Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MAKALAH SEMINAR

KEPERAWATAN JIWA II
“MASALAH KEPERAWATAN PADA NARAPIDANA”
KELOMPOK 3B

DISUSUN OLEH :

1. Rawani Yuhansary Dewi 18031051


2. Cut Siti Nurhafiza 18031055
3. Lutfhiana Ambar Wati 18031056
4. Fatimah 18031068
5. Endra Irawan 18031073
6. Tengku Atika Rahmanisa 18031077
7. Tri Zulfiandi 18031079
8. Ayu Pratiwi 18031091

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH PEKANBARU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Masalah Keperawatan
Pada Narapidana ” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Keperawatan jiwa II . Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca dan penulis. Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 08 November 2020


Penyusun,

(Kelompok 3B)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang................................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................1
1.3 Manfaat .........................................................................................................1

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Definisi .......................................................................................................... 4
2.2 Etiologii ......................................................................................................... 4
2.3 Masalah Keperawatan Narapidana ............................................................... 5
2.4 Klasifikasi ..................................................................................................... 5
2.5 Penatalaksanaan Narapidana ......................................................................... 6

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................... 13
3.2 Rentang Respon ............................................................................................ 15
3.3 Analisa Data .................................................................................................. 17
3.4 Diagnosa Kpeperawatan ............................................................................... 18
3.5 Pohon Masalah .............................................................................................. 19
3.6 Rencana Asuhan Keperawatan ...................................................................... 19
3.7 Evaluasi ......................................................................................................... 19

BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan........................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1996, yang dimaksud dengan kesehatan


jiwa adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur
kesehatan, yang dalam penjelasannya disebutkan bahwa kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang
lain.

Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis(serasi) dan


memperhatikan semua segia dalam kehidupan manusia serta hubungan manusia lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan
dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, dan sosial
individu secara optimal.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui Definisi kesehatan jiwa

2. Untuk mengetahui Etilogi kesehatan jiwa

3. Untuk mengetahui masalah keperawatan narapidana

4. Untuk mengetahui klasifikasi narapidana

5. Untuk mengetahui penatalaksanaan narapida

1.3 Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Definisi kesehatan jiwa

2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Etilogi kesehatan jiwa

3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami keperawatan narapidana


4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami klasifikasi narapidana

5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan narapida


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan atau sanksi


lainnya, menurut perundang- undangan. Pengertian narapidana menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman
karena tindak pidana) atau terhukum. Narapidana adalah terpidana yang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan, yaitu seseorang yang
dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
(UU No.12 Tahun 1995). Narapidana yang diterima atau masuk kedalam lembaga
pemasyarakatan maupun rumah tahanan negara wajib dilapor yang prosesnya
meliputi: pencatatan putusan pengadilan, jati diri ,barang dan uang yang dibawa,
pemeriksaan kesehatan, pembuatan pasphoto, pengambilan sidik jari dan pembuatan
berita acara serah terima terpidana. Setiap narapidana mempunyai hak dan kewajiban
yang sudah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Narapidana yang ditahan dirutan dengan cara tertentu menurut Undang-
Undang No. 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana (KUHP) pasal 1 dilakukan
selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan untuk disidangkan di
pengadilan.Pihak-Pihak yang menahan adalah Penyidik, Penuntut Umum, Hakim dan
mahkamah agung. Pada pasal 21 KUHP Penahanan hanya dapat dilakukan terhadap
tersangka yang melakukan tindak pidana termasuk pencurian. Batas waktu penahanan
bervariasi sejak ditahan sampai dengan 110 hari sesuai kasus dan ketentuan yang
berlaku. (Abdul, 2015)

2.2 Etiologi

Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang menjadi narapidana adalah:

a. Faktor ekonomi
1. Sistem Ekonomi Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran,
persaingan bebas, menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara penjualan
modern dan lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk memiliki barang dan
sekaligus mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan melakukan penipuan-
penipuan.

2. Pendapatan Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan


ekonomi nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks keadaan ekonomi
pada umumnya. Maka dari itu perubahan-perubahan harga pasar (market fluctuations)
harus diperhatikan.

3. Pengangguran Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak,


mempengaruhi terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktu- waktu krisis,
pengangguran dianggap paling penting. Bekerja terlalu muda, tak ada pengharapan
maju, pengangguran berkala yang tetap, pengangguran biasa, berpindahnya pekerjaan
dari satu tempat ke tempat yang lain, perubahan gaji sehingga tidak mungkin
membuat anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengangguran adalah faktor yang paling penting.

b. Faktor Mental

1. Agama Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis bila
dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang telah meresap secara
menyeluruh. Meskipun adanya faktor-faktor negatif , memang merupakan fakta
bahwa norma- norma etis yang secara teratur diajarkan oleh bimbingan agama dan
khususnya bersambung pada keyakinan keagamaan yang sungguh, membangunkan
secara khusus dorongan-dorongan yang kuat untuk melawan kecenderungan-
kecenderungan kriminal.

2. Bacaan dan film Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan
faktor krimogenik yang kuat, mulai dengan roman-roman dari abad ke-18, lalu
dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan pornografi, buku-buku picisan
lain dan akhirnya cerita- cerita detektif dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh
dengan kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari bacaan
demikian ialah gambaran suatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh langsung dan
suatu cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian-
harian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada umumnya juga dapat berasal dari
koran-koran. Di samping bacaan- bacaan tersebut di atas, film (termasuk TV)
dianggap menyebabkan pertumbuhan kriminalitas tertutama kenakalan remaja akhir-
akhir ini.

c. Faktor Pribadi

1. Umur Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik secara
yuridis maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu berhubungan dengan faktor-
faktor seks/kelamin dan bangsa, tapi faktor-faktor tersebut pada akhirnya merupakan
pengertian- pengertian netral bagi kriminologi. Artinya hanya dalam kerjasamanya
dengan faktor-faktor lingkungan mereka baru memperoleh arti bagi kriminologi.
Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama masih sekolah dan
memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan sampai umur 40, lalu
meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari tua. Kurve/garisnya tidak
berbeda pada garis aktivitas lain yang tergantung dari irama kehidupan manusia.

2. Alkohol Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti


pelanggaran lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan kekerasan, pengemisan,
kejahatan seks, dan penimbulan pembakaran, walaupun alcohol merupakan faktor
yang kuat, masih juga merupakan tanda tanya, sampai berapa jauh pengaruhnya.

3. Perang Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan lingkungan,


seringkali terjadi bahwa orang yang tadinya patuh terhadap hukum, melakukan
kriminalitas. Kesimpulannya yaitu sesudah perang, ada krisis-krisis, perpindahan
rakyat ke lain lingkungan, terjadi inflasi dan revolusi ekonomi. Di samping
kemungkinan orang jadi kasar karena perang, kepemilikan senjata api menambah
bahaya akan terjadinya perbuatan-perbuatan kriminal.(Abdul, 2015)
2.3 Masalah Kesehatan Narapidana

1. Masalah kesehatan mental


Masalah kesehatan mental pada narapidana dalam menghadapi masa
tahanannya adalah suatu keadaan dimana narapidana merasa tidak dapat
menyeimbangkan antara situasi yang menuntut dengan perasaannya.Dan
merasa bahwa dia berada dalam keadaan yang terburuk dan memandang
keadaan terburuk tersebut sebagai beban yang melebihi kemampuannya.
(cahyani,H,dkk, 2020)
2. Kesehatan fisik
Sebagian besar narapidana berasal dari latar belakang penduduk miskin, dan
mereka mengidap banyak sekali masalah kesehatan. Disamping penyakit biasa
yang ditimbulkan oleh sebab-sebab yang jelas seperti kurang gizi, gaya hidup
yang tidak sehat, dan kondisi hidup yng berdesak-desakan, berkembang pula
penyakit yang tidak dapat dihindari yang disebabkan oleh minuman keras,
terlalu banyak merokok, dan penyalahgunaan narkotika.(Sulhin,I,2016)

2.4 Klasifikasi Narapida

1) Wanita
Jenis tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh wanita sering kali merupakan
yang tidak perlu melakukan kekerasan kekuatan otot atau fisik.Menurut badan
pusat statistik jenis tindakan kriminalitas yang paling banyak dilakukan wanita
adalah pencurian, lalu penipuan dan penggelapan. Tetapi mereka juga mampu
melakukan tindakan kriminalitas seperti pembunuhan, kejahatan terhadap
anak, penganiayaan, pemalsuan, perjudian dan peculikan, namun tidak terlalu
banyak.narapidana wanita juga lebih banyak mengalami gangguan psikologis
seperti depresi,kecemasan, phobia dan anti social personality. (Ardilla,F,2013)
2) Pria
Tidak ada perlakuan khusus yang membedakan antara narapidana Laki-laki
dan wanita, laki-laki lebih banyak melakukan kriminalitas berat dibandingkan
perempuan, seperti membunuh, penculikan, penganiayaan,perjudian serta
kejahatan terhadap anak. Akan tetapi kesehatan mental narapidana wanita dan
laki-laki berbeda, wanita lebih rentan terkena depresi dan mental illness dari
pada laki-laki.(Ardilla,F,2013)
3) Remaja
Kenakalan remaja atau dikenal dengan istilah juvenile delinguency merupakan
gejala patologis remaja yang diakibatkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial,
akibatnya remaja mengembangkan bentuk prilaku yang menyimpang.Dampak
dari pemenjaraan juga menyebabkan mereka jauh dari orang tua dan
lingkungan. Tentu juga akan memberi pengaruh terhadap perkembangan diri
dan sosial remaja kedepannya. remaja yang menjalani pembinaan dilapas akan
banyak mengalami perubahan hidup salah satunya hilangnya hak hak dan
kebebasan. Pengalaman yang menyenangkan maupun tidak akan
menimbulkan perasaan positif maupun negatif terhadap diri remaja. Didukung
penelitian ehvans ehlers, mezey dan clark terhadap narapidana diamerika
menggambarkan bahwa remaja yang menjalani proses pemenjaraan
mengalami gangguan trauma yaitu adanya ingatan-ingatan yang mengganggu
dan memiliki pemikiran terus menerus terkait dengan prilaku kriminal yang
mereka lakukan. (Hilman,P.D,2017)

2.5 Penatalaksanaan Narapidana

1. Psikoterapi

Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan dirilagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama.( marasmis 2005)
2. Keperawatan
Terapiaktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi. Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas
yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri
harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah.(Keliat danAkemat,2005)
3. Terapi
a. Acceptance dan CommitmentTherapy
Acceptance dan CommitmentTherapy (ACT) merupakan suatu
terapi yang bertujuan untuk meningkatkan aspek psikologi yang
lebih fleksibel atau kemampuan untuk menjalani perubahanyang
terjadi saat ini dengan lebih baik. Dalam ACT, klien diajak untuk
tidakmenghindari tujuan hidupnya, meskipun dalam upaya untuk
mencapainya akan ditemukanpengalaman-pengalaman yang tidak
menyenangkan.
b. Mindfulness for Prisoners (Mindfulners)
dikembangkan dari Mindfulness Based Cognitive Therapy (MBCT)
yang merupakan bentuk terapi mindfulnessberbasis pendekatan
kognitif-perilaku. (2006 dalam Duncan, Coatsworth, &Greenberg,
2009), menjabarkan lima komponen mindfulness, yaitu
bertindakengan kesadaran (actingwithawareness), kemampuan
mengobservasi (observing), kemampuan mendeskripsikan
(describing), sikap non-reaktif terhadap pengalaman dan sikap tanpa
penilaian terhadap pengalaman. Terapi mindfulness dapat diajarkan
pada berbagai kelompok dan individu yang memiliki permasalahan
fisik dan psikologis, termasuk narapidana yang berada di penjara.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


1. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian, nomor rekam
medis.
2. Faktor predisposisi
Faktor Predisposisi merupakan faktor pendukung yang meliputi faktor biologis,
faktor psikologis, sosial budaya, dan faktor genetic.
3. Faktor presipitasi
Faktor Presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap persepsi
merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa
malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan
pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup
kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas.
4. Psikososial
yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual.
5. Status mental
yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam perasaan,
afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan
daya tilik diri.
6. Mekanisme koping
koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive.
7. Aspek medik
yang terdiri dari diagnosa medis dan terapi medis.

3.2 Rentang Respon

3.3 Analisa Data

No. Data Masalah Keperawatan


1. Data Subjektif: Gangguan Konsep Diri :
- Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya. Harga Diri Rendah
- Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.
Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.
- Mengungkapkan dirinya tidak berguna.
- Mengkritik diri sendiri.
- Perasaan tidak mampu.
Data Objektif :
- Merusak diri sendiri,
- Merusak orang lain,
- Ekspresi malu,
- Menarik diri dari hubungan social,
- Tampak mudah tersinggung,
- Tidak mau makan dan tidak tidur.

3.4 Diagnosa Keperawatan


- Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3.5 Pohon Masalah

Resiko Tinggi Prilaku Kekerasan

Isolasi Diri : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

3.6 Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Gangguan TUM: Setelah dilakukan 3x 1. Bina hubungan saling
Konsep Diri : - Klien memiliki interaksi klien percaya : salam
Harga Diri konsep diri yang menunjukan: terapeutik, perkenalan
diri,
Rendah positif - Wajah
2. Jelaskan tujuan interaksi,
bersahabat
ciptakan lingkungan
TUK: - Menunjukan yang tenang,
- Klien dapat rasa senang 3. Buat kontrak yang jelas
membina - Ada kontak (waktu, tempat dan topik
hubungan saling mata pembicaraan)
percaya dengan - Mau berjabat 4. Beri kesempatan pada
klien untuk
perawat tangan
mengungkapkan
- Mau
perasaannya
menyebutkan 5. Sediakan waktu untuk
nama mendengarkan klien
- Mau 6. Katakan kepada klien
menjawab bahwa dirinya adalah
salam seseorang yang berharga
- Klien mau dan bertanggung jawab
serta mampu menolong
duduk
dirinya sendiri
berdampingan
dengan
perawat
- Mau
mngutarakan
masalah yang
dihadapi

2. Gangguan TUM: Setelah 3x interaksi 1. Diskusikan dengan klien


Konsep Diri : - Klien memiliki klien menyebutkan tentang
Harga Diri konsep diri yang - Aspek positif - Aspek positif ang
Rendah positif dan dimiliki klien, keluarga
kemampuan dan lingkungan
TUK: yang dimiliki - Kemampuan yang
- Klien dapat klien dimilik klien
membina - Aspek positif 2. Bersama klien buat
hubungan saling keluarga daftar
percaya dengan - Aspek positif tentang:
perawat lingkungan - Aspek positif klien,
- Klien tidak klien kleuarga, lingkungan
terjadi gangguan - Kemampuan yang
interaksi sosial, dimiliki klien
bisa berhubungan 3. Beri pujian yang
dengan orang lain realistik,
dan lingkungan 4. Hindarkan memberi
penilaian negatif
3. Gangguan TUM: Setelah 3x interaksi 1. Diskusikan dengan klien
Konsep Diri : - Klien memiliki klien meyebutkan kemampuan yang dapat
Harga Diri konsep diri yang kemampuan yang dilaksanakan
Rendah positif dapat dilakukan 2. Diskusikan kemampuan
yang dapat dilanjutkan
TUK: Klien
- Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat
- Klien tidak
terjadi gangguan
interaksi sosial,
bisa berhubungan
dengan orang lain
dan lingkungan
- Klien dapat
menilai
kemampuan yang
dapat digunakan

4. Gangguan TUM: Setelah 3x interaksi 1. Rencanakan bersama


Konsep Diri : - Klien memiliki klien membuat klien aktivitas yang
Harga Diri konsep diri yang rencana kegiatan dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
Rendah positif harian
2. Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi
TUK: kondisi klien
- Klien dapat 3. Beri contoh cara
membina pelaksanaan kegiatan
hubungan saling yang boleh klien
percaya dengan lakukan
perawat
- Klien tidak
terjadi gangguan
interaksi sosial,
bisa berhubungan
dengan orang lain
dan lingkungan
- Klien dapat
menilai
kemampuan yang
dapat digunakan
- Klien dapat
menetapkan /
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan yang
dimiliki

3.7 Evaluasi
Evaluasi keperawatan pada masalah Konsep Diri: Harga Diri Rendah:
1. Klien mampu mengidentifikasi hal positip pada dirinya
2. Klien mampu memilih hal positip dirinya yang dapat digunakan

3. Klien mampu memilih hal positip diri yang akan dilatih atau dilakukan

4. Klien mampu memperagakan hal positip diri yang telah dipilihnya

5. Klien mampu menjadwalkan penggunaan kemampuan atau hal positip diri


yang telah dilatih atau dilakukan
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan atau sanksi


lainnya, menurut perundang- undangan. Pengertian narapidana menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman
karena tindak pidana) atau terhukum. Narapidana adalah terpidana yang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan, yaitu seseorang yang
dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
(UU No.12 Tahun 1995). Narapidana yang ditahan dirutan dengan cara tertentu
menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana (KUHP)
pasal 1 dilakukan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan untuk
disidangkan di pengadilan.Pihak-Pihak yang menahan adalah Penyidik, Penuntut
Umum, Hakim dan mahkamah agung.
DAFTAR PUSTAKA

Ardilla,f,(2013).Penerimaan diri pada narapidana wanita.fakultas psikologi universitas


airlangga surabaya, vol.2, No.01.
Cahyani,H,dkk,(2020).jurnal Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
mental pada narapidana narkoba di rutan kelas IIB sidrap.vol.1.
Dalami, Ernawati. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Herman dan Durerja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: NuhaMedika
Hilman,P.D,(2017).Jurnal pengalaman menjadi narapidana remaja dilapas kelas 1
semarang. Fakultas psikologi universitas diponegprp, vol.7,No 3.
Jakarta: CV. Trans Info Media
Joseph. M.C (2017). Penerapan terapi penerimaan dan komitmen untuk
mengurangikecemasan pada narapidana menjelang pembebasan
bersyarat di lapas x Vol. 1, No. 2 fakutas psikologi, universitas
tarumanagara
Keliat, BA. dan Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas kelompok.
Cetakan I. Jakarta: EGC
Kusumawati da Parida. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
Marasmis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya. Airlangga
UniversityPress.
Muhith, A. (2015). Pendidikan keperawatan jiwa teori dan aplikasi. Yogyakarta : CV
Andi Offset
Sulhin,I,(2016).Diskontinuitas analisis genealogis.jakarta:prenada media
Wuryansari . R &Subandi (2019), Program MindfulnessforPrisoners
(Mindfulners) untuk Menurunkan Depresi pada Narapidana.
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai