Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN BENCHMARKING

CHANGHUA CHRISTIAN HOSPITAL TAIWAN

12-13 MEI 2016

“IMPLEMENTASI ELECTRONIC MEDICAL RECORD SYSTEM


YANG BERFOKUS PADA SASARAN KESELAMATAN
PASIEN BERDASARKAN INTERNATIONAL
PATIENT SAFETY GOALS”

DISUSUN OLEH:

BAIK DYSA GARUDIWATI

20151030062

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Layanan kesehatan yang bermutu adalah harapan bagi setiap pasien

atau masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara cepat dan

tepat. Perkembangan IPTEK dan arus globalisasi yang terus mengalami

perubahan membuat masyarakat semakin terbuka untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan sesuai kebutuhannya. Hal ini membawa konsekuensi

bagi suatu layanan kesehatan untuk mengelola pemberian layanan kesehatan

termasuk didalamnya mutu layanan keperawatan yang berfokus pada

kebutuhan pasien. Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan merupakan

salah satu bagian penting yang memegang peranan dalam layanan kesehatan

yang secara langsung dirasakan oleh pasien selama 24 jam. Menurut Potter &

Perry (2005) salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit

adalah pelayanan keperawatan yang berkualitas, keberhasilan pelayanan

tergantung dari partisitasi perawat dalam memberikan pelayanan yang

berkualitas bagi pasien.

Keselamatan pasien telah menjadi isu global dalam pelayanan

kesehatan. Menurut WHO (2007) keselamatan pasien sudah diakui sebagai

suatu prioritas dalam pelayanan kesehatan. Pada kenyataannya dalam sistem

pelayanan kesehatan terjadi masalah-masalah yang dapat menyebabkan

kerugian terhadap pasien mulai dari derajat ringan sampai berat. Masalah
tersebut antara lain kesalahan dalam pengobatan, terjadinya luka tusuk atau

luka iris yang tidak disengaja, terjadinya dekubitus selama perawatan dan

infeksi akibat tindakan medik. Akibat yang dialami oleh pasien akan

menyebabkan terjadinya kecacatan sampai kematian. Selain itu, biaya

perawatan pasien juga meningkat karena bertambahnya hari rawat pasien.

Kejadian kesalahan medic menyebabkan kematian 44.000 sampai 98.000

orang per tahun , dan lebih dari 7000 kematian disebabkan oleh kesalahan

pengobatan. Melihat adanya masalah dan dampak yang dialami pasien, maka

perlu peningkatan mutu pelayanan yang berfokus pada keselamatan pasien

(Fruedenheim, 2010).

Keselamatan pasien adalah suatu keadaan dimana pasien terbebas dari

resiko cedera saat berinteraksi dengan sistem pelayanan kesehatan. Tenaga

kesehatan sebagai pemberi layanan kesehatan termasuk dokter dan perawat

mempunyai tanggung jawab untuk mengantisipasi, mendeteksi dan mediator

untuk menjamin keselamatan pasien. Perawat sebagai tenaga kesehatan

profesional yang berinteraksi langsung dengan pasien mempunyai peran untuk

membantu pasien mendapatkan haknya dalam keselamatan diri. Pelayanan

yang berprinsip pada keselamatan pasien menandakan bahwa pelayanan yang

diterima pasien diberikan secara tepat dan bermutu serta sesuai dengan

standar operasional prosedur yang telah ditetapkan (Krummen, M.,2010).

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka

terjadi transformasi teknologi dalam dunia kesehatan. Adanya globalisasi


informasi menyebabkan arus informasi semakin terbuka dan industri

kesehatan dihadapkan pada tantangan dan tuntutan untuk menggunakan

teknologi informasi sebagai sistem pendukung pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit. Electronic Record Medical System (EMRS ) dipercaya dapat

mendukung tuntutan tersebut karena berpengaruh terhadap keselamatan

pasien dan memperbaiki kualitas pelayanan. Maka penggunaan Electronic

Record Medical System (EMRS ) diharapkan dapat meningkatkan

keselamatan dan kualitas pelayanan pasien sehingga tercapai efisiensi

pelayanan (Douglas Page ,2010)

Electronic Record Medical System (EMRS) adalah rekam medis

seumur hidup pasien dalam format elektronik, dan bisa diakses dengan

komputer dari suatu jaringan dengan tujuan utama menyediakan atau

meningkatkan perawatan serta pelayanan kesehatan yang efisien dan terpadu.

Sistem informasi rekam medik eletronik memberi kemudahan-kemudahan

dalam mendata segala sesuatu tentang pasien untuk dibutuhkan dengan cara

yang cepat. Namun sebaliknya juga terdapat kelemahan-kelemahan dalam

mengoperasikannya karena membutuhkan biaya yang mahal, perlu sistem

jaringan dan sistem keamanan yang kuat. Dokter dan perawat sebagai bagian

dari tenaga kesehatan dapat memanfaatkan penggunaan EMRS untuk

mengelola pemberian asuhan keperawatan lebih efisien.

Penggunaan EMRS memungkinkan tenaga medis dengan akses yang

cepat dan tepat dapat memperoleh gambaran yang lebih baik tentang kondisi
kesehatan pasien dan perkembangan. Selain itu memungkinkan perawat untuk

menghabiskan lebih banyak waktu memberikan pelayanan langsung kepada

pasien. Dengan demikian, data dapat ditampilkan dengan cepat sesuai

kebutuhan. Peningkatan keselamatan pasien (patient safety) adalah manfaat

utama yang hendak dicapai rumah sakit bila mereka mengadopsi EMRS.

Hampir semua responden menganggap peningkatan keselamatan pasien bisa

direalisasikan. EMRS dapat menyimpan data dengan kapasitas yang besar,

sehingga dokter dan staf medis mengetahui rekam jejak dari kondisi pasien

berupa riwayat kesehatan sebelumnya, tekanan darah, obat yang telah

diminum dan tindakan sebelumnya sehingga tindakan lanjutan dapat

dilakukan dengan tepat dan berpotensi menghindari medical error

(Behrenbeck, 2013).

