Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PEMICU INDIVIDUAL

BLOK 7

SKENARIO 2 : “Metabolisme Terganggu…”

Disusun Oleh:

Zakiyah Syabaniah

190600200

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam
bentuk kerusakan tersebut.Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu
nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik,
reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan
pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi,
modulasi, dan persepsi

Diabetes Melitus bisa terjadi karena tubuh tidak menghasilkan jumlah insulin yang cukup
atau insulin tidak berfungsi sebagaimana mestinya., sehingga akhirnya mengakibatkan
peningkatan kadar gula darah. 

Penyakit ini memiliki dua jenis utama, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1
terjadi karena adanya kondisi autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh pengidap sendiri
yang menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin.
Sedangkan diabetes tipe 2, disebabkan karena sel-sel tubuh kurang sensitif terhadap
insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak bisa dipergunakan dengan baik (resistensi
sel tubuh terhadap insulin). Diabetes tipe 2  lebih sering terjadi dibandingkan diabetes
tipe 1.

Diabetes yang tidak dikontrol dengan baik bisa menyebabkan berbagai komplikasi serius,
seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kebutaan, amputasi, bahkan kematian.

B. DESKRIPSI TOPIK

Nama pemicu : Metabolisme terganggu …

Penyusun : dr. Rusdiana, M. Kes; dr. M. Aron Pase, M.Ked (PD).,Sp. PD; dr. Tri
Widyawati, M.Si, Ph.D

Hari/Tanggal Jam : Selasa, 13 Mei 2020

Seorang perempuan umur 55 tahun datang ke praktek dokter gigi dengan keluhan sakit
gigi dan gusinya bengkak. Dari hasil pemeriksaan intra oral, terlihat gigi molar satu kanan bawah
mengalami abses. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien ini sering mengalami buang air kecil,
badan merasa mudah lelah dan berat badan makin menurun, walau banyak makan. Keluhan ini
sudah dialami sejak 4 bulan yang lalu, selain itu pasien sering merasa haus sehingga pasien
banyak minum dan kebas ditangan dan kaki. Pada pemeriksaan fisik didapati tinggi badan 165
cm, BB 85 kg, kesadaran compos mentis, TD 120/70 mmHg, frekwensi nadi 90x /menit regular.
Pernafasan 24 x /menit regular, suhu 37⁰C.

Hasil laboratorium darah rutin dalam batas normal, Kadar Gula Darah sewaktu 365
mg/dl.

Pertanyaan :

