Idawati KN
Abstrak
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangatlah membumi dan membuat
semua orang harus melihat kearah perkembangan tersebut, dan sangat mempengaruhi tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang akan mereka terima. Dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat akan mudah mendapatkan informasi tentang
kesehatan, sehingga pengetahuan masyarakat tentang kesehatan akan semakin jelas. Pesatnya
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bagi penyedia layanan kesehatan, sangatlah
diperlukan dalam menunjang pelayanan kesehatan. Karena tenaga keperawatan merupakan ujung
tombak dalam pelayanan kesehatan, dan yang melakukan asuhan keperawatan secara
komperhensif terhadap klien selama 24 jam, sehingga seorang perawat harus dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi. Hal tersebut tentunya harus dilakukan dengan pendokumentasian
asuhan keperawatan terhadap hal yang telah perawat lakukan terhadap pasien.
Pendokumentasian keperawatan dapat dilakukan dengan sistem informatika yaitu suatu
pengelolaan informasi yang dilakukan dengan sistem elektronik dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan keperawatan kepada masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan
sistem informasi kesehatan yaitu Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan
dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002
tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota. Tetepi dari isi kedua Kepmenkes tersebut masih sangat lemah, karena hanya
memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang manejemen kesehatan, tidak
memanfaatkan state of the artteknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi
nasional. (Sanjoyo). Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis computer
(Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade
80’an. Rumah sakit di Indonesia sudah ada juga yang memanfaatkan komputer untuk
mendukung operasionalnya. Namun, tampaknya komputerisasi dalam di instansi rumah sakit,
kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak.
A.Latar Belakang
Komputer telah dikenal berpuluh – puluh tahun lalu, tetapi penerapan didalam memberikan
asuhan keperawatan rumah sakit lambat, dan perawat terlambat dalam mendapatkan manfaat dari
komputer, sebenarnya penggunaan komputer oleh perawat terjadi pada akhir tahun 1960-an dan
awal tahun 1970-an, penggunaannya mencakup automatisasi catatan perawat untuk menjelaskan
status dan perawatan pasien dan penyimpanan hasil sensus dan gambaran staf keperawatan
untuk analisa kecenderungan masa depan staf.
Pada pertengahan tahun 1970-an ide dari sistem informasi rumah sakit diterapkan dan perawat
mulai menerapkan sistem informasi manajemen keperawatan. Pada akhir tahun 1980-an
munculah sistem mikro komputer yang semakin mendukung pengembangan sistem informasi
keperawatan. Di Indonesia sistem informasi manajemen keperawatan masih minim
penerapannya, pendokumentasian keperawatan umumnya masih
menggunakan pendokumentasian tertulis pada lembaran. Pemerintah Indonesia sudah memiliki
visi tentang sistem informasi kesehatan nasional, yaitu Reliable Health Information
2010 (Depkes,2001). Pada perencanaannya sistem informasi kesehatan akan di bangun di Rumah
Sakit kemudian di masyarakat, tetapi pelaksanaanya belum optimal.
Dokumentasi perawatan sangatlah penting bagi kelanjutan dari pelayanan asuhan keperawatan
klien, namun dokumentasi proses keperawatan sering kurang berkualitas, karena dalam membuat
pencatatan keperawatan memerlukan waktu lama dan penyimpanannyapun tidak efektif,
sehingga perawat seringkali kehilangan waktu untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap
klien. Oleh karena itu untuk meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan maka perlu
diterapkan sistem infomasi keperawatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.
Komputerisasi dapat mendukung dalam dokumentasi keperawatan dan akan membantu
meningkatkan kualitas dokumentasi. Namun dengan diterapkannya komputerisasi di rumah sakit
juga perlu diimbangi oleh kemampuan perawat dalam mengoperasionalkan komputer. Untuk
meningkatkan kemampuan perawat dalam penggunaan komputer maka perawat telah menyoroti
kebutuhan untuk pelatihan dalam penggunaan teknologi informasi, dan penilaian kritis penting
untuk profesional perawat. (Docker, et all.,2003) .Penerapan sistem informasi keperawatan
dalam dokumentasi asuhan keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
dokumentasi asuhan keperawatan.
Dokumentasi keperawatan adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan.Dalam setiap pelaksaaan
tugas, harus ada bukti yang tercatat dan nantinya bila ada sesuatu yang terjadi bisa ditelusuri
semenjak awal dari dokumentasi keperawatan yang telah dibuat.
2.Membedakan tanggung gugat perawat dengan anggota tim kesehatan yang lain
1.Sarana komunikasi : Dengan komunikasi yang baik antara perawat, klien dan keluarga, maka
akan terjalin hubungan yang baik dan menciptakan rasa percaya terhadap perawatan dan
berdampak positif terhadap perawat. Sehingga perawat akan memperoleh informasi yang akurat
dalam mencari solusi dari permasalahan klien.
3.Standar keperawatan, yang merupakan gambaran kualitas, sebagai dasar petunjuk dokumentasi
kegiatan serta pembuatan format pendokumentasian yang tepat.
Sistem informasi keperawatan merupakan kombinasi dari ilmu komputer, informasi dan
keperawatan yang disusun untuk mempermudah manajemen ,proses pengambilan keputusan, dan
pelaksanaan asuhan keperawatan. Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995) sistem
informasi keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data,
informasi dan pengetahuan tentang standar dokumentasi, komunikasi, mendukung proses
pengambilan keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan baru,
meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan
pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi
pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen yang ada sehingga dapat
dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat,
relevan untuk suatu organisasi.
Keuntungan Menggunakan Sistem Informasi Keperawatan
2.Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam penyimpanan arsip.
5.Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu pengambilan
keputusan secara cepat
Sedangkan menurut Holmes (2003,dalam Sitorus 2006), terdapat keuntungan utama dari
dokumentasi berbasis komputer yaitu:
1.Standarisisasi: terdapat pelaporan data klinik yang standar, mudah dan cepat diketahui.
2.Kualitas: meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan.
3.Accessebility, legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik dari pasien dalam
satu lokasi.
Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :
1.Faktor legalitas
Dapat didefinisikan sebagai otonomi profesi keperawatan atau institusi keperawatan yang
2. Faktor financial
Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan prasaranya
sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi dalam penyediaan aspek
financial dalam pelaksanaan telenursing.
3. Faktor Skill
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang telenursing. Perawat
dan pasien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi telenursing. Terlaksananya telenursing
sangat tergantung dari aspek pengetahuan dan skill antara pasien dan perawat. Pengetahuan
tentang telenursing harus didasari oleh pengetahuan tehnologi informasi.
4. Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing. Tanpa ada
motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan dengan baik.
Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh karena
keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya dukungan
pelaksanaan telenursing dari pemerintah. Untuk mensiasati keterbatasan
pelaksanaan telenursing bisa dimulai dengan peralatan yang sederhana seperti pesawat telepon
yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan.Telenursing menggunakan telepon
ini dapat diaplikasikan di unit gawat darurat dan home care.
Tujuan dari telenursing adalah tidak untuk membentuk diagnosis medis, melainkan difokuskan
pada dimensi dari urgensi. Sehingga para perawat akan lebih terfokus pada informasi, dukungan,
dan meningkatkan pengetahuan. Untuk mencapai hasil yang positif dari konsultasi melalui
telephone maka sangat dibutuhkan cara berkomunikasi yang baik. Komunikasi yang baik akan
berdampak pada perasaan sehingga setiap perkataan akan mudah untuk didengar dan dipahami.
Dengan demikian klien dan keluarganya akan termotivasi untuk mengikuti saran perawat.
Sebuah komunikasi yang berpusat pada klien adalah teknik pendekatan yang disukai dalam
rangka membina hubungan antara klien dan tenaga professional. Komunikasi yang berpusat pada
klien telah ditangani secara ekstensif selama dekade terakhir.
Kesimpulan
Melalui telenursing, perawat mampu melakukan monitoring, pendidikan, follow up, pengkajian
dan pengumpulan data, melakukan intervensi, memberikan dukungan pada keluarga dan
perawatan multidisiplin yang inovatif serta kolaborasi. Selain itu dalam praktektelenursing,
perawat melakukan pengkajian lanjutan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi terhadap hasil
perawatan, dan perawat juga menggunakan teknologi seperti internet, computer, telephone, alat
pengkajian digital, dan perlengkapan telemonitoring system audio-vidio, satelit dan system
komunikasi yang lain. Penggunaan computer dan teknologi informasi untuk mensupport perawat
dan pasien dengan informasi yang lebih efektif. Dalam rangka efisiensi dan
efektifitas telenursing, antara perawat dan pasien terhubungkan secara langsung menggunakan
system transmisi elektronik.
