Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era serba canggih seperti saat ini, kemajuan di bidang teknologi
informasi berkembang sangat pesat. Perkembangan teknologi informasi ini
juga berpengaruh pada bidang kesehatan. Sekarang ini telah banyak
ditemukan teknologi informasi kesehatan yang semakin memberikan
kemudahan dalam pelayanan kepada klien. Dengan adanya teknologi
informasi maka data-data tentang status kesehatan klien yang didapat
menjadi lebih akurat, lebih aman, dan lebih efisien dalam pelaksanaannya.
Banyak sekali berbagai tren dan isu dari teknologi informasi dalam
bidang kesehatan, dari penemuan peralatan teknologi yang biasanya hanya
dapat kita lihat di rumah sakit – rumah sakit modern karena ukuran dan
tingkat kompleksitasnya yang tinggi sampai perangkat teknologi portable
yang dapat kita miliki dan operasikan di kehidupan sehari-hari kita.
Sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang bersinggungan
langsung dengan kemajuan teknologi informasi kesehatan, maka sebagai
seorang perawat kita diharapkan untuk mumpuni dalam pemanfaatan
teknologi informasi utamanya dalam bidang keperawatan. Seorang
perawat yang profesional harus mampu menyikapi berbagai tren isu
perkembangan teknologi informasi dalam keperawatan karena sebagai
perawat kita dapat menjadi agen pembaharu (change agent) yang dapat
mempengaruhi cara berfikir, bersikap, bertingkah laku, dan meningkatkan
keterampilan klien atau keluarga agar menjadi sehat melalui pemanfaatan
teknologi informasi kesehatan secara benar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan trend dan isu keperawatan ?
2. Apa definisi system informasi kesehatan ?
3. Bagaimana peran perawat dalam menghadapi tren issue
system informasi kesehatan ?
4. Bagaimana tahapan sikap perawat dalam mengahadapi tren
isu system informasi kesehatan?
5. Bagaimana peluang keperawatan dalam memanfaatkan
Trend dan Isu untuk meningkatkan pelayanan ?
6. Bagaimana aplikasi system informasi keperawatan di
Indonesia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui trend dan isu keperawatan
2. Untuk mengetahui definisi system informasi kesehatan
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam menghadapi tren
issue system informasi kesehatan
4. Untuk mengetahui tahapan sikap perawat dalam
mengahadapi tren isu system informasi kesehatan
5. Untuk mengetahui peluang keperawatan dalam
memanfaatkan Trend dan Isu untuk meningkatkan pelayanan
6. Untuk mengetahui aplikasi system informasi keperawatan
di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tren dan Isue Keperawatan


1. Trend
Trend adalah sesuatu yang sedang “menjamur” atau sedang disukai
dan digandrungi oleh orang banyak dan sesuai dengan fakta.Trend
merupakan suatu alur yang menuju ke arah mana pasar bergerak dan
suatu pola dari peristiwa-peristiwa atau perilaku yang sama-sama
dialami oleh semakin banyak orang. Trend juga merupakan hal yang
sangat mendasar dalam pendekatan analisa dan merupakan salah satu
gambaran ataupun informasi yang terjadi saat ini yang biasanya sedang
populer di kalangan masyarakat
2. Isue
Isue adalah suatu peristiwa atau kejadiaan yang dapat di perkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang dan merupakan sesuatu
yang sedang di bicarakan banyak orang tetapi masih belum jelas fakta
atau buktinya.
3. Keperawatan
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yg
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yg didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
biopsikososiospiritual yg komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yg mencakup
seluruh proses kehidupan manusia (Lokakarya, 2009)

Dari pengertian diatas dapat ditarik garis besar untuk trend dan isue
keperawatan merupakan sesuatu yang sedang di bicarakan banyak
orang tentang praktek ataupun mengenai keperawatan baik itu
berdasarkan fakta atau tidak, trend dan isue keperawatan tentunya
menyangkut aspek legal dan etis dalam dunia keperawatan.

B. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan


1. Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di
seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka
penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan
perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan
adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2009 tentang kebijakan
dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor
932/Menkes/SK/VIII/2008 tentang petunjuk pelaksanaan
pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.
Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis computer
(Computer Based Hospital Information System) di Indonesia sudah
cukup lama. Rumah sakit di Indonesia sudah ada yang memanfaatkan
komputer untuk mendukung operasionalnya. Namun, tampaknya
komputerisasi dalam di instansi rumah sakit, kurang mendapatkan
hasil yang cukup memuaskansemua pihak.

2. Sistem informasi keperawatan


Sistem informasi keperawatan merupakan kombinasi dari ilmu
komputer, informasi dan keperawatan yang disusun untuk
mempermudah manajemen ,proses pengambilan keputusan, dan
pelaksanaan asuhan keperawatan. Salah satu penggunaan sistem
informasi keperawatan di kembangkan pada tahun 1960-1970 -an
adalah dengan pendokumentasian keperawatan terkomputerisasi.
Pendokumentasian terkomputerisasi memfasilitasi pembakuan
klasifikasi asuhan keperawatan sehingga menghilangkan ambiguitas
dalam pendokumentasian keperawatan. Sedangkan menurut ANA
(Vestal, Khaterine, 1995 dalam buku Sistem Informasi Manajemen
Sumber Daya Manusia 2012) sistem informasi keperawatan berkaitan
dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data, informasi
dan pengetahuan tentang standar dokumentasi, komunikasi,
mendukung proses pengambilan keputusan, mengembangkan dan
mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan kualitas,
efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan
pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan
suatu sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan
antar komponen yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan
menjadi suatu informasi yang berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat,
relevan untuk suatu organisasi.
C. Peran Perawat dalam Menghadapi Tren dan Isu Sistem
Informasi Kesehatan
Tenaga keperawatan merupakan tenaga kesehatan yang
mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam proses pemberian
layanan kesehatan dan juga dalam proses peningkatan mutu dari
layanan kesehatan, dimana tenaga kepewaratan tersebut memegang
peranan penting dalam menentukan kualitas pelayanan yang diberikan
pada klien. Munculnya berbagai teknologi dan sistem informasi dalam
dunia kesehatan yang aplikatif saat ini telah banyak berkembang dan
digunakan dalam semua tatanan rumah sakit dalam proses pelayanan
kesehatan mengharuskan semua tenaga kesehatan untuk turut aktif
dalam penggunaan media elektronik tersebut. Teknologi dan sistem
informasi dalam dunia kesehatan yang saat ini banyak banyak
berkembang yaitu seperti telemedika, e-health, dan telenursing.
Dengan perkembangan teknologi kesehatan ini, diharapkan dan
sekaligus mengharuskan tenaga kesehatan khususnya perawat untuk
berperan aktif dalam pengaplikasian teknologi sistem informasi
tersebut dalam bidang keperawatan. Berikut peran perawat dalam
menghadapi kemajuan dan perkembangan teknologi informasi dalam
bidang kesehatan :
1. Perawat sebagai motor penggerak dalam profesi kesehatan
yang ada di rumah sakit dalam penerapan teknologi dan sistem
informasi dalam dunia kesehatan saat ini telah banyak
dikembangkan. Dalam hal ini, berarti seorang perawat harus
mampu menggunakan teknologi tersebut dalam melakukan proses
layanan keperawatan. Penggunaan teknologi untuk perawat dapat
diawali dengan penggunaan media pendokumentasian keperawatan
yang berbasis komputerisasi. Sehingga dengan demikian, perawat
harus mampu menguasai teknologi untuk proses layanan yang
diberikan.
2. Perawat sebagai pengguna kemajuan teknologi dan sistem
informasi untuk proses pemberian kontinuitas keperawatan pada
pasien. Dengan menggunakan kemajuan teknologi dan sistem
informasi tersebut, perawat akan tetap mampu mengontrol dan
memberikan layanan keperawatan bagi pasien secara berkelanjutan
atau kontinu, walaupun pasien sudah telah meninggalkan rumah
sakit.
3. Perawat sebagai penyedia layanan keperawatan (caring)
untuk semua klien tanpa terbatas ruang (tempat) dan waktu. Ini
berarti layanan caring yang menjadi prinsip dan ciri dari
keperawatan akan tetap tercurah untuk klien dimanapun dan
kapanpun tenaga keperawatan dibutuhkan. Meskipun penggunaan
teknologi dan sistem informasi dalam pemberian layanan
keperawatan tersebut dilakukan secara tidak langsung, tetapi
layanan tersebut tidak menghalangi pemberian pelayanan caring
dari perawat.
4. Perawat sebagai profesi yang mampu meningkatkan
profesionalitasnya dalam bidangnya. Tekonologi e-health atau
telemedika yang telah dikuasai dan telah diaplikasikan oleh
perawat akan menjadi bukti profesionalismenya dalam pemberian
layanan kesehatan bagi masyarakat.
5. Perawat sebagai monitoring kesehatan bagi pasien. Dengan
menggunakan kemajuan teknologi dan sistem informasi seperti
teknologi telemedika dan e-health, perawat dengan mudah
memberikan pendidikan atau edukasi kesehatan sekaligus promosi
kesehatan pada klien guna sebagai alat informasi dalam
pencegahan penyakit.
6. Perawat sebagai penyedia layanan komunikasi interkatif
bagi klien atau pasien. Dengan menggunakan teknologi dan sistem
informasi seperti e-health dan telemedika, perawat akan
menyediakan layanan komunikasi dan informasi kepada klien atau
pasien mengenai penyakitnya. Layanan komunikasi yang
disediakan perawat untuk pasien atau klien ini akan membantu
pasien atau klien dalam pemahaman penyakitnya, pasien atau klien
akan secara aktif untuk berpartisipasi dalam mengakses, menerima,
dan mengetahui kelanjutan dari pengobatan medis yang dilakukan
pasien atau klien.
7. Perawat harus mampu dan terampil dalam menggunakan
teknologi informasi, karena saat ini pasien atau konsumen telah
banyak yang terampil dalam mencari informasi tentang penyakit
dari berbagai literatur yang tersedia. Sehingga apabila perawat
tidak mampu dan tidak terampil dalam hal perkembangan dan
kemajuan teknologi, maka akan menyebabkan ketidakmampuan
perawat dalam menafsirkan berbagai bentuk pertanyaan kesehatan
dari para pasien atau konsumen.
Sehingga dengan demikian, konstribusi peran perawat
terhadap perkembangan teknologi informasi dalam bidang
kesehatan akan terasa lebih nyata, aman, dan lebih efektif untuk
meningkatkan kualitas layanan keperawatan yang diberikan kepada
masyarakat pada umumnya. Dengan hal inilah pemberdayaan
kesehatan bagi seluruh masyarakat akan terlaksana dengan baik.

D. Tahapan Sikap Perawat Dalam Menghadapi Tren dan Isu


Sistem Informasi Kesehatan
Pada jaman ini teknologi berkembang sangat pesat termasuk sistem
informasi dalam bidang kesehatan. Tentunya kita sebagai perawat harus
mengikuti kemajuan sistem informasi untuk mengoptimalkan pelayanan
kesehatan pada klien. Sebagai perawat kita harus dapat menyikapi
kemajuan sistem informasi itu dengan baik agar dapat memaksimalkan
dampak positif dan meminimilkan dampak negatifnya.
Berikut tahapan sikap perawat:
1. Mencari sistem-sistem informasi yang sedang berkembang dalam
bidang kesehatan.
2. Menyaring sistem informasi yang tepat untuk digunakan dalam
pelayanan kesehatan dengan tujuan memkasimalkan kesehatan klien.
3. Mengimplementasikan sistem informasi yang telah dikaji dalam
pelayanan kesehatan. Dalam pengimplementasian perawat harus
mampu memaksimalkan dampkapositifnya dan meminimalkan
dampak negatifnya.
4. Menganalisa perubahan pola pelayanan kesehatan setelah
diterapkan sistem informasi yang baru. Apabila memberikan kemajaun
yang sesuai maka perawat dapat terus mengembangkan untuk
memaksimalkan pelayanan kesehatan.

E. Peluang Keperawatan Untuk Memanfaatkan Trend dan Isu


Untuk Meningkatkan Pelayanan Keperawatan
Dengan adanya perkembangan teknologi dan sistem informasi di
dalam bidang kesehatan tersebut, memberikan dampak positif bagi
perawat. Sistem informasi dapat memberikan kemudahan kepada perawat
dalam menganalisa dan melihat laporan penyakit, perawat bisa melihat
trend penyakit apa yang paling banyak diderita oleh pasien dalam periode
tertentu, sehingga bisa menyiapkan cara untuk melakukan pencegahan
penyakit, seperti dengan melakukan penyuluhan.
Selain itu, dengan menggunakan sistem komputerisasi perawat dapat
melakukan pencatatan dan pencarian rekam medik dengan cepat. Dengan
adanya sistem informasi, diharapkan hambatan-hambatan yang terjadi
pada pencatatan manual dapat terselesaikan dengan baik dan cepat
sehingga hambatan tersebut tidak terulang lagi, seperti hambatan dalam
pelayanan kesehatan, pengelolaan data medik pasien, maupun data
administrasi yang dimiliki oleh klinik, sehingga mengakibatkan redudansi
(prediksi) data, unintegrated data, human error, dan terlambatnya
informasi.
Berikut merupakan contoh trend dan isu keperawatan dalam sistem
informasi kesehatan : Pemanfaatan sistem informasi untuk pengelolaan
medik dan jasa kesehatan di klinik. Merupakan proses-proses seperti
pencatatan registrasi pasien, pendokumentasian, rekammedis pasien dan
proses-proses lain di bidang kesehatan dapat berjalan cepat tanpa proses
yang berbelit-belit. Beberapa komponen-komponen yang membutuhkan
suatu system informasi dapat diakses dalam layanan kesehatan, misalnya
pendataan pasien, mencakup rekammedis pasien selama menjalani
konsultasi rawat jalan, pencatatan transaksi pemeriksaan, pendataan
stokobat, dan pembuatan laporan bulanan. Dengan demikian jika perawat
dapat menjalankannya dengan baik hal tersebut tentunya akan
mempermudah dalam pengaktualisasian peran perawat itu sendiri.
BAB III

APLIKASI KASUS

A. Sistem Informasi Manajemen Keperawatan Di Indonesia


Di Indonesia pada era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai kebebasan
untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat mendapatkan
pelayanan kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada
pemberi pelayanan kesehatan. Namun kondisi keterbukaan pada masyarakat saat
ini sepertinya belum didukung dengan kesiapan pelayanan kesehatan, salah
satunya dalam memenuhi ketersediaan dokumentasi yang lengkap di pelayanan
kesehatan, khususnya rumah sakit. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi dewasa ini di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik
khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan.

Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi


besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang
sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik.
Namun pada realitanya di lapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan belum
disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik, sehingga perawat
mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam
praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka
sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian
asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi
Manajemen.

Isu yang berkembang di Indonesia saat ini, terutama di area pelayanan


kesehatan rumah sakit adalah apabila Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
sudah dipergunakan apakah akan menyebabkan biaya yang dikeluarkan menjadi
lebih besar atau berkurang, apakah sistem ini membantu mencapai tujuan yang
diharapkan, apakah jumlah SDM keperawatan dapat dikurangi serta apakah sistem
ini akan berkesinambungan dan secara terus-menerus akan dipergunakan,
bagaimana kalau terjadi kerusakan sistem yang fatal. Isu ini sepertinya sangat
mempengaruhi pihak manajemen rumah sakit dalam memutuskan
dilaksanakannya pemanfaatan dan pengembangan sistem tersebut. Sebagai
gambaran ada beberapa rumah sakit yang bidang perawatannya sudah
mempersiapkan Sistem Informasi Manajemen keperawatan, namun belum bisa
dilaksanakan, salah satu penyebabnya karena pihak manajemen rumah sakit
merasa belum siap dalam menyediakan dana untuk pengembangan program ini,
dan mungkin ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

B. Kecenderungan dan Isu dalam Bidang Sistem Informasi Manajemen


Keperawatan di Indonesia
Sistem informasi manajemen (SIM) adalah rangkaian kegiatan atau
komponen pengumpulan data yang satu sama lain berkaitan dalam mengolah data
kemudian diproses menjadi informasi yang bermanfaat dalam pengambilan
keputusan yang akurat, cepat dan bermutu (Hafizurachman, 2000). Sistem
informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi
yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem
informasi mempunyai komponen-komponen yaitu proses, prosedur, struktur
organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier dan rekanan (Eko,
2001). Kelompok ad hoc the Nursing Information systems National Study Group
(1982) di USA menghasilkan konsep Sistem Informasi Keperawatan : “ Suatu
sistem komputer yang digunakan untuk membantu dalam administrasi pelayanan
keperawatan, pemindahan pasien dan mendukung pendidikan dan penelitian
keperawatan”. Sistem Informasi Keperawatan merupakan sistem yang
menggunakan komputer untuk memproses data keperawatan menjadi satu bentuk
informasi yang mampu menunjang aktivitas/fungsi perawat.

Sistem informasi manajemen asuhan keperawatan mempunyai banyak


keuntungan jika dilihat dari segi efisien dan produktivitas. Beberapa keuntungan
menggunakan sistem informasi manajemen keperawatan adalah meningkatkan
kualitas dokumentasi, meningkatkan kualitas asuhan, meningkatkan produktifitas
kerja, memudahkan komunikasi antara tim kesehatan, memudahkan dalam
mengakses informasi, meningkatkan kepuasan kerja perawat, perawat memiliki
waktu lebih banyak untuk melayani pasien, menurunkan Hospital Cost,
menurunkan Lost of data and information, mencegah Redundancy (Kerangkapan
Informasi).

Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung


pedoman bagi pengambil kebijakan/keputusan di keperawatan /Decision support
system dan Executive information system (Eko, 2001). Informasi asuhan
keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang berbasis komputer dapat
digunakan dalam menghitung pemakaian tempat tidur, BOR pasien, angka
nosokomial, penghitungan budget keperawatan . Data yang akurat pada
keperawatan dapat digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain.
Sistem informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam
pelaksanaan riset keperawatan secara khusus dan riset kesehatan pada umumnya.

Sistem informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang di


luar negeri sekitar tahun 1992. Pada bulan September, sistem informasi diterapkan
pada sistem pelayanan kesehatan Australia khususnya pada pencatatan pasien
(Liaw, 1993).

Trend/Kecenderungan yang sedang berkembang tentang SIM keperawatan di


Indonesia adalah :

1. Semakin tingginya beban kerja perawat di rumah sakit menuntut


adanya suatu sistem teknologi informasi yang mampu mengatasinya.
Tuntutan adanya dokumentasi keperawatan yang lengkap dengan hanya
menggunakan cara manual tulisan tangan selama ini hanya menambah
beban kerja perawat dan semakin mengurangi jumlah waktu perawat
bersama pasien. Sangat tepat apabila SIM keperawatan bisa diaplikaskan.
2. Sistem informasi keperawatan di luar negeri sudah modern dan
canggih dengan memanfaatkan sistem teknologi informatika, sehingga
perawat di luar negeri mampu bekerja secara efisien dan dan berkualitas
tinggi. Kondisi tersebut diharapkan mampu diikuti oleh perawat di
Indonesia.
3. Perlunya keperawatan di Indonesia memiliki sistem informasi
manajemen keperawatan dalam melakukan pelayanan kepada pasien di
rumah sakit, sehingga perawat bisa bekerja lebih efektif dan efisien.
4. Pelaksanaan proses asuhan keperawatan akan lebih cepat, efektif
dan efisien dengan menggunakan SIM.
5. Diharapkan hari rawat pasien lebih cepat karena interaksi pasien-
perawat lebih banyak sehingga tujuan asuhan keperawatan lebih cepat
tercapai
6. Profesionalisme perawat akan semakin meningkat dan pengakuan
kesetaraan antara profesi perawat dengan medis akan lebih baik.
7. Citra perawat di masyarakat dan diantara profesi lain akan semakin
baik.
8. Penggunaan SIM keperawatan akan meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit
9. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) mulai
tahun 2001 telah mengembangkan suatu sistem asuhan keperawatan yang
berbasis dengan komputer. Sampai saat ini sistem ini baru digunakan
untuk proses akademik pembelajaran komputer keperawatan. Sistem
informasi asuhan keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan masih dalam
tahap awal dan masih memerlukan penyempurnaan (Haryati, 2001).
Diharapkan sistem informasi asuhan keperawatan FIK-UI di masa datang
dapat mempercepat perkembangan sistem informasi yang dapat
diaplikasikan di rumah sakit maupun pelayanan keperawatan yang lain.
Sedangkan isu tentang SIM keperawatan di Indonesia sampai saat ini adalah :

1. Perawat di Indonesia memiliki keinginan yang tinggi untuk


memiliki program SIM keperawatan
2. Belum dilaksanakannya SIM keperawatan di Indoneisa berdampak
terhadap semakin tingginya beban kerja perawat. Sehingga perawat
berharap pihak manajemen RS segera mengaplikasikan program SIM
keperawatan.
3. Beberapa rumah sakit di Indonesia, sampai saat ini yang
berkembang adalah Sistem Informasi Rumah Sakit yang baru berupa
billing system.
4. Rumah Sakit di Indonesia 99% masih melaksanakan
pendokumentasian keperawatan secara manual .
5. Untuk aplikasi sistem informasi manajemen asuhan keperawatan
baru beberapa rumah sakit saja yang sudah menerapkan dan itu pun masih
terbatas, seperti Rumah Sakit Fatmawati Jakarta dan rumah sakit Charitas
Palembang. Di RS Fatmawati Jakarta, sejak tahun 2002 mulai
mengembangkan sistem pendokumentasian keperawatan berupa SIM
keperawatan. Sistem pendokumentasian keperawatan yang
terkomputerisasi sudah mulai diimplementasikan sejak tahun 2004. Sistem
Informasi Manajemen keperawatan ini baru sebatas menentukan rencana
keperawatan. Di RS Charitas Palembang, sistem dokumentasi keperawatan
terkomputerisasi mulai dikembangkan sejak tahun 2002. Di RSUD
Banyumas sistem pendokumentasian ini baru menerapkan dengan sistem
NIC-NOC. Di RSUD Cengkareng Jakarta baru sebatas pelaksanaan
Clinical pathway.
6. Pihak manajemen rumah sakit masih memandang SIM
keperawatan belum menjadi suatu prioritas utama untuk diaplikasikan
karena salah satu penyebabnya adalah membutuhkan biaya yang cukup
besar, masih belum memilki pemahaman yang baik tentang dampak
apabila program ini diberlakukan terhadap kualitas pelayanan keperawatan
dan rumah sakit secara umum, adanya pemikiran bahwa pekerjaan
perawat tidak memerlukan bantuan teknologi/alat yang canggih. Pihak
manajemen juga masih khawatir tentang kemampuan SDM keperawatan
dalam pemanfaatan tekonolgi ini.
7. Masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi
manajemen keperawatan yang berbasis komputer tersebut. Kondisi ini
karena sangat bervariasinya tingkat pendidikan keperawatan.
8. Belum adanya aspek legal/UU tentang praktek keperawatan.
C. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan SIM
Keperawatan di Indonesia
Sistem informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak
kegunaannya, namun pelaksanan SIM di Indonesia masih banyak mengalami
kendala. Ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan SIM keperawatan
di Indonesia yaitu saat ini sudah mulai ada perusahaan (yang dikelola oleh
profesi keperawatan) yang menawarkan produk SIM keperawatan yang siap
pakai untuk diterapkan di rumah sakit. Sekalipun memiliki harga yang cukup
tinggi tetapi keberadaan perusahaan ini dapat mendukung pelaksanaan SIM
keperawatan di beberapa rumah sakit yang memiliki dana cukup untuk
membeli produk tersebut. Semakin mudahnya akses informasi tentang
pelaksanaan SIM keperawatan juga memudahkan rumah sakit dalam memilih
SIM yang tepat. Selain itu faktor pendukung yang lain adalah adanya UU No 8
tahun 1997 yang mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang
berupa lembaran kertas. Undang-undang ini merupakan bentuk perlindungan
hukum atas dokumen yang dimiliki pusat pelayanan kesehatan, perusahaan
atau organisasi. Aspek etik juga dapat menjadi salah satu faktor pendukung
karena sistem ini semaksimal mungkin dirancang untuk menjaga kerahasiaan
data pasien. Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengakses data
melalui SIM ini, misalnya dokter, perawat, pasien sendiri.

Terdapat beberapa aspek yang menjadi kendala dalam penerapan SIM di


Indonesia. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen
berbasis komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak
terlalu mudah. Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa
aspek yaitu struktur organisasi keperawatan di Indonesia, sebagai contoh
pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat, sehingga seringkali
keputusan tentang pelaksanaan SIM yang sudah disepakati oleh tim
keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai dengan keinginan pengambil
kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit masih banyak yang mempertanyakan
apakah SIM keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas
pelayanan keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
Aspek kedua adalah kemampuan sumber daya keperawatan. Ada banyak
sumber daya manusia di institusi pelayanan kesehatan yang belum siap
menghadapi sistem komputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena
ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka terhadap sistem informasi
teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman yang kurang tentang manfaat
SIM menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksiapan SDM keperawatan.
Aspek ketiga yang menjadi faktor penghambat atau kendala dalam
pelaksanaan SIM adalah faktor sumber dana. Sebagaimana kita tahu bahwa
untuk mendapatkan sistem informasi manajemen keperawatan yang sudah siap
diterapkan di rumah sakit, membutuhkan biaya yang cukup besar . Masalahnya
sekarang, tidak setiap rumah sakit memiliki dana operasional yang cukup
besar, sehingga seringkali SIM keperawatan gagal diterapkan karena tidak ada
sumber dana yang cukup. Aspek keempat adalah kurangnya fasilitas
Information technology yang mendukung. Pelaksanaan SIM keperawatan
tentunya membutuhkan banyak perangkat keras atau unit komputer untuk
mengimplementasikan program tersebut.

D. Alternatif Pemecahan Masalah dalam Penerapan SIM Keperawatan


di Indonesia
Ada beberapa alternatif pemecahan masalah dalam penerapan SIM
keperawatan di Indonesia diantaranya;

1. Perlu adanya pemahaman yang sama diantara pihak manajemen


rumah sakit dengan tim keperawatan tentang pentingnya pelaksanaan SIM
keperawatan di rumah sakit yang diwujudkan dalam bentuk pengalokasian
dana yang memadai untuk implementasi SIM keperawatan, pemberian
pelatihan bagi perawat tentang pelaksanaan SIM keperawatan, pengadaan
fasilitas informasi teknologi yang memadai.
2. Perlu adanya integrasi program SIM dalam kurikulum pendidikan
keperawatan.
3. Peningkatan standarisasi tingkat pendidikan perawat agar memiliki
pemahaman yang tepat tentang teknologi informasi dalam keperawatan.
4. Adanya aspek legal berupa Undang-undang praktek keperawatan
5. Perlu adanya penelitian yang lebih jauh terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan aplikasi SIM di Indonesia.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa terhadap perkembangan Sistem Informasi
Manajemen keperawatan di Indonesia, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan
yaitu:

1. Perkembangan SIM keperawatan di Indonesia masih sangat minim


dan tampaknya belum menjadi suatu kebutuhan dan prioritas utama bagi
pihak manajemen rumah sakit.
2. Beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan SIM keperawatan
di Indonesia adalah pengambil kebijakan bukan dari profesi keperawatan,
SDM keperawatan yang belum siap dengan sistem komputerisasi,
Sedangkan faktor pendukungnya adalah adanya kemudahan dalam
mengakses informasi tentang SIM keperawatan.
3. Beberapa alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi
permasalahan SIM keperawatan di Indonesia diantaranya adalah;
peningkatan alokasi dana, peningkatan kualitas SDM keperawatan,
pengadaan fasilitas teknologi informasi yang lebih memadai dan
terintegrasinya program SIM keperawatan dalam kurikulum pendidikan
keperawatan.

F. PENERAPAN SIMRS DI RS PAITON RINZANI PROBOLINGGO


Rumah Sakit sebagai salah satu institusi dalam bidang kesehatan yang
dituntut untuk selalu meningkatkan kinerja dan mutunya. Hal ini termasuk
peningkatan sarana penunjang, salah satunya yaitu komputerisasi yaitu mencakup
peningkatan sumberdaya manusia, penyempurnaan sistem pembantu kerja dan
kegiatan operasional sehari-hari baik yang berkaitan dengan pelayanan pasien
maupun operasional intern di rumah sakit. Oleh karena itu, rumah sakit tidak bisa
lepas untuk selalu melakukan pengembangan dan penyempurnaan sistem
khususnya pengembangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS).
Pada penerapan SIM di RS Rizani, pihak manajemen menggunakan metode
outsourcing, yang menurut O’Brien, merupakan metode dengan pembelian
sejumlah barang atau jasa yang semula dapat dipenuhi oleh internal perusahaan
tetapi saat ini dengan memanfaatkan mitra perusahaan sebagai pihak ketiga.
Dalam kaitannya dengan teknologi informasi, outsourcing digunakan untuk
menjangkau fungsi IT secara luas dengan mengontrak penyedia layanan eksternal.
Yang mendorong organisasi menggunakan metode ini adalah pertimbangan biaya,
waktu, ketersediaan SDM, dan kebutuhan layanan dukunga pelanggan.
Rumah sakit yang berdiri sejak 2013 ini, pada awalnya tidak memiliki
sumberdaya di bidang IT sehingga untuk penerapan SIM, pihak manajemen
memutuskan untuk menggunakan pihak ketiga, dan menyerahkan seluruh proses
kepada vendor. Sehingga dapat diasumsikan alasan rumah sakit menggunakan
outsourcing dalam layanan sistem informasi antara lain:
 Biaya ekonomis
 Keahlian dan kompetensi internal yang tidak memadai
 Perubahan teknologi yang cepat
 Buruk dalam layanan sistem informasi
 Fokus pada kompetensi inti
 Top manajemen kurang perhatian terhadap inovasi IT di RS
Meskipun menggunakan pihak ketiga sebagai pihak yang merancang SIM,
dari hasil wawancara yang dilakukan kepada pihak programmer, metode
pengembangan SIM yang digunakan adalah SDLC (Structured Design Life
Cycle).
System Development Life Cycle (SDLC) merupakan sebuah metodologi
dalam pembangunan atau pengembangan sistem. SDLC memberikan kerangka
kerja yang konsisten terhadap tujuan yang diinginkan dalam pembangunan dan
pengembangan sistem. Metodologi SDLC dimulai dengan ide-ide yang berasal
dari pengguna, melalui studi kelayakan, analisis dan desain sistem, pemrograman,
pilot testing, implementasi, dan analisis setelah diimplementasikan (evaluasi).
Dokumentasi yang dibuat selama melakukan pembangunan atau pengembangan
sistem digunakan untuk perubahan-perubahan di masa yang akan datang,
misalnya melanjutkan pengembangan sistem, modifikasi atau penghilangan
(deletion). Berikut siklus hidup pengembangan sistem informasi:

Gambar 2.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Informasi


Tahapan untuk mengembangkan sistem yang digunakan oleh programmer
adalah sebagai berikut:
1. Analisa sistem
Tahapan analisa sistem dimulai karena adanya permintaan terhadap
sistem baru. Permintaan dapat datang dari manajemen rumah sakit yang
mengetahui bahwa sistem sangat dibutuhkan untuk mempercepat proses
pelayanan. Inisiatif pengembangan sistem baru berasal dari bagian yang
bertanggung jawab terhadap pengembangan sistem informasi, yang
bermaksud mengembangkan sistem yang sudah ada atau menangani masalah-
masalah yang belum tertangani. Dalam hal ini, yang dilakukan adalah
mencatat pasien yang masuk dan keluar setiap harinya ke dalam satu buku
induk, dan kemudian mencatatnya kembali dengan menggunakan program
excel dan Dbase. Permasalahan registrasi yang sering terjadi diantaranya
nomor rekam medis yang hilang, pencatatan ganda baik nama maupun nomor
rekam medis, dan sulitnya mendapatkan informasi jumlah pasien yang masuk
dan kelur secara cepat dan tepat. Dan sulitnya mencari data pasien dan rekam
medis pasien apabila pasien tersebut datang kembali berobat.
Pada tahap ini, programmer memastikan bahwa dengan pembuatan
sistem ini maka akan benar-benar dapat dicapai dengan sumberdaya dan
dengan memperhatikan kendala yang terdapat di rumah sakit dan dampak
terhadap lingkungan sekeliling. Dilakukan studi kelayakan meliputi:
a. Penentuan masalah dan peluang yang dituju sistem
b. Pembentukan sasaran sistem baru secara keseluruhan
c. Pengidentifikasian para pemakai sistem
d. Pembentukan lingkup sistem
Setelah dilakukan pengamatan dan analisa, bagian rekam medis pasien rawat
inap selama ini masih melakukan pencatatan data registrasi pasien rawat inap
secara manual. Mereka sangat membutuhkan sebuah program yang dapat
membantu mempermudah dalam menginput dan mengakses data dengan
cepat dan tepat. Dari data yang diinput tersebut, diharapkan dapat
menghasilkan informasi pasien masuk dan pasien keluar per hari, pasien
masuk dan pasien keluar per bulan, indikator rumah sakit per bulan dan
indikator rumah sakit per tahun.
Programmer melakukan analisa secara mandiri yaitu dengan wawancara
terhadap seluruh pegawai di setiap unit dan observasi lapangan untuk
mengetahu informasi apa sajakah yang dibutuhkan pengguna nantinya dalam
sistem.Hasil analisa kebutuhan, seperti instalasi farmasi ingin mengurangi
tenaga dan biaya yang dikeluarkan utk pencatatan yg msh manual,
membutuhkan penyajian data yg cepat ttg stok obat sebagai perhitungan
pengadaan dan pertanggung jawaban, farmasi ingin menghemat biaya utk
tenaga dan saran yg digunakan dalam sistem pencatatan normal, sarana
pengawasan transaksi harian terutama keuangan, pengendalian stok obat,
pengendalian masa kedaluarsa, dan sebagainya. Sehingga data yang
dibutuhkan dari farmasi adalah:
 Nama obat
 Harga obat
 Koreksi stok opname
 Input stok awal
 Stok akhir
 Manajemen rak obat
 Rak detail
 Kelompok BHP (Barang Habis Pakai)
 Expired Date Obat
 Expired Date Review
 Kategori obat
 Golongan obat
 Master kategori dan golongan obat
Sedangkan untuk registrasi pasien:
1) Data pasien
Data pasien terdiri dari: nomor rekam medis, nama pasien, perusahaan,
no ktp, tanggal lahir, usia, alamat, gender, gol.darah, rujukan, rawat
jalan/rawat inap.
2) Data dokter
Data dokter terdiri dari : kode dokter, nama dokter, alamat dokter, telepon
dokter, handphone dokter dan spesialis.
3) Data perawat
Data perawat terdiri dari : kode perawat, nama perawat, telepon perawat,
shift
4) Data kamar
Data kamar terdiri dari kode kamar, nama kamar, klasifikasi kamar,
jumlah tempat tidur
2. Perancangan sistem
Setelah dilakukan analisis, programmer melanjutkan ke tahap
perancangan. Dimana ada perancangan konseptual dan perancangan fisik.
Pada perancangan konseptual, kebutuhan pengguna dan pemecahan masalah
yang sudah dianalisis kemudian dibuat untuk diimplementasikan. Kemudian
dibuat evaluasi alternatif berupa:
a. Keluaran
Rancangan laporan mencakup frekuensi laporan (harian, mingguan, dan
sebagainya), isi laporan, bentuk laporan, dan laporan cukup ditampilkan
pada layar atau perlu dicetak.
b. Penyimpanan data
Dalam hal ini, semua data yang diperlukan untuk membentuk laporan
ditentukan lebih detail, termasuk ukuran data (misalnya, nama obat
maksimal terdiri atas 25 karakter) letaknya dalam berkas.
c. Masukan
Rancangan masukan meliputi data yang perlu dimasukkan ke dalam
sistem.
d. Prosedur pemrosesan dan operasi
Rancangan yang telah dibuat menjelaskan masukan yang telah diproses
dan disimpan untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan.
Selanjutnya rancangan konseptual diterjemahkan dalam bentuk fisik
sehingga terbentuk spesifikasi yang lengkap tentang modul-modul sistem dan
antarmuka antarmodul, serta rancangan basis data secara fisik. Hasil akhirnya
berupa:
a. Rancangan keluaran, berbentuk laporan dan rancangan dokumen
b. Rancangan masukan, berupa rancangan layar untuk pemasukan
data
c. Rancangan antarmuka pemakai dan sistem, berupa rancangan
interaksi antara pemakai dan sistem yaitu menu, ikon, dan lainnya.
d. Rancangan platform, berupa rancangan yang menentukan perngkat
keras dan perangkat lunak yang digunakan.
e. Rancangan basis data, berupa rancangan-rancangan berkas dalam
basis data, termasuk penentuan kapasitas masing-masing.
f. Rancangan modul, berupa rancangan modul atau program yang
dilengkapi dengan algoritma (cara modul atau program kerja bekerja).
g. Rancangan kontrol, berupa rancangan kontrol-kontrol yang
digunakan dalam sistem (mencakup hal-hal seperti validasi, otorisasi, dan
pengauditan).
h. Dokumentasi, berupa hasil pendokumentasian hingga tahap
perancangan sistem.
i. Rencana pengujian, berisi rencana yang dipakai untuk menguji
sistem.
j. Rencana konversi, berupa rencana untuk menerapkan sistem baru
terhadap sistem lama yaitu manual.
Namun pada tahap perancangan ini tidak dibagikan kepada pihak rumah
sakit. Sehingga jika ada perubahan informasi, pihak rumah sakit harus
menghubungi programmer.
3. Implementasi sistem
Berdasarkan perancangan fisik, pemrograman memulai melakukan
pemrograman, merupakan aktivitas pembuatan program atau sederatan
instruksi yang digunakan untuk mengatur komputer agar bekerja sesuai
dengan masing-masing maksud instruksi. Kemudian dilakukan pengujian
terhadap sistem, dan penerapan oleh pengguna. Setelah sistem dirancang,
programmer mulai menguji sistem apakah sudah dapat menyajikan informasi
yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
4. Operasi dan pemeliharaan
Hingga saat ini pemeliharaan sistem yang telah beroperasi masih
dilakukan khususnya oleh kepala unit perencanaan dan pengembangan. SIM
yang telah ada di RS Rizani masih belum dapat memberikan informasi secara
nyata, karena kurang up to date. Sedangkan untuk pembaruan informasi,
pihak RS harus menghubungi programmer sebagai pihak ketiga, sehingga
dibutuhkan waktu yang tepat untuk membarui informasi/input pada sistem.
Selain itu, RS Rizani tidak memiliki programmer internal sehingga kepala
unit perencanaan dan pengembangan harus melakukan pemeliharaan secara
otodidak.
Setiap ruangan di unit sudah tersedia PC, 27 unit komputer dan 2 unit laptop
(bagian manajemen). Berikut rincian ruangan yang tersedia PC:
 2 unit di instalasi admisi
 1 unit di instalasi rekam medik
 3 unit di instalasi farmasi
 1 unit di instalasi rawat inap King (VVVIP)
 1 unit di instalasi rawat inap VVIP
 1 unit di instalasi rawat inap VIP dan kelas 1
 1 unit di instalasi rawat inap kelas 2 dan 3
 1 unit di instalasi rawat inap VK
 1 unit di instalasi poliklinik
 1 unit di instalasi bedah sentral
 1 unit di ruangan komite mutu
 1 unit di ruangan komite PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
 1 unit di ruangan sub bagian umum
 1 unit di ruangan Manager On Duty (MOD)
 3 unit di ruangan bagian keuangan
 2 unit di ruangan sub bagian SDM
 4 unit di ruangan sub bagian layanan perusahaan dan asuransi
 1 unit di ruangan sekretaris akreditasi
Tidak semua unit masuk ke dalam SIM RS Rizani. SIM yang dirancang untuk
rumah sakit hanya billing system dan farmasi. Instalasi yang terhubung dengan
billing system adalah instalasi admisi (menyediakan informasi identitas pasien),
instalasi rawat inap (menyediakan informasi tentang input keperawatan, jasa
tenaga kesehatan), instalasi poliklinik (menyediakan informasi tentang input
keperawatan, jasa tenaga kesehatan), instalasi bedah sentral (menyediakan
informasi tentang input keperawatan, jasa tenaga kesehatan). Sedangkan untuk
instalasi farmasi mempunyai sistem sendiri yang berkaitan dengan stok obat, dan
terhubung pula pada billing system.
SIM yang telah beroperasi ini mempunyai kekurangan di antaranya
dikarenakan dalam perancangannya menggunakan metode outsourcing maka
pihak RS tidak dapat melakukan pembaruan informasi terkini, karena yang
mengelola secara keseluruhan adalah vendor. Selain itu, data yang ada dalam
sistem tidak riil, sehingga peran arsip rekam medik masih sangat dibutuhkan
untuk informasi pasien. Pendokumentasiannya dengan penyimpanan arsip, lalu
dimasukkan ke sistem. Untuk data yang tidak masuk dalam sistem, hanya ada di
komputer masing-masing yang terhubung dengan server yang kemudian dapat
dikoneksikan ke semua unit dengan LAN. Sedangkan untuk instalasi farmasi,
telah dilakukan perbaikan, sehingga mulai proses barang datang hingga masuk
stok gudang sudah dapat memberikan informasi secara riil, meskipun harus tetap
dilakukan pengecekan stok sebulan sekali.
Berikut adalah alur pelayanan di instalasi hingga masuk ke billing system dan
alur pengadaan obat di instalasi farmasi:
Gambar 2.2 Alur Billing System

POLI FARMASI

Konfirmasi Billing
STATUS tagihan system
PASIEN ADMISI RM
DATANG (DATA
PASIEN) KASIR Pasien
REKAM (kuitansi
MEDIK rincian biaya)

STATUS
RM

RANAP FARMASI
(input
Keterangan: keperawatan
: masuk billing system )

: tidak masuk billing system/manual

KASIR
Gambar 2.3 Alur Sistem Informasi Farmasi

Jumlah obat
Kadaluarsa
No. Faktur
Utang/tunai
Bagian Supplier Bagian SIF Gudang
Nama perusahaan
pengadaan penerimaan
farmasi

Billing penjualan Jumlah obat

Bagian Kasir Sistem Stok


keuangan

Keterangan:
: masuk billing system
: tidak masuk billing system/manual
Berikut adalah kelebihan dari sistem yang ada di RS Rizani:
1) Mudah diaplikasikan
2) Memberikan template tentang metode analisis, desain, pengkodean, pengujian,
dan pemeliharaan.
Berikut adalah kekurangan dari sistem yang ada di RS Rizani:
1) Terjadinya pembagian proyek menjadi tahap-tahap yang tidak fleksibel,
karena komitmen harus dilakukan pada tahap awal proses
2) Dapat mengakibatkan sulitnya merespons perubahan kebutuhan pengguna
3) Model SDLC harus digunakan hanya ketika persyaratan dipahami dengan baik
4) Jarang sekali proyek riil mengikuti aliran sekuensial yang dianjurkan model
karena model ini bisa melakukan itersi tidak langsung.
5) Pelanggan sulit untuk menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga sulit
untuk megakomodasi ketidakpastian pada saat awal proyek.
6) Pelanggan harus bersikap sabar karena harus menunggu sampai akhir proyek
dilalui. Sebuah kesalahan jika tidak diketahui dari awal akan menjadi masalah besar
karenaharus mengulang dari awal.
7) Pengembang sering malakukan penundaan yang tidak perlu karena anggota
tim proyek harus menunggu tim lain untuk melengkapi tugas karena memiliki
ketergantungan hal ini menyebabkan penggunaan waktu tidak efesien.

Tabel 2.1 Daftar Pengguna SIMRS


PENGGUNA
No KEBUTUHAN INFORMASI
SISTEM
Nama Paien
1 Admin pendaftaran ID Pasien
Nomor RM Pasien
Jumlah Barang Masuk
2 Admin Gudang Jumlah Barang Keluar
Stok Opname
Jumlah Pendapatan Harian
Jumlah Retur (Jika Ada)
3 Admin Keuangan
Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran
Penggunaan Anggaran
Perencanaan Kebutuhan
4 Admin Farmasi Pengadaan Obat, Alat kesehatan.
Penyerapan Anggaran
Rincian biaya tiap unit pelayanan
5. Admin kasir Identitas pasien
Rincian biaya sistem pelayanan farmasi
28
Gambar 2.4 Tampilan Interface

Gambar 2.5 Tampilan Billing System

29
Gambar 2.6 Tampilan Input Instalasi Admisi

Gambar 2.7 Tampilan Input Keperawatan di Instalasi Ranap

Gambar 2.8 Tampilan Input Stok Obat/Farmasi


30
Gambar 2.9 Contoh Tampilan Rincian Biaya

31
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di BAB sebelumnya adalah
keperawatan merupakan profesi yang integral dari keperawatan, dan merupakan
tenaga kesehatan yang bersinggungan langsung dengan kemajuan teknologi informasi
kesehatan, maka sebagai seorang perawat kita diharapkan untuk mumpuni dalam
pemanfaatan teknologi informasi utamanya dalam bidang keperawatan. Seorang
perawat yang profesional harus mampu menyikapi berbagai tren isu perkembangan
teknologi informasi dalam keperawatan karena sebagai perawat kita dapat menjadi
agen pembaharu (change agent) yang dapat mempengaruhi cara berfikir, bersikap,
bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan klien atau keluarga agar menjadi
sehat melalui pemanfaatan teknologi informasi kesehatan secara benar. Sistem
informasi dapat memberikan kemudahan kepada perawat dalam menganalisa dan
melihat laporan penyakit, perawata dapat melihat trend penyakit apa yang banyak di
derita oleh pasien dalam periode tertentu sehingga dapat menyiapkan cara untuk
melakukan pencegahan penyakit seperti dengan melakukan penyuluhan.

B. Saran
Dalam perkembangan jaman seperti sekarang ini banyak perkembangan
mengenai teknologi dan sistem informasi yang semuanya memiliki tujuan nyata untuk
memberikan suatu kemudahan terutamanya dalam bidang kesehatan, maka dari itu
dalam profesi keperawatan diharapkan untuk lebih menguasi semua dan memahami
bentuk teknologi dan sistem informasi sehingga negara kita tidak tertinggal dengan
negara lain dalam mutu kesehatannya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Hariyati, R.T. 2015. Pemanfaatan Teknologi Informatika dalam Dunia Pendidikan. Jurnal
Keperawatan Indonesia 9 Maret 2015.
Iqbal, M. 2009. Teknologi Informasi Dalam Pelayanan Di Ruang Rawat. Jakarta : Salemba
Medika.
Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Profesional. Edisi kedua. Jakarta : Salemba Medika.
Marimin, dkk. 2012. Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo

33

Anda mungkin juga menyukai