Di Susun Oleh :
Nadya Paramitha 212113022
Dosen Pembimbing :
Meily Nirnasari, S.Kep, Ns, M.Biomed
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu dari penyakit tidak menular.
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang mengalami gangguan fungsi jantung
dan pembuluh darah. Penyakit kardiovaskular meliputi penyakit jantung koroner (PJK).
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit pada otot jantung yang disebabkan oleh
karena penyempitan pembuluh darah yang memperdarahi otot jantung atau yang
diakibatkan oleh spasme pembuluh darah jantung ataupun bisa juga disebabkan oleh
keduanya(Fuadi & Aleta, 2019). Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah ketidaksanggupan
jantung bekerja yang dapat terjadi secara akut maupun kronik dan timbul karena
kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada
sistem nadi koroner(Herman, Syukri, & Efrida, 2015)
Dikutip dari (Lestari, 2019), bedasarkan data Wold Health Organization (WHO) bahwa
penyakit jantung koroner menempati angka urutan pertama dari sepuluh penyakit
mematikan, angka kematian terbanyak akibat penyakit jantung ditemukan sebanyak 35%
atau sekitar 1,8 juta jiwa kasus kematian akibat penyakit jantung. Menurut statistic dunia
ada 9,4 juta kematian setiap tahunnya yang disebabkan kardiovaskuler dan 45% disebabkan
oleh jantung koroner.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien syok kardiogenik dengan ansietas?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan asuahan keperawatan pada pasien pasien jantung koroner
dengan ansietas?
2. Tujuan Khusus
- Mampu melakukan konsep dasar askep pada pasien pasien jantung koroner
dengan ansietas
- Mampu mendiskripsikan hasil pengkajian
- Mampu mendiskripsikan rumusan diagnosa keperawatan
- Mampu mendiskripsikan intervensi keperawatan
- Mampu mendiskripsikan implementasi keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan dimana terjadi penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh darah koroner. penyempitan atau penyumbatan ini
dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri.
Kondisi lebih parah kemampuan jantung memompa darah akan hilang, sehingga sistem
kontrol irama jantung akan terganggu dan selanjutnya bisa menyebabkan kematian
(Soeharto, 2001)
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadipenimbunan
plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arterikoroner menyempit atau
tersumbat.arteri koroner merupakan arteri yangmenyuplai darah otot jantung dengan
membawa oksigen yang banyak.terdapatbeberapa factor memicu penyakit ini, yaitu: gaya
hidup, factor genetik, usiadan penyakit pentyerta yang lain. (Norhasimah,2010: hal 48)
B. Etiologi
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi PJK bervariasi tergantung derajat penyempitan aliran arteri koroner. Bila
suplai oksigen dan nutrisi masih mencukupi, maka manifestasi klinis tidak timbul.
Manifestasi klinis yang berarti biasanya muncul apabila penyempitan sudah melebihi 50%.
Manifestasi klinis juga dipengaruhi tingkat kebutuhan oksigen dan nutrisi miokardium.
Olahraga, berfikir, makan, dan kerja berat lainnya dapat meningkatkan kebutuhan
miokardium. Manifestasi klisnis PJK dapat berupa nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri
(angina), ansietas, takikardi/ bradikardi, sesak nafas, mual, pusing dan pingsan.
(Hermawatirisa 2014 : hal 3, Gejala penyakit jantung koroner)
1. Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)
2. Sesak nafas (Dispnea) Ateroskelerosi spasme - pembuluh darah vosokontriksi Aliran
O2 koronia menurun stress Adrenalin meningkat Latihan fisik Keb.O2 jantung
meningkat Aliran O2 meningkat ke mesentrikus Aliran O2 jantung menurun Jantung
kekurangan O2 Iskemia otot jantung Nyeri akut Kontraksi jantung menurun Curah
jantung menurun Nyeri b/d iskhemia Perlu menghindari komplikasi Diperlukan
pengetahuan tinggi Kurang pengetahuan b/d devicit knowledge Takut mati cemas
Cemas b/d kematian Perjalanan terhadap dingin Makan makanan berat.
3. Keanehan pada irama denyut jantung
4. Pusing
5. Rasa lelah berkepanjangan
6. Sakit perut, mual dan muntah Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi
klinis yang berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan
pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat
perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada,
pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK.
D. Faktor Risiko
Faktor risiko PJK terdiri atas faktor yang tidak bisa dikendalikan dan bisa
dikendalikan. Berikut ini adalah faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan
a. Dislipidemia, meningkatkan risiko PJK hingga sebesar 2,8 kali orang normal.
b. Hipertensi, dapat meningkatkan risiko PJK menjadi berlipat ganda.
c. Merokok, orang yang merokok memiliki risiko PJK 3 kali lebih besar.24 Risiko
tersebut bisa turun menjadi 50% setelah seseorang selama satu tahun berhenti
merokok dan bahkan bisa menjadi normal setelah 4 tahun.
d. Diabetes melitus (DM), pria yang mengalami DM memiliki risiko PJK 50% lebih
tinggi dari pria normal sedangkan pada wanita menjadi 2x lipat.
e. Stres, meningkatkan insidensi kejadian dan rekurensi PJK hingga 3 kali lipat.
f. Obesitas, berbanding lurus dengan risiko PJK. Sekitar 25-49% PJK di negara
berkembang berhubungan dengan peningkatan indeks masa tubuh. Apabila tiap
individu memiliki berat badan optimal, data Framingham membuktikan bahwa
insiden PJK dapat berkurang hingga 25%. Efek perbaikan sensitifitas insulin,
pembakaran glukosa dan perbaikan dislipidemi diperoleh dari proses penurunan
berat badan.
g. Asupan makanan, berhubungan dengan garam dan kolesterol
E. Patofisiologi
Penyakit jantung koroner merupakan respons iskemik dari miokardium yang di
sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen.Oksigen
di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine
Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 %
oksigen.Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai
Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung,
kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai
predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung.Hipokromia dan asidosis laktat
mengganggu fungsi ventrikel.Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen
iskemik menjadi hipokinetik.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria (permanen
atau semntara), lokasi serta ukurannya.Tiga menifestasi dari iskemi miocardial adalah
angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan
miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Jan, 2005).
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan EKG 12 lead yang dikerjakan waktu
istirahat pemeriksaan radiologis, pemeriksaan laboratorium terutama untuk menemukan
faktor risiko, pemeriksaan ekocardiografi dan radio nuclide miokardial imaging (RNMI)
waktu isitirahat dan stress fisis ataupun obat-obatan, sampai ateriografi koroner dan
angiografi ventrikel kiri (Wijaya dkk: 4, 2013).
G. Penatalaksanaan medis
Untuk mengurangi kebutuhan oksigen ada pindolol dan propanolol yang bekerja
cepat, sotalol dan nadalol yang bekerja lambat. Obat-obatan golongan antagonis kalsium
digunakan untuk mengurangi kebutuhan oksigen dan dilatasi koroner contohnya, verapamil,
dilitiazem, nifedipin, dan amlodipin.Prosedur yang dapat dijadikan opsi nonoperatif atau
invasive dan opsi operasi.Pada non operatif ada Percutaneus Transluminal Coronary
Angiosplasty (PTCA) dengan menggunakan balon untuk pelebaran arteri koronaria. Opsi
operasi atau sering disebut Coronary 15 Artery Surgery (CAS) juga bisa dibagi menjadi
operasi pintas koroner, Transmyocordial recanalization, dan transpaltasi jantung (Wijaya
dkk: 4, 2013)
Menurut, (Karikaturijo, 2010: hal 11 ) Komplikasi PJK Adapun komplikasi PJK adalah:
- Disfungsi ventricular
- Aritmia pasca STEMI
- Gangguan hemodinamik
- Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST Tanpa Elevasi ST Infark
miokard Angina tak stabil
- Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel
- Syok kardiogenik
- Gagal jantung kongestif
- Perikarditis
- Kematian mendadak (Karikaturijo, 2010: hal 11 ).
I. Pathway
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan,
alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis. (Wantiyah,2010: hal 17)
2. Keluhan utama
Pasien pjk biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan dengan skala nyeri 0-
10, 0 tidak nyeri dan 10 nyeri palig tinggi. Pengakajian nyeri secara mendalam
menggunakan pendekatan PQRST, meliputi prepitasi dan penyembuh, kualitas dan
kuatitas, intensitas, durasi, lokasi, radiasi/penyebaran,onset.(Wantiyah,2010: hal 18)
3. Riwayat kesehatan lalu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien antara lain apakah klien
pernah menderita hipertensi atau diabetes millitus, infark miokard atau penyakit
jantung koroner itu sendiri sebelumnya. Serta ditanyakan apakah pernah MRS
sebelumnya. (Wantiyah,2010: hal 17)
4. Riwayat kesehatan sekarang
Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa systom PQRST. Untuk membantu klien
dalam mengutamakan masalah keluannya secara lengkap. Pada klien PJK umumnya
mengalami nyeri dada. (Wantiyah,2010: hal 18)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit
jantung koroner. Riwayat penderita PJK umumnya mewarisi juga faktor-faktor risiko
lainnya, seperti abnormal kadar kolestrol, dan peningkatan tekanan darah. (A.Fauzi
Yahya 2010: hal 28)
6. Riwayat psikososial
Pada klien PJK biasanya yang muncul pada klien dengan penyakit jantung koroner
adalah menyangkal, takut, cemas, dan marah, ketergantungan, depresi dan penerimaan
realistis. (Wantiyah,2010: hal 18)
Menurut Nursalam (2008), data psikologis mencakup :
1) Status emosi
Klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara tiba-tiba klien menjadi
mudah tersinggung.
2) Konsep Diri
- Body image: mengkaji pandangan klien terhadap keadaan fisiknya saat ini,
apakah klien merasa terganggu dengan keadaannya saat ini?
- Ideal: kaji keadaan yang diinginkan klien dan sesuatu yang menjadi harapan dari
cita-citanya?
- Harga diri: kaji apakah klien pada saat ini merasa malu atau bagaimana penilaian
pribadi klien tentang hasil yang dicapai dan seberapa jauh perilaku klien dalam
memenuhi ideal dirinya?.
- Peran: kaji bagaimana pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang diharapkan
individu berdasarkan posisinya di masyarakat?
8. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti: keluarga
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam kegiaran
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga /
kelompok / masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +
9. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
2) Kegiatan ibadah
10. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tand vital. Kesadaran klien juga diamati apakah kompos
mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati
apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit.
b. Tanda-tanda vital
Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan darah
180/110 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,2 C.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (iskemia jaringan jantung
atau sumbatan pada arteri koronaria.)
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
C. Intervensi Keperawatan
Edukasi :
1. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
3. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output cairan
harian
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
antiaritmia,jika perlu
Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Reduksi Ansietas:
3x24 jam criteria hasil yang didapatkan Observasi:
sebagai berikut : 1. Identifikasi saat tingkat
- Perilaku gelisah menurun ansietas berubah (mis.
- Perilaku tegang menurun Kondisi, waktu, stressor)
- Keluhan pusing menurun 2. Identifikasi kemampuan
- Frekuensi nadi menurun pengambilan keputusan
- Tekanan darah menurun 3. Monitor tanda-tanda
- Tremor menurun ansietas (verbal dan
- Pucat menurun nonverbal)
- Pola tidur membaik Terapeutik:
- Konsentrasi membaik 1. Ciptakan suasana
- Kontak mata membaik terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
3. Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
4. Diskusikan perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang akan
dating
Edukasi:
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien,
jika perlu
3. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
4. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
D. Implementasi
DAFTAR PUSTAKA
https:/www.academia.edu/33411421/
KONSEP_PENYAKIT_JANTUNG_KORONER_KONSEP_MEDIS_2_1_Pengertian_Pen
yakit_Jantung_Koroner
PPNI (2018) , “Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)” , Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan , Edisi 1 , Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2016) , “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)” , Definisi dan Indikato
Diagnostik , Edisi 1 , Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2019) , “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)” , Definisi dan Tindakan
Keperawatan , Edisi 1 , Jakarta : DPP PPNI
1. Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan
sesak dan batuk berdahak yang lebih berat ketika bangun pagi sejak 3 bulan yang lalu.
Pasien berkata jika sesak akan timbul jika melakukan aktivitas dan reda jika istirahat. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan TD 130/90 mmH, frekuensi nafas 32×/menit, ronkhi (+), dan
edema pada ekstremitas bawah. Pemeriksaan foto thoraks didapatkan adanya cairan dalam
paru, dari hasil data tersebut maka pasien didiagnosis?
Jawaban : CHF
2. Seorang laki-laki berusia 52 tahun datang ke dokter praktik dengan keluhan sesak
meski pun dalam keadaan istirahat. Terdapat bunyi ronkhi pada kedua lapang paru dengan
data TD 120/80 mmHg. N: 100x/menit, R: 35x/menit. Dari hasil pemeriksaan pasien
didiagnosis CHF. Stadium berapakah CHF pada pasien di atas?
Jawaban : Stadium IV
3. Laki-laki usia 54 tahun datang dengan keluhan batuk dengan bunyi nafas ronkhi,
sesak sejak 30 menit yang lalu setelah lari pagi. Sesak pada dada sebelah kiri dirasakan dan
tidak berkurang dengan istirahat. Pasien juga mempunyai riwayat merokok lebih dari 10
batang/hari. Pemeriksaan fisik didapatkan TD: 130/80 mmHg, N: 98x/menit, R: 38x/menit.
Apakah pemeriksaan penunjang yang harus segera dilakukan?
Jawaban : EKG
4. Seorang pasien CHF, laki-laki berusia 30 tahun datang dengan keluhan kedua kaki
bengkak, batuk dan sesak sudah dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Sesak muncul saat
berativitas dan reda saat beristirahat sejenak. Hasil pemeriksaan didapatkan edema pada
basal paru, R: 38 x/menit, TD: 140/90, N: 97x/menit. Dokter mendiagnosis pasien dengan
CHF, yaitu stadium?
Jawaban : stadium II
5. Seorang klien datang ke RS dengan mengeluh sesak napas sejak 2 hari SMRS. Klien
mengeluh nyeri dada 3 minggu SMRS, dan apabila melakukan aktivitas sehari-hari
bertambah sesak, tidak berkurang dengan pemberian obat dari dokter, serta tidur
menggunakan bantal lebih dari 2 Diagnose keperawatan apakah yang tepat untuk kasus di
atas?