Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH APLIKASI SISTEM INFORMASI

KEPERAWATAN

OLEH :

NAMA : SUTRYANI

NIM : P201902015

KELAS : T3

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MANDALA WALUYA KENDARI
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan adanya era globalisasi, perkembangan teknologi


semakin meningkat. Perkembangan teknologi tersebut digunakan untuk
kepentingan pembangunan seluruh bidang, termasuk bidang kesehatan.
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus
diwujudkan melalui berbagai upaya kesehatan dalam rangkaian pembangunan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu

Ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan berkembang sangat pesat


dan hal ini harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian
pelayanan yang bermutu sehingga mempermudah penyelesaian masalah yang
semakin kompleks di rumah sakit.

Hal tersebut telah membuat dunia keperawatan di Indonesia menjadi


tertantang untuk mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang
berbasis teknologi informasi. Namun tentunya tidak luput dari hambatan-
hambatan yang dihadapi oleh keperawatan di Indonesia, diantaranya adalah
keterbatasan SDM yang menguasai bidang keperawatan dan teknologi
informasi, masih minimnya infrastruktur untuk menerapkan sistem informasi
di dunia pelayanan dan masih rendahnya minat para perawat di bidang
teknologi informasi kesehatan.

Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung


kepada kecepatan, kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan tindakan
keperawatan. Pelayanan yang bersifat medis khususnya di pelayanan
keperawatan mengalami perkembangan teknologi informasi yang sangat
membantu dalam proses dimulai dari pemasukan data secara digital ke dalam
komputer.

Tenaga keperawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan


kesehatan, karema memilik proporsi yang paling besar dan melakukan asuhan

2
secara komprehensif kepada pasien selama 24 jam, karenanya seorang
perawat harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai
standar asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
Salah satu yang penting dilaksanakan adalah pendokumentasian asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien. Semua tugas ini akan
semakin dipermudah jika perawat mampu mengaplikasikan sistem teknologi
informasi dalam dunia keperawatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi sistem teknologi informasi keperawatan?


2. Bagaimana aplikasi sistem teknologi informasi dalam sistem informasi
keperawatan?
3. Apa saja hal-hal yang disiapkan dalam penerapan sim keperawatan?
4. Apa saja standar bahasa keperawatan dalam sistem informasi
keperawatan?
5. Bagaimana desain sistem informasi keperawatan?
6. Apa saja standar bahasa keperawatan dalam sistem informasi
keperawatan?
7. Bagaimana trik dan tips implementasi sistem informasi keperawatan?
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi sistem teknologi informasi keperawatan


2. Mengetahui aplikasi sistem teknologi informasi dalam sistem informasi
keperawatan
3. Mengetahui hal-hal yang disiapkan dalam penerapan sim keperawatan
4. Mengetahui standar bahasa keperawatan dalam sistem informasi
keperawatan
5. Mengetahui desain sistem informasi keperawatan
6. Mengetahui standar bahasa keperawatan dalam sistem informasi
keperawatan
7. Mengetahui trik dan tips implementasi sistem informasi keperawatan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Sistem informasi manajemen (SIM) adalah rangkaian kegiatan atau


komponen pengumpulan data yang satu sama lain berkaitan dalam mengolah
data kemudian diproses menjadi informasi yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan yang akurat, cepat dan. Sistem informasi merupakan
suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang
berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem
informasi mempunyai komponen-komponen yaitu proses, prosedur, struktur
organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier dan rekanan
(https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com).

Sistem Informasi Keperawatan merupakan sistem yang menggunakan


komputer untuk memproses data keperawatan menjadi satu bentuk informasi
yang mampu menunjang aktivitas/fungsi perawat.

Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi


besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan
evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem
pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya di lapangan, asuhan
keperawatan yang dilakukan belum disertai dengan sistem pendokumentasian
yang baik, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses
terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk
memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik
dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen.

4
Kelompok ad hoc the Nursing Information systems National Study
Group (1982) di USA menghasilkan konsep Sistem Informasi Keperawatan :
“ Suatu sistem komputer yang digunakan untuk membantu dalam
administrasi pelayanan keperawatan, pemindahan pasien dan mendukung
pendidikan dan penelitian keperawatan”. Sistem Informasi Keperawatan
merupakan sistem yang menggunakan komputer untuk memproses data
keperawatan menjadi satu bentuk informasi yang mampu menunjang
aktivitas/fungsi perawat (https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com).

B. Aplikasi Sistem Teknologi Informasi dalam Sistem Informasi


Keperawatan

1. Penerapan sistem informasi dalam dokumentasi asuhan


keperawatan

Dokumentasi perawatan merupakan bagian penting dari dokumentasi


klinis. Namun, dokumentasi proses keperawatan sering kurang
berkualitas. Untuk meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat maka perlu diterapkan sistem infomasi
keperawatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Ada harapan
tinggi bahwa komputer dapat mendukung dalam dokumentasi
keperawatan akan membantu meningkatkan kualitas dokumentasi.
Namun dengan diterapkannya komputerisasi di rumah sakit juga perlu
diimbangi oleh kemampuan perawat dalam mengoperasionalkan
computer (https://haqee44.wordpress.com).

Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam penggunaan komputer


maka perawat telah menyoroti kebutuhan untuk pelatihan dalam
penggunaan teknologi informasi, dan penilaian kritis penting untuk
profesional perawat (https://haqee44.wordpress.com).

Dokumentasi keperawatan yang ada sekarang ini adalah dokumentasi


keperawtan yang berbasis kertas. Namun pada kenyataannya sering
ditemukan bahwa proses tersebut tidak terintegrasi ke dalam

5
dokumentasi keperawatan.Sering kita menemukan dokumentasi yang
kurang lengkap, alasannya antara lain perlu waktu yang banyak, kualitas
catatan berbasis kertas masih rendah dan pemanfaatan dokumentasi
masih terbatas dari proses keperawatan. Masalah-masalah ini
menyebabkan upaya untuk mendukung proses keperawatan dengan
sistem berbasis komputer untuk mengurangi beban perawat dalam
dokumentasi.Penerapan sistem informasi keperawatan dalam
dokumentasi asuhan keperawatan bertujuan untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan. Dokumentasi
yang berbasis komputer selain meningkatkan kualitas juga
memungkinkan penggunaan kembali data keperawatan untuk manajemen
keperawatan dan penelitian keperawatan. Hal ini seperti yang terdapat
dalam hasil penelitian dari Mueller, et all. 2006 (dikutip dari
https://haqee44.wordpress.com) yang menyatakan bahwa kualitas
dokumentasi keperawatan semakin meningkat dengan diterapkannya
Quality of Nursing Diagnoses, Interventions, and Outcomes (Q-
DIO).Penelitian ini mendukung penggunaan Q-DIO dalam mengevaluasi
dokumentasi keperawatan diagnosis, intervensi, dan hasil asuhan
keperawatan. Berdasarkan hal tersebut maka untuk meningkatkan
kualitas dokumentasi, perawat membutuhkan dukungan melalui
pendidikan agar mengetahui langkah-langkah untuk menghubungkan
diagnosa dengan intervensi, spesifik ke etiologi diidentifikasi,dan untuk
mengidentifikasi hasil asuhan keperawatan. Adanya peningkatan
dokumentasi tersebut membuktikan bahwa dengan diterapkannya Q-DIO
dapat berguna sebagai alat audit dokumentasi keperawatan dan harus
dikembangkan sebagai fitur terintegrasi secara elektronik
(https://haqee44.wordpress.com).

6
2. Telenursing

Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam


memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan
dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau
antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth dan beberapa
bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti
telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring
(https://haqee44.wordpress.com).
Telenursing menunjukkan penggunaan tehnologi komunikasi oleh
perawat untuk meningkatkan perawatan pasien. Telenursing
menggunakan channel elektromagnetik (wire, radio, optical) untuk
mengirim suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga
didefinisikan sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi
elektrik atau optic antara manusia dan atau computer
(https://haqee44.wordpress.com).
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk
memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh.
Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan
konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai
peralatan video conference. Telenursing bagian integral dari telemedicine
atau telehealth (https://haqee44.wordpress.com).

Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui


pusat telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care
berkembang sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care
perawat menggunakan system memonitor parameter fisiologi seperti
tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet.
Melalui system interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap
waktu untuk menyusun video konsultasi ke alamat sesuai dengan
masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi
insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu

7
untuk anak kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan
khususnya dengan penyakit kardiopulmoner. Telenursing membantu
pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan,
khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong
perawat menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan
secara online. Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan
menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan
maupun keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.

3. Integrated Clinical Pathway

Wilson (1995) (dikutip dari Meo, M. Y., 2015) mendefinisikan “care


pathway” sebagai proses multidisiplin yang berfokus pada perawatan
pasien, yang terjadi tepat waktu untuk menghasilkan hasil terbaik yang
telah ditentukan, dalam sumber daya dan kegiatan yang tersedia, untuk
sebuah episode perawatan yang tepat. Jhonson (1997) (dikutip dari Meo,
M. Y., 2015) memperkenalkan ide menggunakan ICP sebagai alat untuk
meningkatkan kualitas dan mendefinisikan ICP sebagai semua elemen
perawatan dan pengobatan yang diantisipasi dari semua anggota tim
multidisiplin, bagi pasien dengan kasus tertentu dalam jangka waktu
yang disepakati untuk pencapaian outcome yang telah disepakati.
Sedangkan menurut Middleton (2000) (dikutip dari Meo, M. Y., 2015),
ICP harus mencakup serangkaian intervensi yang diharapkan,
ditempatkan dalam kerangka waktu yang tepat, ditulis dan disepakati
oleh tim multidisiplin, untuk membantu pasien dengan kondisi tertentu
melalui diagnosis pengalaman klinis untuk hasil yang positif. Clinical
pathway adalah alur yang menunjukkan secara detail tahap-tahap penting
dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan. Secara
sederhana dapat dibilang bahwa clinical pathway adalah sebuah alur
yang menggambarkan proses mulai saat penerimaan pasien hingga
pemulangan pasien. Clinical pathway menyediakan standar pelayanan
minimal dan memastikan bahwa pelayanan tersebut tidak terlupakan dan

8
dilaksanakan tepat waktu. Clinical pathway memiliki banyak nama lain
seperti: Critical care pathway, Integrated care pathway, Coordinated care
pathway, Caremaps (alur perawatan, alur kritis, alur perawatan
terintegrasi atau peta perawatan), adalah salah satu perangkat utama yang
digunakan untuk mengelola kualitas pelayanan kesehatan mengenai
standardisasi proses perawatan (Ns et al., 2012) (dikutip dari Meo, M. Y.,
2015).

Tujuan utama implementasi ICP menurut Depkes RI (2010) (dikutip dari


Meo, M. Y., 2015) adalah untuk:

1. Memilih “best practice” pada saat pola praktek diketahui berbeda


secara bermakna.
2. Menetapkan standar yang diharapkan mengenai lama perawatan dan
penggunaan pemeriksaan klinik serta prosedur klinik lainnya.
3. Menilai hubungan antara berbagai tahap dan kondisi yang berbeda
dalam suatu proses serta menyusun strategi untuk
mengkoordinasikan agar dapat menghasilkan pelayanan yang lebih
cepat dengan tahapan yang lebih sedikit.
4. Memberikan peran kepada seluruh staf yang terlibat dalam
pelayanan serta peran mereka dalam proses tersebut.
5. Menyediakan kerangka kerja untuk mengumpulkan dan menganalisa
data proses pelayanan sehingga provider dapat mengetahui seberapa
sering dan mengapa seorang pasien tidak mendapatkan pelayanan
sesuai standar.
6. Mengurangi beban dokumentasi klinik.
7. Meningkatkan kepuasan pasien melalui peningkatan edukasi kepada
pasien, misalnya dengan menyediakan informasi
4. Teknologi Penyimpanan Data Portable

Salah satu aspek penting dalam pelayanan kesehatan yang menggunakan


pendekatan rujukan (referral system) adalah continuity of care. Dalam
konsep ini, pelayanan kesehatan di tingkat primer memiliki tingkat

9
konektivitas yang tinggi dengan tingkat rujukan di atasnya. Salah satu
syaratnya adalah adanya komunikasi data medis secara mudah dan
efektif. Beberapa pendekatan yang dilakukan menggunakan teknologi
informasi adalah penggunaan smart card (kartu cerdas yang
memungkinkan penyimpanan data sementara). Smart card sudah
digunakan di beberapa negara Eropa maupun AS sehingga memudahkan
pasien, dokter maupun pihak asuransi kesehatan. Dalam smart card
tersebut, selain data demografis, beberapa data diagnosis terakhir juga
akan tercatat. Teknologi penyimpan portabel lainnya adalah model web
based electronic health record yang memungkinkan pasien menyimpan
data sementara kesehatan mereka di Internet. Data tersebut kemudian
dapat diakses oleh dokter atau rumah sakit setelah diotorisasi oleh pasien.
Teknologi ini merupakan salah satu model aplikasi telemedicine yang
tidak berjalan secara real time (http://teknologi informasi
keperawatan.blogspot.com).
Aplikasi penyimpan data portabel sederhana adalah bar code (atau kode
batang). Kode batang ini sudah jamak digunakan di kalangan industri
sebagai penanda unik merek datang tertentu. Hal ini jelas sekali
mempermudah supermarket dan gudang dalam manajemen retail dan
inventori. Food and Drug Administration (FDA) di AS telah mewajibkan
seluruh pabrik obat di AS untuk menggunakan barcode sebagai penanda
obat. Penggunaan bar code juga akan bermanfaat bagi apotik dan
instalasi farmasi di rumah sakit dalam mempercepat proses inventori.
Selain itu, penggunaan barcode juga dapat digunakan sebagai penanda
unik pada kartu dan rekam medis pasien (http://teknologi informasi
keperawatan.blogspot.com).
Teknologi penanda unik yang sekarang semakin populer adalah RFID
(radio frequency identifier) yang memungkinkan pengidentifikasikan
identitas melalui radio frekuensi. Jika menggunakan barcode, rumah sakit
masih memerlukan barcode reader, maka penggunaan RFID akan
mengeliminasi penggunaan alat tersebut. Setiap barang (misalnya obat

10
ataupun berkas rekam medis) yang disertai dengan RFID akan
mengirimkan sinyal terus menerus ke dalam database komputer.
Sehingga pengidentifikasian akan berjalan secara otomatis
Smartcard merupakan salah satu aplikasi teknologi informasi yang paling
diminati di masa mendatang pada berbagai bidang kehidupan, khususnya
bidang kesehatan. Selain mempunyai fungsi menyimpan, transfer dan
pengolahan data dengan akurat, ia juga mempunyai sisi praktis dan
efisien sehingga dapat dibawa kemana-mana. Smartcard juga dilindungi
sebuah sistem yang dapat menjamin keamanan dari data di dalamnya
(dikutip dari Hidayat, Taufik. 2011).
5. Teknologi nirkabel

Pemanfaatan jaringan computer dalam dunia medis sebenarnya sudah


dirintis sejak hampir 40 tahun yang lalu. Pada tahun 1976/1977,
University of Vermon Hospital dan Walter Reed Army Hospital
mengembangkan local area network (LAN) yang memungkinkan
pengguna dapat log on ke berbagai komputer dari satu terminal di
nursing station. Saat itu, media yang digunakan masih berupa kabel
koaxial. Saat ini, jaringan nir kabel menjadi primadona karena pengguna
tetap tersambung ke dalam jaringan tanpa terhambat mobilitasnya oleh
kabel. Melalui jaringan nir kabel, dokter dapat selalu terkoneksi ke dalam
database pasien tanpa harus terganggun mobilitasnya (http://teknologi
informasi keperawatan.blogspot.com).
6. Program-program yang dirancang dalam Sistem Informasi
Manajemen (SIM) keperawatan

Menurut Jasun (2006) (dikutip dari https://www.academia.edu) beberapa


program yang dirancang dalam SIM Keperawatan antara lain :

a. Standar asuhan keperawatan

Standar Asuhan Keperawatan menggunakan standar Internasional


dengan mengacu pada Diagnosa Keperawatan yang dikeluarkan oleh
North American Nursing Diagnosis Association, standar outcome

11
keperawatan mengacu pada Nursing Outcome Clasification dan
standar intervensi keperawatan mengacu pada Nursing Intervention
Clasification (NIC) yang dikeluarkan oleh Iowa Outcomes Project.

Standar asuhan keperawatan ini juga telah dilengkapi dengan standar


pengkajian perawatan dengan mengacu pada 13 divisi diagnosa
keperawatan yang disusun oleh Doenges dan Moorhouse dan standar
evaluasi keperawatan dengan mengacu pada kriteria yang ada dalam
Nursing Outcome Clasification (NOC) dengan model scoring.

b. Standart operating procedure (SOP)

Standart Operating Procedure (SOP) adalah uraian standar tindakan


perawatan yang terdapat dalam standar asuhan keperawatan. SOP
merupakan aktifitas detail dari NIC.

c. Discharge Planning

Discharge planning adalah uraian tentang perencanaan dan nasihat


perawatan setelah pasien dirawat dari rumah sakit. Dalam sistem
discharge planning sudah tersedia uraian dimaksud/diinginkan,
perawat hanya melakukan print out yang selanjutnya hasil print out
tersebut diberikan dan dijelaskan kepasien pulang.

d. Jadwal dinas perawat

Jadwal dinas perawat dibuat secara otomatis oleh program komputer,


sehingga penanggung jawab ruang tinggal melakukan print.

e. Penghitungan angka kredit perawat.

Masalah yang banyak dikeluhkan oleh perawat adalah pembuatan


angka kredit, dikarenakan persepsi yang berbeda antara urusan
kepegawaian dengan tenaga perawat. Disamping itu, kesempatan
perawat untuk menghitung angka kredit sangat sedikit. Sehingga
penghitungan angka kredit banyak yang tertunda dan tidak valid.
Sistem yang dibuat dalam SIM Keperawatan, angka kredit

12
merupakan rekapan dari aktifitas perawat sehari-hari, yang secara
otomatis akan dapat diakses harian, mingguan atau bulanan.

f. Daftar NOC terbanyak

Daftar diagnosa keperawatan direkapitulasi oleh sistem berdasar


input perawat sehari-hari. Penghitungan diagnosa keperawatan
bermanfaat untuk pembuatan standar asuhan keperawatan.

g. Daftar NIC terbanyak

Adalah rekap tindakan keperawatan terbanyak berdasarkan pada


masing-masing diagnosa keperawatan yang ada.

h. Laporan Implementasi

Laporan implementasi adalah rekap tindakan-tindakan perawatan


pada satu periode, yang dapat difilter berdasar ruang, pelaksana dan
pasien. Laporan ini dapat menjadi alat monitoring yang efektif
tentang kebutuhan pembelajaran bagi perawat. Laporan
implementasi juga dapat dijadikan alat bantu operan shift

i. Laporan statistik

Laporan statistik yang di munculkan dalam sistem informasi


manajaman keperawatan adalah laporan berupa BOR, LOS, TOI dan
BTO di ruang tersebut.

j. Resume Perawatan

Dalam masa akhir perawatan pasien rawat inap, resume keperawatan


harus dicantumkan dalam rekam medik. Resume perawatan
bermanfaat untuk melihat secara global pengelolaan pasien saat
dirawat sebelumnya, jika pasien pernah dirawat di rumah sakit.
Dalam sistem, resume perawatan dicetak saat pasien akan keluar dari
perawatan. Komputer telah merekam data-data yang dibutuhkan
untuk pembuatan resume perawatan.

13
k. Daftar SAK

Standar Asuhan Keperawatan yang ideal adalah berdasarkan


evidance based nursing, yang merupakan hasil penelitian dari
penerapan standar asuhan keperawatan yang ada. Namun karena
dokumen yang tidak lengkap, SAK banyak diadopsi hanya dari
literatur yang tersedia. Dalam sistem informasi manajemen
keperawatan, SAK berdasarkan rekapan dari sistem yang telah
dibuat.

l. Presentasi Kasus On Line

Sistem dengan jaringan WiFi memungkinkan data pasien dapat


diakses dalam ruang converence. Maka presentasi kasus kelolaan di
ruang rawat dapat dilakukan on line ketika pasien masih di rawat.

m. Mengetahui Jasa Perawat

Dengan system integrasi dengan SIM RS, memugkinkan perawat


mengetahui jasa tindakan yang dilakukannya.

n. Monitoring Tindakan Perawat & Monitoring Aktifitas Perawat

Manajemen perawatan dapat mengakses langsung tindakan-tindakan


yang dilakukan oleh perawat, dan mengetahui pula masing-masing
perawat telah melakukan aktifitas keperawatan apa.

o. Laporan Shift

Laporan shift merupakan rekapan dari aktifitas yang telah dilakukan


dan yang akan dilakukan oleh perawat, tergantung item mana yang
akan dilaporkan pada masing-masing pasien.

p. Monitoring Pasien oleh PN atau Kepala Ruang saat sedang Rapat

Monitoring pasien oleh PN atau Kepala Ruang dapat dilakukan


ketika PN atau Kepala Ruang sedang rapat di ruang converence.
Akan diketahui apakah seorang pasien telah dilakukan pegkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi atau belum.

14
7. Pencatatan Medis Elektronik

Pencatatan medis elektronik (Elektronic Medical Record atau EMR)


adalah komputerisasi rekam medis yang dibuat oleh suatu organisasi
yang memberikan perawatan, seperti rumah sakit dan praktek dokter.
Pencatatan medis elektronik cenderung menjadi bagian dari sistem
informasi kesehatan yang berdiri sendiri yang memungkinkan
penyimpanan, pengambilan dan modifikasi catatan.
Sistem pencatatan keperawatan elektronik merupakan proses
pengumpulan data dan pencarian informasi yang dapat digunakan untuk
memperkuat dasar pengetahuan keperawatan, menghasilkan informasi
klinis serta memudahkan pengambilan keputusan.

8. Komputer genggam (Personal Digital Assistant)

Saat ini, penggunaan komputer genggam (PDA) menjadi hal yang


semakin lumrah di kalangan medis. Di Kanada, lima puluh persen dokter
yang berusia di bawah 35 tahun menggunakan PDA. PDA dapat
digunakan untuk menyimpan berbagai data klinis pasien, informasi obat,
maupun panduan terapi/penanganan klinis tertentu. Beberapa situs di
Internet memberikan contoh aplikasi klinis yang dapta digunakan di PDA
seperti epocrates. Pemanfaatan PDA yang sudah disertai dengan jaringan
telepon memungkinkan dokter tetap dapat memiliki akses terhadap
database pasien di rumah sakit melalui jaringan Internet. Salah satu
contoh penerapan teknologi telemedicine adalah pengiriman data
radiologis pasien yang dapat dikirimkan secara langsung melalui jaringan
GSM. Selanjutnya dokter dapat memberikan interpretasinya secara
langsung PDA dan memberikan feedback kepada rumah sakit
(http://teknologi informasi keperawatan.blogspot.com).

15
C. Hal Hal Yang Disiapkan Dalam Penerapan SIM Keperawatan

Menurut Jasun (2006) (dikutip dari https://www.academia.edu) hal-


hal yang harus dipersiapkan dalam penerapan SIM Keperawatan ialah :

1. Hard Ware

a. Perangkat keras berupa PC / CPU pada masing-masing ruang


implementasi, yang terhubung dengan jaringan.

b. Printer digunakan untuk mencetak dokumen yang telah dibuat..

c. Note Book atau Laptop digunakan untuk memasukan data-data saat


penglkajian di samping pasien. Dengan menggunakan Note Book
diharapkan pengkajian menjadi valid.

d. WiFi adalah perangkat keras untuk menghubungkan Note Book dengan


jaringan, sehingga tidak mengunakan kabe, tapi dengan wireless.

2. Soft Ware

Program yang dibuat sesuai dengan kebutuhan perawat.

3. Brain Ware

Pembentukan Mind Set bukan sesuatu yang mudah bagi perawat. Istilah
gagap teknologi, tidak percaya diri dengan membawa Note Book ke
hadapan pasien, merasa repot dan lain-lain akan menjadi faktor penentu
yang cukup signifikan bagi keberhasilan penerapan SIM Keperawatan

4. Skill

Ketrampilan perawat juga merupakan factor penting yang tidak bisa


diabaikan, mengingat standar yang dipakai adalah standar internasional.
Bahasa label dalam NIC adalah sesuatu yang baru, belum popular
disamping membutuhkan pemahaman yang cukup mendalam.

Pendokumentasian keperawatan sudah saatnya untuk dikembangkan


dengan berbasis komputer, walaupun perawat umumnya masih
menggunakan pendokumentasian tertulis. Padahal pendokumentasian

16
tertulis ini sering membebani perawat karena perawat harus menuliskan
dokumentasi pada form yang telah tersedia dan membutuhkan waktu
banyak untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering muncul adalah
biaya pencetakan form mahal sehingga sering form pendokumentasian
tidak tersedia. Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga
mempunyai kelemahan yaitu sering hilang. Selain itu pendokumentasian
secara tertulis juga memerlukan tempat penyimpanan dan akan
menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu
pendokumentasian tersebut diperlukan.

Oleh karena itu pendokumentasian keperawatan yang menggunakan


Sistem Informasi Manajemen Keperawatan perlu diterapkan, dimana
fasilitas yang dibuat menjadi lebih lengkap, karena memuat berbagai aspek
pendokumentasian yaitu standart operating procedure (SOP), discharge
planning, jadwal dinas perawat, penghitungan angka kredit perawat, daftar
diagnosa keperawatan terbanyak, daftar NIC terbanyak, laporan
implementasi, laporan statistik, resume perawatan, daftar SAK, presentasi
kasus on line, mengetahui jasa perawat, monitoring tindakan perawat &
monitoring aktifitas perawat laporan shift dan monitoring pasien oleh PN
atau kepala ruang saat sedang rapat.

Namun dalam penerapan sistem pendokumentasian manajemen


keperawatan ini perlu mempertimbangkan kendala yang ada. Menurut
Jasun (2006) kendala yang dapat muncul antara lain : Pengadaan hardware
membutuhkan dana yang cukup banyak. Dengan seperangkat hardware
untuk satu ruang (PC, Notebook, WiFi, Printerdan PDA) minimal
membutuhkan dana sebesar Rp. 21.000.000,- Maka solusi yang dapat
diambil adalah dengan pengadaan secara bertahap. Kemudian masalah
system baru dimana softare yang dibuat relative baru dan sangat teoritis.
Dengan demikian membutuhkan sosialisasi yang terus menerus dan
komunikasi yang berkesinambungan. Disamping itu, dorongan secara

17
psikologis juga diperlukan, agar perawat percaya diri menggunakan
notebook di hadapan pasien.

D. Standar Bahasa Keperawatan dalam Sistem Informasi Keperawatan

Standar bahasa dalam keperawatan (Standardized Nursing Language)

adalah bahasa yang umum digunakan, diketahui oleh seluruh perawat, untuk

menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan (Keenan, 1999 ;

Rutherford, 2006)

Daftar Terminologi SNL

1. CCC (Clinical Care Classification) System

2. ICNP (International Classification of Nursing Practise)

3. ICF (International Classification of Functioning, Disability and Health)

4. ICD-10 (International Classification of Disease 10 th revision)

5. NANDA –I (North America Nursing Diagnosis Association International)

6. NIC (Nursing Interventions Classification)

7. NOC (Nursing Outcomes Classification)

8. OMAHA System

E. Desain Sistem Informasi Keperawatan

Desain Sistem Asuhan keperawatan yang terkomputerisasi ke dalam

suatu sistem akan dapat membantu memudahkan pekerjaan seorang perawat

untuk mencatat semua tindakan yang telah dilakukan kepada pasien, selain itu

untuk mengetahui nama pasien yang dicari juga akan lebih mudah

dibandingkan dengan cara yang manual. Keberadaan komputerisasi dalam

18
rumah sakit sangat membantu sekali dalam pengelolaan data untuk

pembuatan laporan

1. Flow Of Document Asuhan keperawatan

2. Konteks Diagram

19
3. Desain Interface

Gambar 3: registrasi pasien

20
Gambar 4: kajian awal

21
Gambar 5 : perencanaan

Gambar 6 : implementasi

22
Gambar 7 : evaluasi

4. Desain Output

Gambar 8 : pasien APS

23
Gambar 9 : pasien meninggal

Gambar 10 : jumlah pasien masuk & keluar

24
Gambar 11 : angka mutu

F. Integrasi Sistem Informasi Keperawatan dengan Sistem Lain

Integrasi berasal dari bahasa Latin dan bahasa Inggris, dalam bahasa

latin integrasi berasal dari kata Integer, Integra, Integrum yang memiliki arti

utuh, seluruhnya. Sedangkan dalam bahasa Inggris berasal dari kata

Integration, yang memiliki arti kesempurnaan atau keseluruhan. Sehingga

dapat didefinisikan integrasi merupakan penyatuan unsur-unsur dari sesuatu

yang berbeda atau beraneka ragam sehingga menjadi satu kesatuan dan

pengendalian terhadap konflik atau penyimpangan dari penyatuan unsur-

unsur tersebut. Proses integrasi akan terjadi jika perubahan itu membawa

unsur-unsur yang cocok dengan penambahan unsur-unsur baru di dalam

proses perubahan itu menyatu di dalam kerangka kepentingan struktur yang

ada. Pada proses integrasi juga akan ada proses saling menarik, saling

tergantung, dan saling menyesuaikan (adaptasi).

25
Konsep integrasi sistem adalah suatu konsep sistem yang dapat saling

berhubungan satu dengan yang lain dengan berbagai cara yang sesuai dengan

keperluan. Hal ini sangat bermanfaat bila suatu data dalam file suatu sistem

diperlukan juga oleh sistem yang lainnya atau output sustu sistem menjadi

input sistem lainnya. Keuntungan dari integrasi sistem ini adalah

membaiknya suatu arus informasi dalam sebuah organisasi. Suatu pelaporan

biasanya memang memerlukan waktu, namun demikian akan semakin banyak

informasi yang relevan dalam kegiatan manajerial yang dapat diperoleh bila

diperlukan. Keuntungan ini merupakan alasan yang kuat untuk

mengutamakan (mengunggulkan) sistem informsi terintegrasi karena tujuan

utama dari sistem informasi adalah memberikan informasi yang benar pada

saat yang tepat

Komponen-komponen sistem integritas :

Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah sistem

informasi yang berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara

nasional maupun internasional dalam rangka kerjasama yang saling

mneguntungkan. SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri,

melainkan merupakan bagian dari sistem kesehatan. Oleh karena itu, SIK di

tingkat pusat merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional, di tingkat

provinsi merupakan bagian dari sistem kesehatan provinsi, dan di tingkat

kabupaten atau kota merupakan bagian dari sistem kesehatan kabupaten atau

kota. SIKNAS di bagun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi

kesehtan provinsi dan sistem informasi kesehatan provinsi di bangun dari

26
himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehatan kabupaten atau

kota.

Gambar 12 : Alur SIKNAS

Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem

informasi kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan

hanya bisa diakses bila telah dihubungkan. Jaringan SIKNAS merupakan

infrastruktur jaringan komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan

Wide Area Network (WAN), jaringan telekomunikasi yang mencakup area

yang luas serta digunakan untuk mengirim data jarak jauh antara Local Area

Network (LAN) yang berbeda, dan arsitektur jaringan lokal komputer

lainnya. Pengembangan jaringan komputer (SIKNAS) online ditetapkan

melalui keputusan Mentri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.

Dengan Tujuan pengembangan SIKNAS online adalah untuk menjembatani

permasalahan kekurangan data dari kabupaten/kota ke depkes pusat dan

memungkinkan aliran data kesehatan dari kabupaten/kota ke pusdatin karena

27
dampak adanya kebijakan desentralisasi bidang kesehatan di seluruh

Indonesia

Gambar 13 : Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Pada Model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubug dan saling
terkait yaitu:

1. Sumber Data Manual

Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih


dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Model SIK
Nasional yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi masih tetap dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas
kesehatan yang masih mempunyai keterbatasan infrastruktur (antara lain,

28
pasokan listrik dan peralatan komputer serta jaringan internet). Fasilitas
pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan
melakukan pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas.

Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data


rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/ kota. Fasilitas pelayanan
kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk
softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Bagi
petugas kesehatan yang termasuk dalam jejaring puskesmas yang belum
komputerisasi, laporan dikirim dalam bentuk data rekapan/agregat sesuai
jadwal yang telah ditentukan. Sedangkan bagi yang sudah komputerisasi
offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy untuk dilakukan
penggabungan data di puskesmas.

2. Sumber Data Komputerisasi

Pada sumber data komputerisasi pengumpulan data dari sumber data


yang sudah dilakukan secara komputerisasi online . Pada fasilitas
pelayanan kesehatan dengan komputerisasi online, data individual
langsung dikirim ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang
telah ditentukan. Selain itu juga akan dikembangkan program mobile
health (mHealth) yang dapat langsung terhubung ke sistem informasi
puskesmas (aplikasi SIKDA Generik).

3. Sisitem Informasi Dinas Kesehatan

Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas


kesehatan baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke
dinas kesehatan kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali
milik Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat) dapat berupa laporan
softcopy dan laporan hardcopy. Laporan hardcopy dientri ke dalam
aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy diimpor ke dalam aplikasi
SIKDA Generik, selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank
Data Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang

29
sama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari fasilitas
kesehatan milik provinsi.

4. Sistem Informsi Pemangku Kepentingan

Sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan terkait


kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan
pemangku kepentingan di semua tingkatan dilakukan dengan mekanisme
yang disepakati.

5. Bank Data Kesehatan Nasional

Bank Data Kesehatan Nasional selanjutnya akan mencakup semua data


kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu unit-unit
program tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data langsung ke
sumber data.

6. Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan

Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan Nasional


dapat dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian
Kesehatan dan UPT-nya serta dinas kesehatan dan UPTP/D-nya.

7. Pengguna Data

Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki sistem


informasi sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi
kesehatan dapat mengakses informasi yang diperlukan dari Bank Data
Kesehatan Nasional melalui website Kementerian Kesehatan

G. Trik dan Tips Implementasi Sistem Informasi Keperawatan

Tips dan Trik dalam Membuat Aplikasi Sistem Informasi Keperawatan

1. Persiapan Infrastruktur

Langkah yang dilakukan meliputi:

Checking Network Operational Center / Data Server. Network


Operational Center/Data center sebagai pusat data dan aplikasi SIM RS

30
yang sudah ada. Checking server Network Operational Center/Data
center hanya untuk memastikan bahwa computer server dikonfigurasi
sesuai dengan peruntukannya, sebagai server aplikasi, server basisdata,
server backup dan sebagainya. Checking sistem jaringan LAN.
Konfigurasi sistem perkabelan jaringan yang ada, perlu diperhatikan
sebagai perhitungan kebutuhan aplikasi di lapangan. Pengembangan atau
pembangunan jaringan baru dapat dilakukan sesuai kebutuhan system.
LAN dapat menggunakan kabel (Wired LAN) atau tanpa kabel
(Wireless LAN).

Segmentasi terhadap kelompok komputer disetiap unit kerja akan


memproteksinetwork operational center/data server dari akses pengguna
ilegal yang tidak bertanggung jawab. Setiap komputer yang ada diset up
dengan konfigurasi IP yang telah ditetapkan sesuai dengan
segmentasinya. Implementasi Sistem Langkah yang dilakukan meliputi
Pemasangan system basis data pada komputer server. Agar dapat
terintegrasi dengan system sebelumnya (billing system) maka diperlukan
komunikasi intensif dengan programmer sebelumnya. Pemasangan
sistem aplikasi Sistem Informasi Keperawatan. Setup komputer client /
workstation.

2. Training

Langkah yang dilakukan meliputi :

Analisa kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki setiap


unit kerja. Persiapan pelaksanaan pelatihan untuk meningkatkan
kompetesi dan kemampuan sumber daya manusia calon pengguna SIKep.
Pelaksanakan pelatihan secara bertahap sesuai dengan rencana
pelaksanaan dan implementasi SIKep yang direncanakan.
Pendampingan dan Pemeliharaan Sistem Selama SIKep dijalankan, perlu
ada nya teknisi yang akan memelihara infrastruktur. Network operational
center/data center, sistem jaringan (LAN dan WLAN), sistem komputer
client/workstation perlu dipelihara setiap waktu. Kegiatan lainnya adalah

31
monitoring terhadap pengguna yang mengakses jaringan, monitoring
pengguna yang mengakses network operational center/data center,
melakukan pemeriksaan terhadap virus dan lain-lain. Pendampingan
sistem aplikasi dilakukan selama operator masih belum lancar dalam
menggunakan sistem aplikasi. Kesalahan dalam memasukkan data perlu
dikoreksi dan diubah sesuai data yang benar. Kebutuhan format laporan
dan kebutuhan penyesuaian data perlu terus dijaga. Perkembangan
organisasi dan perubahan data serta perubahan kebijakan dapat
menimbulkan perubahan proses kerja (bussines process). Perubahan
tersebut tetap dapat diikuti dan diimplementasikan ke dalam system
Verifikasi dan Pemeliharaan Data Pemeriksaan data dilakukan secara
periodik. Semua data yang telah dimasukkan perlu diperiksa. Data yang
masuk ke dalam sistem aplikasi adalah data yang valid dan relevan. Data
yang tidak valid perlu dilakukan koreksi dan koreksi dilakukan secara
periodik. Setiap periode tertentu data yang ada perlu dipelihara.
Pemeliharaan data dapat dilakukan dengan mem-backup data tersebut ke
suatu media tertentu dan disimpan di tempat tertentu. Backup data perlu
dilakukan untuk menyelamatkan data maupun untuk mengarsip data.

32
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Sistem Informasi Keperawatan merupakan sistem yang menggunakan


komputer untuk memproses data keperawatan menjadi satu bentuk informasi
yang mampu menunjang aktivitas/fungsi perawat. Aplikasi sistem informasi
dalam keperawatan diantaranya adalah penerapan sistem informasi dalam
dokumentasi asuhan keperawatan, telenursing, integrated clinical pathway,
teknologi penyimpanan data portable, teknologi nirkabel, pencatatan medis
elektronik, komputer genggam (personal digital assistant), program-program
yang dirancang dalam sistem informasi manajemen (sim) keperawatan seperti
standar asuhan keperawatan, standart operating procedure (sop), discharge
planning, jadwal dinas perawat, penghitungan angka kredit perawat, daftar
noc terbanyak, daftar nic terbanyak, laporan implementasi, laporan statistik,
resume perawatan, daftar sak, presentasi kasus on line, mengetahui jasa
perawat, monitoring tindakan perawat & monitoring aktifitas perawat,
laporan shift serta monitoring pasien oleh pn atau kepala ruang saat sedang
rapat.

B. Saran
1. Diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan serta skillnya
tentang sistem teknologi informasi agar dapat diterapkan saat sudah
masuk ke lapangan kerja.
2. Diharapkan perawat mampu meningkatkan pengetahuan dan skillnya
dalam menggunakan sistem teknologi informasi dalam asuhan
keperawatan agar mendapatkan hasil yang lebih baik, tepat dan cepat
serta lebih memudahkan perawat itu sendiri.
3. Diharapkan agar pihak RS/Puskesmas dapat memberikan fasilitas yang
dibutuhkan dalam penerapan sistem teknologi informasi dalam asuhan
keperawatan dan kegiatan-kegiatan lainnya di RS/Puskesmas.

33
DAFTAR PUSTAKA

Meo, M. Y. (2015). Dengan Integrated Clinical Pathway Untuk Meningkatkan


Kualitas Pelayanan, 3(1), 48–55. Retrieved from
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK/article/view/4028/3746 diakses tanggal
8 November 2019

Hidayat, Taufik. 2011. Aplikasi Smartcard Berbasis Sistem Pelayanan Kesehatan


Di Indonesia. (Http://pkko.fik.ui.ac.id) 8 November 2019

https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2017/05/makalah-sistem-
informasi-manajemen.html diakses tanggal 8 November 2019

https://haqee44.wordpress.com/2011/10/21/makalah-sistem-teknologi-informasi-
kesehatan-dan-keperawatan/amp/ diakses tanggal 8 November 2019

https://www.academia.edu/34884447/MAKALAH_SISTEM_INFORMASI_KEP
ERAWATAN_Medical_information_system?auto=download diakses tanggal 8
November 2019

http://teknologiinformasikeperawatan.blogspot.com/ diakses tanggal 8 November


2019

34

Anda mungkin juga menyukai