Anda di halaman 1dari 21

RESUME TUGAS KEPERAWATAN DEWASA

KARDIOVASKULER, RESPIRATORY DAN HEMATOLOGI


“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT
JANTUNG KORONER”

DISUSUN OLEH :
ZIKRI NURHIDAYAT
821223032

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit di mana arteri
koroner pada jantung yang berfungsi menyuplai oksigen dan nutrisi pada
otot jantung, tidak adekuat dalam menjalankan fungsi normalnya. Penyakit
yang tergolongdalam penyakit kardiovaskular ini adalah penyumbang
kematian terbanyakyaitu sebesar sepertiga penduduk dunia (Haryono, 2017).
Kebanyakanpenderita penyakit ini mengalami rasa tekan yang hebat di
bagian dada yangtidak jarang menyebabkan intoleransi aktivitas (penurunan
aktivitas) padasi penderita. Hal ini dikarenakan terjadinya metabolisme
anaerob sebagai akibat dari kurangnya asupan darah atau nutrisi ke jantung.
Di Indonesia, penyakit jantung koroner adalah penyebab kematian
tertinggi sejak tahun 2013. Riskesdas (2018), melaporkan sebanyak 7,2juta
(42,3%) kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit jantung koroner.
Beberapa studi juga menyatakan bahwa penyakit jantung koroner meningkat
di usia 65-74 tahun ke atas. Dan yang paling berisiko menderita penyakit ini
adalah pria dengan persentase sebesar 51,8% dibandingkan wanita yang
hanya sebesar 49,2%. Sedangkan prevalensi penyakit jantung dilihat dari
provinsinya, prevalensi tertinggi terdapat di Aceh sebesar (38,4%),
danprevalensi terendah berada di Papua (0,5%). Untuk jumlah penderita
penyakit jantung koroner di Jawa Timur, sebanyak 375.127 (1,3%) penderita
(Riskesdas Jatim, 2018). Penulis mencoba mengerucutkan survei ke
daerahterdekat dan dari hasil survei di Puskesmas Pasrepan, didapatkan
sebanyak 45% dari jumlah total desa Pasrepan atau sebanyak 1.304 orang
menderitapenyakit jantung koroner.
Gaya hidup yang mengikuti era globalisasi, membuat kasus
jantungkoroner terus meningkat. Gaya hidup yang gemar makan junk food
yangkayalemak, merokok dan kebiasaan malas berolahraga juga mudah stres
ikut berperan dalam menambah jumlah pasien jantung koroner. (Arief,
2018). Tanpa disadari kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji atau junk
foodyang rendah serat, dan mengandung lemak jenuh yang tinggi tanpa
diimbangi air putih dan olahraga rutin adalah pemicu penyakit jantung
koroner yangpaling umum terjadi saat ini. Konsumsi lemak jenuh yang
berlebih dapat menyebabkan penimbunan plak di dinding arteri jantung.
Plak berupa lipidatau jaringan fibrosa yang menghambat suplai oksigen dan
nutrisi ke bagianotot jantung dapat menimbulkan kelelahan otot bahkan
kerusakan fungsi organ yang biasanya diproyeksikan sebagai rasa tidak
nyaman olehkliensecara subjektif seperti ditekan benda berat, di tindih, atau
ditusuk. Apabila hal ini tidak segera disadari oleh penderita, komplikasi
terburuk yangakandialami adalah kematian
.
B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien
penyakit jantung koroner
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit Jantung Koroner


1. Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung
akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan
pembuluh darah koroner. Pada waktu jantung harus be kerja lebih
kerasterjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal
inilah yang menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah tersumbat
sama sekali, pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian
inilah yang disebut dengan serangan jantung. Adanya ketidakseimbangan
antara ketersedian oksigen dan kebutuhan jantung memicu timbulnya PJK
(Huon, 2002). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara
klinis PJK ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada
atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki, kerja berat ataupun
berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh.
Pemeriksaan angiografi dan elektrokardiogram (EKG) digunakan untuk
memastikan terjadinya PJK. Hasil pemeriksaan EKG yang menunjukkan
terjadinya iskemik merupakan salah satu tanda terjadinya PJK secara
klinis (Soeharto dalam Haslindah, 2015).
2. Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah
ke otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang
parah, kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat
merusak sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir
dengan kematian (Hermawatirisa, 2014).
3. Patofisiologi
Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung
oleh plak pada pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pada
awalnya disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (low-density
lipoprotein) darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga
aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah (Al fajar,
2015).
Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh
penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan
dalam pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa
pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi dan
pendarahan di bagian dalam pembuluh darah yang menyebabkan klot
darah. Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari PJK berupa
serangan jantung (Naga, 2012).
Pada umumnya PJK juga merupakan ketidakseimba ngan antara
penyedian dan kebutuhan oksigen miokardium. Penyediaan oksigen
miokardium bisa menurun atau kebutuhan oksigen miokardium bisa
meningkat melebihi batas cadangan perfusi koroner peningkatan
kebutuhan oksigen miokardium harus dipenuhi dengan peningkatan aliran
darah. gangguan suplai darah arteri koroner dianggap berbahaya bila
terjadi penyumbatan sebesar 70% atau lebih pada pangkal atau cabang
utama arteri koroner. Penyempitan <50% kemungkinan belum
menampakkan gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung kepada
beratnya arteriosklerosis dan luasnya gangguan jantung (Saparina, 2010).
4. Manifestasi Klinis
Meski kebanyakan penderita PJK mempunyai masalah pokok yang
sama, yaitu penyempitan arteri koronia, namun gejala yang timbul tidak
sama. Gejala-gejala penyakit jantung korner antara lain:
Menurut Anwar TB, (2004), manifestasi klinik yang biasa terjadi pada
kasus crnary artery disease (CAD) meliputi:
a. Nyeri dada
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak
dibagian bawahsternum dan perut atas, adalah gejala utama yang
biasanya muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak
tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat, biasamenyebar kebahu
dan lengan biasanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina, nyeriini
muncul secara spontan (bukan setelah kerja berat atau gangguan
emosi) danmenetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan
tidak akan hilang denganistirahat maupunnitrogliserin. Pada beberapa
kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan leher.
b. Perubahan pola EKG
Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST.
Gelombang Tinverted menunjukkan iskemia, gelombang Q
menunjukkan nekrosis. Distrimia dan Blok Jantung. Disebabkan
kondisi yang mempengaruhi sensitivitassel miokard ke impuls saraf
seperti iskemia, ketidakseimbangan elektrolit dan stimulus sarat
simpatis dapat berupa bradikardi, takikardi, premature
ventrikel,contraction (ventrikel ekstra systole), ventrikel takikardi dan
ventrikel fibrilasi
c. Sesak napas
Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana
jantung tidakmampu memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen
di paru-paru juga berkurang.
d. Diaphoresis
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang
meningkatkan stimulasi simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah perifer sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin,
dan berkeringat.
e. Pusing
Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa
memompa darahke otak sehingga suplai oksigen ke otak berkurang.
f. Kelelahan
Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat
penyempitan pembuluh darah.
g. Mual dan muntah
Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di
dada dan didaerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung
mana yang bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat
muntah. Area infark merangsang refleksvasofagal
5. Pemeriksaan Diagnosis PJK
a. Pemeriksaan Kadar Kolesterol
Peningkatan kadar kolesterol dan trigelserida dapat mengindikasi
adanya faktor risiko untuk jantung koroner. Kadar kolesterol di atas
180mg/dl pada orang yang berusia 30 tahun atau kurang atau di atas
200mg/ dl untuk mereka yang berusia lebih dari 30 tahun di anggap
meningkat dan berisiko khusus penyakit jantung koroner.
b. Elektrokardiogram (EKG )
Biasanya normal bila pasien istirahat terapi datar atau depresi
padasegmen ST gelombang T menunjukkan iskemik. Peninggian
STataupenurunan lebih dari 1 cm selama nyeri tanpa abnormalitas bila
bebasnyeri menunjukkan iskemik miokard transien, distritmia,
danblokjantung.
c. Enzim / izoenzim jantung
Peningkatan menunjukkan kerusakan miokard .
d. Foto dada
Biasanya normal namun infiltrat mungkin menunjukkan
dekompensasi jantung atau komplikasi paru.
e. Elektrokardiografi
6. Penatalaksanaan
Manajemen medis pada pasien PJK adalah mengurangi
danmengendalikan faktor risiko serta mengembalikan suplai darah
kemiokardium.
Beragam teknik telah dikembangkan untuk membuka pembuluh darah
dan mengembalikan aliran darah melalui arteri koroner seperti
percutaneous coronary intervention (PCI), percutaneous transluminal
coronary angioplasty (PTCA), dan tindakan bedah seperti coronaryartery
bypass graft (CABG) (Black, dkk, 2014). Setelah terapi farmakologi dan
tindakan bedah berhasil memperbaiki kondisi pasien, selanjutnya sesuai
indikasi pasien untuk mengikuti program rehabilitasi jantung untuk
pemulihan dan menyiapkan pasien secara bertahapkembali pada aktivitas
sehari-hari pasien sebelum terkena penyakit jantung koroner (Mertha,
2010).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah metode sistemik untuk mengkaji respon
manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan
bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah
kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau
masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat
dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah kesehatan. Proses
keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Bararah & Jauhar,
2013)
1. Pengkajian :
a) Identitas Pasien
Usia = 40 tahun beresiko terkena penyakit jantung koroner (PJK) dan
lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
b) Keluhan utama
Keluhan yang paling sering dijadikan alasan pasien merasa nyeri
pada dada, jantung berdebar-debar bahkan sampai sesak nafas.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang dikaji dimulai dari keluhan yang
dirasakan pasien, sebelum masuk rumah sakit, ketika mendapatkan
perawatan di rumah sakit sampai dilakukannya pengkajian. Pada
pasien penyakit jantung koroner biasanya didapatkan adanya keluhan
seperti nyeri pada dada. Keluhan nyeri dikaji menggunakan PQRST
sebagai berikut :
1) Provocatif : nyeri timbul pada saat beraktivitas
2) Quality : nyeri yang dirasakan seperti ditekan, rasa terbakar,
ditindih benda berat seperti ditusuk, rasa diperas dan dipelintir
3) Region : nyeri dirasakan di dada dan bisa menyebar ke bahu
4) Severity : skala nyeri di ukur dengan rentang nyeri 1-10 atau bisa
dilihat dengan ekspresi wajah
5) Timing: nyeri timbul secara tiba-tiba dengan durasi = 30 menit
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien tentang
penyakit apa saja yang pernah di derita seperti nyeri dada, hipertensi,
DM dan hiperlipidemia dan sudah berapa lama menderita penyakit
yang dideritanya,tanyakan apakah pernah masuk rumah sakit
sebelumnya.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui riwayat penyakit keluarga tanyakan pada pasien
mengenai riwayat penyakit yang dialami keluarganya. Seperti
penyakit keturunan (diabetes melitus, hipertensi, asma, jantung ) dan
penyakit menular (TBC, hepatitis).
f) Riwayat Psikososial
Pada pasien penyakit jantung koroner didapatkan perubahan ego
yaitu pasrah dengan keadaan, merasa tidak berdaya, takut akan
perubahan gaya hidup dan fungsi peran, ketakutan akan kematian,
menjalani operasi, dan komplikasi yang timbul. Kondisi ini ditandai
dengan menghindari kontak mata, insomnia, sangat kelemahan,
perubahan tekanan darah dan pola nafas, cemas, dan gelisah.
g) Pola Kebiasaan Sehari- hari
1) Nutrisi
Pada pasien penyakit jantung koroner mengalami nafsu makan
menurun dan porsi makan menjadi berkurang (Nurhidayat, 2011).
2) Istirahat
Pola tidur dapat terganggu, tergantung bagaimana presepsi klien
terhadap nyeri yang dirasakannya.
3) Eliminasi
a) BAK : normal seperti biasanya berkemih sehari 4-6 x dengan
konsisitensi cair.
b)BAB : normal seperti biasanya sehari 1-2x dengan konsistensi
padat.
4) Hygiene
Upaya untuk menjaga kebersihan diri cenderung kurang.
5) Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan sehari-hari berkurang bahkan berhenti
melakukan aktivitas yang berat.
h) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum klien mulai saat pertama kali bertemu dengan
klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien
juga diamati apakah kompos mentis (GCS : 14-15 = E4,V5, M6),
apatis (GCS: 12-13), delirium (GCS : 10-11), samnolen (GCS : 7-
9), sopor (GCS : 5-6), semi koma (GCS : 4) atau koma(GCS: 3 =
E1,V1, M1).
2) Tanda tanda vital
Pasien mengalami peningkatan pada tekanan darah, nadi, dan
respirasinya. Tekanan darah serkisar antara 124/91 mmHg –
137/97 mmHg, RR sekitar 16-20 x/menit,nadi seerkisar 100-112
x/menit. Terjadi perubahan sesuai dengan aktivitas dan rasa nyeri
yang timbul (Nurhidayat, 2011).
3) Kepala dan Muka
Inspeksi : bentuk kepala bulat/lonjong, wajah simetris/tidak,
rambut bersih/tidak, muka edema/tidak, lesi pada muka ada/tidak,
ekspresi wajah meringis/menangis/tersenyum.
Palpasi : rambut, rontok/tidak, benjolan pada kepala ada/tidak
4) Mata
Inspeksi : mata kanan dan kiri simetris/tidak, mata juling
ada/tidak, konjungtiva merah muda/anemis, sklera ikterik/putih ,
pupil kanan dan kiri isokor (normal), reflek pupil terhadap cahaya
miosis(mengecil)/ midriasis (melebar) Palpasi :nyeri/tidak,
peningkatan tekanan intraokuler pada kedua bola mata/tidak.
5) Telinga
Inspeksi :telinga kanan dan kiri simetris/tidak, menggunakan alat
pendengaran/tidak, warna telinga dengan daerah merata/tidak,lesi
ada/tidak, perdarahan ad/tidak, serumenada/tidak
6) Hidung
Inspeksi : keberadaan septum tepat di tengah/ tidak, secret
ada/tidak
Palpasi : fraktur ada/tidak dan nyeri ada/tidak
7) Mulut
Inspeksi : bibir ada kelainan kogenital (bibir sumbing)/tidak,
warna bibir hitam/meah muda, mukosa bibir lembab/kering,
sianosis/tidak, oedeme/tidak, lesi/tidak, stomatitis ada/tidak, gigi
berlubang/tidak, warna gigi putih/kuning, lidah bersih/kotor.
Palpasi :nyeri tekan/tidak pada bibir
8) Leher
Inspeksi : luka/tidak,
Palpasi :ada pembesaran vena jugularis/tidak, ada pembesaran
kelenjar tiroid/tidak.
9) Thorak :
a) Paru-paru
Inspeksi :dada simetris/tidak, bentuk/postur dada, gerakan
nafas (frekuensi naik/turun, irama normal/abnormal,
kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot
bantu pernafasan/tidak), warna kulit merata/tidak, lesi/tidak,
edema, pembengkakan/ penonjolan, RR mengalami
peningkatan.
Palpasi : getaran vocal fremitus kanan dan kiri sama/atau
tidak, ada fraktur pada costae/tidak
Perkusi :normalnya berbunyi sonor.
Auskultasi :normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru
dan ada suara tambahan/tidak.
b) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak atau tidak
Palpasi : teraba atau tidaknya ICS
Perkusi : normalya terdengar pekak
Auskultasi :S3/S4 murmur
10) Abdomen
Inspeksi : luka/tidak, jaringan parut ada/tidak,umbilikus
menonjol/masuk kedalam , amati warna kulit merata/tidak
Auskultasi : bising usus normal atau tidak (5-20x/menit)
Palpasi : nyeri tekan pada abdomen/tidak
Perkusi : suara timpani atau hipertimpani
11) Integumen
Inspeksi : warna kulit hitam/sawo matang, lembap/tidak, amati
turgor kulit baik/menurun
Palpasi : akral hangat /dingin, CRT (Capilary Refil Time) pada
jari normalnya < 2 detik.
12) Ekstermitas
Inspeksi : tonus otot kuat/tidak, jari-jari lengkap/tidak,
fraktur/tidak
Palpasi : oedema/tidak
13) Genetalia
Inspeksi : terpasang kateter atau tidak
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons pasien terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga atau komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017).
Diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien dengan
penyakit jantung koroner ada 5 diagnosa, yaitu:
a. Nyeri akut b.d ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen akibat
penurunan suplai darah ke miokardium dan peningkatan produksi
asam laktat.
b. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas, irama dan
konduksi elektrik jantung.
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai nutrisi dan
kebutuhan oksigen.
3. Intervensi
a. Nyeri Akut (D. 0077)b.d ketidakseimbangan suplai darah dan
oksigen akibat penurunan suplai darah ke miokardium dan
peningkatan produksi asam laktat.
Tujuan & Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam, diharapkan tingkat nyeri (L.08066) menurun dengan
kriteria hasil:
1) Keluhan nyeri menurun,
2) Meringis menurun,
3) Sikap protektif menurun,
4) Gelisah menurun,
5) Kesulitan tidur menurun,
6) Diaforesis menurun,
7) Frekuensi nadi membaik,
8) Pola napas membaik,
9) Tekanan darah membaik
Intervensi :
Manajemen nyeri (I. 08238)
Observasi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
2) Identifikasi skala nyeri.
3) Identifikasi respon nyeri non verbal.
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
Terapeutik :
1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, bio feedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan).
3) Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi :
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
2) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
3) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian analgetik
b. Penurunan curah jantung (D. 0008) b.d perubahan kontraktilitas,
irama dan konduksi elektrik jantung.
Tujuan & Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam, diharapkan curah jantung (L. 02008)) meningkat dengan
kriteria hasil :
1) Bradikardi / takikardi hilang
2) Aritmia hilang
3) Edema hilang
4) Sianosis hilang
5) Lelah hilang
6) Dispnea hilang
7) Ortopnea hilang
8) Batuk hilang
9) Central venous pressure membaik
10) Tekanan darah membaik
11) Nadi perifer membaik
Intervensi :
Perawatan jantung I.02075
Observasi :
1) Identifikasi tanda/gejala primer
2) penurunan curah jantung
3) Identifikasitanda/gejala sekunder
4) penurunan curah jantung
5) Monitor tekanan darah
6) Monitor intake dan output cairan
7) Monitor saturasi oksigen
8) Monitor keluhan nyeri dada
9) Monitr EKG 12 sandapan
Terapeutik :
1) Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
2) Berikan diet jantung yan sesuai
3) Fasilitasi pasien dan keluarga untuk memotivasi gaya hidup sehat
4) Berikan terapi relaksasi untuk mengurani stres, jika perlu
5) Berikan dukungan emosional dan spiritual
6) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi :
1) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2) Anjurkan pasien dan keluarga mengukur berat badan
3) Anjurkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan
harian.
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian antihistamin, jika perlu
c. Intoleransi aktivitas (D.0056) b.d ketidakseimbangan suplai nutrisi
dan kebutuhan oksigen.
Tujuan & Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam, diharapkan toleransi aktivitas meningkat (L.05047)
meningkat dengan kriteria hasil:
1) Lelah hilang
2) Dispnea hilang
3) Rasa tidak nyaman hilang
4) Lemah hilang
Intervensi :
Manajemen Energi (I.05178)
Observasi :
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh
2) yang mengakibatkan kelelahan,
3) Monitor kelelahan fisik dan emosional,
4) Monitor pola tidur dan jam tidur,
5) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik :
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan),
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif,
3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi :
1) Anjurkan tirah baring,
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap,
3) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan.
Kolaborasi :
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.
3. impementasi
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi proses
keperawatan merupakan rangkaian aktivitas keperawatan dari hari ke hari
yang harus dilakukan dan di dokumentasikan dengan cermat. Perawat
melakukan pengawasan terhadap efektivitas intervensi yang dilakukan,
bersamaan pula dengan menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian
tujuan atau hasil yang diharapkan. Pada tahap ini, perawat harus
melaksanakan tindakan keperawatan yang ada dalam rencana keperawatan
dan langsung mencatatnya dalam format tindakan keperawatan (Dinarti,
dkk, 2013a).
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas
perawat. Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui
alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan. Perawat harus yakin bahwa
tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan yang sudah
direncanakan, dilakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai dengan
kondisi pasien, selalu dievaluasi apakah sudah efektif, dan selalu
didokumentasikan menurut urutan waktu (Debora, 2013).
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini
perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan
kriteria hasil sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi
sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi
seluruhnya. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses
yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien untuk
mengetahui :
a. Kesesuaian tindakan keperawatan
b. Perbaikan tindakan keperawatan
c. Kebutuhan klien saat ini
d. Perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lain
e. Apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosis supaya kebutuhan
klien bisa terpenuhi.
Dalam perumusan evaluasi keperawatan menggunakan empat
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni S
(Subjektif)merupakan data informasi berupa ungkapan keluhan pasien, O
(Objektif) merupakan data berupa hasil pengamatan, penilaian, dan
pemeriksaan, A (Analisis/ Assesment) merupakan interpretasi makna data
subjektif dan objektif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dalam perencanaan keperawatan tercapai. P (Planning)
merupakan rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan
hasil analisa data. Jika tujuan telah tercapai, maka perawat akan
menghentikan rencana dan apabila belum tercapai, perawat akan melakukan
modifikasi rencana untuk melanjutkan perencanaan keperawatan pasien
(Dinarti, 2013b). Selain digunakan untuk mengevaluasi tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan, evaluasi juga digunakan untuk
memeriksa semua proses keperawatan (Debora, 2017).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen medis pada pasien PJK adalah mengurangi
danmengendalikan faktor risiko serta mengembalikan suplai darah
kemiokardium. Beraga, teknik telah dikembangkan untuk membuka
pembuluh darah dan mengembalikan aliran darah melalui arteri koroner
seperti percutaneous coronary intervention (PCI), percutaneous transluminal
coronary angioplasty (PTCA) dan tindakan bedah seperti coronaryartery
bypass graft (CABG) (Black, dkk, 2014). Setelah terapi farmakologi dan
tindakan bedah berhasil memperbaiki kondisi pasien, selanjutnya sesuai
indikasi pasien untuk mengikuti program rehabilitasi jantung untuk
pemulihan dan menyiapkan pasien secara bertahapkembali pada aktivitas
sehari-hari pasien sebelum terkena penyakit jantung koroner (Mertha, 2010).

B. Saran
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Dapat digunakan sebagai masukan dalam pengetahuan ilmu
keperawatan dan bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan penyakit jantung koroner.
2. Bagi Pasien
Dapat digunakan sebagai sarana penambah pengetahuan bagi pasien
dan keluarga sehingga dapat lebih mengetahui tentang penyakit jantung
koroner.
3. Bagi Penulis
Dapat digunakan sebagai sarana pengembangan dan peningkatan
pemahaman penulis terhadap konsep manusia secara kompetitif sehingga
mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar TB. (2004). Faktor Resiko Penyakit jantung Koroner. Medan: Bagian Ilmu
Gizi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara. Digitized by
USU digital library.
Brands M, Carnethon M, Daniels S, (2006). HAFHA. Diet and lifestyle
recommendations revision Scientific statement from the American
Heart. Association Nutrition Committee; 2006.
Budiarto E. (2004). Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Damayanti Y. (2015). Hubungan Asupan Lemak Dan Serat Dengan Kejadian
Hiperkolesterolemia Pada Guru SD Negeri Di Kecamatan Nanggalo
Kota Padang Tahun 2015. Poltekkes Kemenkes Padang.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta:Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hardinsyah. (2011). Analisis Konsumsi Lemak, Gula dan Garam Penduduk
Indonesia: Gizi Indonesia. Jakarta.
Haryono, Siswoyo. (2017). Metode SEM Untuk Penelitian Manajemen Dengan
AMOS LISREL PLS. Luxima Metro Media.
Hermawati, Risa, Asri Candra Dewi. (2014). Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: F
Media
Marliyati A. (2004). Pemanfaatan sterol lembaga gandum (Triticum sp.) Untuk
pencegahan aterosklerosis. Institut Pertanian Bogor.
M. N. Buston (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid III.
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Puspaningtyas. (2013). DE. The Miracle of Fruits. Jakarta: PT. Agromedia
Pustaka;
Sulastri R, Purwantyastuti. (2005). Pola Asupan Lemak, Serat dan Antioksidan
Serta Hubungannya Dengan Profil Lipid Pada Laki-Laki Etnik
Minangkabau. Majalah Kedokteran.
Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2007. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai