Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER

A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama di
Negara maju banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK sehingga
upaya pencegahan harus bersifat multifaktorial juga. Penyakit arteri koronaria
merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab
utama kematian di USA walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan
resiko dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga
kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan.
Mengenal Faktor resiko PJK sangat penting dalan usaha pencegahan
PJK merupakan salah satu usaha yang cukup besar peranannya dalam
penanganan PJK untuk menurunkan resiko dan kematian akibat PJK yaitu
dengan caramengendalikan faktor resiko PJK. Faktor-faktor resikonya besar,
tetapi dapat diubah (modifiable risk factors) dalam perkembangan CAHD.
Faktor resiko utama PJK adalah: hipertensi, hiperlipoproteinemia,makanan, dan
merokok, dimana merupakan faktor yang dapat dikontrol dan bersifat
reversible.
Faktor resiko lainnya adalah : umur, ras, jenis kelamin, keturunan
(bersifat Irreversibel), geografis, diet, obesitas, diabetes, exercise, perilaku dan
kebiasaan hidup lainnya, stress, perubahan sosial dan perubahan masa (bersifat
reversibel). Dengan mengatur, berhenti merokok dan perubahan hipertensi
yang efektif, dapat menurunkan resiko dan kematian akibat PJK.
BAB II
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema : Penyakit Jantung Koroner


Sasaran : Warga pampang
Tempat : Puskemas pampang
Hari/Tanggal : Rabu, 1 April 2020
Waktu : 09.00-09.30 WITA (30 menit)
Penyaji : Mahasiswa Ners UMI Angkatan X.

1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Tujuan umum pelaksanaan kegiatan penyuluhan tentang PENYAKIT
JANTUNG KORONER diharapkan peserta penyuluhan dapat mengerti
tentang BAHAYA PENYAKIT JANTUNG KORONER terhadap
kesehatan.

b. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan peserta penyuluhan;

1. Mengetahui tentang apa itu Penyakit Jantung Koroner.


2. Mengetahui faktor-faktor penyebab Penyakit Jantung Koroner.
3. Mengetahui tanda dan gejala Penyakit jantung koroner
4. Mengetahui bagaimana cara pencegahan Penyakit Jantung Koroner.

2. Sasaran
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada masyarakat
di pampang yang beresiko terkena penyakit jantung koroner
3. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan tersebut adalah;
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4. Media
Media yang digunakan dalam pemberian pendidikan kesehatan ini adalah
materi tertulis dalam bentuk brosur. Brosur yang diberikan berisi materi
mengenai bahaya PJK bagi kesehatan.
5. Materi terlampir
1. Pengertian Penyakit jantung koroner
2. Apa penyebab penyakit jantung koroner
3. Apa tanda dan gejala penyakit jantung koroner
4. Apa Faktor resiko penyakit jantung koroner
5. Apa penatalaksanaan penyakit jantung koroner
6. Apa terapi spesifik penyakit jantung koroner
7. Pengorganisasian
1. Pembimbing : Syafruddin, S.Kep, Ns, M.Kep.
2. Penyaji : Yeni Fatmawati
3. Moderator :
8. Kegiatan Penyuluhan
N TAHAP KEGIATAN Kegiatan Peserta
O.
1. Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab salam
( 5 menit )  Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
 Apersepsi dengan cara
menggali pengetahuan
yang dimiliki pasien
dan keluarga tentang
penyakit jantung
koroner
2. Pelaksanaan  Menjelaskan materi  Mendengarkan
( 20 menit )  Pasien dan keluarga  Bertanya
memperhatikan
penjelasan  tentang
penyakit jantung
koroner
 Pasien dan keluarga
menanyakan tentang
hal-hal yang belum
jelas
3. Penutup  Menyimpulkan materi  Mendengarkan
(5menit)   Mengevalusi pasien  Menjawab salam
dan keluarga tentang
materi yang telah
diberikan
 Mengakhiri pertemuan

9. Evaluasi
Menanyakan kembali kepada peserta penyuluh tentang

1. Apa itu Penyakit jantung koroner?


2. Apa faktor penyebab penyakit jantung koroner?
3. Apa tanda dan gejala penyakit jantung koroner?
4. Apa saja faktor resiko penyakit jantung koroner?
5. Apa saja penatalaksanaan faktor resiko penyakit jantung koroner?
6. Apa saja terapi spesifik penyakit jantung koroner?

BAB III
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada jantung yang
diakibatkan oleh penurunan suplai darah ke otot jantung (Black, 2014).
Penyakit jantung Koroner adalah Suatu gejala khusus dari aterosklorosis pada
arteri koronaria yang terjadi disebabkan oleh suplai darah ke otot jantung
berkurang sebagai akibat tersumbatnya (obstruksi) pembuluh darah arteri
koronaria (Wijaya, 2013). Penyakit jantung koroner adalah perubahan variabel
intima arteri yang merupakan pokok lemak (lipid), pokok komplek
karbohidrat darah dan hasil produk darah, jaringan fibrus dan defisit kalsium
yang kemudian diikuti perubahan lapisan media (Wijaya, 2013).
B. Etiologi Penyakit Jantung Koroner
Atesroklorosis pembuluh koroner merupakan penyebab arteri
koronaria yang paling sering ditemukan, aterosklorosis menyebabkan
penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteria koronaria, sehingga
secara progresif mempersempit lumen pada pembuluh darah (Wijaya, 2013).
Penyebab arteri koroner adalah inflamasi dan pengendapan lemak di dinding
arteri (Black, 2014). Penyakit jantung koroner disebabkan oleh kerusakan
aliran darah menuju miokardium, penumpukan plak ateroklorosis di arteri
koroner. Penyakit jantung koroner dapat asitomatik atau dapat menyebabkan
angina pectoris, sindrom koroner akut, infark miokardium (serangan jantung
mendadak), gagal jantung bahkan kematian mendadak (Lemone, 2015).
Penyakit jantung koroner terjadi karna plak lemak (ateromas) terbentuk dan
menyempitkan arteri koroner sehingga mengurangi aliran jumlah darah keotot
jantung berkurang sehingga menyebabkan iskemia (Hurst, 2015).
C. Manifestasi klinis
Aterosklorosis saja tidak menimbulkan suatu manifestasi klinis
subjektif, untuk menimbulkan suatu manifestasi harus terjadi suatu defisit
kritis dalam darah pada jantung yang berbanding dengan kebutuhan oksigen
dan nutrisi (Black, 2014). Gejala dan komplikasi terjadi sesuai dengan lokasi
dan derajat penyempitan lumen arteri, pembentukan thrombus, dan obstruksi
aliran darah ke miokardium, Gejalanya mencakup: (Brunner, 2013).
a. Iskemia adalah kekurangan suplai darah kejaringan atau organ tubuh karna
permasalahan pada pembuluh darah, tanpa pasokan darah yang cukup,
jaringan atau organ juga tidak cukup oksigen.
b. Nyeri dada adalah rasa nyeri, sakit atau tertekan pada dada. Bagian tubuh
yang terasa nyeri seperti ditusuk bisa dimulai dari bahu hingga ketulang
rusuk, rasa sakit bisa menjalar ke rahang, leher, dan hingga ke tangan.
c. Gejala apitikal berupa iskemia miokardium (sesak napas, mual dan lemah).
d. Infark miokardium adalah kerusakan otot jantung pada bagian tertentu
yang menetap akibat kurangnya pasokan aliran darah yang kaya oksigen.
e. Disritmia adalah gangguan pada sistem kelistrikan jantung yang mengatur
denyut jantung sehingga denyut jantung dapat lebih lambat, lebih cepat,
bahkan tidak beraturan.

D. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner


Faktor risiko diartikan sebagai karakteristik yang berkaitan dengan
kejadian suatu penyakit di atas rata-rata. Faktor risiko penyakit jantung
koroner seringkali diklasifikasikan sebagai faktor yang tidak dapat diubah
(yang tidak dapat dimidifikasi) dan faktor yang dapat dimodifikasi (Lemone,
2015).
a. Faktor Risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1) Usia ( Pria > 45 tahun dan Wanita > 55 tahun)
Usia adalah faktor risiko terpenting dan 80% dari kematian akibat
penyakit jantung koroner ( Lemone, 2015) Meningkatnya usia
seseorang akan semakin tinggi terjadinya penyakit jantung koroner
dengan penambahan waktu yang digunakan untuk proses pengendapan
lemak pada dinding pembuluh nadi, disamping itu proses kerapuhan
pada dinding pembuluh tersebut semakin panjang sehingga semakin
tua seseorang maka semakin besar kemungkinan terserang penyakit
jantung koroner (Wijaya, 2013).
2) Jenis Kelamin
Pria mempunyai risiko yang lebih untuk menderita penyakit jantung,
kaum ibu biasanya terserang oleh penyakit ini sampai setelah
menopause akibat terjadinya penurunan kadar esterogen dan
peningkatan lipid dalam darah (Wijaya, 2013).
3) Genetik ( Keturunan)
b. Faktor Risiko yang dapat dimodifikasi
1) Hipertensi
Hipertensi adalah hasil tekanan darah yang konsisten sistolik lebih dari
140 mmHg, diastol lebih dari 90 mmHg. Hipertensi merusak sel
endotel arteri, kemungkinan disebabkan oleh kelebihan dan tekanan
dan perubahan karakteristik aliran darah. Kerusakan ini dapat
merangsang perkembangan plak aterosklerotik (Lemone, 2015)
Hubungan tekanan darah tinggi dengan penyakit jantung koroner
adanya atribut yang yang mempercepat timbulnya aterosklorosis
(Wijaya, 2013).
2) Diabetes mellitus
Diabetes dikaitkan dengan kadar lemak darah lebih tinggi, Selain itu
Diabetes mempengaruhi endothelium pembuluh darah, berperan pada
proses aterosklorosis (Lemone, 2015).
3) Lemak Darah abnormal
Hiperlipidemia adalah kadar lemak dan lipoprotein tinggi yang
abnormal. Lipoprotein membawa kolesterol dalam darah. Lipoprotein
densitas rendah (LDL) adalah pembawa utama kolesterol. Kadar tinggi
LDL meningkatkan aterosklorosis karna LDL menyimpan kolesterol
pada dinding arteri (Lemone, 2015). Hiperlopidemia merujuk pada
proses terjadinya peningkatan kadar kolesterol dan trigeliserida dalam
darah (Wijaya, 2013).
4) Merokok
Merokok adalah faktor risiko independen untuk Penyakit jantung
koroner (Lemone, 2015). Seseorang merokok umumnya akan
mengalami penurunan HDL dan peningkatan LDL sehingga akan
meningkatkan penebalan pada dinding pembuluh darah (Wijaya,
2013).
5) Obesitas
Obesitas yang berhubungan dengan beban kerja jantung yang
meningkat dan juga kebutuhan oksigen untuk jantung, yang spesifik
obesitas berhubungan dengan peningkatan intake kalori dan
peningkatan kadar LDL (Wijaya, 2013). Obesitas (kelebihan jaringan
adiposa), umumnya didefinisikan sebagai indeks masa tubuh (IMT) 30
kg/m2 atau lebih dan distribusi lemak yang mempengaruhi risiko
penyakit jantung koroner (Lemone, 2015).
6) Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas dikaitkan dengan risiko penyakit jantung koroner
yang lebih tinggi. Data penelitian mengindikasikan bahwa orang yang
mempertahankan program aktivitas fisik secara teratur cenderung lebih
sedikit mengalami penyakit jantung koroner dibanding dengan orang
yang santai.

E. Penatalaksanaan Faktor risiko


Penatalaksanaan konservatif penyakit jantung koroner berfokus pada
faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
a. Hipertensi
Meskipun hipertensi seingkali tidak dapat dicegah atau diatasi tetapi dapat
dikontrol dengan mempertahankan tekananan darah kurang dari 140/90
mmHg sangat diperlukan untuk menurunkan efek peningkatan
aterosklorosis dan mengurangi beban kerja jantung. Dengan mengurangi
asupan natrium dan meningkatkan asupan kalsium (Lemone, 2015).
Tekanan darah harus diukur paling tidak setiap 2 tahun pada dewasa,
dengan mengontrol tekanan darah harus mempertahankan berat badan
yang ideal dan berolah raga secara teratur (Black, 2014).
b. Diabetes
Diabetes meningkatkan penyakit jantung koroner dengan mempercepat
aterosklorosis. Penurunan berat badan jika tepat, penurunan asupan lemak,
dan latihan fisik terutama diperlukan untuk pasien diabetes (Lemone,
2015). Kadar glukosa darah sebaiknya dipertahankan dalam nilai normal
dengan pasien diabetes (Black, 2014).
c. Medikasi
Medikasi untuk menurunkan kadar kolesterol serum total dan HDL serta
meningkatkan kadar HDL adalah bagian integral pelaksanaan penyakit
jantung, terapi obat digunakan bersamaan dengan diet dan perubahan gaya
hidup (Lemone, 2015). Untuk pasien penyakit jantung koroner dianjurkan
diet dengan terapi suplemen nasi ragi merah dapat mengurangi kadar
kolesterol (Black, 2014).

d. Merokok
Berhenti merokok mengurangi faktor risiko Penyakit jantung koroner
dalam beberapa bulan setelah berhenti dan memperbaiki status
kardiovaskular, selain itu berhenti merokok memperbaiki kadar HDL,
menurunkan kadar LDL, dan mengurangi kekentalan darah (Lemone,
2015). Pasien jantung juga dapat menghindari kontak dengan perokok
lainnya dan petugas kesehatan juga bisa memberikan konseling terkait
dengan bahaya rokok (Black, 2014).
e. Obesitas
National cholesterol education program (2002) menganjurkan penurunan
asupan lemak jenuh dan kolesterol dengan strategi menurunkan kadar
LDL (Lemone, 2015).
F. Terapi spesifik untuk penyakit jantung koroner
a. Aspirin
Semua pasien dengan angina harus mendapatkan aspirin kecuali bila
terdapat kontraindikasi khusus. Aspirin menurunkan derajat adhesi platelet
yang dan memperpanjang waktu perdarahan. Klopidogrel meskipun mahal
merupakan aget platelet yang lebih paten dan sesuai untuk pasien yang
intoleran atau alergi pada aspirin.
b. Nitrat
Mekanisme kerja nitrat bersifat kompleks dan meliputi penurunan preload
karna pengumpulat darah vena kapasitans, penurunan afterload dan
penurunan tekanan darah sistemik, dilatasi koroner epikard secara
langsung peningkatan tekanan perfusi koroner dan redistribusi aliran darah
miokard.
c. Obat anti-platelet
Clopidogrel plus aspirin (terapi anti-platelet ganda) mengurangi kejadian
kardiovaskular lebih dari aspirin saja pada mereka yang memiliki STEMI.
d. Memperbaiki suplai darah
Beberapa klien, walaupun telah dilakukan manajemen agresif untuk faktor
resiko dapat tejadi kegagalan dalam mencegah terjadinya oklusi koroner.
Beragam tehnik telah dikembangkan untuk membuka pembuluh darah dan
mengembalikan aliran darah melalui arteri koroner, intervensi arteri
perkutaneus (Percutaneus coronary intervention).
e. Percutaneus transluminal coronary angioplasty (PTCA)
PTCA merupakan suatu tehnik dimana suatu kateter berujung balon
biasanya dipasang pada arteri femoralis (walaupun dapat juga pada arteri
radialis ataupun arteri brachialis) dan ditelusuri dengan panduan rontgen
menuju arteri yang mengalami sumbatan.
f. Aterektomi koroner direksional
Aterektomi koroner direksional mengurangi stenosis arteri koroner dengan
mengeksisi dan mengangkat plak ateromatosa.
g. Stent Intrakoroner
Stent intrakoroner awalnya dirancang untuk mengurangi stenosis ulang
dan penutupan mendadak arteri akibat komplikasi angioplasty koroner
(Black, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, I. (2009). Pendekatan holistik penyakit kardiovaskular VIII. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu penyakit Dalam.
Black, J. M. (2014). Keperawatan medikal bedah: Manajemen klinis untuk hasil
yang diharapkan. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner, s. (2013). Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
Hurst, M. (2015). Belajar mudah keperawatan medikal-bedah. Jakarta: EGC.
LeMone, P. (2015). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: 2015.
Loscalzo, j. (2015). Harrison kardiologi dan pembuluh darah. Jakarta: EGC.
Wijaya, A. S. (2013). Keperawatan medikal bedah: Keperawatan dewasa teori
dan contoh askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai