Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

KASUS PELANGGARAN HAM

Dosen Pengajar :
Zulkifli Lubis

Nama : Nikita Bunga Semesta


Kelas : 1D4 Kesehatan Lingkungan

PROGRAM STUDI D4 KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II


Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan masalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini agar
dapat menjadi pelajaran dalam penulisan makalah berikutnya.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu
dan semoga Allah SWT melimpahkan karunianya dalam setiap amal kebaikan kita dan diberikan
balasan. Amin.

Bekasi, 23 Maret 2020

Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................................... i

Daftar Isi..................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................
1.3 Tujuan...........................................................................................................................
1.4 Manfaat.........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................

2.1 Pengertian Pelanggaran HAM......................................................................................


2.2 Jenis-Jenis Pelanggaran HAM......................................................................................
2.3 Pengertian Pelecehan Seksual.......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................

3.1 Kasus Pelecehan Seksual Mahasiswi Universitas Gadjah Mada..................................


3.1.1 Kronologi Kasus..................................................................................................
3.1.2 Pelaporan Kasus...................................................................................................
3.1.3 Akhir Kasus Pelecehan Seksual...........................................................................

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan...................................................................................................................
4.2 Saran.............................................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat.
1.1 Latar Belakang
Pelecehan seksual merupakan perilaku atau tindakan yang menganggu melecehkan dan
tidak diundang yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang terhadap pihak lain yang
berkaitan langsung dengan jenis kelaminpihak yang diganggunya dan dirasakan menurunkan
martabat dan harga diri orang yang diganggunya.
Di era modern seperti saat ini banyak sekali terjadi kejahatan terutama yang berhubungan
dengan seksualitas terutama yang dilakukan kepada seorang wanita hingga hampir disetiap kasus
pelecehan seksual wanitalah yang kebanyakan menjadi korbannya, dengan berkembangnya
tehnologi juga banyak pengaruhnya terhadap perilaku pelecehan seksual, dan bahkan teknologi
yang seharusnya sangat berguna bagi pendidikan bisa menjadi media utama pelecehan seksual,
seperti halnya media internet.
Pelecehan seksual ini bukan hanya pelanggaran hukum pidana, tetapi juga pelanggaran
berat HAM.
Hak Asasi Manusia merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak
manusia masih dalam kandungan sampai akhir kematiannya sebagai anugrah Tuhan. Di dalamnya
tidak jarang menimbulkan gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM pada
dirinya sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM seorang individu
terhadap individu lain, kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini diantaranya yaitu :
a. Apa yang dimaksud dengan pelanggaran HAM dan apa saja jenis-jenis pelanggaran HAM?
b. Apa yang dimaksud dengan pelecehan seksual?
c. Apa contoh kasus pelanggaran HAM yang berkaitan dengan pelecehan seksual?

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah “Kasus Pelanggaran HAM” ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas kuliah daring mata kuliah Kewarganegaraan, serta memahami tentang pelanggaran
HAM dan kasus pelanggaran HAM yang ada di Indonesia.

1.4 Manfaat
Dengan disusunnya makalah “Kasus Pelanggaran HAM” ini diharapkan pembaca dapat
lebih memahami hal-hal yang termasuk dalam pelanggaran HAM.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian dan jenis-jenis pelanggaran HAM serta
pengertian pelecehan seksual.
2.1 Pengertian Pelanggaran HAM
Pengertian pelanggaran HAM menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yakni “setiap
perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang
dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil
dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku”.
Berdasarkan pengertian tersebut sudah jelas bahwa pelanggaran HAM sangat di tekankan
kepada semua kalangan tanpa terkecuali baik masyarakat biasa maupun dari aparat negara.
Bahkan, dijelaskan pula baik disengaja maupun tidak disengaja tetap saja merupakan
pelanggaran HAM. Sehingga dalam hal ini anda harus berhati-hati karena bisa pula ketika anda
tidak sadar itu sedang melanggar hak orang lain.
Sedangkan menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM menyatakan bahwa
Pelanggaran HAM yakni “setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi,
dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku”.
Berdasarkan pengertian pelanggaran HAM tersebut bahwa undang-undang telah menjamin
hak-hak manusia secara adil. Sehingga anda tidak perlu khawatir apabila ada diskriminasi atau
tidak terpenuhinya hak anda.

2.2 Jenis-Jenis Pelanggaran HAM


Jenis pelanggaran HAM berat dapat kamu simak sebagai berikut antara lain
a. Kejahatan Genosida (Genocide)
Kejahatan genosida termasuk dalam jenis pelanggaran HAM berat yang berada dalam
yuridiksi International Criminal Court. Genosida merupakan sebuah pembantaian secara massal
atau besar-besaran yang secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau sekelompok suku
bangsa dengan maksud dan tujuan untuk memusnahkan hingga punah bangsa tersebut.
Termasuk dalam kejahatan berat, kejahatan genosida pernah terjadi di beberapa negara
sehingga menimbulkan banyaknya korban jiwa dan mendapatkan kecaman dari PBB. Tak hanya
membantai suatu suku bangsa, kejahatan genosida juga mencakup hal lain seperti memaksa
tindakan yang bertujuan untuk mencegah kelahiran di dalam suatu suku atau kelompok dan
secara paksa memindahkan anak-anak dari suku satu ke suku lainnya.
b. Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan manusia ini merujuk pada jenis pelanggaran HAM pada tindakan pembunuhan
massal yang terjadi secara sistematis yang meluas ditujukan kepada suatu kelompok penduduk
sipil yang meliputi aksi pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pemindahan paksa penduduk,
perampasan berat atas kebebasan fisik, penyiksaan, pemerkosaan (termasuk perbudakan seksual,
pemaksaan prostitusi, pemaksaan sterilisasi), penganiayaan, penghilangan paksa, perbuatan tak
manusiawi yang mengakibatkan penderitaan berat mental dan fisik, dan kejahatan apartheid.

Jenis pelanggaran HAM ringan adalah bentuk pelanggaran HAM yang tidak mengancam
keselamatan jiwa namun harus tetap dilindungi karena sangat berbahaya bagi individu. Jenis
pelanggaran HAM ringan, dapat kamu lihat sebagai berikut antara lain:
a. Melakukan penganiayaan
b. Melakukan hal yang berakibat dapat mencemarkan nama baik seseorang
c. Menghalangi seseorang untuk menyampaikan aspirasinya dengan berbagai cara
d. Melakukan aksi kekerasan dengan pemukulan

2.3 Pengertian Pelecehan Seksual


Seksual adalah hal-hal yang menyangkut seks/jenis kelamin, Harassment adalah
penggangguan ketenangan yang sifatnya tidak diundang oleh subject yang diganggu, Leceh:
membuat kecil, mengejek, merendahkan martabat. (kamus besar Bahasa Indonesia). Pelecehan
adalah tindakan menurunkan martabat.
Sexual Harassment (pelecehan seksual) menurut Advisory Commite Yale College Grevance
Board and New York, seperti dikutip oleh Judith Berman Bradenburg adalah semua tingkah laku
seksual atau kecenderungan untuk bertingkah laku seksual yang tidak diinginkan oleh seseorang
baik verbal (psikologis) atau fisik yang menurut si penerima tingkah laku sebagai merendahkan
martabat, penghinaan, intimidasi, atau paksaan. Sedangkan menurut BKKBN (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012) pelecehan seksual adalah segala macam
bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara
sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi
negatif seperti malu, marah, benci, tersinggung, dan sebagainya pada diri individu yang menjadi
korban pelecehan tersebut.
Perempuan dan laki-laki sama-sama mempunyai kebutuhan seksual. Apabila pemenuhan
kebutuhan tersebut dilakukan atas dasar kesepakatan atau kesukarelaan antara kedua belah pihak
(laki-laki dan perempuan), maka tidak akan timbul permasalahan. Akan tetapi, apabila tindakan-
tindakan yang berkaitan dengan kebutuhan seksual tidak dilakukan atas dasar kesukarelaan
(misalkan ada unsur pemaksaan atau kekerasan), maka akan menimbulkan permasalahan dan
keresahan.
Pelecehan seksual merujuk pada tindakan bernuansa seksual yang disampaikan melalui
kontak fisik maupun non fisik yang menyasar pada bagian tubuh seksual atau seksualitas
seseorang sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman, merendahkan martabat seseorang, dan
mungkin sampai menyebabkan masalah kesehatan dan mengancam keselamatan.
Pelecehan seksual memiliki berbagai bentuk. Secara luas, terdapat lima bentuk pelecehan
seksual menurut ILO (International Labour Organization) yaitu:
a. Pelecehan fisik termasuk sentuhan yang tidak diinginkan mengarah ke perbuatan seksual
seperti mencium, menepuk, mencubit, melirik atau menatap penuh nafsu.
b. Pelecehan lisan termasuk ucapan verbal/ komentar yang tidak diinginkan tentang kehidupan
pribadi atau bagian tubuh atau penampilan seseorang, lelucon dan komentar bernada seksual.
c. Pelecehan isyarat termasuk bahasa tubuh dan atau gerakan tubuh bernada seksual, kerlingan
yang dilakukan berulang-ulang, isyarat dengan jari, dan menjilat bibir.
d. Pelecehan tertulis atau gambar termasuk menampilkan bahan pornografi , gambar,
screensaver atau poster seksual, atau pelecehan lewat email dan moda komunikasi elektronik
lainnya.
e. Pelecehan psikologis/emosional terdiri atas permintaan-permintaan dan ajakan-ajakan yang
terusmenerus dan tidak diinginkan, ajakan kencan yang tidak diharapkan, penghinaan atau
celaan yang bersifat seksual.
BAB III PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas tentang salah satu contoh kasus pelanggaran HAM, yakni
kasus pelecehan seksual
3.1 Kasus Pelecehan Seksual Mahasiswi Universitas Gadjah Mada
Kasus pelecehan mahasiswi Universitas Gajah Mada (UGM) mencuat setelah diberitakan
oleh lembaga pers kampus setempat. 
3.1.1 Kronologi Kasus
Salah satu universitas ternama di Indonesia, yaitu Universitas Gadjah Mada
(UGM), tahun lalu menjadi sorotan berbagai media massa. Agni, nama samaran dari salah satu
mahasiswi tersebut, menjadi korban pemerkosaan temannya sendiri, HS, ketika mereka
melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di Dusun Nasiri, Kabupaten Seram Bagian Barat, Pulau
Seram, Maluku pada tahun 2017. Kasus ini mulai menyedot perhatian berbagai kalangan setelah
Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BPPM) Balairung UGM menerbitkan laporan utamanya
yang bertajuk 'Nalar Pincang UGM atas Kasus Perkosaan'.
Kasus ini bermula ketika Agni, yang merupakan mahasiswi angkatan 2014 dari
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) UGM, akan menemui teman perempuannya di
pondokan lain karena ingin membicarakan program KKN-nya. Karena lokasi pondokan
temannya memang agak jauh, Agni memutuskan singgah ke pondokan laki-laki yang kebetulan
ia lewati.
Saat waktu menunjukkan pukul 7 malam, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya,
dan akhirnya Agni memutuskan menginap di sana. Kebetulan di pondokan tersebut tersisa cuma
1 kamar. Lalu si HS, yang  juga merupakan mahasiswa angkatan 2014 dari Fakultas Teknik (FT)
UGM, menyuruhnya tidur di sana dengan posisi berjauhan. Tak lantas kemudian, kejadian yang
tidak senonoh pun dilakukan oleh HS tanpa persetujuan si penyintas, Agni. Akan tetapi, menurut
kronologi yang dikatakan oleh HS, Agni hanya diam saja jadi seolah-olah Agni merespon hal
tersebut.
3.1.2 Pelaporan Kasus
Lalu pada akhirnya Agni memutuskan untuk melaporkan si pelaku kepada
Koordinator Mahasiswa Subunit (Kormasit), Koordinator Mahasiswa Unit (Kormanit), dan
Dosen Pendamping Lapangan (DPL) atas saran temannya yang berada di Jogja. Tak lama
kemudian, si pelaku, HS, ditarik dari kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) untuk ditanyai lebih
lanjut terkait hal yang menyangkut dirinya tersebut.
Selain mendapat tindakan kejahatan dari tindakan rekannya, HS, Agni juga
mendapat nilai C dari dosen pembimbing lapangan (DPL) dan ia juga sempat dijuluki dengan
analogi 'ikan asin' yang berarti "Ibarat kucing kalau diberi gereh (ikan asin dalam bahasa jawa),
pasti kan setidak-tidaknya akan dicium-cium atau dimakan."
Menanggapi tindakan tersebut, Agni tak lantas diam dengan hal tersebut, dia
mengusulkan agar pelaku di-Drop Out (DO) saja. Akan tetapi, menurut Dekan Fakultas Teknik
UGM, Nizam, menyatakan bahwa HS belum layak di-Drop Out (DO) karena kajian tim
investigasi independen belum mengarah ke keputusan tersebut, melainkan direkomendasikan
untuk mengikuti program konseling.
Pada waktu itu juga, Agni yang didampingi oleh Rifka Annisa, selaku organisasi
yang menaungi kasus-kasus yang berkaitan dengan perlindungan perempuan, bertemu dengan
perwakilan Rektorat UGM untuk meminta tindakan lebih lanjut terkait kasus yang ditimpanya
tersebut. Lalu dari perwakilan Rektorat UGM tersebut, membentuk sebuah Tim Investigasi, akan
tetapi tidak lama kemudian Tim Investigasi tersebut dibubarkan.
Setelah penerbitan berita yang mengungkit nama Agni dan HS oleh Balairung, pada
tanggal 29 November 2018, penyidik Kepolisian DI Yogyakarta meminta si korban melapor
secara hukum, tapi karena banyaknya saran dari berbagai pihak, Agni tidak melaporkannya
melalui jalur hukum. Sebagai gantinya, dia hanya menuntut pihak UGM untuk memberikan
sanksi etik kepada pelaku, HS.
Pada April 2018, UGM menanggapi kasus Agni dengan membentuk Tim
Investigasi Rektorat UGM—belakangan berubah nama menjadi Tim Evaluasi KKN-PPM 2018
—untuk mencari fakta tentang kasus yang dialami Agni. Kesimpulannya: terjadi pelecehan
seksual terhadap Agni. Tim Investigasi menyerahkan hasil temuan dan rekomendasi kepada
UGM untuk ditindaklanjuti pada Juli 2018. Salah satu rekomendasi itu HS harus mengulang
KKN dan ditunda kelulusannya. Namun, HS diketahui telah mengikuti yudisium dan mendaftar
sebagai calon wisudawan UGM pada November 2018.
Rekan-rekan Agni yang mengetahui hal itu lantas menggelar aksi protes terhadap
UGM, yang menilai UGM tidak serius menangani kasus kekerasan seksual. Agni menuntut HS
untuk di-drop out dengan catatan buruk. Wisuda HS pun ditunda hingga kasus ini dianggap
selesai.

Rifka Annisa adalah organisasi nirlaba yang konsen pada hak-hak perempuan dan penghapusan
kekerasan terhadap perempuan, berbasis di Yogyakarta. Lembaga ini yang mendampingi kasus
Agni sejak awal.
Sejak awal pula Agni tidak memilih langkah hukum. UGM pun menyepakati tidak
akan melaporkan kasus ini ke polisi. Namun, pada 9 Desember 2018, Kepala Pusat Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan UGM Arif Nurcahyo melaporkan kasus ini ke
polisi. Perkembangan kasus hukum semakin melemahkan posisi Agni. Dari berita acara
pemeriksaan Agni (berjam-jam ditanyai polisi yang “dimanfaatkan polisi untuk menyerang Agni
dan laporan Balairung,” menurut pengacara Agni), informasi dari pemeriksaan saksi, hingga
permintaan visum et repertum dari Polda DIY.
Sukiratnasari, pengacara Agni, menilai permintaa visum et repertum semakin jelas
menunjukkan cara polisi menyelidiki kasus ini masih konvensional. Pengacara Agni menolak
permintaan ini karena bekas luka fisik sudah hilang, mengingat kejadian yang sudah terlalu lama.
Kuasa hukum kemudian mengajukan permohonan visum et psiakiatrikum (hasil pemeriksaan
psikologi Agni) tapi tidak mendapatkan tanggapan hingga kini.
Meneruskan hasil Tim Investigasi, UGM membentuk Komite Etik, yang diberi
mandat untuk menelusuri “kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan seorang mahasiswa
di KKN Periode Juli-Agustus 2017.” Agni diberitahu oleh pihak Komite Etik bahwa pelaku
bersedia minta maaf.
Pada 15 Desember 2018, pukul 2 siang, Agni dipanggil ke Rifka Anissa bertemu
dengan lima anggota Komite Etik dan pendamping. Ia ditunjukkan draf surat permohonan, dan di
situ tertulis dengan ketikan bahwa pelaku meminta maaf atas “perbuatan asusila”. Agni
merevisinya menjadi “pelecehan seksual” (istilah yang sesuai peraturan UGM karena UGM tak
punya istilah “kekerasan seksual” di aturan-aturannya).
Pada 17 Januari 2019, permintaan maaf dari pelaku yang secara eksplisit mengakui
ada "kekerasan seksual" seyogyanya dibawa ke pihak rektorat UGM, tapi mendadak Rektor
UGM Panut Mulyono membatalkan tanpa alasan. Komite Etik, bagaimanapun, telah
menyerahkan hasil penelusurannya kepada Rektor UGM pada 31 Desember 2018. Namun, UGM
enggan membeberkan hasil temuan Komite Etik ke publik, dengan dalih "demi keamanan
psikologis anak-anak".
Menurut tim kuasa hukum Agni, Komite Etik tidak menyimpulkan pelanggaran
yang dilakukan HS sebab ada dissenting opinion di antara para anggota.
Rektorat UGM menunjuk tujuh dosen sebagai anggota Komite Etik, yaitu Amalinda
Savirani dari Fakultas Fisipol, Rachmad Hidayah dari Fakultas Filsafat, Winastuti Dwi Atmanto
dari Fakultas Kehutanan, Sri Wiyanti Eddyono dari Fakultas Hukum, Subagus Wahyuono dari
Fakultas Farmasi, Tri Winarni dari Pusat Studi Wanita, dan Wiendu Nuryanti dari Fakultas
Teknik.
Komite Etik secara mayoritas memutuskan terjadi “perbuatan asusila”, tapi tidak
dapat dikategorikan sebagai perbuatan pelecehan seksual dan karena itu Komite Etik tidak
mengkategorikan jenis pelanggaran dari perbuatan tersebut. Namun, Sri Wiyanti membuat
dissenting opinion atas putusan itu. Wiyanti bersedia membagikan dokumen dissenting opinion-
nya sepanjang 9 halaman yang ditulis pada 31 Desember untuk dikutip oleh kolaborasi
#NamaBaikKampus.
Ia berpendapat, dalam kasus Agni, telah terjadi “kekerasan seksual” dan
meletakkannya sebagai “pelanggaran berat” terhadap Peraturan Rektor UGM No.
711/P/SK/HT/2013 tentang Tata Perilaku Mahasiswa UGM. Pertimbangannya, kekerasan
seksual merupakan kejahatan serius dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia maupun
di tingkat internasional.
Kekerasan seksual termasuk pelecehan seksual adalah kekerasan berbasis gender,
tulis Wiyanti. Wiyanti mengkategorikan kasus ini sebagai pelecehan seksual dengan mengacu
pada Surat Keputusan Rektor No. 1699/UN 1. P/SK/Hukor/2016 (ada perilaku, ada kepentingan
seksual atau bersifat seksual, dan ada dampak membuat perasaan terganggu), dari hasil temuan
Tim Investigasi, dan mekanisme UGM dalam menyelesaikan kasus kekerasan seksual.
Anggota Komite Etik dari Fakultas Fisipol, Amalinda Savirani, memutuskan keluar
dari Komite Etik. Menurutnya, kondisi Komite Etik sudah tidak kondusif lagi dan tidak sesuai
dengan amanah awal. Amalinda berkata ia mengikuti apa yang digariskan Fisipol, dalam hal ini
posisi Fisipol sangat tegas menyatakan situasi ini tidak menguntungkan bagi Agni sehingga
harus diusut.
"Kalau pada proses perjalanan Komite Etik ada kemungkinan akan ke arah yang
tidak sesuai dengan amanah Fisipol, ya ngapain saya di situ dan menandatangani kesepakatan
yang bukan menjadi amanah saya?" ujar Amalinda, yang bersedia dikutip untuk kolaborasi
#NamaBaikKampus.
Selain itu, menurutnya, Komite Etik sudah tidak berjalan sesuai kesepakatan awal,
yakni bekerja berdasarkan hasil Tim Investigasi yang jelas menyatakan terjadi pelecehan seksual
terhadap Agni saat KKN.
3.1.3 Akhir Kasus Pelecehan Agni
Setelah proses yang panjang, pihak UGM mempertemukan Agni dengan pelaku
agar mereka menandatangani kesepakatan damai dan meminta maaf atas perbuatan yang
dilakukan oleh pelaku, HS. Kesepakatan itu diteken pada Senin, 4 Februari 2019, sebagai tanda
kasus dugaan pemerkosaan terhadap Agni dianggap "selesai" oleh ketiga pihak.
Keputusan Agni meneken kesepakatan itu melalui proses panjang. Agni harus
melalui negosiasi alot dengan Rektorat UGM untuk memperjuangkan hak-haknya. Tim kuasa
hukum Agni yang dipimpin Catur Udi Handayani menyatakan jalur itu bukan kesepakatan
damai, tapi langkah yang diambil untuk meminimalisir risiko terhadap Agni. Perkembangan
kasus yang semakin hari semakin tak jelas berpotensi memperbesar tekanan psikis bagi Agni,
menurut Catur.
Kesepakatan non-litigasi memiliki risiko paling minimal bagi Agni, tambahnya.
Agni, yang memberikan izin bagi kolaborasi #NamaBaikKampus mengutip pernyataannya,
memang merasa “sudah kalah” dalam kasusnya—tuntutannya agar UGM men-drop out pelaku.
Pihak UGM juga merekomendasikan berbagai macam jalan rekonsiliasi, yaitu
kewajiban bagi pelaku, HS, untuk mengikuti mandatory counselling dan bagi korban, Agni,
untuk mengikuti trauma counselling.
UGM juga akan memfasilitasi dan menanggung sepenuhnya dana konseling Agni
dan HS, serta memberikan dukungan dana yang dibutuhkan untuk penyelesaian studi kepada
Agni. Dekan Fisipol UGM, Erwan Agus Purwanto berkata kesepakatan ini dibuat tanpa
pemaksaaan terhadap kedua pihak dan sebelumnya, HS dan Agni sudah diberitahu mengenai isi
kesepakatan dan diminta untuk mempertimbangkan sebelum penandatanganan.
BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian dan jenis-jenis pelanggaran HAM serta
pengertian pelecehan seksual.
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

Daftar Pustaka

https://www.romadecade.org/pengertian-pelanggaran-ham/#!

https://www.liputan6.com/news/read/4208742/cegah-sebaran-covid-19-pemprov-dki-tunda-
operasi-pasar-murah-di-jakarta

https://www.academia.edu/28218014/PELECEHAN_SEKSUAL_Kebijakan_Hak-
Hak_Korban_dan_Hambatan_dalam_Mendapatkan_Keadilan_

https://www.kompasiana.com/hanifahnlaili/5cfb4f813d68d568ac7885e4/kilas-balik-agni-yang-
dijuluki-si-ikan-asin?page=2

https://tirto.id/kasus-agni-bagaimana-ugm-mengabaikan-kasus-kekerasan-seksual-dgpM

Anda mungkin juga menyukai