Medical error salah satu hal yang harus diberantas untuk terciptanya

patient safety, untuk mengatasi medical error ada beberapa cara yang

dilakukan: (1) menganalisa proses yang dilakukan sehari-hari sebagai bentuk

pembelajaran dan bukan menyalahkan, (2) meminamilisasi tahapan-tahapan

dalam suatu proses, (3) membuat ceklist, (4) melibatkan pasien dalam proses

pemberian pelayanan kesehatan yakni dengan mendorong pasien untuk

bertanya (Behrenbeck, 2013)

Dokumentasi data merupakan hal yang penting, terutama apabila

dalam melakukan suatu prosedur ada tahapan tertentu yang tidak sesuai

dengan standar prosedur yang ada sehingga ketika terjadi medical error maka
data dapat digunakan sebagai bukti tindakan. Medical error lebih sering

ditemukan dibanding diantisipasi. Medical error menyebabkan meningkatnya

biaya perawatan. Hasil penelitian manyebutkan bahwa sistem sebagai akibat

utama terjadinya medical error. Patien safety dapat tercipta dengan

menghindari budaya menyalahkan, menciptakan lingkungan psikologis

stabilitas yang profesional, menganalisa proses secara rutin, keselamatan

sebagai prioritas (Behrenbeck, 2013)

Pada negara maju seperti Amerika Serikat penggunaan teknologi

informasi berbasis komputer dalam bidang Rumah Sakit telah berlangsung

sejak tahun 1960. Tehnologi informasi secara efektif digunakan dalam

pelayanan kesehatan untuk memperbaiki proses, standar – standar dan

protokol- protokol untuk menghasilkan pelayanan pasien yang lebih baik dan

keselamatan pasien.Data dan informasi yang ada dalam rekam medik pasien

dapat memperbaiki koordinasi dalam perawatan pasien, meningkatkan

pengambilan keputusan medik dan menurunkan medical errors (Mason,

Leavitt, & Chaffee, 2007).

Beberapa rumah sakit di dunia juga berhasil mengimplementasikan

EMRS pada area penelusuran pasien, staf medis, peralatan medis dan area

aplikasi lainnya. Di Amerika Serikat dan Eropa, alasan utama dari

pengadopsian teknologi EMRS adalah untuk meningkatkan daya saing bisnis

dengan melakukan peningkatan keselamatan pasien dan menurunkan medical

error sebagai jaminan atas mutu pelayanan RS yang berfokus pada sasaran
keselamatan pasien. Dua rumah sakit di Singapura (Singapore National

University Hospital dan Singhealth Hospital) dan diikuti oleh lima rumah

sakit di Taiwan salah satunya Changhua Christian Hospital juga telah

mengimplementasikan EMRS.

Awal dari penerapan EMRS di negara tersebut (Taiwan dan

Singapura) adalah untuk mereduksi gejolak sosial di masyarakat akibat

pandemi SARS pada tahun 2003. Setelah pandemi SARS dapat dieliminasi,

dalam perkembangannya, ternyata sebagian rumah sakit tersebut

mengembangkan EMRS untuk mendapatkan manfaat yang bersifat tangible.

Contohnya, untuk mereduksi biaya dan waktu operasi maupun yang

bersifat intangible seperti meningkatkan kualitas pelayanan medis dengan

tingkat keberhasilan yang bervariasi (mulai dari penuh sampai parsial)

(Michael F. Furukawa et al 2010).

Kontras dengan kondisi di Indonesia, penggunaan EMRS belum

diadopsi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. Padahal penyebaran

yang cepat dan dramatis dari penyakit telah meningkat beberapa tahun

terakhir ini. AIDS/HIV, demam berdarah, flu burung (SARS) dan pandemi

lainnya telah mempengaruhi Indonesia diikuti dengan banyaknya penderita

yang meninggal.

Untuk mengetahui perbedaan sistem penerapan EMRS yang ada di

Indonesia dengan Taiwan serta mempelajari cara pengelolaannya, maka

dilakukan studi benchmarking ke Changhua Christian Hospital yang ada di


Taiwan. Rumah Sakit ini dikenal telah menjalankan sistem EMRS dengan

baik dan terkoordinir serta menegakkan prinsip-prinsip mutu dan keselamatan

pasien. Studi ini merupakan bagian dari mata kuliah blok elektif Magister

Manajemen Rumah Sakit yang hasilnya akan kami sajikan dalam makalah ini.

2. Tujuan Kegiatan Benchmarking

A. Tujuan Umum

Mengetahui dan mempelajari manajemen sistem EMRS (Electronic

Record Medical System System) setempat yang berfokus pada sasaran

keselamatan pasien berdasarkan IPSG (International Patient Safety Goals)

B. Tujuan Khusus

- Melakukan kegiatan wawancara dan mendengarkan paparan informasi

tentang profil dan sistem EMRS dari Tim Changhua Christian

Hospital.

- Melakukan observasi, survey dan telusur yang berkaitan dengan

sistem EMRS di Changhua Christian Hospital

- Melakukan pendokumentasian hasil studi benchmarking di Changhua

Christian Hospital.

- Melakukan analisa hasil benchmarking berdasarkan konsep

pengelolaan sistem EMRS di Changhua Christian Hospital.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pencapaian derajat kesehatan yang optimal merupakan hak asasi rakyat

Indonesia sebagaimana tercantum dalam pasal 4 UU No 23 tentang Kesehatan tahun

1992. Pemerintah sebagai representasi unit masyarakat yang memberikan pelayanan

kepada masyarakat berkewajiban menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan

kesehatan dalam suatu sistem yang baik, mudah, dan terjangkau. Saat ini pelayanan

kesehatan di Indonesia dianggap masih sektoral dan belum terintegrasi dengan baik.

Masing-masing pusat pelayanan kesehatan bergerak dan menyelenggarakan program

tanpa koordinasi yang baik dengan pusat layanan yang lain sehingga layanan yang

diberikan kepada masyarakat cenderung tidak komprehensif. Pada akhirnya

masyarakatlah yang terkena dampak karena untuk mendapatkan layanan kesehatan

menjadi merepotkan dan cenderung mahal.

Dalam satu sektor saja, pelayanan kuratif, masyarakat sering harus berpindah

dari layanan kesehatan satu ke layanan kesehatan yang lain karena satu dan lain hal.

Pada saat seperti itu masyarakat harus mengulang pemeriksaan yang sama dari

pertanyaan umum seperti nama, usia, alamat, keluhan dan sebagainya sampai

mengulang pemeriksaan penunjang yang biayanya tidak murah (Anonim, 2010). Hal

ini tentu merepotkan dan meningkatkan biaya yang harus dibayarkan oleh pasien

yang pada gilirannya dapat menyebabkan pengobatan yang tidak paripurna akibat

kerepotan dan harga yang tinggi tersebut.


Salah satu penyebab dari hal ini adalah belum terintegrasinya sistem

pencatatan medis (medical record) ke dalam satu sistem tunggal secara online. Pada

sistem yang terintegrasi data kesehatan klien yang sudah ada tidak perlu diulang lagi

kecuali untuk data yang memang harus di update karena adanya data baru sehinga

tidak merepotkan bagi pasien. Pada sistem ini semua layanan harus mempunyai

format yang baku terkait informasi pasien yang harus di-entry.

1. Elektronic Medical Record (EMRS)

Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud

rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas

pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-

tulisan yang dibuat oleh dokter mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan

kepada pasien dalam rangka palayanan kesehatan. Bentuk Rekam Medis dalam

berupa manual yaitu tertulis lengkap dan jelas dan dalam bentuk elektronik

sesuai ketentuan. Rekam medis terdiri dari catatan-catatan data pasien yang

dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Catatan-catatan tersebut sangat penting

untuk pelayanan bagi pasien karena dengan data yang lengkap dapat

memberikan informasi dalam menentukan keputusan baik pengobatan,

penanganan, tindakan medis dan lainnya.

Electronic Record Medical System (EMRS) adalah rekam medis seumur

pasien dalam format elektronik, dan bisa diakses dengan komputer dari suatu
jaringan dengan tujuan utama menyediakan atau meningkatkan perawatan serta

pelayanan kesehatan yang efisien dan terpadu. Sistem informasi rekam medik

elektronik adalah sistem penyimpanan informasi secara elektronik mengenai

status kesehatan serta pelayanan kesehatan,yang diperoleh pasien sepanjang

hidupnya dan tersimpan sedemikian hingga dapat melayani berbagai pengguna

rekam yang sah (Shortliffe, 2001 dikutip oleh Sundari 2009).

Pengertian EMRS menurut National Alliance for Health Information

Technology adalah rekaman/catatan elektronik tentang informasi terkait

kesehatan (health-related information) seseorang yang yang dibuat,

dikumpulkan, dikelola, digunakan dan dirujuk oleh dokter atau tenaga kesehatan

yang berhak (authorized) di satu organisasi pelayanan kesehatan. American

Academy of Nursing (AAN) dalam rangka mengubah lingkungan rumah sakit

yang berfokus pada kebutuhan pasien mengeluarkan pernyataan agar arsitek dan

vendor bekerja sama dengan perawat, dokter dan perawat departemen yang lain

antara lain farmasi dan laboratorium untuk memastikan pendekatan sistem-luas

dalam memenuhi kebutuhan pasien. AAN meyakini bahwa teknologi kesehatan

harus memungkinkan perawat untuk lebih banyak menghabiskan dalam

memberikan pelayanan langsung kepada pasien, daripada mengumpulkan,

mencari informasi dan koordinasi dengan tenaga layanan kesehatan lain

(Krummen, 2010).

EMRS dapat mencakup banyak informasi seperti demografis, kontak darurat,

asuransi, afiliasi rohani, obat dan alergi, hasil laboratorium dan riwayat medis
pasien saat rawat inap. Riwayat rawat inap merupakan dokumentasi pasien

mencakup penilaian tanda-tanda vital, rencana perawatan, dan pendidikan. Hal

ini dapat digunakan sebagai informasi untuk melacak riwayat pasien rawat inap

dan menunjang komunikasi antara semua disiplin ilmu pelayanan kesehatan.

Pengggunaan EMRS harus mencakup keamanan computer atau computer

security yang terdiri dari empat aspek, yaitu privacy atau Confidentiality,

integrity, autentikasi, dan availability ketersediaan. Selain itu juga aspek control

yaitu aspek yang menekankan pada cara pengaturan akses terhadap informasi.

Access control dapat mengatur siapa-siapa saja yang berhak untuk mengakses

informasi atau siapa-siapa saja yang tidak berhak untuk mengakses informasi.

Beberapa hal yang membuat sistem informasi medis berbeda dengan sistem

informasi lainnya antara lain adalah Kompleksitas (Complexity) dan

Kepercayaan (Reliability). Keamanan dan tentunya perlindungan terhadap

privasi, tidak dapat diperoleh kecuali sistem komputer yang berkaitan dapat

dipercaya (reliable). Sistem EMRS yang telah memasukkan ketentuan

kenyamanan untuk menandai error yang mungkin terjadi dan secara cepat

memperbaikinya, mengingat menandai masukan yang meragukan pada kertas itu

mudah. Sebuah EMRS yang baik dapat mendistribusikan perbaikan yang dibuat

secara otomatis ke seluruh tujuan yang memiliki data yang error. Karena dalam

sebuah EMRS terdapat lebih sedikit transkripsi, maka lebih sedikit mata yang

memiliki kesempatan untuk menemukan error, sehingga error tersebut lebih sulit

dikenali dalam sebuah EMRS. Suatu perbedaan antara electronic patient record
(EPR) dengan Electronic Record Medical System, yaitu diperhitungkannya aspek

interoperability pada Electronic Record Medical System atau EMRS. Electronic

Record Medical System (EMRS) melakukan restrukturisasi dan optimasi dari

dokumen-dokumen pada tingkatan sebelumnya dengan memastikan kemampuan

interoperasi (interoperability) dari semua sistem dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian di Midwest Hospitals diperoleh 4 tema yaitu :

a. Pentingnya menyediakan training yang cukup untuk menggunakan dan

mengimplementasikan EMRS. Tujuan yang diharapkan dari EMRS adalah

meningkatnya keselamatan dan kualitas pelayanan pasien .Maka sebelum

implementasi perawat tidak hanya diajarkan saja tapi perlu dilatih sehingga

perawat mampu menggunakan EMRS dalam aktivitas rutin sehari hari.Hal

yang juga dirasa penting adalah perawat harus mampu melakukan pengkajian

untuk mendapatkan data pasien secara akurat dan lengkap sebelum

didokumentasikan secara elektronik. Data dari hasil pengkajian keperawatan

yang terorganisir berguna dalam merumuskan rencana keperawatandan

sebagai sumber informasi saat pasien dipindahkan ke bagian lain . Saat

melakukan asuhan keperawatan perilaku perawat sangat memegang peranan

penting dalam adopsi EMRS. Perawat diharapkan tetap berfokus pada pasien

, tidak hanya pada komputer saja. Adanya sentuhan perawat terhadap pasien

merupakan aspek yang perlu dijaga dan tetap terjalin selama merawat pasien.

b. EMRS memperbaiki komunikasi dan kontinuitas pelayanan pasien dan

mendukung keselamatan pasien serta meningkatkan kualitas pelayanan


terhadap pasien . Pengisian data yang lengkap dan akurat merupakan

informasi yang dapat meningkatkan komunikasi diantara pemberi

pelayananterhadap pasien .Jika data pasien jelas, menggunakan bahasa yang

sudah terstandarisasi maka akan memudahkan petugas kesehatan dalam

berkomunikasi satu sama lain.Kejelasan data juga memudahkan dalam lama

waktu pemindahan pasien dari satu ruang ke ruang lainnya karena semua

data dapat dilihat di EMRS.

c. EMRS mendukung efisiensi kerja perawat dan Dokter Kejelasan data juga

memudahkan dalam lama waktu pemindahan pasien dari satu ruang ke ruang

lainnya karena semua data dapat dilihat di EMRS. Bagi dokter yang berada

di luar Rumah Sakit dapat mengakses data rekam medik pasien dan

memberikan order dari luar Rumah Sakit . Pada saat dokumentasi

keperawatan masih menggunakan kertas , perawat banyak menggunakan

waktunya untuk melakukan dokumentasi yaitu sekitar 50 % . Adanya EMRS

mengurangi waktu kerja perawat dalam dokumentasi.

d. Penerapan EMRS merupakan proses pembelajaran. Selama menerapkan

EMRS perawat merasakan adanya proses pembelajaran dan menyatakan

bahwa EMRS membuat kinerja perawat lebih baik dibandingkan dengan

dokumentasi manual.
2. Kelebihan EMRS

Berdasarkan hasil penelusuran literatur didapatkan bahwa kelebihan penggunaan

EMRS meliputi:

a. Menurunkan medical errors

b. Menurunkan pengulangan dokumentasi

c. Meningkatkan produktivitas kerja perawat

Waktu yang digunakan perawat untuk melakukan dokumentasi EMRS

sekitar 23,5 % sampai dengan 24,5 %dengan adanya fasilitas komputer

berupa bed side terminals dan central stationdesk tops saved nurses (

Poissant, Pereira, Tamblyn & Kawasumi 2005). Sebelum menggunakan

EMRS perawat menghabiskan 50 % waktunya untuk dokumentasi pada

setiap shift. Hasil penelitian Bones 2008 menyimpulkan adanya penurunan

sebesar 2,1 % sampai 45, 1 %terkait efisiensi waktu yang digunakan perawat

dalam dokumentasi elektronik. Efisiensi waktu tersebut dapat dioptimalkan

untuk melakukan tindakanperawatan langsung ke pasien . Cortes & Cortes (

2011 ) mengidentifikasi keuntungan EMRS yaitu kemudahan dan efisiensi

perawat dalam mendapatkan informasi kesehatan pasien , pengendalian yang

lebih baik dalam peresepan obat obatan , material dan prosedur – prosedur ,

perawat lebih patuh terhadap standar – standar dan protokol yang ada di

Rumah Sakit.serta memudahkan dalam audit biaya pelayanan.


d. Meningkatkan patient outcome

Adanya komunikasi dan koordinasi kerja yang lebih baik diantara para

pemberi pelayanan kesehatan, serta tersedianya data yang akurat dan lengkap

mengenai status kesehatan pasien dapat meningkatkan pengambilan

keputusan klinik yang cepat dan tepat dalam penanganan pasien .Disamping

itu data EMRS juga dapat dikonsultasikan ke tim ahli sehingga memberikan

masukan untuk pengobatandan pelayanan yang lebih baik.

e. Menurunkan biaya perawatan karena tidak perlu melakukan pengulangan –

pengulangan prosedur serta memudahkan dalam audit biaya pelayanan (

Cortes & Cortes 2011 ). Penggunaan dokumen elektronik jauh lebih hemat

dibandingkan dengan dokumentasi yang ditulis pada kertas. Dokumentasi

penulisan dengan menggunakan EMRS menjadi lebih jelas, terorganisir

,komprehensif , konsisten dan menggunakan terminologi yang terstandarisasi

dalam suatu sistem yang dapat menjadi arah bagi perawat dalam membuat

rencana keperawatan dan edukasi pasien.

f. Bagi pemangku kepentingan (stake holder) penerapan sistem ini sangat

bermanfaat untuk sistem pelaporan data kesehatan masyarakat secara online

sehingga data kesehatan, misalnya, peningkatan prevalensi penyakit tertentu

dapat ter-update secara otomatis sehingga memudahkan dalam pembaruan,

analisis dan publikasi data kesehatan. Pada akhirnya sistem ini juga secara

tidak langsung dapat meningkatkan sinergi antar sistem pelayanan preventif

promotif dengan pelayanan kuratif. Kecenderungan pola penyakit di suatu


daerah dapat segera direspon dengan upaya preventif dan kuratif terkait

masalah kesehatan spesifik.

3. Kekurangan EMRS

Kekurangan EMRS ditinjau dari berbagai literatur adalah sebagai berikut:

a. Perubahan sistem dalam EMRS membuat kebingungan bagi perawat

dalam menggunakannya sehingga akhirnya memakan waktu lebih lama .

Hal tersebut biasanya terjadi di tahap awal implementasi EMRS .

Gangguan yang terjadi pada sistem komputer , kesulitan

mengorganisasikan informasi pada sisiem tampilan layar komputer

danadanya kesulitan dalam memformat laporan merupakan salah satu

kelemahan EMRS (Cortes & Cortes 2011 ).

b. Pengisian data pada EMRS yang kurang lengkap atau data diisi tidak

akurat maka data tersebut tidak dapat dijadikan sebagai sumber informasi

dan berpotensi terkena permasalahan etik dan legalitas ( Cortes &Cortes

2011 ).Keterlambatan dalam memasukan data pasien , ketidakkonsistenan

dan data yang tidak lengkap dapat menghambat pengambilan keputusan

klinik bagi pasien.

c. Adanya resiko yang terkait dengan isu etik dan aspek legal dalam

penggunaan dokumentasi elektronik data kesehatan pasien , terutama

berkaitan dengan aspek kerahasiaan dan hak pribadi pasien saat petugas

kesehatan di suatu Rumah Sakit mengkonsulkan data tersebut ke tim

kesehatan lainnya di luar Rumah Sakit untuk perbaikan pelayanan bagi


pasien ( Berner , S,E . 2008 ). Pencegahan kejadian yang terkait dengan

etik dan aspek legal dapat diminimalkan dengan adanya inform concern

tentang penggunaan data elektronik pasien .

Penerapan EMRS Secanggih apapun tehnologi informasi yang digunakan

dalam implementasi EMRS ,tetap saja yang memegang peran penting adalah

Sumber Daya Manusia sebagai operator dari tehnologi tersebut. Apalagi SDM

Keperawatan yang merupakan jumlah terbanyak di suatu Rumah Sakit , maka

organisasi perlu memahami perilaku dan persepsi perawat terhadap

dokumentasi elektronik sehingga dapat membantu organisasi untuk mencegah

kegagalan penerapan sistem tersebut. Implementasi EMRS sangat dipengaruhi

oleh komitmen pimpinan dan ketersedian sumber daya, perencanaan dan

penelitian, pemilihan dan pembelian software dan hardware, pelatihan bagi

petugas, uji coba alat dan sistem, pemeliharaan yang continue serta

pengembangan SDM .

Ada 6 langkah yang perlu diperhatikan dalam penerapan EMRS yaitu (

Bruscho, 2011 ):

a. Pengkajian Pada saat pengkajian diidentifikasi alur kerja dan proses –

prosesyang dibutuhkan untuk implementasi EMRS dan pembentukan

timkerja implementasi EMRS


b. Perencanaan Pada fase ini dibuat POA ( Planning of Action )

implementasi EMRS . Tim kerja juga membuat proposal untuk vendor

yang akan dipilih .Pemeilihan vendor memperhatikan aspek biaya dan

status sertifikasi dari vendor tersebut.

c. Pemilihan Memilih vendor yang sesuai merupakan aspek penting dalam

implementasi EMRS. Vendor yang dipilih hendaknya sudah

tersertifikasioleh badan akreditasi, alamat web jelas , tipe produk diketahui

dan vendor dapat mendemonstrasikan sistem yang akan digunakan.

d. Implementasi Sebelum implementasi sistem EMRS, semua petugas yang

akan menggunakan harus sudah dilatih dan melakukan uji coba. Tim

implementasi EMRS bekerjasama dengan vendor untuk memantau

pelaksanaan sistem dan memastikan sistem berjalan dengan baik.

e. Evaluasi setelah implemetasi EMRS merupakan hal penting untuk

memastikan sistem berjalan efektif dan mengidentifikasi area yang perlu

diperbaiki.

f. Perbaikan Area yang perlu diperbaiki selama implementasi EMRS harus

diidentifikasi dengan segera untuk mencapai manfaat yang optimal dari

penerapan EMRS.Adanya review secara berkelanjutan antara petugas

kesehatan dengan SDM yang menangani sistem EMRS dapat

mempertahankan akurasi penggunaan EMRS.

Pada penelitian sebelumnya EMRS banyak diteliti untuk melihat

penerimaan (acceptance) dan kepuasaan penggunaan terhadap EMRS


(satisfaction). Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Mohammed Al

Farsi, Daniel J dan West yaitu pengukuran kepuasan dokter terhadap

penerapan EMRS di Oman. Penelitian tersebut dilakukan pada salah satu

rumah sakit di Oman yang sudah menerapkan EMRS dengan jumlah

karyawan sebanyak 550, dengan jumlah dokter sebanyak 85 orang dan 70

dokter sudah menggunakan system EMRS dalam beberapa periode.

Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisa

persentase untuk mengatur tingkat kepuasannya.

Gambar 2.1 Hasil penelitian Mohammed Al Farsi et al. 2005


Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pengguna merasa

puas dengan EMRS dan yakin bahwa penerapan system tersebut dapat

meningkatkan mutu dan kualitas perawatan pasien. Sama dengan halnya

Oman, penelitian di Amerika Serikat juga memberikan kesimpulan bahwa

penerimaan system EMRS mencapai 75% dari user sample yang dipilih,

dan lebih dari 50% non-user menyatakan tanggapan yang positif setelah

diberikan pengalaman menggunakan EMRS (Kochevar et.al.,2011)


BAB III

METODE KEGIATAN BENCHMARKING

Studi Benchmarking dilaksanakan di Changhua Christian Hospital, Changhua

City - Taiwan selama dua hari yaitu hari Kamis dan Jumat tanggal 12-13 Mei 2016.

Kegiatan ini meliputi observasi lapangan, wawancara, analisis telusur dokumen dan

pendokumentasian
BAB IV

HASIL KEGIATAN BENCHMARKING

3.1. Changhua Christian Hospital Taiwan

Changhua Christian Hospital terletak di tengah-tengah negara Taiwan yang

mempunyai sejarah terpanjang di Taiwan. Berawal dari klinik medis yang didirikan

di Gereja daerah Changhua oleh dr. David Landsborough III dan Rev. Campbell

Moody yang berasal dari Ingris pada tahun 1896. Changua Christian Hospital (CCH)

telah membuat banyak prestasi dalam pengobatan selama lebih dari 100 tahun. Tahun

1928 Dr. Landsborough melakukan tehnik penanaman kulit kepada anak kecil dimana

donor tersebut diberikan dari kulit istrinya sendiri. Inilah awal mula kisah A Skin-

Graft with Love yang turun temurun diceritakan dan memotivasi semua staf medis

CCH untuk mengikuti langkah mereka.

Sumber: Changua Christian Hospital


Untuk menunjang misi dalam mencari keunggulan kualitas kesehatan, CCH

mengundang Mr. John Chadwick dari Australia untuk memberikan pendidikan pada

konsep Total Quality Management pada tahun 1992. CCH adalah rumah sakit

pertama yang menjalankan dan memperkenalkan sistem manajemen TQM, yang

mencakup quality control circle (QCC), business process management (BPM), 5S

(structurise, systemize, sanitise, standardise, self-discipline), sistem saran dan survei

kepuasan. CCH selalu menekankan pentingnya melakukan perawatan yang

komprehensif dan mengutamakan keunggulan dalam mutu kesehatan dan

keselamatan pasien dengan dibuktikan berturut-turut memenangkan gelar luar biasa

yaitu Exceptional Benchmarking Hospital yang diberikan oleh Medical Center dari

Taiwan College of Healthcare Eksekutif selama tiga tahun (2009-2011),

memenangkan Silver Award dari Presentasi Lisan Terbaik 2012 di Simposium

Akademik Kualitas kesehatan, dan berturut-turut memenangkan gelar Excellent

Benchmarking Hospital of Patient Safety di Taiwan.

Changhua Christian Hospital telah mendapatkan berbagai akreditasi

internasional dan terakreditasi oleh Joint Commission International (JCI) pada tahun

2008, 2011 dan 2014. Changhua Christian Hospital pada saat ini merupakan salah

satu dari 5 rumah sakit terbaik di Taiwan dan menempati rangking ke -14 di Asia

serta rangking ke- 111 di dunia. Departemen Genetika Kedokteran, Pusat Kedokteran

Reproduksi & Infertilitas, Departemen Patologi dan laboratorium Kedokteran semua

terakreditasi oleh lembaga terbesar akreditasi laboratorium klinis di Amerika Serikat

yaitu College of American Patolog (CAP), dan lulus akreditasi pembaharuan pada
tahun 2012. Tim Pusat perawatan medis telah membuat upaya berkelanjutan dan telah

mendapatkan sertifikat Clinic Care Program Certificate (CCPC) di perawatan

penyakit ginjal kronis DM pada tahun 2010 dan menjadi lembaga pertama di negara

Taiwan dan yang keempat di seluruh dunia yang telah disertifikasi oleh CCPC.

Sampai saat ini CCH telah memperoleh delapan CCPC (CKD, HIV / AIDS, DM,

COPD, Asma, Stroke Primer, Knee Replacemen dan Kanker Payudara). Layanan

kanker payudara adalah layanan terbaru yang mendapat sertifikat dari CCPC. CCH

mengupayakan unggulan dalam layanan ini dikarenakan data pemerintah

menunjukkan bahwa kematian tertinggi di wilayah Taiwan disebabkan oleh kanker.

Changhua Christian Hospital mempunyai 10 RS cabang, diantaranya: Chunghua

Road Campus, Erlin Christian Hospital, Yuan-Sheng Hospital, Lukang Christan

Hospital, Lu-Tung Christian Hospital, Yuansheng Christian Hospital, Nantou

Christian Hospital, Yumin Hospital, Yuanlin Christian Hospital dan Yunlin Christian

Hospital. Kesepuluh RS ini yang nantinya akan bekerjasama dalam melayani pasien

jaminan dimana CCH merupakan senter pelayanannya.

Sumber: Changhua Christian Hospital


Sebagai rumah sakit center di Taiwan yang berlokasi di wilayah kota Changhua,

CCH mengupayakan fasilitas kesehatan sebaik mungkin bagi pasiennya dan

menghadirkan teknologi yang sangat modern dengan mengintegerasikan seluruh

system pelayanan kesehatan, CCH menawarkan pelayanan kesehatan terbaik dengan

kualitas tinggi. Sebagai rumah sakit yang mengedepankan patient centered atau

berfokus pada pasien, CCH menawarkan pelayanan Intenasional secara professional,

perencanaan pengembangan untuk keseshatan dan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu hal upaya CCH dalam memberikan kualitas mutu pelayanan terbaik

yaitu dengan mengimplementasikan Electronic Record Medical System System yang

berfokus pada sasaran keselamatan pasien berdasarkan IPSG (International Patient

Safety Goals). Pasien mendapatkan fasilitas ID Card yang data riwayat

pengobatannya dapat diakses oleh pasien sendiri di mesin set top box. Pengembangan

teknologi informasi dalam pelayanan kesehatan berikutnya adalah telehealth, yang

memungkinkan dokter memonitor parameter fisiologis pasien tanpa harus mendatangi

pasiennya, dan dengan memanfaatkan fasilitas teleconference pasien dapat

melakukan konsultasi melalui jarak jauh. CCH juga memberikan layanan

penjemputan bagi pasien yang sulit dalam menjangkau fasilitas kesehatan terutama

bagi penduduk yang tinggal di daerah pegunungan. Penjemputan dilakukan dengan

menggunakan helikopter dan tidak dipungut biaya.


3.2 Implementasi Penggunaan EMRS Yang Berfokus Pada Sasaran

Keselamatan Pasien Berdasarkan IPSG di Changhua Christian Hospital

Penerapan teknologi dengan Electronic Record Medical System System

(EMRS) sebagai fasilitas pelayanan kesehatan berkontribusi untuk meningkatkan

kualitas pelayanan dan mendukung keselamatan pasien. EMRS dapat

dimanfaatkan sebagai sumber informasi bagi perawat untuk mengatur data alur

kerja dan memungkinkan perawat untuk lebih lebih sabar dalam memberikan

pelayanan keperawatan secara langsung kepada pasien. Pemberian obat di atas

kertas dapat menyebabkan kesalahan (Stone, 2005, dikutip oleh Krummen

2010). EMRS dimaksudkan untuk melayani sebagai mekanisme untuk

meningkatkan focus kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien, membantu

memfasilitasi komunikasi yang efektif dan meningkatkan dampak keselamatan

pasien secara positif melalui pengurangan kesalahan pengobatan dan

memberikan tambahan cek dan keseimbangan dalam alur kerja harian.

Memudahkan mengambil keputusan klinis, menjadi komponen interaktif

perawatan pasien yang mendorong untuk pendokumentasian tindakan perawatan,

dan menganalisa perawatan.

Pengalaman dari Changhua Christian Hospital - Taiwan: data yang ada di

rumah sakit merupakan "Big Data" : a collection of data set that is to large and

complex that difficult to process using on hand, sehingga perlu dikelola dengan

baik. Big data tersebut mempunyai beberapa elemen, yaitu kompleksitas, nilai

yang diturunkan dari tehnik yang inovatif dibandingkan tehnik tradisional, dan
penggunaan informasi longitudinal yang mendukung analisis. Dalam pelayanan

klinis dikemukakan data interaction model yang terdiri dari elemen data: patient

profile, laboratory anda examination data, medication, terapi, diagnosis dan

problem list. Taiwan menunjukkan bahwa Electronic Record Medical System

yang mereka gunakan memiliki 96 % akurasi dalam prescription dengan

sensitivity 75,9 % dan specificity 89,5 % seperti yang diungkapkan oleh NT.

Cheung & Jack Li di ISQua’s 30th International Conference tahun 2013.

Berdasarkan paparan dari Lee Ya Wen., RN., PhD, Supervisor dari

Departemen Keperawatan menyatakan bahwa Electronic Record Medical System

System merupakan nyawa dari system pelayanan di Changhua Christian

Hospital. EMRS mengcover segala bentuk data yang dibutuhkan untuk

pelayanan pasien mulai dari informasi umum pasien, hasil pemeriksaan dokter,

terapi yang sudah diberikan, pemberian obat sampai klaim asuransi yang

langsung terintegrasi secara otomatis ke pihak BNHI (Bureau of National Health

Insurance).

Gambar 4.1 Pemeriksaan Umum TTV

(Nadi, Respirasi, suhu dan tekanan

darah), berat badan dan tinggi badan

yang terintegerasi secara otomatis

melalui ID card ke sistem EMRS


Gambar 4.2 Salah satu contoh support EMRS terhadap Nursing System dengan

sasaran keselamatan pasien berdasarkan IPSG di Changhua

Christian Hospital
Gambar 4.3 Mekanisme EMRS Rumah Sakit dengan pihak BNHI

Sebagai rumah sakit yang telah mendapatkan berbagai macam penghargaan

dan telah telah terakreditasi oleh Joint Commision International sebanyak 3 kali

yaitu pada tahun 2008, 2011, dan 2014 sehingga menjadikan Electronic Record

Medical System System dari Changhua Christian Hospital benar-benar difokuskan

pada sasaran keselamatan pasien yang berdasarkan International Patient Safety

Goals (IPSG). Keamanan dari data dan privasi pasien yang tercantum di EMRS
juga sangat aman. Pihak CCH memastikan security system dari EMRS yang

mereka gunakan 98% karena tidak semua pihak dapat mengakses data pasien.

Para dokter dan perawat serta tenaga kesehatan dan non kesehatan memiliki akses

masuk EMRS dengan user name dan password masing-masing. Dimana ketika

seseorang mengaskses EMRS maka akan terdeteksi di ruang server secara detail,

apa saja yang data yang ditambahkan atau dikurangi sehingga dengan penerapan

EMRS yang sedemikian detailnya juga dapat mengurangi resiko fraud rumah

sakit.

Gambar 4.4 Salah satu support EMRS dalam focus sasaran keselamatan pasien

berdasarkan IPSG point 1 di Changhua Christian Hospital


Sebuah studi melaporkan bahwa penggunakan online dokumentasi klinis

mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan untuk tugas-tugas seperti mencatat

sebanyak 50% (Deese & Stein, 2004). Hal ini menggambarkan bahwa perawat

mempunyai tambahan waktu untuk meningkatkan kinerjanya yaitu

meningkatkan kualitas pelayanan dan ketepatan waktu perawatan pasien. EMRS

memungkinkan terjadinya komunikasi yang efektif sebagai komponen kunci dari

kolaborasi antara disiplin ilmu dan menyediakan seluruh catatan pasien dengan

kontinum dan holistik. Teknologi komputer semakin diandalkan untuk

meningkatkan efisiensi, kualitas perawatan dan keakuratan dokumentasi

(Korst,Eusebio-Angeja, Chamorro, Aydin, & Gregory, 2003).

Penggunaan EMRS mengakibatkan peningkatan akurasi sehingga

meningkatkan keamanan terhadap keselamatan pasien. Ward-McKnight (2008)

menyatakan perawat secara konsisten ditantang untuk menyediakan lingkungan

dan kualitas keamanan yang tinggi untuk perawatan pasien. EMRS memberikan

kontribusi untuk perbaikan perawatan pasien dengan menyediakan pengetahuan

real-time, menghilangkan catatan tulisan tangan yang menyebabkan kesalahan

seperti tulisan tangan yang tak terbaca dan memberikan informasi keseluruhan

dari pasien catatan. Dokumentasi tersebut dapat dibaca dan terorganisir dengan

komprehensif, konsisten, standar terminologi dalam suatu sistem yang mudah

dinavigasi. Melalui akses yang tepat terhadap informasi, perawat dapat melihat

dokumen elektronik dan mendapatkan gambaran yang lebih baik dari masa lalu

dan saat sekarang mengenai kondisi pasien. Manfaat EMRS secara luas meliputi
informasi yang mendukung perawatan pasien, sebagai sebuah laporan legal dari

tindakan medis, informasi yang mendukung pendidikan dan penelitian, dan

mendukung manajemen pelayanan kesehatan untuk menetapkan pembiayaan

dalam pelayanan kesehatan.


BAB V

PEMBAHASAN

Penerapan sistem ini membutuhkan komitmen semua pihak dalam pelaksanaanya.

Penerapan sistem informasi kesehatan di Indonesia umumnya mempunyai beberapa

kelemahan yaitu data kurang akurat, kurang sesuai denngan kebutuhan, pengiriman

laporan data ke pusat layanan kesehatan tidak tepat waktu, kuantitas dan kualitas

SDM rendah, serta pengolahan dan pemanfaatan data yang belum optimal (Budiharto,

M; Kosen, S; Hendarwan, H.,2010 )

Faktor kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan penerapan program ini.

Pada level nasional tampaknya presiden harus menjadi komando dalam penyatuan

visi dan misi pelaksanaan program. Hal ini juga ditunjukkan oleh presiden AS

George W Bush yang pada tahun 2005 menc

anangkan Universal Electronic Medical Records dengan target 10 tahun

kemudian (2015) semua warga AS mempunyai medical record secara elektronik (O’

Brien, 2010). Visi kepemimpinan ini harus berlanjut sampai dengan tingkat

kepemimpinan unit terbawah.

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk menerapkan sistem ini adalah :

1. Persiapan teknologi

Persiapan teknologi meliputi perancangan awal program baik soft ware maupun

hard ware, penanaman atau aplikasi teknologi pada server maupun user, serta
rancangan pemeliharaan sistem. Hal penting yang terkait profesional kesehatan

pada persiapan teknologi ini adalah bagaimana menyeragamkan konsep dan

standarisasi form maupun istilah yang dipakai di dalam rancangan software

program.

2. Persiapan sumber daya manusia

Persiapan sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat menentukan

keberhasilan program karena pelaku utama dalam program adalah manusia

sebagai pengguna. Persiapan SDM meliputi pelatihan sampai dengan pembiasaan

SDM dengan pelaksanaan program

3. Persiapan sumber pendukung

Persiapan sumber pendukung dapat meliputi penerbitan payung hukum dan

aturan, peningkatan kapasitas minimal jaringan dan sumber pendukung lainnya.

Di Indonesia dengan mempertimbangkan sumber daya dan sumber dana yang ada

tampaknya realisasi penerapan sistem ini harus menunggu waktu agak lama.

Beberapa unit spesifik sudah mengembangkan sistem informasi untuk keperluan

lokal, tetapi masih banyak ditemukan kendala yang tidak mudah.

Pengembangan sistem medical record elektronik maupun online yang

dikembangkan oleh unit lokal setempat merupakan suatu kemajuan yang baik. Tetapi

apabila dalam jangka waktu lama dan kemudian diberlakukan standar sistem secara

nasional yang integral, hal ini dapat menghambat integrasi sistem.


Selain keuntungan yang ditawarkan dari penerapan EMRS, tidak membuat

EMRS dapat dengan mudah untuk segera diimplementasikan pada beberapa instansi

kesehatan seperti rumah sakit. Setidaknya ada delapan factor yang menjadi

penghalang bagi rumah sakit untuk beralih menggunakan system EMRS sehingga

harus menjadi point yang diperhatikan bagi pihak pengambil keputusan di rumah

sakit (stakeholder) dan pemerintah (Encinosa ,E,W & Bae, J 2012) adalah:

a. Factor Finansial

Penerapan EMRS membutuhkan investasi dana yang besar, tidak hanya itu

biaya operasional yang tinggi dan ketidakjelasan pencapaian ROI menjadi

pertimbangan tersendiri untuk menerapkan EMRS.

b. Factor Teknis

Beberapa alasan teknis yang menjadi penghalang adalah:

- Secara umum, kemampuan penggunaan computer dari dokter dan staff

masih rendah

- Belum adanya pelatih khusus bagi calon pengguna EMRS

- Adanya kesan yang mengatakan bahwa EMRS merupakan sesuatu yang

sulit dan kompleks

- Adanya keterbatasan EMRS dalam menunang kebutuhan dokter yang

sesungguhnya

- Sulit dilakukan custom jika ada hal-hal yang harus segera diterapkan di

dalam EMRS
- Permasalahn hardware yang kurang mendukung EMRS tersebut

c. Factor Waktu

- Banyak waktu yang dibutuhkan mulai dari proses pemilihan, pembelian

sampai ke implementasi

- Diperlukan banyak waktu untuk memahami system EMRS agar sesuai

dengan tujuan utamanya

- Pencatatan status pasien dengan EMRS dianggap memakan waktu

dibandingkan secara manual dengan kertas

- Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan konversi data dari

paper based ke electronic based yang siap digunakan

d. Factor Psikologis, masih rendahnya tingkat kepercayaan para dokter dan

tenaga medis lain terhadap EMRS

e. Factor Sosial

- Sebagaian dokter berpendapat bahwa EMRS menyebabkan penurunan

hubungan psikologis anatara dokter dan pasien, karena dokter menjadi

terpaku pada computer

- Rendahnya dukungan dari perawat dan staff lainnya, dikarenakan

kemampuan dan pemahaman computer umumnya dan EMRS

khususnya masih sangat minim.


f. Factor legal

EMRS rentan terhadap jaminan keamanan dan kerahasiaan data pasien.

Karena dengan EMRS transfer data dan informasi menjadi sangat cepat dan

mudah, karena semua department pelayanan kesehatan terintegrasi.

g. Factor Organisasi

h. Factor Proses menuju perubahan

Rendahnya dukungan dari organisasi secara keseluruhan, khususnya yang

berkaitan langsung dengan budaya organisasi


BAB IV

KESIMPULAN

Penggunaan Electronic Medical Record System (EMRS) dapat meningkatkan

efisiensi dan efektivitas upaya kesehatan dengan mengintegrasikan layanan yang

diberikan oleh pusat-pusat layanan kesehatan. Sistem ini memberikan keuntungan

bagi pasien maupun tenaga kesehatan terkait kepraktisan dan kehematan yang didapat

dari penerapan sistem.

Penerapan sistem membutuhkan komitmen, persiapan yang baik serta

antisipasi terhadap hambatan yang mungkin muncul yang meliputi persiapan

teknologi, SDM dan persiapan sumber pendukung.

Penerapan sistem ini membutuhkan kajian dan persiapan yang matang dan

realisasinya di Indonesia masih membutuhkan waktu yang lama. Tetapi sebaiknya

setiap unit layanan kesehatan yang mampu agar mengujicobakan sistem ini dari

sekarang agar dapat dijadikan data dan modal dasar dalam pengembangan sistem ke

dalam lingkup yang lebih besar dan luas, sampai pada satu sistem nasional yang

terintegrasi sehingga tujuan pembangunan kesehatan paripurna dapat tercapai.

Dokter,Perawat, dan tenaga kesehatan lainnya sebagai bagian integral dari

sistem kesehatan juga sebaiknya mempersiapkan diri dengan membekali dengan

pengetahuan dan ketrampilan yang cukup terkait teknologi informasi terbaru.Tenaga

medis diharapkan dapat terlibat secara langsung dalam mengembangkan sistem


layanan kesehatan berbasiskan sistem informasi dengan teknologi terbaru yang

berfokus pada sasaran keselamatan pasien terus berkembang.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2010) Advantages of Electronic Medical Records Part 1 – Lowered


Costs.
http://www.triton-shop.com/2016/05/18/advantages-of-electronic-medical-records-

part-1-lowered-costs/

Budiharto, M; Kosen, S; Hendarwan, H (2010) Upaya Penyempurnaan Sistem


Informasi Kesehatan Tingkat Kabupaten/ Kota. Puslitbang Sistem dan Kebijakan
Kesehatan. http://www.litbang.depkes.go.id/download/seminar/desentralisasi6-
80606/MakalahMartuti.pdf

Behrenbeck, Thomas.(2013). Quality and Safety in Population health and


Healhtcare . Edinburgh: ISQua’s 30th International Conference

Berner,S,E. (2008 ). Ethical and Legal Issues in the Use of Health Information
Technology to Improve Patient Safety.HEC Forum (2008) 20(3): 243–258 diakses
dari www. Springer .com

Brusco,M,J.(2011). Electronic health records: what nurses need to know. aorn


journal 371. Vol 93no 3

Cortes, P,L &Cortes, E, G (2011). Hospital information systems: a study of


electronic patient records.Brazil .Journal of information systems and technology
management vol. 8, no. 1, 2011, p. 131-154. Diakses dari www. JSTOR.com

Douglas Page. (2010). Integration: Linking Infection Control and EMRs.


Hospitals & Health Networks; ABI/INFORM Global.

Encinosa ,E,W & Bae, J. ( 2012).Health Information Technology and Its


Effects on Hospital Costs, Outcomes, and PatientSafety. Inquiry, Vol. 48, No. 4
(Winter 2011/2012), pp. 288-303Published by: Excellus Health Plan, Inc.Stable
URL:http://www.jstor.org/stable/23110290

Peringkat Rumah Sakit Terbaik di Asia & Dunia. 2015. Diakses dari
http://hospitals.webometrics.info
Krummen,S,M.,(2010).The Impact of the Electronic Medical Record on
Patient Safety and Care. Kentucky: Northerm Kentucky University. Diakses dari
www.proquest .com

Mason, D., Leavitt, J., & Chaffee, M. (2007). Policy & Politics in Nursing and
Health Care (5th ed.) St. Louis: Saunders.

Michael F. Furukawa, T. S. Raghu, Benjamin B. M. Shao. (2010). Electronic


medical records and cost efficiency in hospital medical-surgical units. Excellus
Health Plan, Inc. ISSN 0046-9580 10.5034/inquiryjrnl.

Sundari. (2009). Sistem informasi rekam medis. Diperoleh dari:


http://sundari-isteminformasirekammedis.blogspot.com/2009/02/rekam-medis-
elektronik.html

O'Brien, Sharon (2010) Electronic Medical Records: Coming Soon to a


Computer Near You; Electronic medical records aim to improve quality and
consistency of care
http://seniorliving.about.com/od/healthnutrition/a/medical_records.htm

Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 269/Menkes/Per/III/2008.

Peringkat Rumah Sakit Terbaik di Asia & Dunia. 2015. Diakses dari
http://hospitals.webometrics.info

Poissant, L.,Pereira, J., Tamblyn, R., & Kawasumi, Y,. (2005 ). The Impact of
Electronic Health Records on Time Efficiency of Physicians and Nurses.Journal of the
American Medical Informatics Association; Sep/Oct 2005; 12, 5; ProQuest pg. 505

Potter, P.A., Perry, A.G. Alih bahasa: Asih, Yasmin, dkk. (1997/2005). Buku
ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses dan praktik. (Edisi 4), Jakarta: EGC.

Profil CCH di akses dari www.cch.org.tw

\
LAMPIRAN

DOKUMENTASI PENERAPAN ELECTRONIC RECORD MEDICAL

SYSTEM YANG BERFOKUS PADA SASARAN KESELAMATAN

BERDASARKAN INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS

Anda mungkin juga menyukai