsi alkohol, mengonsumsi makanan
gizi seimbang, mengurangi stress, menjaga berat badan ideal dan berolahraga teratur.
Edukasi obat yang digunakan pasien yang dilakukan setelah pasien mendapatkan obat
dari resep yang ditulis dokter, tindak lanjut edukasi efek samping obat, kepatuhan
pasien dalam minum obat, dan perubahan pola hidup.
• Farmakologi : Perawatan dilakukan dengan pemberian obat-obatan kepada pasien .
Seperti golongan nitrat,beta-bloker,antagonis kalsium, antikogulan / antitrombosit.
• Bedah : Perawatan yang biasa dilakukan adalah Percutaneous Transluminal
Coronary Angioplasty (PTCA) dan Coronary Artery Bypass Grafting (CABG). Pada
pasien angina pektoris stabil, perawatan yang dapat dilakukan, yaitu :
• Menerima semua perawatan dental.
• Perawatan singkat.
• Membawa nitrogliserin.
• Pasien anti koagulan atau anti trombotik (pemeriksaan BT,TT,PT,aPTT)
Prosedur :
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital
2. Posisi semi supine.
3. Kontrol stres dan cemas : sedatif
4. Kontrol rasa sakit : anestesi vasokonstriktor (dosis epineprin mak 0,036 mg,
levonordevrin 0,2 mg). PERKI (Perhimpunan Spesialis Kardiovaskuler
Indonesia). Panduan Tatalaksana Angina Pektoris Stabil. 2019. 23-36.
Obat-obatan yang biasa diberikan kepada penderita PJK adalah sebagai berikut:
1. Nitrat : memiliki efek venodilator sehingga preload miokard dan volume akhir bilik
kiri dapat menurun sehingga konsumsi oksigen miokard juga akan menurun.
Sumber:
6. Jelaskan hubungan antara penyakit sistemik yang diderita pasien dengan bidang
kedokteran gigi.
Penyakit kardiovaskuler dan periodontal merupakan suatu keadaan inflamasiyang
umum pada manusia. Dalam aterogenesis, inflamasi memainkan suatu peran terus
menerus terhadap munculnya sel endothelial pada molekul adhesi dalam
perkembangan lapisan lemak, pembentukan plak, dan terakhir robeknya plak.
Munculnya infeksi seperti penyakit periodontal dinyatakan mengekalkan terjadinya
inflamasi dalam aterosklerosis. Studi observasi terkini dan analisa meta terus
memperlihatkan suatu peningkatan resiko ringan tetapi signifikan pada penyakit
kardiovaskuler di antara orang yang tekena penyakit periodontal. Percobaan dengan
model binatang lebih jauh menunjukkan bahwa infeksi periodontal dapat
meningkatkan aterosklerosis dengan ada atau tidak adanya hiperskolesterolemia.
Dalam beberapa penelitian secara garis besar terdapat hubungan antara penyakit
periodontal dengan penyakit jantung koroner. Kesehatan rongga mulut yang buruk
menjadi salah satu faktor resiko penyakit kardiovaskular. Penyakit periodontal yang
umumnya merupakan penyakit inflamasi kronis telah menjadi pertimbangan sebagai
dasar mekanisme terjadinya aterosklerosis, inflamasi mempunyai peranan penting
dalam perkembangan aterosklerosis. Pada pemeriksaan pasien penyakit
kardiovaskular selain faktor resiko kebiasaan merokok, diabetes, hipertensi,
lemak,11hendaknya dilakukan pemeriksaan kesehatan rongga mulut karena perannya
sebagai salah satu faktor resiko penyakit kardiovaskular.
Sumber:
Paquette DW, Nadine 7.Bradola, Timoyhy CN. Cardiovascular disease, inflammation
and periodontal infection. Periodontology 2000. 2007: 113-26.
7. Jelaskan diagnosis kelainan jaringan lunak pada kasus tersebut!
Hiperplasia Gingiva
(7) neoplasma enlargement berupa tumor benigna atau tumor maligna; dan
Pasien pada kasus tersebut didiagnosis menderita hiperplasia gingiva diinduksi obat-
obatan. Hal ini diperkuat oleh hasil pemeriksaan intra oral pasien yang menunjukkan
pembesaran gingiva hampir seluruh gigi dengan konsistensi fibrous, dengan warna
gingiva pucat dan pasien juga rutin mengonsumsi obat antihipertensi dan antiagregasi.
