Anda di halaman 1dari 6

Nama : Zikri Nurhidayat

NIM : 821223032
Kelas : Alih Jenjang

Tugas Resume Mata Kuliah Sistem Informasi Keperawatan


“Dampak Teknologi Informasi Pada Pengguna Asuhan Keperawatan“

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat menyebabkan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga semakin berkembang. Perkembangan
pengetahuan masyarakat, membuat masyarakat lebih menuntut pelayanan kesehatan
yang bermutu dan dapat dipertanggung jawabkan. Kebutuhan layanan kesehatan
termasuk keperawatan yang cepat, efisien dan efektif menjadi tuntutan masyarakat saat
ini. Hal tersebut telah membuat dunia keperawatan di Indonesia menjadi tertantang
untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi
informasi (Rini, 2009).
Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan
kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Dalam upaya peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi berikut
dengan dokumentasi.
Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung kepada
kecepatan, kemudahan dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan. Dalam
hal ini perawat berada dalam posisi kunci untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan melalui strategi dan intervensi yang mendukung keselamatan pasien (Rini,
2009).
Isu patient safety merupakan salah satu isu utama dalam pelayanan kesehatan. Para
pengambil kebijakan, pemberi pelayanan kesehatan dan konsumen menempatkan
keamanan sebagai prioritas pertama pelayanan. Patient safety merupakan sesuatu yang
jauh lebih penting daripada sekedar efisiensi pelayanan. Berbagai risiko akibat tindakan
medik dapat terjadi sebagai bagian dari pelayanan kepada pasien. Identifikasi dan
pemecahan masalah tersebut merupakan bagian utama dari pelaksanaan konsep patient
safety (Pinzon, 2014).
Penggunaan teknologi informasi diharapkan dapat meningkatkan patient safety.
Pada tahun 2004 Agency for Healthcare Research and Quality menganggarkan $ 60 juta
bagi pengembangan teknologi informasi untuk menunjang patient safety. Beberapa
penelitian terdahulu menunjukkan efektivitas penggunaan sistem komputer untuk
memperbaiki praktek peresepan, mengurangi medication error, dan meningkatkan
kepatuhan terhadap pelaksanaan standar pelayanan (Pinzon , 2014).
Manfaat teknologi memang cukup besar dalam meningkatkan keselamatan pasien
dan kualitas pelayanan keperawatan. Namun dampak negatif yang timbul dari
penggunaan teknologi tersebut, tidak boleh diabaikan.
Meskipun diakui bahwa teknologi dapat mempromosikan perasaan keselamatan
pada pasien, teknologi tidak pernah bisa menggantikan kedekatan dan empati sentuhan
manusia (Almerud, 2014)

PEMBAHASAN
Pelayanan yang berkualitas dan aman, memang menjadi tujuan dari setiap instansi
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Salah satu upaya yang dilakukan
untuk mencapai hal tersebut adalah dengan pemanfaatan tehkhologi informasi. Namun
tekhnologi informasi tetap memiliki dampak negatif yang harus disadari dan diantisipasi
agar tidak menjadi masalah yang justru dapat membahayakan pasien dan menurunkan
kualitas pelayanan keperawatan.
Dampak negatif penggunaan teknologi yang mungkin timbul antara lain :
1. Peralatan yang membahayakan karena ketidakmampuan perawat dalam
menggunakannya.
2. Pelanggaran privacy pasien.
3. Kurangnya sentuhan atau kontak dengan pasien.
Menurut Nelson (2013), perawat sebagai konsumen informasi dan pengguna
teknologi dalam perawatan kesehatan harus terlibat dalam pemilihan peralatan baru,
mendapat pelatihan untuk peggunaannya, dan memantau pengaruh teknologi terhadap
keselamatan pasien dan keluarga secara berkelanjutan.
Pemilihan peralatan yang mahal dengan tehnologi yang canggih dapat
membahayakan jika tidak digunakan dengan tepat. Team yang menangani peralatan
kesehatan WHO, menggambarkan pendekatan yang sistematis meliputi perawatan,
pelatihan, pemantauan, dan pelaporan kewaspadaan pada perangkat peralatan medis
yang digunakan. Melalui pengawasan, perawat memainkan peran penting dalam
mengidentifikasi lebih awal kesalahan yang terkait dengan teknologi. Staf yang sudah
terlatih akan dapat mengenali masalah yang terjadi pada peralatan yang digunakan
sehingga dengan cepat dapat ditindak lanjuti.
Hampir serupa dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien, penggunaan
peralatan juga menuntut perawat untuk mengumpulkan data secara berkelanjutan untuk
mengidentifikasi berfungsi atau tidaknya alat yang digunakan, menginterpretasikan data
untuk menemukan sumber masalah peralatan , dan bertindak dengan cepat berdasarkan
interpretasi untuk melaporkan masalah tersebut sehingga segera dapat diperbaiki.
Penelitian menemukan bahwan kualitas pelayanan yang rendah sering disebabkan
oleh ketidakmampuan perawat dalam menggunakan tehnologi baru secara tepat dan
aman. Sebagai pengguna akhir, perawat dapat memaksimalkan keselamatan melalui
proses seleksi, pengawasan berkelanjutan dan metoda penilaian resiko secara proaktif
(Nelson, 2013).
Nelson, (2013) menjelaskan ada empat strategi yang dikembangkan oleh badan
peralatan kesehatan WHO terkait penggunaan tekhnologi untuk keselamatan pasien,
antara lain :
1. Kebijakan, Perawat sebagai pemberi perawatan pasien langsung harus terlibat
dalam menetapkan dan mengevaluasi kebijakan kelembagaan, organisasi, dan
masyarakat yang berkaitan dengan teknologi.
2. Kualitas dan keamanan, Perawat dapat memastikan bahwa teknologi yang mereka
gunakan memenuhi kualitas internasional dan standar keselamatan dan spesifikasi
teknis yang diperlukan sesuai dengan lingkungan klinis di mana alat tersebut
digunakan.
3. Akses, Perawat dapat memastikan bahwa keputusan-keputusan institusi dibuat
berdasarkan masukan dari mereka dan juga masukan dari stakeholders lainnya.
4. Penggunaan, Perawat harus terlibat dalam kebijakan intuitif mereka dan proses
yang berhubungan dengan pemeliharaan, pelatihan, pemantauan, dan pelaporan
efek samping terkait dengan teknologi.
Teleheath dan telenursing, sebagai salah satu bentuk pemanfaatan technologi dalam
bidang kesehatan juga mempunyai beberapa kelemahan yang harus diketahui oleh
perawat. Seperti kerahasiaan data pasien, keandalan dan validitas transmisi harus
menjadi pertimbangan dalam menggunakan metode ini.
Sifat pemantauan secara berkesinambungan perangkat ini mungkin terbukti
merupakan pelanggaran hak-hak pasien terhadap privasi, dan karena masalah etika bagi
penyedia layanan kesehatan tetap harus dipertimbangkan. Penyedia layanan kesehatan
harus sadar untuk menghormati privasi dan kerahasiaan pasien. Terlepas dari teknologi
telehealth spesifik digunakan, keandalan dan validitas transmisi data sangat penting
untuk keselamatan pasien. Sangat penting bagi perawat untuk melihat teknologi
telehealth sebagai media untuk perawatan, dan bukan sebuah alat untuk menggantikan
praktek keperawatan yang berkualitas tinggi.
Harley & Timmons (2010) mengakui bahwa penggunaan teknologi yang tepat
dalam mendukung asuhan keperawatan tersebut baik , tetapi harus hati- hati, karena
penggunaannya tidak boleh menggantikan keterampilan pengamatan secara tradisional
dan aspek sentuhan manusia.
Keamanan keseluruhan dan efektivitas teknologi dalam perawatan kesehatan
akhirnya tergantung pada pengguna, oleh karena itu setiap bentuk teknologi dapat
memiliki dampak negatif jika tidak digunakan dengan benar atau disalahtafsirkan.

KESIMPULAN
Teknologi informasi memang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan, namun
teknologi informasi juga memiliki dampak negatif yang harus disadari dan diantisipasi
agar tidak menjadi masalah yang justru dapat membahayakan pasien dan menurunkan
kualitas pelayanan keperawatan diantaranya peralatan yang membahayakan karena
ketidakmampuan perawat dalam menggunakannya, pelanggaran privacy pasien, dan
kurangnya sentuhan atau kontak dengan pasien. perawat sebagai konsumen informasi
dan pengguna teknologi dalam perawatan kesehatan harus terlibat dalam pemilihan
peralatan baru, mendapat pelatihan untuk peggunaannya dan memantau pengaruh
teknologi terhadap keselamatan pasien dan keluarga secara berkelanjutan (Nelson,
2013).

DAFTAR PUSTAKA
Almerud, S., & Petersson, K. (2014). Music therapy-a complementary treatment for
mechanically ventilated intensive care patients. Intensive and Critical Care
Nursing, 19, 21–30
Abdrbo, Amany A., RN, BSN, PhD. (2012). Development and Testing of Nurses
Information Systems Use Instrument Journal of Nursing Measurement Volume 18.
Black, Beth Perry., PhD, RN. (2017). Professional Nursing Concepts & Challenges.
Elsevier. St. Louis, Missouri.
Fang,Ho Kuei., et.al. (2019). Theoretical integration of user satisfaction and technology
acceptance of the nursing process information system. PlOs-One.
Gavurová, Beáta., Ballon Antonio José i., et.al. (2018). Information and
Communication Technology in the Role of Information System of Healthcare
Facility in the Slovak Republic. Journal economies.
G.P, Nelson, A.L, Patterson, E.S. (2013). Patient care technology andsafety. Patient
safety and quality: an evidence base handbook for nurses.
Holmes, J. (2013). An Introduction to Sociolinguistics. New York: Longman
Jiang, Tao, et.al,. (2016). The Impact of Electronic Health Records n Risk Management
of Information Systems in Australian Residential Aged Care Homes. DOI
10.1007/s10916-016- 0553-y.
Murphy, Judy., (2013). Nursing Informatics: The Intersection of Nursing, Computer,
And Information Sciences , Journal of Nursing Economic$/May-June 2010/Vol.
28/No. 3.
Pinzon, (2014). Clinical Pathway dalam pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka
Cendikia Press.
Procter, Paula., Woodburn., Ian. (2015). Encouraging nurses to develop effective
electronic documentation. Journal of Nursing Mangement.
Samadbeik., Mahnaz. (2015). Managing the Security of Nursing Data in the Electronic
Health Record. Acta Inform Med. 2015 Feb 23(1): 39-43 / Original Paper.

Anda mungkin juga menyukai