KEPERAWATAN JIWA II
“MASALAH KEPERAWATAN PADA NARAPIDANA”
KELOMPOK 3B
DISUSUN OLEH :
2020
KATA PENGANTAR
(Kelompok 3B)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang................................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................1
1.3 Manfaat .........................................................................................................1
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan........................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
a. Faktor ekonomi
1. Sistem Ekonomi Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran,
persaingan bebas, menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara penjualan
modern dan lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk memiliki barang dan
sekaligus mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan melakukan penipuan-
penipuan.
b. Faktor Mental
1. Agama Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis bila
dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang telah meresap secara
menyeluruh. Meskipun adanya faktor-faktor negatif , memang merupakan fakta
bahwa norma- norma etis yang secara teratur diajarkan oleh bimbingan agama dan
khususnya bersambung pada keyakinan keagamaan yang sungguh, membangunkan
secara khusus dorongan-dorongan yang kuat untuk melawan kecenderungan-
kecenderungan kriminal.
2. Bacaan dan film Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan
faktor krimogenik yang kuat, mulai dengan roman-roman dari abad ke-18, lalu
dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan pornografi, buku-buku picisan
lain dan akhirnya cerita- cerita detektif dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh
dengan kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari bacaan
demikian ialah gambaran suatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh langsung dan
suatu cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian-
harian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada umumnya juga dapat berasal dari
koran-koran. Di samping bacaan- bacaan tersebut di atas, film (termasuk TV)
dianggap menyebabkan pertumbuhan kriminalitas tertutama kenakalan remaja akhir-
akhir ini.
c. Faktor Pribadi
1. Umur Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik secara
yuridis maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu berhubungan dengan faktor-
faktor seks/kelamin dan bangsa, tapi faktor-faktor tersebut pada akhirnya merupakan
pengertian- pengertian netral bagi kriminologi. Artinya hanya dalam kerjasamanya
dengan faktor-faktor lingkungan mereka baru memperoleh arti bagi kriminologi.
Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama masih sekolah dan
memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan sampai umur 40, lalu
meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari tua. Kurve/garisnya tidak
berbeda pada garis aktivitas lain yang tergantung dari irama kehidupan manusia.
1) Wanita
Jenis tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh wanita sering kali merupakan
yang tidak perlu melakukan kekerasan kekuatan otot atau fisik.Menurut badan
pusat statistik jenis tindakan kriminalitas yang paling banyak dilakukan wanita
adalah pencurian, lalu penipuan dan penggelapan. Tetapi mereka juga mampu
melakukan tindakan kriminalitas seperti pembunuhan, kejahatan terhadap
anak, penganiayaan, pemalsuan, perjudian dan peculikan, namun tidak terlalu
banyak.narapidana wanita juga lebih banyak mengalami gangguan psikologis
seperti depresi,kecemasan, phobia dan anti social personality. (Ardilla,F,2013)
2) Pria
Tidak ada perlakuan khusus yang membedakan antara narapidana Laki-laki
dan wanita, laki-laki lebih banyak melakukan kriminalitas berat dibandingkan
perempuan, seperti membunuh, penculikan, penganiayaan,perjudian serta
kejahatan terhadap anak. Akan tetapi kesehatan mental narapidana wanita dan
laki-laki berbeda, wanita lebih rentan terkena depresi dan mental illness dari
pada laki-laki.(Ardilla,F,2013)
3) Remaja
Kenakalan remaja atau dikenal dengan istilah juvenile delinguency merupakan
gejala patologis remaja yang diakibatkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial,
akibatnya remaja mengembangkan bentuk prilaku yang menyimpang.Dampak
dari pemenjaraan juga menyebabkan mereka jauh dari orang tua dan
lingkungan. Tentu juga akan memberi pengaruh terhadap perkembangan diri
dan sosial remaja kedepannya. remaja yang menjalani pembinaan dilapas akan
banyak mengalami perubahan hidup salah satunya hilangnya hak hak dan
kebebasan. Pengalaman yang menyenangkan maupun tidak akan
menimbulkan perasaan positif maupun negatif terhadap diri remaja. Didukung
penelitian ehvans ehlers, mezey dan clark terhadap narapidana diamerika
menggambarkan bahwa remaja yang menjalani proses pemenjaraan
mengalami gangguan trauma yaitu adanya ingatan-ingatan yang mengganggu
dan memiliki pemikiran terus menerus terkait dengan prilaku kriminal yang
mereka lakukan. (Hilman,P.D,2017)
1. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan dirilagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama.( marasmis 2005)
2. Keperawatan
Terapiaktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi. Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas
yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri
harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah.(Keliat danAkemat,2005)
3. Terapi
a. Acceptance dan CommitmentTherapy
Acceptance dan CommitmentTherapy (ACT) merupakan suatu
terapi yang bertujuan untuk meningkatkan aspek psikologi yang
lebih fleksibel atau kemampuan untuk menjalani perubahanyang
terjadi saat ini dengan lebih baik. Dalam ACT, klien diajak untuk
tidakmenghindari tujuan hidupnya, meskipun dalam upaya untuk
mencapainya akan ditemukanpengalaman-pengalaman yang tidak
menyenangkan.
b. Mindfulness for Prisoners (Mindfulners)
dikembangkan dari Mindfulness Based Cognitive Therapy (MBCT)
yang merupakan bentuk terapi mindfulnessberbasis pendekatan
kognitif-perilaku. (2006 dalam Duncan, Coatsworth, &Greenberg,
2009), menjabarkan lima komponen mindfulness, yaitu
bertindakengan kesadaran (actingwithawareness), kemampuan
mengobservasi (observing), kemampuan mendeskripsikan
(describing), sikap non-reaktif terhadap pengalaman dan sikap tanpa
penilaian terhadap pengalaman. Terapi mindfulness dapat diajarkan
pada berbagai kelompok dan individu yang memiliki permasalahan
fisik dan psikologis, termasuk narapidana yang berada di penjara.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.7 Evaluasi
Evaluasi keperawatan pada masalah Konsep Diri: Harga Diri Rendah:
1. Klien mampu mengidentifikasi hal positip pada dirinya
2. Klien mampu memilih hal positip dirinya yang dapat digunakan
3. Klien mampu memilih hal positip diri yang akan dilatih atau dilakukan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan