Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER

Di Susun Oleh :
Nadya Paramitha 212113022

Dosen Pembimbing :
Meily Nirnasari, S.Kep, Ns, M.Biomed

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH
TANJUNGPINANG
T.A 2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu dari penyakit tidak menular.
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang mengalami gangguan fungsi jantung
dan pembuluh darah. Penyakit kardiovaskular meliputi penyakit jantung koroner (PJK).
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit pada otot jantung yang disebabkan oleh
karena penyempitan pembuluh darah yang memperdarahi otot jantung atau yang
diakibatkan oleh spasme pembuluh darah jantung ataupun bisa juga disebabkan oleh
keduanya(Fuadi & Aleta, 2019). Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah ketidaksanggupan
jantung bekerja yang dapat terjadi secara akut maupun kronik dan timbul karena
kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada
sistem nadi koroner(Herman, Syukri, & Efrida, 2015)
Dikutip dari (Lestari, 2019), bedasarkan data Wold Health Organization (WHO) bahwa
penyakit jantung koroner menempati angka urutan pertama dari sepuluh penyakit
mematikan, angka kematian terbanyak akibat penyakit jantung ditemukan sebanyak 35%
atau sekitar 1,8 juta jiwa kasus kematian akibat penyakit jantung. Menurut statistic dunia
ada 9,4 juta kematian setiap tahunnya yang disebabkan kardiovaskuler dan 45% disebabkan
oleh jantung koroner.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien syok kardiogenik dengan ansietas?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan asuahan keperawatan pada pasien pasien jantung koroner
dengan ansietas?
2. Tujuan Khusus
- Mampu melakukan konsep dasar askep pada pasien pasien jantung koroner
dengan ansietas
- Mampu mendiskripsikan hasil pengkajian
- Mampu mendiskripsikan rumusan diagnosa keperawatan
- Mampu mendiskripsikan intervensi keperawatan
- Mampu mendiskripsikan implementasi keperawatan
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan dimana terjadi penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh darah koroner. penyempitan atau penyumbatan ini
dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri.
Kondisi lebih parah kemampuan jantung memompa darah akan hilang, sehingga sistem
kontrol irama jantung akan terganggu dan selanjutnya bisa menyebabkan kematian
(Soeharto, 2001)
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadipenimbunan
plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arterikoroner menyempit atau
tersumbat.arteri koroner merupakan arteri yangmenyuplai darah otot jantung dengan
membawa oksigen yang banyak.terdapatbeberapa factor memicu penyakit ini, yaitu: gaya
hidup, factor genetik, usiadan penyakit pentyerta yang lain. (Norhasimah,2010: hal 48)

B. Etiologi

Secara spesifik, faktor- faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit


jantung koroner menurut Suharjo (2008) adalah:

a. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).


Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung
koroner.
b. Berusia lebih dari dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita).
Wanita yang telah mengalami menopause secara fisiologis ataupun secara dini
(pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit jantung koroner apalagi ketika usia
wanita itu telah menginjak usia lanjut.
c. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit jantung dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil
kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang buruk dalam segi
diet keluarga.
d. Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula
darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
e. Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor resiko utama penyakit jantung
koroner.Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak endotel pembuluh darah
sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi sumbatan
pembuluh darah.
f. Tekanan darah tinggi.
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya
atherosclerosis coroner yang merupakan penyebab penyakit jantung coroner.
g. Kegemukan (obesitas).
Obesitas bias merupakan manifestasi dari banyaknya lemak yang terkandung di
dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan kecenderungan
terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung koroner.
h. Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin
serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena penyakit
jantung kororner.
i. Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang
tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi PJK bervariasi tergantung derajat penyempitan aliran arteri koroner. Bila
suplai oksigen dan nutrisi masih mencukupi, maka manifestasi klinis tidak timbul.
Manifestasi klinis yang berarti biasanya muncul apabila penyempitan sudah melebihi 50%.
Manifestasi klinis juga dipengaruhi tingkat kebutuhan oksigen dan nutrisi miokardium.
Olahraga, berfikir, makan, dan kerja berat lainnya dapat meningkatkan kebutuhan
miokardium. Manifestasi klisnis PJK dapat berupa nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri
(angina), ansietas, takikardi/ bradikardi, sesak nafas, mual, pusing dan pingsan.
(Hermawatirisa 2014 : hal 3, Gejala penyakit jantung koroner)
1. Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)
2. Sesak nafas (Dispnea) Ateroskelerosi spasme - pembuluh darah vosokontriksi Aliran
O2 koronia menurun stress Adrenalin meningkat Latihan fisik Keb.O2 jantung
meningkat Aliran O2 meningkat ke mesentrikus Aliran O2 jantung menurun Jantung
kekurangan O2 Iskemia otot jantung Nyeri akut Kontraksi jantung menurun Curah
jantung menurun Nyeri b/d iskhemia Perlu menghindari komplikasi Diperlukan
pengetahuan tinggi Kurang pengetahuan b/d devicit knowledge Takut mati cemas
Cemas b/d kematian Perjalanan terhadap dingin Makan makanan berat.
3. Keanehan pada irama denyut jantung
4. Pusing
5. Rasa lelah berkepanjangan
6. Sakit perut, mual dan muntah Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi
klinis yang berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan
pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat
perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada,
pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK.

D. Faktor Risiko

Faktor risiko PJK terdiri atas faktor yang tidak bisa dikendalikan dan bisa
dikendalikan. Berikut ini adalah faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan

a. Usia, berbanding lurus dengan kejadian PJK.


b. Riwayat keluarga
c. Jenis kelamin, pria mempunyai risiko PJK yang lebih tinggi daripada wanita yang
belum menopause.

Faktor risiko yang bisa dikendalaikan adalah sebagai berikut:

a. Dislipidemia, meningkatkan risiko PJK hingga sebesar 2,8 kali orang normal.
b. Hipertensi, dapat meningkatkan risiko PJK menjadi berlipat ganda.
c. Merokok, orang yang merokok memiliki risiko PJK 3 kali lebih besar.24 Risiko
tersebut bisa turun menjadi 50% setelah seseorang selama satu tahun berhenti
merokok dan bahkan bisa menjadi normal setelah 4 tahun.
d. Diabetes melitus (DM), pria yang mengalami DM memiliki risiko PJK 50% lebih
tinggi dari pria normal sedangkan pada wanita menjadi 2x lipat.
e. Stres, meningkatkan insidensi kejadian dan rekurensi PJK hingga 3 kali lipat.
f. Obesitas, berbanding lurus dengan risiko PJK. Sekitar 25-49% PJK di negara
berkembang berhubungan dengan peningkatan indeks masa tubuh. Apabila tiap
individu memiliki berat badan optimal, data Framingham membuktikan bahwa
insiden PJK dapat berkurang hingga 25%. Efek perbaikan sensitifitas insulin,
pembakaran glukosa dan perbaikan dislipidemi diperoleh dari proses penurunan
berat badan.
g. Asupan makanan, berhubungan dengan garam dan kolesterol

E. Patofisiologi
Penyakit jantung koroner merupakan respons iskemik dari miokardium yang di
sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen.Oksigen
di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine
Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 %
oksigen.Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai
Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung,
kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.

Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan


tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan
volume darah ke sekat-sekat jantung.Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran darah
miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi.Keadaan
adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi
menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.

Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai
predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung.Hipokromia dan asidosis laktat
mengganggu fungsi ventrikel.Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen
iskemik menjadi hipokinetik.

Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan


cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan
desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.

Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria (permanen
atau semntara), lokasi serta ukurannya.Tiga menifestasi dari iskemi miocardial adalah
angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan
miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Jan, 2005).

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan EKG 12 lead yang dikerjakan waktu
istirahat pemeriksaan radiologis, pemeriksaan laboratorium terutama untuk menemukan
faktor risiko, pemeriksaan ekocardiografi dan radio nuclide miokardial imaging (RNMI)
waktu isitirahat dan stress fisis ataupun obat-obatan, sampai ateriografi koroner dan
angiografi ventrikel kiri (Wijaya dkk: 4, 2013).

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan selama terjadinya episode nyeri adalah,


pantau takikardi atau disritmia dengan saturasi, rekam EKG lengkap T inverted, ST elevasi
atau depresi dan Q patologis, pemeriksaan laboratorium kadar enzim jantung Creatinin
kinase(CK), Creatinin kinase M-B(CKMB), Laktat dehidrogenase (LDH), fungsi hati serum
glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvate transaminase
(SGPT), profil lipid Low desinty lipoprotein (LDL) dan High desinty lipoprotrein (HDL),
foto thorax, echocardiografi, kateterisasi jantung. (Padila, 2013). 14 Fokus perawat adalah
pain management atau mengontrol nyeri, melakukan pengkajian terus-menerus, melaporkan
gejala, serta memberikan pasien dan keluarga penyuluhan (Hudak, 2012).

G. Penatalaksanaan medis

Prinsip penatalaksanaan pasien sebaiknya dilihat secara keseluruhan (holistic) dan


diperlakukan individual mengingat PJK adalah penyakit multifaktor dengan manifestasi
yang bermacam-macam, secara umum pasien perlu diberikan penjelasan mengenai
penyakitnya, penjelasan terkait hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan oksigen
miokardium, pengendalian faktor risiko, pemberian pencegah aterosklerosis pada pembuluh
darah lainnya biasanya diberikan Aspirin 375 mg, pemberian oksigen. Terapi
medikamentosa difokuskan pada penanganan angina pektoris yaitu, nitrat diberikan secara
parenteral, sublingual, buccal, oral preparatnya ada gliserin trinitrat, isosorbid dinitrat, dan
isosorbid mononitrat (Wijaya dkk: 4, 2013)

Untuk mengurangi kebutuhan oksigen ada pindolol dan propanolol yang bekerja
cepat, sotalol dan nadalol yang bekerja lambat. Obat-obatan golongan antagonis kalsium
digunakan untuk mengurangi kebutuhan oksigen dan dilatasi koroner contohnya, verapamil,
dilitiazem, nifedipin, dan amlodipin.Prosedur yang dapat dijadikan opsi nonoperatif atau
invasive dan opsi operasi.Pada non operatif ada Percutaneus Transluminal Coronary
Angiosplasty (PTCA) dengan menggunakan balon untuk pelebaran arteri koronaria. Opsi
operasi atau sering disebut Coronary 15 Artery Surgery (CAS) juga bisa dibagi menjadi
operasi pintas koroner, Transmyocordial recanalization, dan transpaltasi jantung (Wijaya
dkk: 4, 2013)

H. Komplikasi Penyakit Jantung Koroner

Menurut, (Karikaturijo, 2010: hal 11 ) Komplikasi PJK Adapun komplikasi PJK adalah:

- Disfungsi ventricular
- Aritmia pasca STEMI
- Gangguan hemodinamik
- Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST Tanpa Elevasi ST Infark
miokard Angina tak stabil
- Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel
- Syok kardiogenik
- Gagal jantung kongestif
- Perikarditis
- Kematian mendadak (Karikaturijo, 2010: hal 11 ).
I. Pathway
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan,
alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis. (Wantiyah,2010: hal 17)
2. Keluhan utama
Pasien pjk biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan dengan skala nyeri 0-
10, 0 tidak nyeri dan 10 nyeri palig tinggi. Pengakajian nyeri secara mendalam
menggunakan pendekatan PQRST, meliputi prepitasi dan penyembuh, kualitas dan
kuatitas, intensitas, durasi, lokasi, radiasi/penyebaran,onset.(Wantiyah,2010: hal 18)
3. Riwayat kesehatan lalu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien antara lain apakah klien
pernah menderita hipertensi atau diabetes millitus, infark miokard atau penyakit
jantung koroner itu sendiri sebelumnya. Serta ditanyakan apakah pernah MRS
sebelumnya. (Wantiyah,2010: hal 17)
4. Riwayat kesehatan sekarang
Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa systom PQRST. Untuk membantu klien
dalam mengutamakan masalah keluannya secara lengkap. Pada klien PJK umumnya
mengalami nyeri dada. (Wantiyah,2010: hal 18)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit
jantung koroner. Riwayat penderita PJK umumnya mewarisi juga faktor-faktor risiko
lainnya, seperti abnormal kadar kolestrol, dan peningkatan tekanan darah. (A.Fauzi
Yahya 2010: hal 28)
6. Riwayat psikososial
Pada klien PJK biasanya yang muncul pada klien dengan penyakit jantung koroner
adalah menyangkal, takut, cemas, dan marah, ketergantungan, depresi dan penerimaan
realistis. (Wantiyah,2010: hal 18)
Menurut Nursalam (2008), data psikologis mencakup :

1) Status emosi
Klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara tiba-tiba klien menjadi
mudah tersinggung.
2) Konsep Diri
- Body image: mengkaji pandangan klien terhadap keadaan fisiknya saat ini,
apakah klien merasa terganggu dengan keadaannya saat ini?
- Ideal: kaji keadaan yang diinginkan klien dan sesuatu yang menjadi harapan dari
cita-citanya?
- Harga diri: kaji apakah klien pada saat ini merasa malu atau bagaimana penilaian
pribadi klien tentang hasil yang dicapai dan seberapa jauh perilaku klien dalam
memenuhi ideal dirinya?.
- Peran: kaji bagaimana pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang diharapkan
individu berdasarkan posisinya di masyarakat?

7. Pola aktivitas dan latihan


Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit jantung koroner untuk
menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan aktivitas. Pasien penyakit
jantung koroner mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari.(Panthee & Kritpracha, 2011:hal 15)

8. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti: keluarga
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam kegiaran
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga /
kelompok / masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +

9. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
2) Kegiatan ibadah
10. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tand vital. Kesadaran klien juga diamati apakah kompos
mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati
apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit.

b. Tanda-tanda vital
Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan darah
180/110 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,2 C.

c. Pemeriksaan fisik persistem


1) Sistem persyarafan, meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan seluruh
ekstermitas dan kemampuan menanggapi respon verbal maupun non verbal.
2) Sistem penglihatan, pada klien PJK mata mengalami pandangan kabur.
3) Sistem pendengaran, pada klien PJK pada sistem pendengaran telinga , tidak
mengalami gangguan.
4) Sistem abdomen, bersih, datar dan tidak ada pembesaran hati.
5) Sistem respirasi
6) Sistem kardiovaskuler
Mulai dikaji dari warna konjungtiva, warna bibir, ada tidaknya peninggian
vena jugularis, auskultasi bunyi jantung pada daerah dada dan pengukuran
tekanan darah, dengan palpasi dapat dihitung peningkatan frekuensi nadi,
adanya hipotensi orthostatik, ada tidaknya oedema, warna pucat dan sianosis.
Pada klien dengan penyakit jantung koroner dalam pemeriksaan didapatkan
bunyi jantung yang bisa normal, S3/S4/murmur, pulsasi arteri, sianosis perifer
dan palpitasi.
7) Sistem gastrointestinal, pengkajian pada gastrointestinal meliputi auskultrasi
bising usus, palpasi abdomen (nyeri, distensi).
8) Sistem muskuluskeletal, pada klien PJK adanya kelemahan dan kelelahan otot
sehinggah timbul ketidak mampuan melakukan aktifitas yang diharapkan atau
aktifitas yang biasanya dilakukan.
9) Sistem endokrin, biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah.
10) Sistem Integumen, pada klien PJK akral terasa hangat, turgor baik.
11) Sistem perkemihan, kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah
pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen bawah untuk
mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang jenis cairan yang keluar .

11. Data Penunjang


- ECG
- Enzym dan isoenzym pada jantung
- Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan
konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
- Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.
- Analisa gas darah
- Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan
terjadinya arteriosklerosis.
- Chest X ray
- Echocardiogram
- Exercise stress test

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (iskemia jaringan jantung
atau sumbatan pada arteri koronaria.)
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa SLKI SIKI


Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri
3x24jam criteria hasil yang didapatkan Observasi :
sebagai berikut : 1. Identifikasi lokasi ,
- Keluhan nyeri menurun karakteristik,durasi,
- Meringis menurun frekuensi,kualitas,in
- Gelisah menurun tensitas nyeri
- Kesulitan tidur menurun 2. Identifikasi skala
- Perasaan depresi (tertekan) nyeri
menurun 3. Identifikasi respon
- Frekuensi nadi membaik nyeri non verbal
- Pola nafas membaik 4. Identifikasi faktor
- Tekanan darah membaik yang memperberat
- Pola tidur membaik dan memperingan
- Mual menurun nyeri
- Muntah menurun 5. Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis utnuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemberian
nutrisi parenteral
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemasangan
akses vena sentral , jika
perlu
Penurunan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan Jantung
curah jantung 3x24 jam criteria hasil yang didapatkan Observasi :
sebagai berikut : 1. Identifikasi tanda/gejala
- Kekuatan nadi perifer meningkat primer penurunan curah
- Palpitasi menurun jantung
- Bradikardia menurun 2. Identifikasi tanda/gejala
- Lelah menurun sekunder penurunan
- Dispnea menurun curah jantung
- Oliguria menurun 3. Monitor tekanan darah
- Pucat/sianosis menurun 4. Monitor intake dan
- Suara jantung S3 menurun output cairan
- Suara jantung S4 menurun 5. Monitor Aritmia
- Murmur jantung menurun 6. Periksa tekanan
- Tekanan darah membaik darah/nadi sebelum dan
- Ortopnea menurun sesudah beraktivitas
Terapeutik :
1. Posisikan pasien semi
fowler atau fowler
dengan kaki kiri ke
baawah atau posisi
nyaman
2. Berikan diet jantung
yang sesuai
3. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi
stress,jika perlu
4. Berikan dukunga
emosional dan spiritual
5. Berikan oksigen untuk
memperthankan saturasi
oksigen >94%

Edukasi :
1. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
3. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output cairan
harian
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
antiaritmia,jika perlu
Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Reduksi Ansietas:
3x24 jam criteria hasil yang didapatkan Observasi:
sebagai berikut : 1. Identifikasi saat tingkat
- Perilaku gelisah menurun ansietas berubah (mis.
- Perilaku tegang menurun Kondisi, waktu, stressor)
- Keluhan pusing menurun 2. Identifikasi kemampuan
- Frekuensi nadi menurun pengambilan keputusan
- Tekanan darah menurun 3. Monitor tanda-tanda
- Tremor menurun ansietas (verbal dan
- Pucat menurun nonverbal)
- Pola tidur membaik Terapeutik:
- Konsentrasi membaik 1. Ciptakan suasana
- Kontak mata membaik terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
3. Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
4. Diskusikan perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang akan
dating
Edukasi:
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien,
jika perlu
3. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
4. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu

D. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan salah satu tahap pelaksanaan intervensi atau


perencanaan keperawatan dalam proses keperawatan. Dalam implementasi terdapat susunan
tatanan pelaksanaan yang akan mengatur kegiatan pelaksanaan yang sesuai dengan diagnosa
dan intervensi keperawatan yang sudah di tetapkan.
E. Evaluasi

Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapakan untuk


pasien dengan gangguan hematologi demam malaria adalah tandatanda vital dalam rentang
stabil, tidak terjadi peningkatan suhu tubuh, infeksi tidak terjadi lagi dan penanggung jawab
pasien serta orang tua yang berada di tempat lain tidak mengalami kekhawatiran tentang
penyakitnya yang di derita pasien (Sitanggang, 2018)

DAFTAR PUSTAKA

Repository.poltekkes-denpasar.ac.id>...PDF Hasil Web PJK – repository poltekkes


Denpasar 2018

https:/www.academia.edu/33411421/
KONSEP_PENYAKIT_JANTUNG_KORONER_KONSEP_MEDIS_2_1_Pengertian_Pen
yakit_Jantung_Koroner

PPNI (2018) , “Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)” , Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan , Edisi 1 , Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2016) , “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)” , Definisi dan Indikato
Diagnostik , Edisi 1 , Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2019) , “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)” , Definisi dan Tindakan
Keperawatan , Edisi 1 , Jakarta : DPP PPNI

CONTOH SOAL KASUS JANTUK KORONER

1. Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan
sesak dan batuk berdahak yang lebih berat ketika bangun pagi sejak 3 bulan yang lalu.
Pasien berkata jika sesak akan timbul jika melakukan aktivitas dan reda jika istirahat. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan TD 130/90 mmH, frekuensi nafas 32×/menit, ronkhi (+), dan
edema pada ekstremitas bawah. Pemeriksaan foto thoraks didapatkan adanya cairan dalam
paru, dari hasil data tersebut maka pasien didiagnosis?

Jawaban : CHF

2. Seorang laki-laki berusia 52 tahun datang ke dokter praktik dengan keluhan sesak
meski pun dalam keadaan istirahat. Terdapat bunyi ronkhi pada kedua lapang paru dengan
data TD 120/80 mmHg. N: 100x/menit, R: 35x/menit. Dari hasil pemeriksaan pasien
didiagnosis CHF. Stadium berapakah CHF pada pasien di atas?

Jawaban : Stadium IV

3. Laki-laki usia 54 tahun datang dengan keluhan batuk dengan bunyi nafas ronkhi,
sesak sejak 30 menit yang lalu setelah lari pagi. Sesak pada dada sebelah kiri dirasakan dan
tidak berkurang dengan istirahat. Pasien juga mempunyai riwayat merokok lebih dari 10
batang/hari. Pemeriksaan fisik didapatkan TD: 130/80 mmHg, N: 98x/menit, R: 38x/menit.
Apakah pemeriksaan penunjang yang harus segera dilakukan?

Jawaban : EKG

4. Seorang pasien CHF, laki-laki berusia 30 tahun datang dengan keluhan kedua kaki
bengkak, batuk dan sesak sudah dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Sesak muncul saat
berativitas dan reda saat beristirahat sejenak. Hasil pemeriksaan didapatkan edema pada
basal paru, R: 38 x/menit, TD: 140/90, N: 97x/menit. Dokter mendiagnosis pasien dengan
CHF, yaitu stadium?

Jawaban : stadium II

5. Seorang klien datang ke RS dengan mengeluh sesak napas sejak 2 hari SMRS. Klien
mengeluh nyeri dada 3 minggu SMRS, dan apabila melakukan aktivitas sehari-hari
bertambah sesak, tidak berkurang dengan pemberian obat dari dokter, serta tidur
menggunakan bantal lebih dari 2 Diagnose keperawatan apakah yang tepat untuk kasus di
atas?

Jawaban : penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas miokardial

Anda mungkin juga menyukai