1. Jelaskan patofisiologi nyeri!

2. Jelaskan patogenesis terjadinya abses pada gigi!

3. Jelaskan gambaran histopatologi abses pada gigi !

4. Jelaskan patofisologi poliuri! 5. Jelaskan patofisiologi penurunan berat badan!

6. Jelaskan patofisiologi badan lemas dikaitkan dengan proses metabolisme karbohidrat dan
peningkatan kadar gula darah!

7. Jelaskan patofisiologi sering haus!

8. Jelaskan faktor risiko terjadinya penyakit DM tersebut!

9. Jelaskan pemeriksaan penunjang lain untuk kasus ini!

10. Jelaskan penatalaksanaan non-farmakologi dari kasus di atas!

11. Jelaskan penatalaksanaan farmakologi dari kasus di atas!

12. Jelaskan kemungkinan interaksi obat antiinflamasi nonsteroid dengan obat antidiabetik!

13. Jelaskan komplikasi diabetes melitus!

14. Jelaskan indikasi rujuk pada kasus tersebut!


BAB II

PEMBAHASAN

1. Jelaskan patofisiologi nyeri!


Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas tinggi
maupun rendah seperti perennggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang
mengalami nekrotik akan merilis K + dan protein intraseluler . Peningkatan kadar K +
ekstraseluler akan menyebabkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada
beberapa keadaan akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan
peradangan / inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien,
prostaglandin E2, dan histamin yang akan merangasng nosiseptor sehingga rangsangan
berbahaya dan tidak berbahaya dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia).
Selain itu lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan
serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh
darah maka akan terjadi iskemia yang akan menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler
dan H + yang selanjutnya mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan
prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh
darah. Hal ini menyebabkan edema lokal, tekanan jaringan meningkat dan juga terjadi
Perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor terangsang maka mereka melepaskan substansi
peptida P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptida (CGRP), yang akan merangsang proses
inflamasi dan juga menghasilkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh
darah. Vasokonstriksi (oleh serotonin), diikuti oleh vasodilatasi, mungkin juga
bertanggung jawab untuk serangan migrain . Peransangan nosiseptor inilah yang
menyebabkan nyeri.

2. Jelaskan patogenesis terjadinya abses pada gigi!


Patofisiologi abses gigi melibatkan proses infeksi dan inflamasi pada jaringan di
sekitar gigi yang berujung pada pembentukan abses. Abses yang terbentuk dapat berawal
dari infeksi endodontik atau infeksi periodontal. Sistem saluran akar (root canal)
merupakan ruangan tertutup yang pada kondisi normal, bebas dari bakteri. Jika ruangan
ini terbuka akibat mahkota gigi yang tidak intak, seperti pada trauma dan karies gigi,
maka bakteri akan mudah masuk sistem saluran akar dan menyebabkan infeksi
endodontik. Infeksi dari berbagai mikroorganisme memicu peradangan pada pulpa dan
kolonisasi bakteri pada saluran akar. Invasi bakteri dapat berlanjut masuk ke jaringan
periapikal melalui foramen apikal untuk memicu inflamasi pada jaringan di sekitar akar.
Peradangan ini menghasilkan produk inflamasi yang berakumulasi sebagai pus dan
berakhir sebagai abses apikal akut. 
3. Jelaskan gambaran histopatologi abses pada gigi !

Abses gigi adalah terbentuknya kantung atau benjolan berisi nanah pada gigi. Abses gigi
disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini bisa muncul di sekitar akar gigi maupun di gusi.

Infeksi bakteri penyebab abses gigi umumnya terjadi pada orang dengan kebersihan
dan kesehatan gigi yang buruk. Nanah yang berkumpul pada benjolan, lambat laun akan
terasa bertambah nyeri.

4. Jelaskan patofisologi poliuri!

Dalam proses metabolisme, insulin memegang peran penting yaitu memasukan glukosa
ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormone
yang dihasilkan oleh sel beta di pancreas yang sangat berperan dalam mengatur kadar
glukosa darah. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapt membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, yang selanjutnya
glukosa dimetabolismekan menjadi energy di dalam sel. Apabiila insulin tidak ada maka
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat glukosa tetap berada di pembuluh
darah yang artinya kadar gluosa di dalam darah meningkat. Pada DM tipe 1, terjadi
kelainan sekresi insulin oleh sel beta pancreas. Pasien diabetes mellitus tipe ini mewarisi
kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta
pancreas. Respon autoimun dipacu oleh aktifitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau
langerhans dan terhadap insulin itu sendiri. Pada DM tipe 2, jumlah insulin normal tetapi
jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin
ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk kedalam sel. Meskipun jumlah 17
insulinya banyak tapi jika reseptornya sedikit maka insulin yang masuk kedalam sel akan
sedikit sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel akan kekurangan
energi dan glukosa dalam darah menjadi meningkat. Keadaan ini sama dengan DM tipe
1, tetapi bedanya pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa darah tinggi, kadar insulin
juga tinggi atau normal dan reseptor insulinya yang kurang atau sedikit. Baik pada DM
tipe 1 atau tipe 2 kadar glukosa dalam darah akan meningkat dan apabila keadaan ini
terjdi terus menerus dan melebihi ambang ginjal maka glukosa tersebut akan dikeluarkan
melalui urin sehingga urin akan manis dan cepat dikerumuni semut. Mungkin keadaan
inilah sebabnya penyakit ini disebut juga dengan penyakit kencing manis. Tingginya
kadar glukosa darah (kadang – kadang mencapai 8 sampai 10 kali, normal pada pasien
diabetes yang parah) dapat menyebabkan dehidrasi berat pada sel diseluruh tubuh. Hal ini
terjadi sebagian karena glukosa tidak dapat dengan mudah berdifusi melewati pori – pori
membran sel , dan naiknya tekanan osmotik dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan
timbulnya perpindahan air secara osmosis keluar dari sel. Selain efek dehidrasi sel
langsung akibat glukosa yang berlebihan, keluarnya glukosa kedalam urin akan
menimbulkan keadaan deuresis osmotik. Gambaran klasik dari 18 diabetes adalah
poliuria (kelebihan ekskresi urin), dehidrasi ekstrasel dan dehidrasi intrasel, dan
bertambahnya rasa haus. Pergeseran metabolisme karbohidrat ke metabolisme lemak
pada pasien diabetes akan meningkatkan pelepasan asam – asam keto seperti asam
asetoasetat dan asam β – hidroksibutirat kedalam plasma melebihi kecepatan ambilan dan
oksidasinya oleh sel – sel jaringan. Akibatnya, pasien mengalami asidosis metabolik
berat akibat asam keto yang berlebih, yang terkait dengan dehidrasi akibat pembentukan
urin yang berlebihan, dapat menimbulkan asidosis yang berat. Hal ini cepat berkembang
menjadi koma diabetikum dan kematian kecuali pasien segera diobati dengan sejumlah
besar insulin. Kegagalan untuk menggunakan glukosa sebagai sumber energi berakibat
peningkatan mobilisasi protein dan lemak. Oleh karena itu, seseorang dengan diabetes
mellitus berat yang tidak obati akan mengalami penurunan berat badan yang cepat dan
asthenia (kurangnya energi) meskipun pasien memakan sejumlah besar makanan
(polifagi). Tanpa pengobatan, kelainan metabolisme ini dapat menyebabkan kehilangan
jaringan tubuh dan kematian dalam waktu beberapa minggu .

5. Jelaskan patofisiologi penurunan berat badan!


Ketika sel-sel tubuh tidak mendapatkan glukosa dan energi dari makanan, maka tubuh
memecah otot dan lemak Ketika jaringan untuk mendapatkan energi. Hal ini merupakan
penyebab terjadinya tubuh kehilangan berat badan.

6. Jelaskan patofisiologi badan lemas dikaitkan dengan proses metabolisme


karbohidrat dan peningkatan kadar gula darah!
Peningkatan kadar gula darah akibat hormon insulin yang tidak cukup (misalnya
pada diabetes tipe 1) atau karena kerja insulin yang tidak baik (misalnya pada diabetes
tipe 2) mengakibatkan sel-sel tubuh tidak mendapatkan cukup zat gula yang digunakan
untuk menghasilkan energi, akibatknya orang tersebut akan merasa lemas atau lemah.
Proses perubahan glukosa menjadi energi ini melibatkan proses metabolisme
karbohidrat. Ketika seseorang mengalami kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemi),
terutama pada orang yang sudah tua, ia akan mengalami dehidrasi. Hal ini terjadi akibat
sifat glukosa yang "menarik" air dan meningkatkan frekuensi buang air kecil. Hal inilah
yang juga mengakibatkan orang yang mengalami hiperglikemi cenderung merasakan
keluhan lemas atau lemah badan. Selain itu, misalnya pada penderita diabetes yang
mengaami kondisi hiperglikemi, biasanya terjadi gangguan fungsi organ lain, seperti pada
ginjal. Gangguan fungsi ginjal ini juga berkontribusi terhadap terjadinya lemas atau
lemah tubuh. 

7. Jelaskan patofisiologi sering haus!


jika kadar gula darah dalam tubuh seseorang tinggi, maka glukosa yang tidak bisa
dimetabolisme akan ikut terbuang melalui urine.
Hal ini menyebabkan urine menjadi lebih kental, sehingga membutuhkan air untuk
mengencerkannya. Air yang digunakan ini diambil dari dalam tubuh. Akibatnya tubuh
akan mengalami dehidrasi sehingga membutuhkan banyak minum. Jika seseorang banyak
minum, maka buang air kecilnya juga akan menjadi lebih sering

8. Jelaskan faktor risiko terjadinya penyakit DM tersebut!

Berikut ini faktor-faktor risiko diabetes tipe 1:

1. Memiliki anggota keluarga yang mengidap diabetes tipe 1


2. Terkena infeksi virus
3. Orang berkulit putih dipercaya lebih berisiko mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan
ras lain
4. Bepergian ke daerah yang jauh dari khatulistiwa (ekuator)
5. Usia. Meskipun diabetes tipe 1 bisa muncul pada usia berapapun, tapi penyakit ini
banyak dialami oleh anak-anak berumur 4–7 tahun dan 10–14 tahun.

  faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 adalah sebagai berikut:

1. Mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.


2. Memiliki riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2.
3. Kurang aktif bergerak. Aktivitas fisik bisa membantu seseorang untuk mengontrol
berat badan, membakar glukosa sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif
terhadap insulin. Itulah mengapa, orang yang kurang beraktivitas fisik akan lebih
mudah terkena diabetes tipe 2.
4. Usia. Risiko terkena diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia.
5. Mengidap tekanan darah tinggi atau hipertensi.
6. Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida yang tidak normal. Orang yang memiliki
kadar kolesterol baik atau HDL (high-density lipoprotein) yang rendah, tapi kadar
trigliseridanya tinggi lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2.
7. Mengidap polycystic ovarian syndrome (PCOS). Khusus pada wanita, memiliki
riwayat penyakit PCOS membuat seorang wanita berisiko tinggi mengalami diabetes
tipe 2.

9. Jelaskan pemeriksaan penunjang lain untuk kasus ini!


1. Tes Gula Darah Sewaktu
2. Tes Gula Darah Puasa
3. Tes Toleransi Glukosa.
4. Tes HbA1C (glycated haemoglobin test)

10. Jelaskan penatalaksanaan non-farmakologi dari kasus di atas!

 Edukasi
 Terapi
 Latihan fisik
 Mengonsumsi makanan herbal

11. Jelaskan penatalaksanaan farmakologi dari kasus di atas!

Terapi farmakologi diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
(gaya hidup sehat).Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.Obat
hipoglikemik oral, Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:Pemicu sekresi
insulin sulfonylurea dan glinid.Peningkat sensitivitas terhadap insulin metformin dan
tiazolidindion. Penghambat glukoneogenesis. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat
glukosidase alfa.DPP-IV inhibitor Ringkasan Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia sebagai akibat dari defek sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya. 6 Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-
4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan
jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.makanan dengan
komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan kecukupan
gizi baik. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan barat badan ideal. Jumlah kalori yang
diperlukan dihitung dari berat badan idaman dikali kebutuhan kalori basal (30 Kkal/kg BB untuk
laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita).Kemudain ditambah dengan kebutuhan kalori untuk
aktivitas (10-30% untuk atlet dan pekerja berat dapat lebih banyak lagi, sesuai dengan kalori
yang dikeluarkan dalam kegiatannya). Makanan sejumlah kalori terhitung dalam 3 porsi besar
untuk makanan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%) serta 2- 3 porsi (makanan ringan, 10-
15%).
12. Jelaskan kemungkinan interaksi obat antiinflamasi nonsteroid dengan obat
antidiabetik!

- meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke

- gagal ginjal

- risiko kematian penderita Diabetes Melitus

13. Jelaskan komplikasi diabetes melitus!

omplikasi diabetes melitus terbagi dalam dua kategori, yakni komplikasi jangka


pendek (akut) dan komplikasi jangka panjang (kronis). Hipoglikemia dan ketoasidosis adalah
bentuk komplikasi akut, sedangkan komplikasi yang bersifat kronis terjadi ketika
diabetes melitus sudah memengaruhi fungsi mata, jantung, ginjal, kulit, saluran pencernaan, dan
saraf.

Komplikasi diabetes melitus sangat mungkin terjadi dan bisa menyerang seluruh organ tubuh.
Oleh sebab itu, penderita diabetes harus selalu rutin memantau dan menjaga kadar gula darahnya
agar tetap normal.

14. Jelaskan indikasi rujuk pada kasus tersebut!

- pasien diberikan pramedikasi atau obat antibiotic untuk mengurangi rasa sakit

- pasien dirujuk ke spesialis penyakit dalam, apabila dokter spesialis penyakit dalam
telahmemberikan surat keterangan dapat dilakukan tindakan perawatan abses pada gigi.

BAB III

PENUTUP
Glukosa adalah bukan gula biasa yang umum tersedia di toko atau pasar. Glukosa
adalah karbohidrat alamiah yang digunakan tubuh sebagai sumber energi. Yang banyak dijual
adalah sukrosa dan ini sangat berbeda dengan glukosa. Konsentrasi tinggi dari glukosa dapat
ditemukan pada minuman ringan (soft drink) dan buah-buah tertentu. Kadar gula darah hanya
menyiratkan kadar glukosa darah dan tidak menyatakan kadar fruktosa, sukrosa, maltosa dan
laktosa (banyak pada susu).[3] Yang bukan glukosa akan diubah sebagian menjadi glukosa
melalui proses yang bisa panjang tergantung jenisnya, karenanya mungkin tidak cepat
menaikkan kadar gula darah. Buah selain memiliki glukosa juga memiliki fruktosa dengan
komposisi yang berbeda-beda tergantung buahnya. Sukrosa termasuk cepat berubah menjadi
glukosa, tetapi gula batu karena proses pembuatannya berbeda lebih baik dari gula pasir,
sedangkan gula aren dan gula jawa jauh lebih baik bagi penderita diabetes.

Kadar glukosa pada darah dikendalikan oleh beberapa hormon. Hormon adalah zat kimia di
dalam badan yang mengirimkan tanda pada sel-sel ke sel-sel lainya. Insulin adalah hormon yang
dibuat oleh pankreas. Ketika makan, pankreas membuat insulin untuk mengirimkan pesan pada
sel-sel lainnya di tubuh. Insulin ini memerintahkan sel-sel untuk mengambil glukosa dari darah.
Glukosa digunakan oleh sel-sel untuk pembuatan energi. Glukosa yang berlebih disimpan dalam
sel-sel sebagai glikogen. Pada saat kadar gula darah mencapai tingkat rendah tertentu, sel-sel
memecah glikogen menjadi glukosa untuk menciptakan energi.

Selain menaikkan tekanan darah, diabetes juga dapat menimbulan bahaya pada kadar kolesterol
dalam tubuh. Diabetes cenderung dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dan menurunkan
kadar kolesterol baik.

Kadar gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol tinggi merupakan ‘biang’
yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi penyakit pada pengidap diabetes melitus.

DAFTAR PUSTAKA
Silbernagl/Lang, 2000, Pain in Color Atlas of Pathophysiology , Thieme New York. 320-
321

Singh H. 2016. Microbiology of Endodontic Infections. Journal of Dental and Oral


Health. 2016 Sept; 2(5):1-4.

Patel PV, Kumar S, Patel A. 2011. Periodontal Abscess: A Review. Journal of Clinical
and Diagnostic Research. 2011 Apr 5(2):404-409.

Siqueira JF, Rocas IN. 2013. Microbiology and Treatment of Acute Apical Abscesses.
Clinical Microbiology Reviews 2013 Apr 26(2):255-273.

Persoon IF, Ozok AR. 2017. Definitions and Epidemiology of Endodontic Infections.
Curr Oral Health Rep. 2017; 4(4): 278–285.

  Department of Medicine, Samsung Medical Center, Sungkyunkwan University School of


Medicine and National Research Laboratory of Cell Death and Diabetes Research; Lee MS.
Diakses tanggal 2010-06-30.

Goldstein DE., et al. Tests of Glycaemia in Diabetes. Diabetes Care. 2004; 27:1761–
1773.

Anda mungkin juga menyukai