Rekomendasi
3.Pelatihan dan pembekalan terhadap perawat agar memiliki kemampuan dalam menggunakan
system informatika, sehingga dapat mengimplematasikan kepada klien dengan teknologi
informasi keperawatan yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Celia LM. (2002). Legally speaking. Keep electronic records safe. RN 2002; 65(6):69 -71.
Depkes, R.I. 1997. Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah
Sakit. Jakarta
Hannah, K.J.et al.2009. Standardizing Nursing Information in Canada for Inclusion in
Assotiation
Kristiina Hayrinena, J.L. Kaija Saranto. 2010. Evaluation of electronic nursing documentation-
Nursing process model and standardized terminologies as keys to visible and transparent
nursing.
Kim, et. al. (2007). MEDIINFO 2007 Journal. New method of realization of Nursing
Kozier, et al., (2004). Fundamentals of nursing: concepts process and practice, fourth
Koide, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People
Journal. Evaluation of Electronic Health Records from Viewpoint of Patients. H.A. Park et. al.
(Eds.). IOS Press
Askep_net.blogspot.com
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenaga keperawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan, karena
memiliki proporsi yang paling besar dan melakukan asuhan secara komperhensif kepada pasien
selama 24 jam, karenanya seorang perawat harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas sesuai dengan standar asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi. Salah satu yang penting dilaksanakan adalah pendokumentasian asuhan keperawatan
yang telah dilaksanakan pada pasien. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
pesat akhir – akhir ini, sangat mempengaruhi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Hal ini karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut maka masyarakat
mudah mendapatkan informasi tentang kesehatan, sehingga pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan akan meningkat. Dengan semakin pesatnya penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi bagi penyedia layanan kesehatan maupun organisasi kesehatan, efektifitasnya justru
mulai dipertanyakan. Data dan informasi kesehatan tersebar membentuk pulau-pulau informasi
yang saling tertutup di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan organisasi kesehatan. Pertukaran
dan komunikasi data lintas organisasi terbentur kendala standarisasi dan interoperabilitas system.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh seluruh
tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada
masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah
Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang
kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan
pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua
Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem informasi
kesehatan dari sudut padang manejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi
informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. (Sanjoyo). Perkembangan
Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis computer (Computer Based Hospital Information
System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80’an. Rumah sakit di Indonesia sudah ada
yang memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya. Namun, tampaknya
komputerisasi dalam di instansi rumah sakit, kurang mendapatkan hasil yang cukup
memuaskansemua pihak.
2. 1. 3 Discharge Planning
Discharge Planning adalah uraian tentang perencanaan dan nasihat perawatan setelah
pasien dirawat darii rumah sakit. Dalam sistem, discharge planning sudah tersedia uraian
dimaksud, perawat tinggal print out yang selanjutnya hasil print out tersebut dibawakan pasien
pulang.
2. 1. 4 Jadwal dinas perawat
Jadwal dinas perawat dibuat secara otomatis oleh program komputer, sehingga
penanggung jawab ruang tinggal melakukan print.
2. 1. 5 Penghitungan angka kredit perawat.
Masalah yang banyak dikeluhkan oleh perawat adalah pembuatan angka kredit,
dikarenakan persepsi yang berbeda antara Urusan Kepegawaian dengan tenaga perawat.
Disamping itu, kesempatan perawat untuk menghitung angka kredit sangat sedikit. Sehingga
penghitungan angka kredit banyak yang tertunda dan tidak valid. Sistem yang dibuat dalam SIM
Keperawatan, angka kredit merupakan rekapan dari aktifitas perawat sehari-hari, yang secara
otomatis akan dapat diakses harian, mingguan atau bulanan.
2. 1. 6 Daftar diagnosa keperawatan terbanyak.
Daftar diagnosa keperawatan direkapitulasi oleh sistem berdasar input perawat sehari-hari.
Penghitungan diagnosa keperawatan bermanfaat untuk pembuatan standar asuhan keperawatan.
2. 1. 7 Daftar NIC terbanyak
Adalah rekap tindakan keperawatan terbanyak berdasarkan pada masing-masing diagnosa
keperawatan yang ada.
2. 1. 8 Laporan Implementasi
Laporan implementasi adalah rekap tindakan-tindakan perawatan pada satu periode, yang
dapat difilter berdasar ruang, pelaksana dan pasien. Laporan ini dapat menjadi alat monitoring
yang efektif tentang kebutuhan pembelajaran bagi perawat. Laporan implementasi juga dapat
dijadikan alat bantu operan shift.
2. 1. 9 Laporan statistik
Laporan statistik yang di munculkan dalam sistem informasi manajaman keperawatan adalah
laporan berupa BOR, LOS, TOI dan BTO di ruang tersebut.
2. 1. 10 Resume Perawatan
Dalam masa akhir perawatan pasien rawat inap, resume keperawatan harus dicantumkan dalam
rekam medik. Resume perawatan bermanfaat untuk melihat secara global pengelolaan pasien saat
dirawat sebelumnya, jika pasien pernah dirawat di rumah sakit. Dalam sistem, resume perawatan
dicetak saat pasien akan keluar dari perawatan. Komputer telah merekam data-data yang
dibutuhkan untuk pembuatan resume perawatan.
2. 1. 11 Daftar SAK
Standar Asuhan Keperawatan yang ideal adalah berdasarkan evidance based nursing, yang
merupakan hasil penelitian dari penerapan standar asuhan keperawatan yang ada. Namun karena
dokumen yang tidak lengkap, SAK banyak diadopsi hanya dari literatur yang tersedia. Dalam
sistem informasi manajemen keperawatan, SAK berdasarkan rekapan dari sistem yang telah
dibuat.
2. 1. 12 Presentasi Kasus On Line
Sistem dengan jaringan WiFi memungkinkan data pasien dapat diakses dalam
ruang converence. Maka presentasi kasus kelolaan di ruang rawat dapat dilakukan on line ketika
pasien masih di rawat
Gambar: 3
2. b. Soft Ware
Program yang dibuat sesuai dengan kebutuhan perawat.
Gambar : 4
Gambar : 5
Gambar : 6
Gambar : 7
c. Brain Ware
Pembentukan Mind Set bukan sesuatu yang mudah bagi perawat. Istilah gagap teknologi, tidak
percaya diri dengan membawa Note Book ke hadapan pasien, merasa repot dan lain-lain akan
menjadi faktor penentu yang cukup signifikan bagi keberhasilan penerapan STK Keperawatan.
Gambar :8
Gambar : 9
Gambar : 10
1. d. Skill
Ketrampilan perawat juga merupakan factor penting yang tidak bisa diabaikan, mengingat
standar yang dipakai adalah standar internasional. Bahasa label dalam NIC adalah sesuatu yang
baru, belum popular disamping membutuhkan pemahaman yang cukup mendalam.
Pendokumentasian keperawatan sudah saatnya untuk dikembangkan dengan berbasis
komputer, walaupun perawat umumnya masih menggunakan pendokumentasian tertulis. Padahal
pendokumentasian tertulis ini sering membebani perawat karena perawat harus menuliskan
dokumentasi pada form yang telah tersedia dan membutuhkan waktu banyak untuk mengisinya.
Permasalahan lain yang sering muncul adalah biaya pencetakan form mahal sehingga sering form
pendokumentasian tidak tersedia. Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai
kelemahan yaitu sering hilang. Selain itu pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan
tempat penyimpanan dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu
pendokumentasian tersebut diperlukan.
Oleh karena itu pendokumentasian keperawatan yang menggunakan Sistem Informasi
Manajemen Keperawatan perlu diterapkan, dimana fasilitas yang dibuat menjadi lebih lengkap,
karena memuat berbagai aspek pendokumentasian yaitu standart operating procedure (SOP),
discharge planning, jadwal dinas perawat, penghitungan angka kredit perawat, daftar diagnosa
keperawatan terbanyak, daftar NIC terbanyak, laporan implementasi, laporan statistik, resume
perawatan, daftar SAK, presentasi kasus on line, mengetahui jasa perawat, monitoring tindakan
perawat & monitoring aktifitas perawat laporan shift dan monitoring pasien oleh PN atau kepala
ruang saat sedang rapat
Namun dalam penerapan sistem pendokumentasian manajemen keperawatan ini perlu
mempertimbangkan kendala yang ada. Menurut Jasun (2006) kendala yang dapat muncul antara
lain : Pengadaan hardware membutuhkan dana yang cukup banyak. Dengan seperangkat
hardware untuk satu ruang (PC, Notebook, WiFi, Printerdan PDA) minimal membutuhkan dana
sebesar Rp. 21.000.000,- Maka solusi yang dapat diambil adalah dengan pengadaan secara
bertahap. Kemudian masalah system baru dimana softare yang dibuat relative baru dan sangat
teoritis. Dengan demikian membutuhkan sosialisasi yang terus menerus dan komunikasi yang
berkesinambungan. Disamping itu, dorongan secara psikologis juga diperlukan, agar perawat
percaya diri menggunakan notebook di hadapan pasien.
Dengan memperhatikan hal-hal yang terkait dengan penerapan STK Keperawatan, maka
“Komunitas Perawatan” menjadi kelompok yang sangat berperan, yang merupakan motor
penggerak profesi keperawatan di rumah sakit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Teknologi dalam kesehatan mempunyai peran yang sangat penting,terutama dalam
memberikan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Seiring dengan
perkembangan teknologi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang harus di penuhi.
Hal tersebut membuat keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan
kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi.
Teknologi dalam kesehatan mempunyai peran yang sangat penting,terutama dalam
memberikan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Seiring dengan
perkembangan teknologi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang harus di penuhi.
Hal tersebut membuat keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan
kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi. Namun demikian, tidak
dipungkiri bahwa masih banyak kendala dalam penerapan teknologi informasi untuk manajemen
kesehatan di rumah sakit. Jika masih dalam taraf pengembangan sistem informasi transaksi
(misalnya data administratif, keuangan dan demografis) problem sosiokltural tidak terlalu kentara.
Namun demikian, jika sudah sampai aspek klinis, tantangan akan semakin besar.
Di sisi lain, persoalan kesiapan SDM seringkali menjadi pengganjal. Pemahaman tenaga
kesehatan di rumah sakit terhadap potensi TI kadang menjadi lemah karena pemahaman yang
keliru. Oleh karena itu penguatan pada aspek pengetahuan dan ketrampilan merupakan salah satu
kuncinya. Disamping itu, tentu saja adalah masalah finansial. Tanpa disertai dengan bantuan
tenaga ahli yang baik, terkadang investasi TI hanya akan memberikan pemborosan tanpa ada nilai
lebihnya. Yang terakhir adalah kecurigaan terhadap lemahnya aspek security, konfidensialitas dan
privacy data medis.
Dalam penggunaan TI terutama computer dapat berpengaru negative jga bagi kesehatan
pnggunanya apabila dalam penggunaannya tidak baik. Yaitu dari Posisi duduk, jarak pandang
monitor dengan mata, intensitas cahaya monitor, sirkulasi udara ruangan, keamanan kabel
jaringan, dan cara menggunakan computer. Apabila hal ini tidak diperhatikan dapat mngakibatkan
gangguan kesehatan.
3.2 Saran
Pemerintah atau lembaga kesehatan hendaknya segera meningkatkan standar dan mutu
sistem kesehtan di Indonesia, terutama yang berhubungan dengan teknologi karena bila di
bandingkan dengan negara lain ini masih sangat tertinggal. Untuk membenahi hal tersebut maka
harus di butuhkan solusi cerdas.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2065852-manfaatkomputer-bagi-
bidang-kedokteran/
Mulyanto, Agus.2009. Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Susanto Gunawan, & Sukadi.2012. Sistem Informasi rekam Medik pada Rumah sakit umum
daerah (RSUD) Pacitan Berbasis Web Base.indonesia jurnal on computer science speed-FTI
UNSA,9 (3): 44
Triyono, Joko Wandyatmono.2012. Sistem Informasi Rekam Medis Puskesmas Jayengan
Surakarta, Jurnal Speed. ISSN : 1979-9330
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-14549-5105109603-Chapter1.pdf (diakses 21
Maret 2015)
Catatan perkembangan pasien terintegrasi menggunakanComputerized
Di susun sebagai prasarat Ujian tengah semester MA. Sistem Informasi manajemen
Oleh :
SITI NURLAELAH
NPM. 1206303632
UNIVERSITAS INDONESIA
2013
ABSTRAK
Makalah ini menyajikan efektifitas sistem teknologi informasi dalam melakukan pencatatan serta
pendokumentasian perkembangan pasien terintegrasi menggunakan computerized. Tujuan dari
teknologi ini sebagai sarana komunikasi antar tim kesehatan khususnya keperawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif dan profesional. Faktor yang
memmpengaruhi efektifitas sistem ini adalah aspek pendidikan, ekonomi, budaya serta aspek
hukum. Maafaat dari sistem ini mengurangi pengguanaan kerta “paper less” sehingga ikut
mendukung program penghijauan “Go Green” dan pengakuan profesi keperawatan lebih di
akui di mata internasional, selain itu merupakan salah satu indikator mendapatkan akreditasi
internasional. Penggunaan sistem ini juga meningkatkan ilmu pengetahuan perawat terkait
teknologi informasi berbasis evidence based practice in nursing.
