Anda di halaman 1dari 25

MODEL STRESS

DAN ADAPTASI

KELOMPOK 7
KELAS 2018B
NAMA KELOMPOK

1. Azizah Hania Elsandi 18031050


2. Cut Siti Nurhafiza 18031055
3. Fatimah 18031068
4. Gina Tambunan 18031072
5. Tengku Atika Rahmanisa 18031077
6. M. Farezi Alfeneanda 18031095
KONSEP STRESS
Stress menurut hans selye merupakan respon tubuh yang bersifat tidak
spesifik terhadap tuntutan atau beban. Stres diasumsikan sebagai suatu hal yang
negatif, namun kenyataannya tidak semua stressor bersifat negatif (Gorman, L.M,
2006). Stress adalah fakta dalam kehidupan. Tidak selamanya stres menimbulkan hal
hal yang negatif. Stress dengan intensitas yang kecil dapat menjadi pendorong atau
motivasi bagi seseorang untuk bertingkah laku kearah yang lebih baik. Stres
merupakan emosi ganda (multi emotion) yang bukan emosi tunggal. Terdapat beberapa
sumber stressor yaitu:

KEGAGALAN
KONFLIK TUJUAN
MENCAPAI TUJUAN

STIMULASI PERUBAHAN GAYA


LINGKUNGAN TIDAK
HIDUP
MENYENANGKAN
MODEL STRESS KELOMPOK 7 2018 B 4

DAN ADAPTASI

MODEL STRESS ADAPTASI GAIL STUART

• Model stress adaptasi pertama kali dikembangkan oleh Gail Stuart pada tahun
1983

MODEL ADAPTASI CALLISTA ROY

• Sister calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam keperawatan pada


tahun 1964.
MODEL STRES ADAPTASI
GAIL W. STUART
FAKTOR PREDISPOSISI

FAKTOR PRESIPITASI

PENILAIAN TERHADAP
STRESOR

MEKANISME
KOPING
MODEL STRESS
ADAPTASI STUART
Beradaptasi model konsep stres adaptasi menurut stuart
untuk mengetahui proses timbulnya masalah keperawatan isolasi
sosial .Model stres adaptasi memandang manusia secara holistik
yang terdiri dari biopsikososiokultural spiritual Psikodinamika
masalah keperawatan dimulai dengan menganalisis faktor
penyebab yang berupa faktor predisposisi, presipitasi, penilaian
terhadap stresor, sumber koping, dan mekanisme koping (Stuart,
2013).
Faktor – Faktor Stress
Adaptasi Menurut
Model Stuart
1. FAKTOR PREDISPOSISI
Semua kejadian, hal atau peristiwa yang terjadi disepanjang hidup
manusia yang meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa pada manusia
tersebut (Stuart, 2013). Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang menjadi
sumber terjadinya stres yang memengaruhi tipe dan sumber dari individu
untuk menghadapi stres baik yang biologis, psikososial, dan sosiokultural.
Secara bersama-sama, faktor ini akan memengaruhi seseorang dalam
memberikan arti dan nilai terhadap stres pengalaman stres yang dialaminya.
Adapun macam-macam faktor predisposisi meliputi hal sebagai berikut
(Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E., 2015).
1) Biologi: latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan biologis, kesehatan
umum, dan terpapar racun.
2) Psikologis: kecerdasan, keterampilan verbal, moral, personal, pengalaman
masa lalu, konsep diri, motivasi, pertahanan psikologis, dan kontrol.
3) Sosiokultural: usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi, posisi sosial,
latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, dan tingkatan
sosial.
2. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi adalah stimulus yang mengancam individu.
Faktor presipitasi memerlukan energi yang besar dalam menghadapi
stres atau tekanan hidup (Stuart, 2013). Faktor presipitasi ini dapat
bersifat biologis, psikologis, dan sosiokultural. Waktu merupakan
dimensi yang juga memengaruhi terjadinya stres, yaitu berapa lama
terpapar dan berapa frekuensi terjadinya stres. Adapun faktor
presipitasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut (Yusuf, A.,
Fitryasari, R., & Nihayati, H. E., 2015).
1) Kejadian yang menekan (stresful) Ada tiga cara mengategorikan
kejadian yang menekan kehidupan, yaitu aktivitas sosial,
lingkungan sosial, dan keinginan sosial.
2) Ketegangan hidup Stres dapat meningkat karena kondisi kronis
yang meliputi ketegangan keluarga yang terus-menerus,
ketidakpuasan kerja, dan kesendirian
PENILAIAN TERHADAP STRESSOR
Penilaian terhadap stresor meliputi penentuan arti dan
pemahaman terhadap pengaruh situasi yang penuh dengan stres bagi
individu. Penilaian terhadap stresor ini meliputi respons kognitif,
afektif, fisiologis, perilaku, dan respons sosial. Penilaian adalah
dihubungkan dengan evaluasi terhadap pentingnya sustu kejadian yang
berhubungan dengan kondisi sehat (Yusuf, A., Fitryasari, R., &
Nihayati, H. E., 2015).
CONT’D

2. Respons afektif
1. Respons Kognitif
Respons afektif adalah membangun
Respons kognitif merupakan bagian
perasaan. Dalam penilaian terhadap
kritis dari model ini. Faktor kognitif
stresor respons afektif utama adalah
memainkan peran sentral dalam
reaksi tidak spesifik atau umumnya
adaptasi. Faktor kognitif mencatat
merupakan reaksi kecemasan, yang
kejadian yang menekan, memilih
hal ini diekpresikan dalam bentuk
pola koping yang digunakan, serta
emosi. Respons afektif meliputi
emosional, fisiologis, perilaku, dan
sedih, takut, marah, menerima,
reaksi sosial seseorang. Terdapat
tidak percaya, antisipasi, atau kaget.
tiga tipe penilaian stresor primer
Emosi juga menggambarkan tipe,
dari stres yaitu kehilangan,
durasi, dan karakter yang berubah
ancaman, dan tantangan.
sebagai hasil dari suatu kejadian.
CONT’D
3. Respons Fisiologis

Respons fisiologis merefleksikan 4. Respons Perilaku


interaksi beberapa neuroendokrin
yang meliputi hormon, prolaktin, Respons perilaku hasil dari
hormon adrenokortikotropik (ACTH), respons emosional dan
vasopresin, oksitosin, insulin, fisiologis.
epineprin morepineprin, dan
neurotransmiter lain di otak. Respons
fisiologis melawan atau menghindar 5. Respons Sosial
(the fight-or-fligh) menstimulasi Respons ini didasarkan pada
divisi simpatik dari sistem saraf tiga aktivitas, yaitu mencari
autonomi dan meningkatkan aktivitas
arti, atribut sosial, dan
kelenjar adrenal. Sebagai tambahan,
stres dapat memengaruhi sistem imun perbandingan sosial.
dan memengaruhi kemampuan
seseorang untuk melawan penyakit.
MEKANISME KOPING
MODEL STRES ADAPTASI
STUART
Mekanisme koping dapat bersifat konstruktif dan destruktif.
Mekanisme konstruktif terjadi ketika kecemasan diperlakukan sebagai
sinyal peringatan dan individu menerima sebagai tantangan untuk
menyelesaikan masalah. Mekanisme koping destruktif menghindari
kecemasan tanpa menyelasaikan konflik. Koping mekanisme adalah
suatu usaha langsung dalam manajemen stres. Ada tiga tipe mekanisme
koping, yaitu sebagai berikut (Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H.
E., 2015).
MEKANISME KOPING
MODEL STRES ADAPTASI
STUART
1) Mekanisme Koping Problem Focus
Mekanisme ini terdiri atas tugas dan usaha langsung untuk mengatasi ancaman
diri.
Contoh: Negosiasi, konfrontasi, dan mencari nasihat.

2) Mekanisme Koping Cognitively Focus


Mekanisme ini berupa seseorang dapat mengontrol masalah dan
menetralisasinya.
Contoh: Perbandingan positif, selective ignorance, substitution of reward, dan
devaluation of desired objects.

3) Mekanisme Koping Emotion Focus


Pasien menyesuaikan diri terhadap distres emosional secara tidak berlebihan.
Contoh: Menggunakan mekanisme pertahanan ego seperti denial, supresi, atau
proyeksi.
MODEL ADAPTASI
SISTER CALLISTAROY

STIMULUS

MEKANISME KOPING

OUTPUT
MODEL ADAPTASI
CALLISTA ROY
Teori Callista Roy menjelaskan tentang bagaimana individu
mampu meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan
perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaptif. Model ini
banyak digunakan sebagai falsafah dasar model konsep dalam
pendidikan keperawatan. Model adaptasi Roy adalah sistem model
yang esensial dalam keperawatan (Asmadi, 2008).
Pendekatan Roy menegaskan bahwa individu adalah
makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang memiliki
mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan. Individu selalu bereaksi secara konstan atau selalu
beradapatasi dengan perubahan lingkungan. Roy mendefinisikan
lingkungan semua yang ada disekeliling kita dan berpengaruh
terhadap perkembangan manusia.
STIMULUS MODEL
CALLISTA ROY
Roy mengidentifikasi input sebagai stimulus yang dapat
menimbulkan respons. Ada 3 komponen pada input, yaitu :

1) Stimulus Fokal
Stimulus fokal adalah stimulus yang langsung berhadapan dengan individu,
seperti perubahan fisiologis, perubahan konsep diri, perubahan fungsi peran,
atau perubahan dalam mempertahankan keseimbangan antara kemandirian
dan ketergantungan.
2) Stimulus Konstektual
Stimulus kontektual adalah semua stimulus yang diterima oleh individu, baik
internal maupun eksternal, yang mempengaruhi situasi atau stimulus fokal
dan dapat diobservasi, diukur, serta dilaporkan secara subjektif.
3) Stimulus Residual
Stimulus residual adalah cirri cirri tambahan dan relava dengan situasi yang
ada, namun sukar untuk diobservasi. Contohnya adalah keyakinan, sikap dan
sifat individu yang berkembang sesuai dengan pengalaman masa lalu.
MEKANISME KOPING
MODEL CALLISTA ROY

1) Mekanisme Control Regulator merupakan respon


sistem kimiawi, saraf atau endokrin, otak, dan medulla
spinalis yang diteruskan sebagai perilaku atau respons.

2) Mekanisme Control Kognator berhubungan dengan


fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian,
dan emosi.
OUTPUT MODEL CALLISTA ROY
Aspek terakhir pada teori adaptasi Roy adalah output.
Output dalam suatu sistem adeaptasi adalah perikau yang dapat
diamati, diukur, atau dapat dikemukakan secara subjektif.
ASUMSI - ASUMSI DASAR
MENURUT MODEL ADAPTASI
CALLISTA ROY
1. Individu adalah makhluk biopsikososial yang nerupakan suatu kesatuan
yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika ia mampu berfungfsi untuk
memenehi kebutuhan biologis, psikologis, dan sosialnya.
2. Setiap selalu menggunakan koping, baik yang bersifat positif maupun
negative, untuk dapat beradaptasi, kemampuan adaptasi seseorang
dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu penyebab utama perubahan kondisi
dan situasi, keyakinan, dan pengalaman beradaptasi.
3. Setiap individu berespon terhadap kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup mandiri dan kemandirian,
serta kemampuan melakukan peran dan fungsi secara optimal guna
memelihara integritras diri.
4. Individu selalu berada dalam rentang sehat sakit berhubungan erat dengan
keefektifan koping yang dilakukan guna mempertahankan kemampuan
adaptasi.
FAKTOR – FAKTOR STRESS ADAPTASI
MENURUT MODEL ADAPTASI
CALLISTA ROY
1. Faktor Instrinsik ini adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan bersifat fisiologis atau psikologis.
2. Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri
individu, seperti kultur, alam/iklim/suhu, mikroorganisme,
trauma, zat kimia, racun dan lain sebagainya. Setiap ada stresor
betapapun kecilnya akan menimbulkan respon drai tubuh dalam
upaya mempertahankan keseimbangan. Keseimbangan ini
dikenal dengan nama homeostatis. Homeostatis adalah
kemampuan proses fisiologis tubuh dalam mempertahankan
keseimbangan dan kecendrungan semua jaringan hidup guna
memelihara dan mempertahankan kondisi seimbang.
(Asmadi, 2008).
ANALISA JURNAL
Menurut Model Adaptasi Stres Stuart respon individu terhadap
stres berdasarkan faktor predisposisi, sifat stresor, persepsi
terhadap situasi dan analisis sumber koping dan mekanisme
koping. Respon koping klien dievaluasi dalam suatu rentang
yaitu adaptif atau maladaptive sedangkan model Proses adaptasi
Roy memandang manusia secara holistik yang merupakan suatu
kesatuan. Untuk sejahtera harus tercipta keseimbangan antara
bagian – bagian dimensi menjadi satu kesatuan yang utuh. Hal
tersebut dapat diperoleh melalui proses adaptasi. Terapi
kelompok suportif bertujuan memberikan dukungan terhadap
anggota kelompok sehingga mampu menyelesaikan krisis yang
dihadapinya, meningkatkan kekuatan, keterampilan koping, dan
menggunakan sumber-sumber koping
ANALISA JURNAL
Pada Jurnal “Penerapan Assertiveness Training Dan Terapi Kelompok Suportif
Menggunakan Teori Stres Adaptasi Stuart Dan Teori Adaptasi Roy” oleh Neng
Esti Winahayu, Achir Yani Syuhaimie Hamid, Novy Helena Chatarina Daulima
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 7 No 3, Hal 275 - 280, November 2019. Hasil
penelitian ditemukan bahwa bahwa terapi generalis dan assertiveness training
dapat menurunkan kejadian perilaku kekerasan pada 36 orang klien (50%) dari 72
klien dengan diagnosa risiko perilaku kekerasan yang dirawat di RSUD
Banyumas. Penelitian pada 30 orang klien dengan risiko perilaku kekerasan
menunjukkan bahwa terjadi penurunan tanda gejala perilaku kekerasan dan
peningkatan kemampuan setelah mendapat assertiveness.
Pelaksanaan assertiveness training dan terapi kelompok suportif menggunakan
pendekatan Teori Stres Adaptasi Stuart dan Adaptasi Roy membantu dalam
memberikan asuhan keperawatan spesialis, mulai dari pengkajian, penetapan
diagnosis keperawatan, penetapan tujuan, penyusunan intervensi keperawatan,
implementasi, dan evaluasi. Penggunaan Teori Stres Adaptasi Stuart dan Adaptasi
Roy ini sangat tepat digunakan untuk menjabarkan asuhan keperawatan pada
klien risiko perilaku kekerasan
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan jiwa. Jakarta : EGC.
Saam, Z. (2014). Psikologi keperawatan. Jakarta : Rajawali Pers .
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing.Canada: Evolve
Winahayu, N. E., Hamid, A. Y. S., & Daulima, N. H. C. (2019).
Penerapan Assertiveness Training Dan Terapi Kelompok
Suportif Menggunakan Teori Stres Adaptasi Stuart Dan Teori
Adaptasi Roy. Jurnal Keperawatan Jiwa. Volume 7 No 3, Hal
275 – 280.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku ajar
keperawatan jiwa. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai