Anda di halaman 1dari 18

RANGKUMAN SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN

MANAJEMEN SISTEM INFORMASI KESEHATAN

OLEH
MUHAMMAD AOZA’I
NIM. 181STYC21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN JENJANG S.1
KEPERAWATAN
2021
1

MANAJEMEN SISTEM INFORMASI KESEHATAN

1. Tren Dan Isu Teknologi Di Bidang Kesehatan.

Telehealth adalah layanan kesehatan yang dilakukan petugas

kesehatan dengan pasien atau masyrakat umum melalui penggunaan

alat-alat sensor kesehatan yang terhubung secara online dan real time

sehingga mereka dapat berinteraksi secara cepat dan setiap saat.

Berikut adalah penerapan Telehealth :

A. Telemedicine adalah pemakaian telekomunikasi untuk

memberikan informasi dan pelayanan medis jarak jauh. Aplikasi

telemedicine saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk

menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua

negara dan memakai peralatan video conference.

B. Telenursing adalah penggunaan informasi teknologi dari jarak

jauh untuk menjangkau pasien guna memantau kondisi dan

berinteraksi dengan mereka menggunakan komputer, audio dan

visual serta telepon. Telenursing juga melibatkan proses

pemberian pendidikan kesehatan kepada klien serta adanya

sistem rujukan.Telenursing meliputi :

1) Preventif

2) Promotif

3) Kuratif

4) Rehabilitatif

Tren dan isu teknologi di bidang kesehatan memberikan

keuntungan antara lain:


2

1) Mengurangi waktu tunggu

2) Mengurangi kunjungan yang tidak perlu

3) Mempersingkat hari rawat

4) Mengurangi biaya perawatan

5) Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan

2. Peran Keperawat dalam Menghadapi Tren dan Isu Sistem

Teknologi Bidang Kesehatan

Tenaga keperawatan merupakan tenaga kesehatan yang

mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam proses pemberian

layanan kesehatan dan juga dalam proses peningkatan mutu dari

layanan kesehatan, dimana tenaga kepewaratan tersebut memegang

peranan penting dalam menentukan kualitas pelayanan yang

diberikan pada klien. Berikut peran perawat dalam menghadapi

kemajuan dan perkembangan teknologi informasi dalam bidang

kesehatan:

A. Perawat sebagai motor penggerak penerapan teknologi dan

sistem informasi dalam dunia kesehatan saat ini telah banyak

dikembangkan. Seorang perawat harus mampu menggunakan

teknologi tersebut dalam melakukan proses layanan keperawatan.

Penggunaan teknologi untuk perawat dapat diawali dengan

penggunaan media pendokumentasian keperawatan yang berbasis

komputerisasi. Sehingga dengan demikian, perawat harus mampu

menguasai teknologi untuk proses layanan yang diberikan.


3

B. Perawat sebagai pengguna kemajuan teknologi dan sistem

informasi untuk proses pemberian kontinuitas keperawatan pada

pasien. Dengan menggunakan kemajuan teknologi dan sistem

informasi tersebut, perawat akan tetap mampu mengontrol dan

memberikan layanan keperawatan bagi pasien secara

berkelanjutan atau kontinu, walaupun pasien sudah telah

meninggalkan rumah sakit.

C. Perawat sebagai penyedia layanan keperawatan (caring) untuk

semua klien tanpa terbatas ruang (tempat) dan waktu. Ini berarti

layanan caring yang menjadi prinsip dan ciri dari keperawatan akan

tetap tercurah untuk klien dimanapun dan kapanpun tenaga

keperawatan dibutuhkan. Meskipun penggunaan teknologi dan

sistem informasi dalam pemberian layanan keperawatan tersebut

dilakukan secara tidak langsung, tetapi layanan tersebut tidak

menghalangi pemberian pelayanan caring dari perawat.

D. Perawat sebagai profesi yang mampu meningkatkan

profesionalitasnya dalam bidangnya. Tekonologi e-health atau

telemedika yang telah dikuasai dan telah diaplikasikan oleh

perawat akan menjadi bukti profesionalismenya dalam pemberian

layanan kesehatan bagi masyarakat.

E. Perawat sebagai monitoring kesehatan bagi pasien. Dengan

menggunakan kemajuan teknologi dan sistem informasi seperti

teknologi telemedika dan e-health, perawat dengan mudah

memberikan pendidikan atau edukasi kesehatan sekaligus promosi


4

kesehatan pada klien guna sebagai alat informasi dalam

pencegahan penyakit.

F. Perawat sebagai penyedia layanan komunikasi interkatif bagi

klien atau pasien. Dengan menggunakan teknologi dan sistem

informasi seperti e-health dan telemedika, perawat akan

menyediakan layanan komunikasi dan informasi kepada klien atau

pasien mengenai penyakitnya. Layanan komunikasi yang

disediakan perawat untuk pasien atau klien ini akan membantu

pasien atau klien dalam pemahaman penyakitnya, pasien atau klien

akan secara aktif untuk berpartisipasi dalam mengakses,

menerima, dan mengetahui kelanjutan dari pengobatan medis yang

dilakukan pasien atau klien.

G. Perawat harus mampu dan terampil dalam menggunakan

teknologi informasi, karena saat ini pasien atau konsumen telah

banyak yang terampil dalam mencari informasi tentang penyakit

dari berbagai literatur yang tersedia. Sehingga apabila perawat

tidak mampu dan tidak terampil dalam hal perkembangan dan

kemajuan teknologi, maka akan menyebabkan ketidakmampuan

perawat dalam menafsirkan berbagai bentuk pertanyaan

kesehatan.

3. Peluang Keperawatan Untuk Memanfaatkan Trend dan Isu Untuk

Meningkatkan PelayananKeperawatan

Dengan adanya perkembangan teknologi dan sistem informasi di

dalam bidang kesehatan tersebut, memberikan dampak positif bagi


5

perawat. Sistem informasi dapat memberikan kemudahan kepada

perawat dalam menganalisa dan melihat laporan penyakit, perawat

bisa melihat trend penyakit apa yang paling banyak diderita oleh

pasien dalam periode tertentu, sehingga bisa menyiapkan cara untuk

melakukan pencegahan penyakit, seperti dengan melakukan

penyuluhan. Selain itu, dengan menggunakan sistem komputerisasi

perawat dapat melakukan pencatatan dan pencarian rekam medik

dengan cepat. Dengan adanya sistem informasi, diharapkan

hambatan-hambatan yang terjadi pada pencatatan manual dapat

terselesaikan dengan baik dan cepat sehingga hambatan tersebut

tidak terulang lagi, seperti hambatan dalam pelayanan kesehatan,

pengelolaan data medik pasien, maupun data administrasi yang

dimiliki oleh klinik, sehingga mengakibatkan redudansi (prediksi) data,

unintegrated data, human error, dan terlambatnya informasi.

4.Sistem Informasi Rumah Sakit

Menurut Sabarguna (2009) SIM-RS adalah suatu tatanan yang

berurusan dengan pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian

informasi, analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian

informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit.

Sehingga SIM-RS adalah suatu sistem informasi yang memiliki

tugas menyiapkan informasi untuk kepentingan pelayanan rumah

sakit, yang ditujukan untuk sistem informasi sendiri, dan subsistem:

pengembangan, operasional. Dimana dalam menjalankan sistem nya

SIM-RS ini memiliki struktur hirarki berupa : supra sistem ( input,


6

proses, output, balikan, dan kontrol).

Gambar Struktur Hirarki Sistem Informasi Rumah Sakit

Dalam pelayanan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit arus

data informasi didapat berdasarkan bagan berikut :

Gambar Arus data dan informasi Rumah Sakit


7

5. Prosedur Alur Kerja Sistem Informasi Rumah Sakit

A. Arsitektur SIRS Open Source BUK

1) Pelayanan Utama (Front Office)

Alur dari pelayanan rumah sakit yang dikembangkan SIRS Open

Source ini adalah seperti yang tergambar dibawah ini:

Gambar Alur SIRS Open Source

Pelayanan pendaftaran utama pelayanan pasien setiap

rumah sakit akan berbeda-beda akan tetapi secara umum memiliki

pelayanan yang terintegrasi yang sama yaitu proses pendaftaran,

proses rawat (rawat inap atau rawat jalan) dan proses pulang.

Selama proses perawatan, pasien akan menggunakan sumber

daya, mendapat layanan dan tindakan dari unit-unit seperti

farmasi, laboratorium, radiologi, gizi, bedah, invasive, diagnostic

non invasive dan lainnya.


8

2) Pelayanan Administratif (Back Office)

Pelayanan administratif rumah sakit merupakan pelayanan

yang mengelola sumber daya fisik (manusia, uang, mesin/alat

kesehatan/aset, material seperti obat, reagen, alat tulis kantor,

barang habis pakai dan sejenisnya). Selain itu juga ada fung

administrative lainnya seperti perencanaan,

pembelian/pengadaan, pemeliharaan stok/inventory, pengelolaan

Aset, pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang, piutang, kas,

buku besar dan lainnya).

Gambar Proses Bisnis Administratif Rumah Sakit

Selain proses bisnis data terstruktur di atas dapat dikelola

dengan rational database management sistem selain itu juga

terdapat proses bisnis yang melibatkan data yang tidak terstruktur

seperti alur kerja, surat diposisi, email, manajemen proyek,

kolaborasi, team work, manajemen dokumen dan sejenisnya

Sehingga jika digambarkan secara menyeluruh arsitektur


9

aplikasi pelayanan rumah sakit dapat digambarkan sebagai berikut.

6. Peran Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

Data rumah sakit adalah data yang sangat komplek mulai dari

data klinis, data administrasi hingga data manajemen. SIMRS memiliki

peranan sentral dalam melakukan pengolaha data menjadi informasi,

sehingga meminimalisir hal-hal sebagai berikut :

A. Redudansi Data, digunakan untuk menghilangkan data yang

terduplikasi (pengulangan data), hal ini dikarenakan pencatatan

data medis yang terjadi berulang-ulang dan berakibat

membengkaknya kapasitas penyimpanan data.

B. Unintegrated Data, adalah proses pengintegrasian data sehingga

menjadi informasi yang dapat digunakan oleh masing-masing

unit/instalasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

C. Out of date Information, merupakan proses pembaharuan data

yang dikarenakan dalam penyusunan data yang direkap secara

manual sehingga penyajian informasi menjadi terlambat dan kurang


10

dapat dipercaya kebenarannya

D. Human Error, kelemahan manusia adalah kelelahan, ketelitian dan

kejenuhan hal ini berakibat sering terjadi kesalahan dalam proses

pencatatan dan pengolahan data yang dilakukan secara manual

terlebih lagi jika jumlah data yang dicatat atau di olah sangatlah

besar.

Dengan bantuan SIMRS kelemahan diatas dapat di kurangi

bahkan dihindari. SIMRS membuat fungsi dari bagian perawatan

lebih dikonsentrasikan pada pelayanan perawatan secara

profesional, fungsi penagihan dilakukan oleh bagian keuangan

sedangkan pemberian potongan menjadi wewenang direksi. Para

tenaga medis tidak perlu memikirkan kemampuan finansial pasien

dan tidak membeda-bedakan pelayanan kepada pasien karena

tenaga medis akan diberi insentif yang sama untuk tindakan yang

sama, tidak tergantung kepada siapa pelayanan medis tersebut

diberikan.

7. Pelaksanaan Sistem Informasi Rumah Sakit

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)

Terintegrasi merupakan suatu paket sistem aplikasi yang terintegrasi,

yang dihubungkan secara on-line pada semua fungsi pelayanan

rumah sakit mulai dari transaksi manajemen antrian, pendaftaran,

pelayanan perawatan, pelayanan penunjang, manajemen operasi /

bedah sentral, rekam medis, manajemen keperawatan,

kasir/mobilisasi dana, pelayanan piutang, manajemen material, stok


11

barang/obat, akuntansi dan keuangan, kepegawaian, gizi,

linen/laundry, dan fungsi pelayanan rumah sakit lainnya. Dalam

pelayanannya sistem informasi ini dapat dibagi dalam tiga bagian.

A. Sistem Informasi Klinik:

Sistem informasi yang secara langsung untuk membantu pasien

dalam hal pelayanan medis. Seperti Sistem informasi di ICU,

Sistem Informasi pada alat CT Scan, USG.

B. Sistem Informasi Administrasi:

Sistem informasi yang membantu pelaksanaan administrasi di

rumah sakit. Seperti Sistem Infromasi Pendaftaran, Sistem

Infromasi Billing system, Sistem Infromasi Farmasi, Sistem

Infromasi Penggajian.

C. Sistem Informasi Manajemen:

Sistem informasi yang membantu manajemen rumah sakit dalam

pengambilan keputusan. Seperti: SIM pelayanan, Sistem

Infromasi Keuangan, Sistem Infromasi Pemasaran.

8. Konsep Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Berbasis

Komputer.

Dokumentasi asuhan keperawatan yang terkomputerisasi

memungkinkan perawat untuk memasukkan data pengkajian lebih

spesifik, mengirimkan data secara otomatis ke dalam laporan yang

berbeda, dan membuat rencana tindakan keperawatan dengan

mudah. Selain itu, dokumentasi asuhan keperawatan dengan

komputer juga menjamin legal aspek dan kerahasiaan dari data


12

pasien. Sebab setiap perawat yang akan memasukkan data pasien

harus memasukkan password dan ID perawat serta menutup file

sebelumnya yang ada di komputer, sehingga dapat teridentifikasi

dengan mudah identitas perawat yang melakukan dokumentasi. Hal

ini berguna jika pada suatu saat terjadi masalah yang menyebabkan

perawat yang bersangkutan harus menyerahkan bukti tertulis tentang

catatan pasien yang secara hukum dapat dipertanggungjawabkan.

(Potter&Perry, 2001)

Pendokumentasian asuhan keperawatan dengan komputer juga

menjamin akuntabilitas pencatatan asuhan keperawatan yang

diberikan oleh perawat. Hal ini dikarenakan setiap tindakan yang telah

dimasukkan tidak dapat diubah, baik ditambah ataupun dikurangi oleh

perawat lain yang tidak berwenang, sehingga hal ini dapat menjadi

legitimasi bagi setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat.

(Potter&Perry, 2001)

9. Prinsip-prinsip dokumentasi keperawatan

Dokumentasi keperawatan mempunyai 3 prinsip yaitu: Brevity,

Legibility, dan Accuracy(Carpenitto, 1991) Prinsip-prinsip tersebut di

atas dapat dijelaskan sebagaiberikut:

A. Brevity. Dalam melakukan pendokumentasian setiap petugas/

perawat harus brevity, Brevity sendiri adalah ringkas, jadi kita

dalam mencatat isi dokumentasi keperawatan harusring kas dan

tidak perlumemasukan kata; kata atau kalimat yang tidak penting

dan mempunyaimakna yang tidaksesuai.


13

B. Legidibility. Legidibility yaitu dimana dalam penulisan/pencatatan

dokumentasi keperawatan harus mudah dibaca dan di pahami oleh

perawat lain atau profesi lain yang ikut dalam proses

pendokumentasian.

C. Accuracy. Accuracy adalah sesuai dengan data yang ada pada

klien. Jadi kita harus memasukan data pada dokementasi

keperawatan harus benar dan sesuai dengan data baik identitas,

laboratorium dan radiologi pada setiap klien. Ini adalah aspek yang

sangat vital dan tidak boleh salah atau tertukar dengan klien lain.

10. Pencatatan Proses Keperawatan Berbasis Komputer.

Pendokumentasian asuhan keperawatan sangat penting namun

pada implementasinya sering kali diabaikan/tidak dipatuhi sehingga

kelengkapan, ketepatan, kualitas dan relevansi antar proses

dokumentasi keperawatan masih menjadi temuan. Pendokumentasian

juga merupakan alat pengendalian yang dapat mengukur kualitas

pelayanan keperawatan, walaupun pengendalian bersifat tidak

langsung tetapi gambaran kualitas dokumentasi dapat memotret

kualitas pelayanan secara umum.

Dokumentasi keperawatan berbasis komputerisasi dibuat untuk

membantu manajemen dan proses data keperawatan, informasi, dan

pengetahuan untuk mendukung praktik keperawatan dan pemberian

perawatan. Dengan sistem dokumentasi yang berbasis komputer

pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan cepat dan lengkap.


14

Dalam pelaksanaan dokumentasi ini ada berbagai cara yang

dilakukan antara lain langsung menuliskan dokumentasi setelah

tindakan, menuliskan terlebih dahulu pada lembaran kertas,

menuliskan dahulu pada buku catatan kecil, menulis dulu pada tisu

toilet dan setelah itu baru memindahkan ke dokumentasi EHR

sehingga dalam hal ini ada yang melakukan pencatatan lebih dari satu

kali. Hal yang disukai perawat dengan dokumentasi EHR adalah

pencatatan tentang pemberian obat, tandatanda vital, pengkajian data

dan catatan perkembangan pasien.

11. Aspek Legal Dan Etik Pendokumentasian Askep Berbasis

Komputer

Dokumentasi legal yang isinya merupakan kondisi

perkembangan klien biasanya dituliskan dalam bentuk chart.chart

memuat segala proses dan perkembangan klien yang ditulis kan

secara akurat. Chart mempunyai dua fungsi yaitu.sebagai penyedian

data mengenai klien dan merupakan laporan yang dapat menjaga

standar pelayanan.adapun komponen komponen dari data yang legal

adalalah sebagaiberikut:

a) Kondisi fisi kmental.dan emosional

b) Pengakajian ,obrservasi,status kesehatan dan hasil laboratorium.

c) Perilaku

d) Respons terhadap stimulus ,perubahan vuisual dan pendengaran

respons verbal terhadap pertanyan ,respons terhadap lingkungan

dan perubahan perilaku


15

e) Asuhan keperawatan terapeutik.

f) Perawat yang rutin control nyeri,terapi darah dan penggantian

cairan intravena.

g) Pengawasan asuhan keperawatan

h) Memonitor aktivitas motorik tanda-tand avital ,status neurologi,

kardiovaskular cairan dan nutrisi

i) Respons klien terhadap terapi.

j) Keseimbangan cairan konsumsi makanan intake dan output,status

sirkulasi dan pernapasan serta edukasi dan nyeri.

Berikut ini adalah pedoman dalam membuat sebuah dokumen yang

legal .

a) Mengetahui tentang konteks malpraktik

b) Memberikan informasi yang akurat mengenai informasi klien seperti

terapi dan asuhan keperawatan

c) Mencerminkan keakuratan penggunaan proses keperawatan

misalnya :pengkajian keperawatan ,riwayat kesehatan klien

,rencana asuhan keperawatan dan intervensi.

d) Waspada terhadap situasi tertentu, misalnya klien dengan masalah

komplek yang membutuhkan perawatan yang intensif

e) Dokumentasi yang legal selalu mencerminkan apa yang telah

terjadinya dan yang telah dilakukan.

f) Dokumentasi keperawatan mencerminkan kolaborasi antara

penyediaan asuhan antara tenaga kesehatan lain dan perawat


16

g) Dokumentasi yang rutin selalu mencerminkan gejala dan komplain

oleh klien.

12. Kelebihan dan kekurangan dokumentasi keperawatan Berbasis

Komputer.

Pendokumentasian Keperawatan berbasis tehnologi komputer

memberi banyak manfaat dan keuntungan bagi asuhan

keperawatan walaupun merupakan tantangan yang besar bagi dunia

keperawatan di Indonesia. Pemanfaatan tehnologi komputer

khususnya dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di

Indonesia sampai saat ini masih sangat minim. Pada saat ini

sebagian kecil rumah sakit telah menggunakan dokumentasi proses

keperawatan berbasis tehnologi komputer tetapi hasil evaluasi

terhadap keberhasilan tersebut belum disosialisasikan secara global.

Menurut Holmas (2003, dalam Sitorus 2006) terdapat beberapa

keuntungan utama dari Dokumentasi Keperawatan Berbasis

Tehnologi Komputer yaitu :

a) Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik sesuai standar yang

mudah dan cepat diketahui.

b) Kualitas, meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus

meningkatkan waktu perawat berfokus pada pemberian asuhan.

c) Accessibility dan legibility, mudah membaca dan mendapat

informasi klinik tentang semua pasien dan suatu lokasi.

Sebelum suatu instansi rumah sakit menggunakan

pendokumentasian keperawatan yang terkomputerisasi ini ada


17

beberapa hal yang perlu dipersiapkan, yaitu penyediaan hardware dan

software komputer itu sendiri dan kemampuan perawat dalam

menggunakan tehnologi informasi ini. Sebuah studi di Medical Center

Taiwan menunjukkan bahwa permasalahan perawat yang

menggunakan sistem informasi keperawatan adalah pelatihan yang

tidak cukup, perhatian terhadap keamanan data, stress karena

adanya tambahan beban kerja dan kerjasama antar disiplin rendah.

(Ting Ting Lee .2007).

Di Indonesia masih bervariasinya tingkat pendidikan dan

pengetahuan perawat terhadap konten atau isi dari dokumentas

keperawatan masih merupakan problem yang belum terpecahkan.

Untuk menghadapi masalah ini mungkin perlu ada terobosan-

terobosan dari organisasi profesi perawat bekerjasama dengan

institusi pelyanan kesehatan untuk dapat mempersiapkan hal-hal

sebagai berikut :

a) Perlu adanya peningkatan pengetahuan terhadap dokumentasi

asuhan keperawatan

b) Perlu adanya pelatihan dalam penggunaan computer terutama

berkaitan dengan tehnis pencatatan dan software yang digunakan.

c) Perlunya kerja sama dengan pihak luar (swasta) terutama bagi

rumah sakit pemerintah dalam hal penyediaan komputer.

Anda mungkin juga menyukai