Kata kunci : Computerized, catatan perkembangan elektronik terintegrasi, International
Classification of Function system
Latar Belakang
Dengan meningkatnya mutu pelayanan di rumah sakit dengan menggunakan standar akreditasi
rumah sakit bertaraf internasional seperti akreditasi Joint Commision International (JCI) serta
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi sehingga diperlukan
pendokumentasian berbasis computerized. Penggunaan pencatatan perkembangan pasien secra
terintegrasi sudah dilakukan di berbagai negara, salah satunya adalah amerika dan
inggris. Electronic medical records sudah pertama kali di kembangkan oleh inggris tahun 1972.
Telah Literatur
Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah semakin meningkat, diantaranya adalah sistem
teknologi informasi kesehatan di dalam pelayanan keperawatan, salah satunya adalah
sistem pendokumentasian dan pelaporan hasil evaluasi perkembangan pasien selama dalam
perawatan. Di kembangkannya teknologi ini juga membantu sistem pelayanan terintegrasi antar
multi disiplin ilmu dalam memberikan asuhan, pengobatan atau treatment maupun intervensi
yang akan di berikan oleh tim.
Salah satu yang di kembangkan adalah penggunaan computer dalam melakukan pencatatan
perkembangan pasien secara terintegrasi di dalam satu file atau format secara bersama-sama
dengan tujuan memberikan pelayanan berkesinambungan. Di Amerika serikat dan ada juga
beberapa hasil penelitian yang sudah menggunakan system pendokumentasian terintegrasi
sebagai alat komunikasi antar tim dalam memberikan perawatan serta tindak lanjut perawatan
tersebut. Cochrane Database of Efektivitas (DARE) secara elektronik di gunakan untuk
meningkatkan efektivitas pemberian pelayanan. Sebuah literature sangat mendukung adanya
penggunaan Health tecnologi information (HIT) dalam meningkatkan kualitas perawatan.
Computer based documentation (CBD) adalah sistem pendokumentasian yang berbasis komputer
yang dapat mendukung pengkajian klinis. Dokumentasi berbasis komputer ini juga akan
menghasilkan suatu pencatatan yang lebih terstruktur yang dapat mengintegrasikan semua data
pasien ke dalam rekam medik elektronik yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk melihat
riwayat kesehatan pasien sebelumnya. Kualitas pencatatan dan pendokumentasian sangat
tergantung dari hasil data yang di tuangkan di dalam format pencatatan, sehingga hasil evaluasi
tersebut dapat di gunakan oleh tim kesehatan lain untuk mengetahui perkembangan pasien dari
waktu ke waktu tanpa harus saling bertemu tim medik lainnya. Alat ini juga di gunakan sebagai
tempat untuk berkomunikasi antar tim sehingga kualitas pelayanan yang diberikan menjadi lebih
optimal. Petugas kesehatan yang menangani pasien tersebut dapat melihat catatan berulang-ulang
melalui komputer yang dapat di akses di tempat lain dengan memasukkan password atau user
name untuk membuka file tersebut. Sistem informasi berbasis komputer ini bisa juga di gunakan
pada pelayanan rawat inap dan rawat jalan.
Electronic health record adalah laporan atau pencatatan kesehatan menggunakan system
elektronik. Alat ini di ketahui dapat memberikan pelayanan yang lebih efisien dan jelas dari
dokter dan perawat, sehingga dokumentasi menggunakan alat elektronik ini dianggap lebih
mudah di gunakan dalam menindaklanjuti perkembangan pasien sekaligus sebagai lat
komunikasi yang lebih efektif antar tim. Penggunaan EHR ini dirasa lebih tepat dan
menguntungkan bagi dokter dan perawat, dan mudah dilakukan tiap pergantian shift atau dinas.
Penelitian yang dilakukan oleh Bosma et al. EHR juga di gunakan sebagai pelaksanaan
pencatatan sehari-hari pasien. Penggunaan EHR mempunyai pengaruh dan dampak lebih efektif
bagi dokter karena pencatatan yang dilakukan tidak terpaku pada format yang baku untuk
mendokumentasikan jenis informasi yang berbeda saat menuliskan catatan klinisnya, sedangkan
perawat lebih sering menggunakan formulir pendokumentasian standar untuk melakukan rencana
asuhan keperawatan. Di lain hal sistem ini sangat baik untuk mengoptimalkan peran komunikasi
perawat, dokter serta tim kesehatan lainnya untuk bersama-sama mengevaluasi catatan
perkembangan pasien menggunakan sistem satu pintu atau satu format saja. EHR mampu
menjembatani komunikasi antar tim dalam meningkatkan kualitas pelayanan terintegrasi.
Electronic medical records adalah implementasi rekam medis menggunakan elektronik yang di
tujukan pada pasien. Menurut Aliansi Nasional Kesehatan Teknologi Informasi
(NAHIT), Electronic medical record adalah catatan elektronik yang berisi tentang informasi
terkait status kesehatan pasien atau individu yang kemudian di dapatkan data, di kelola sampai
dengan hasil keseluruhan dari tindakan yang sudah di berikan oleh tim kesehatan di
evaluasi. EMRsberisi tentang pencatatan dan pendokumentasian pengkajian pasien, daftar
masalah yang ditemukan, obat alergi, serta data tentang kesehatan lainnya yang di dapatkan dari
dokter, perawat maupun tenaga kesehatan lainnya yang ikut terlibat di dalamnya.
Personal health record adalah pencatatan data pribadi tentang riwayat kesehatan pasien
menggunakan sistem informatika yang akan dimasukan ke dalam Electronic medical recors
(EMRs) yang berguna untuk mengetahui data kesehatan pasien secara keseluruhan. PHRs di
sajikan bisa dalam bentuk hasil evaluasi pengkajian yang di dapatoleh perawat maupun dokter
dan tim medis lainnya yang dituliskan ke dalam format di dalam sistem komputer.
2.Pembahasan
Sistem ini memberikan informasi yang lebih mudah di gunakan oleh semua tim kesehatan yang
memiliki akses untuk mengetahui perkembangan pasien melalui pencatatan elektronik
terintegrasi.
Sistem ini merupakan salah satu hal yang mendukung suatu rumah sakit mendapatkan akreditasi
international, misalnya Joint Commision International (JCI).
Dokter dapat menuliskan hasil kunjungan nya setelah menilai kondisi pasien dengan
menggunakan pendokumentasian SOAP di dalam komputer, yang kemudian hasil evaluasi
tersebut dapat dilihat oleh perawat atau tim medis lain untuk berkomunikasi dalam memberikan
perawatan pasien. Catatan terintegrasi ini menggunakan satu file pada satu pasien
sehingga hanya perawat dan dokter yang bertanggung jawab saja yang dapat mengakses data
pasien tersebut menggunakan username dan password masing-masing.
Faktor yang dapat mempengaruhi pencatatan perkembangan terintegrasi ini ada beberapa faktor
diantaranya adalah aspek pendidikan terkait kemampuan perawat dan tenaga medis lainnya
seperti bagaimana mengenali, mengoperasikan sistem tersebut serta menuangkan hasil
implementasi pada pasien menjadi suatu bentuk evaluasi SOAP secara terintegrasimenggunakan
bahasa dan tehnik komunikasi yang tepat sesuai standar penulisan di masing-masing rumah sakit.
Aspek ekonomi terkait penyediaan perangkat komputer, software yang di gunakan, SDM. Aspek
budaya terkait kebiasaan dan rutinitas pekerjaan.Aspek legalitas dari segi hukum yaitu tidak
adanya tanda tangan yang menjadi buktikan bahwa implementasi sudah dilakukan.
Bridget Anne Steiner (2009) ada beberapa masalah yaitu kurang ketersedian perangkat komputer
dan sistem software yang mendukung penggunaan pencatatan menggunakan sistem ICF. Dari
segi sumber daya manusia yang kurang terlatih juga menjadikan penggunaan teknologi informasi
ini menjadi tidak optimal, Perilaku tenaga kesehatan yang belum terbiasa menggunakan sistem
computerized, yang dari sebelumnya menggunakan pendokumentasian manual, karena
perbedaan tersebut bisa dianggap suatu penolakan dari petugas medis yang terbiasa melakukan
pencatatan secara tidak lengkap bahkan mengarah ke pekerjaan rutinitas saja. Di antara tim
kesehatan belum ada standar pendokumentasian yang jelas sehingga menyulitkan bentuk format
yang akan ditampilkan pada sistem komputer. Secara aspek hukum pendokumentasian
menggunakan elektronik belum mendapatkan pengakuan, sehingga mempengaruhi kebijakan
tiap-tiap rumah sakit.
Sistem teknologi informasi ini harus di dukung oleh pemeliharaan dan monitoring perangkat
komputer serta software yang selalu ada kapanpun di butuhkan, hambatannya adalah
keterbatasan jumlah sumber daya manusia. Untuk mengaplikasikan sitem ini di butuhkan
konsentrasi yang lebih dari setiap tim kesehatan, sedangkan dilapangan perbandingan jumlah
pasien dan tenaga kesehatan, khususnya perawat tidak seimbang, hal ini menyebabkan beban
kerja perawat lebih besar sehingga waktu untuk mendokumentasikan secara elektronik lebih
lama selain itu di butuhkan ke hati-hatian dan konsentrasi guna menghindari kesalahan
pendokumentasian. Pendokumentasian yang sudah masuk EMRs akan sulit untuk di revisi.
3.Kesimpulan
4.Rekomendasi
Sistem pendokumentasian pasien terintegrasi menggunakan komputer sangat efektif dan efisien
serta meingkatkan patient safety di rumah sakit, sehingga di rasakan perlu bagi rumah sakit
untuk menggunakan teknologi ini karena akan mempermudah komunikasi lintas multidisiplin
ilmu dalam memberikan perawatan dan pengobatan, di lain hal juga meningkatkan dan
mempengaruhi pola pikir setiap petugas kesehatan, khususnya keperawatan dalam meningkatkan
kelimuannya serta keingintahuannya terkait perkembangan ilmu keperawatan
berdasarkan evidence based practice in nursing.
DAFTAR PUSTAKA
Angelo, K. & Fenton, S. (2008). EHR’s effect on the revenue cycle management coding
function. Journal of Healthcare Information Management, 22(1), 26-29.
Bates, D. B., Ebell, M., Gotlieb, E., Zapp, J., & Mullins, H. C. (2003). A proposal forelectronic
medical records in primary care. Journal of the American Informatics Association, 10(1), 1-10.
Bridget A.S. 2009 . Electronic Medical Record Implementation In Nursing Practice: A Literature
Review of The Factors of Success. Thesis: Montana State University.
Cyntia B.L, Judith J.W, et al.2008. Selecting a Standadized Terminology for The Electronic
Health Record That Reveals The Impact of Nursing on Patient Care. Journal Nursing Informatic
(OJNI).12
Gillingham E.T, Seibel M.W, LaFleur-Brooks, et al. 2012. Health Unit Cordinating. St. Louis:
United State.
Hanson J.L, Stephen M.B, et al. 2012. Quality OF Out Patient Clinical Notes : A Stakeholder
Definition Through Qualitative Research. Journal BMC Health 12;407. Available
from: http://www.biomedcentral.com/1472-6963/12/407/prepub
Kettenbach G, 2009. Writing Patient/Client notes : ensuring accuracy in documentation 4 th ed
. F.A Davis. Philadelphia United States.
Marilyn J, Alexander G, et al. 2011. The Use of Bedside Electronic Medical Record ti Improve
Quality of Care in Nursing facilites. CIN: 149-156.Lippincot william and Wilkins.
Poissant L, Pereira J, Tamblyn, R, et al. 2005. The Impact of Electronic Health Records on Time
Efficiency of Physicians and Nurse: A systematic Review. Journal of the American Medical
Informatic Association 12:505-516
Rantz M.J, Hicks L, Petroski G.F, et al. 2010. Cost, Staffing, and Quality impact of bedside
electronic medical Record (EMR) in Nursing homes. 11: 485-493
Shekelle P, Morthon S.C, Keeler E.B. 2006. Costs And Benefit of Health Information
Tecnology. Evidence Report/Technology Assesments 132. Available from: http://www.ahrq.gov
Virginia K, Ann K, 2011. Essentials of Nursing Informatics 5 th ed. New York : Mc graw-Hill