Sistem informasi pelayanan kesehatan berbasis elektronik dimulai di akhir tahun
1970 digambarkan sebagai sistem yang dirancang dengan spesifik berfokus untuk perencanaan pasien pulang secara elektronik atau semacam instruksi untuk tes diagnostik . Pemikiran sistem informasi keperawatan berbasis komputer berawal sebagai salah satu solusi dari pendokumentasian proses keperawatan yang tidak lengkap karena tingginya beban kerja perawat. Masalah yang sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang lengkap. Pendokumentasian asuhan keperawatan yang tidak benar memberi peluang pelayanan yang tidak baik dan dapat merugikan klien.
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer dapat meningkatkan pelayanan
kepada pasien dan membuat pelayanan keperawatan lebih bermakna, karena mengurangi kerja dengan kertas (paperless) dan meningkatkan komunikasi serta menghemat waktu perawat, meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien. Informatika kesehatan berfokus pada ilmu tentang cara memperoleh, menyimpan, mempresentasikan, menyebarluaskan dan menggunakan data serta informasi untuk keperluan pelayanan kesehatan, memecahkan masalah, dan membuat keputusan (Sortlife dan Blois, 2001). Tujuannya adalah meningkatkan penggunaan data kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan, riset dan pendidikan (Delaney, 2001). Fokusnya lebih pada pengelolaan informasi yang sangat efektif menggunakan komputer karena perkembangan teknologinya sangat pesat dan semakin tinggi kemampuan teknologi komputer disertai semakin murah biaya pemanfaatannya. Komputer telah menghasilkan jaringan komunikasi yang kuat yang dapat digunakan organisasi untuk melakukan akses informasi dengan cepat, tidak terbatas pada ruang dan waktu.
Dunia keperawatan di Indonesia terus berkembang, seiring dengan
meningkatnya strata pendidikan keperawatan di Indonesia, disamping akses informasi yang sangat cepat di seluruh dunia. Hal itu membawa efek pada kemajuan yang cukup berarti di keperawatan . Di Indonesia, pelaksanaan asuhan keperawatan sering menjadi masalah, banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang lengkap (Hariyati, 1999). Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, maka perlu dibuat suatu mekanisme pendokumentasian yang mudah dan cepat berkaitan dengan dokumentasi proses keperawatan. BAB II
ANALISIS ANCAMAN DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI PERAWAT
DALAM PENINGKATAN KUALITAS KEPERAWATAN DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN
Di era teknologi informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai
kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada pemberi pelayanan kesehatan. Namun, kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini sepertinya belum didukung dengan kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya dalam memenuhi ketersediaan alat dokumentasi yang cepat dan modern dipelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik oleh perawat khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan. Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun, pada realitanya di lapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih banyak yang bersifat manual dan konvensional, belum disertai dengan sistem/perangkat tekonolgi yang memadai. Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa masih banyak kendala dalam penerapan teknologi informasi untuk manajemen kesehatan di rumah sakit. Jika masih dalam taraf pengembangan sistem informasi transaksi (misalnya data administratif, keuangan dan demografis) problem sosiokltural tidak terlalu kentara. Namun demikian, jika sudah sampai aspek klinis, tantangan akan semakin besar. Di sisi lain, persoalan kesiapan SDM seringkali menjadi pengganjal. Pemahaman tenaga kesehatan di rumah sakit terhadap potensi TI kadang menjadi lemah karena pemahaman yang keliru. Oleh karena itu penguatan pada aspek pengetahuan dan ketrampilan merupakan salah satu kuncinya. Disamping itu, tentu saja adalah masalah finansial. Tanpa disertai dengan bantuan tenaga ahli yang baik, terkadang investasi TI hanya akan memberikan pemborosan tanpa ada nilai lebihnya. Dan kecurigaan terhadap lemahnya aspek security, konfidensialitas dan privacy data medis. BAB III
STRATEGI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN YANG DIHADAPI
PERAWAT DALAM PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN
Munculnya berbagai teknologi dan sistem informasi dalam dunia kesehatan
yang aplikatif saat ini telah banyak berkembang dan digunakan dalam semua tatanan rumah sakit dalam proses pelayanan kesehatan mengharuskan semua tenaga kesehatan untuk turut aktif dalam penggunaan media elektronik tersebut. Teknologi dan sistem informasi dalam dunia kesehatan yang saat ini banyak banyak berkembang yaitu seperti e-health, dan telenursing. Dengan perkembangan teknologi kesehatan ini, diharapkan dan sekaligus mengharuskan tenaga kesehatan khususnya perawat untuk berperan aktif dalam pengaplikasian teknologi sistem informasi tersebut dalam bidang keperawatan. Berikut peran perawat dalam menghadapi kemajuan dan perkembangan teknologi informasi dalam bidang kesehatan :
1. Perawat sebagai motor penggerak dalam profesi kesehatan yang ada di
rumah sakit dalam penerapan teknologi dan sistem informasi dalam dunia kesehatan saat ini telah banyak dikembangkan. Dalam hal ini, berarti seorang perawat harus mampu menggunakan teknologi tersebut dalam melakukan proses layanan keperawatan. Penggunaan teknologi untuk perawat dapat diawali dengan penggunaan media pendokumentasian keperawatan yang berbasis komputerisasi. Sehingga dengan demikian, perawat harus mampu menguasai teknologi untuk proses layanan yang diberikan. 2. Perawat sebagai penyedia layanan keperawatan (caring) untuk semua klien tanpa terbatas ruang (tempat) dan waktu. Ini berarti layanan caring yang menjadi prinsip dan ciri dari keperawatan akan tetap tercurah untuk klien dimanapun dan kapanpun tenaga keperawatan dibutuhkan. Meskipun penggunaan teknologi dan sistem informasi dalam pemberian layanan keperawatan tersebut dilakukan secara tidak langsung, tetapi layanan tersebut tidak menghalangi pemberian pelayanan caring dari perawat. 3. Perawat sebagai monitoring kesehatan bagi pasien. Dengan menggunakan kemajuan teknologi dan sistem informasi seperti teknologi telenursing dan e-health, perawat dengan mudah memberikan pendidikan atau edukasi kesehatan sekaligus promosi kesehatan pada klien guna sebagai alat informasi dalam pencegahan penyakit. BAB IV KESIMPULAN Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa perawat membutuhkan hampir 50% waktu mereka hanya untuk mengolah data pasien. Lamanya waktu yang dihabiskan untuk dokumentasi mengakibatkan waktu perawat untuk ke pasien menjadi sedikit. Sistem informasi keperawatan meningkatkan kualitas pelayanan dirumah sakit yaitu menghemat waktu dalam pendokumentasian, data yang tercatat akan lebih aman dan resiko untuk hilang jauh lebih sedikit daripada manual sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisien dari staf perawat.