Sumber:
Usman NA, Hernawan I. Tata Laksana Xerostomia Oleh Karena Efek Penggunaan
Amlodipine: Laporan Kasus. Insisiva Dental Journal 2017; 6(2): 15 – 23.
Pada skenario, rongga mulut pasien mengalami xerostomia yang ditandal dengan mulut
terlihat kering, saliva kental dan pada pemeriksaan dengan cara menempelkan kaca
mulut ke mukosa pipi kaca mulut terasa lengket ketika ditarik. Hal ini disebabkan oleh
obat antihipertensi yang dikonsumsi pasien. Tatalaksana untuk xerostomia ini dengan
menyuruh pasien menggunakan obat kumur chlorine dioxide lemon mint. Obat kumur
Int dapat meningkatkan oral hygiene. Campuran ini dimasukkan rasa lemon-mint yang
berfungsI menstimulasI flow saliva dan membuat rongga mulut menjadi bersih dan
segar. Aroma lemon-mint dapat merangsang kelenjar saliva terstimulasi melalui
rangsangan kimlawi, pasien juga diinstruksikan untuk menggunakan dry moth gel. Dry
mouth gel merupakan pengganti saliva sintetik yang berfungsl melindungi gigl serta
jaringan rongga mulut. Gel ini memiliki pH netral sehingga tidak menyebabkan
demineralisasI pada email dan dentin. Gel ini mengandung carboxymethyI cellulose
yang memilki viskositas menyerupal saliva, mucopolysaccharide, base polimer gliseat
atau musin yang dapat menyebabkan mukosa menjadi lembab, kemudian pasien
diinstruksikan untuk mengunyah permen xylitol bebas gula untuk merangsang laju
aliran saliva, minum air putih minimal 2 Liter dan menjaga oral hygiene.
Fase Satu
Tahap perawatan yang dilakukan pada fase pertama dibagi menjadi tiga sesi. Pada sesi
pertama dilakukkan tiga tahap. Tahap pertama dilakukan penjelasan kepada pasien telah
menderita penyakit gingiva dan faktor-faktor penyebabnya. Untuk itu ditunjukan ciri
klinis pada pasien. pada kasus di atas ciri klinis pada pasien terlihat pembesaran gingiva
hamper seluruh gigi dengan konsistensi fibrous, dengan warna gingiva pucat. Langkah
kedua, menjelaskan kepada pasien apa yang dapat dilakukan dokter gigi pada pasien
dan apa yang harus dilakukan pasien untuk menunjang keberhasilan perawatan.
Lanfkah ketiga adalah mengajari pasien cara-cara pembersihan mulut dengan alat
pembersih yang sesuai sehingga pasien yang termotivasi untuk memelihara kebersihan
mulutnya.
Sesi kedua pada sesi kedua kondisi gingiva pasien dan penumpukan plak. pada tahap ini
dilakukan penskeleran guna menyingkirkan semua deposit dan kemudian seluruh
permukaan gigi dipoles. Pemolesan ini dilakukan untuk melicinkan permukaan karena
plak mudah menumpuk ke permukaan kasar.
Sesi ketiga pada sesi ketiga kembali dievaluasi kondisi gingiva dan control plak. apabila
ada daerah dengan inflamasi yang menetap, perlu diperiksa apa faktor penyebabnya.
Fase dua
Pada fase dua dilakukan pembedahan dan peerawatan saluran akar. Pembedahan yang
dilakukkan adalah gingivektomi. Salah satu indikasi yang dilakukan untuk
gingiveektomi adalah penyingkiran saku supraboni tanpa melihat kedalamannya, bila
konsistensi dinding sakunya fibrous dan padat serta zona gingiva cekatnya adekuat.
Fase empat
Pada fase empat dilakukan evaluasi perawatan pada kalkulus, plak. pada fase ini juga
dilakukan rencana untuk kunjungan berkala. Ketika pembesaran tersebut dihilangkan
secara pembedahan, pembesaran akan kambuh kembali. Menghilangnya pembesaran
secara spontan terjadi dalam beberapa bulan setelah pemberhentian penggunaan obat.
Sumber: