Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

STUDI KASUS KORUPSI

Dosen Pengajar
Drs. Zulkifli Lubis, M.A

Disusun Oleh
NIKITA BUNGA SEMESTA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini agar
dapat menjadi pelajaran dalam penulisan makalah berikutnya.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu
dan semoga Allah SWT melimpahkan karunianya dalam setiap amal kebaikan kita dan diberikan
balasan. Amin.

Bekasi, 26 Maret 2020

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................................... i

Daftar Isi..................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................2

BAB III STUDI KASUS............................................................................................................4

3.1 Kronologi Kasus Korupsi Proyek Hambalang..............................................................4


3.2 Bukti Kecurangan Proyek Hambalang..........................................................................6
3.3 Aturan-Aturan yang Dilanggar.....................................................................................8
3.4 Hukuman ynag Dijatuhkan...........................................................................................9

BAB IV PENUTUP....................................................................................................................11

4.1 Kesimpulan...................................................................................................................11
4.2 Saran.............................................................................................................................11

Daftar Pustaka...........................................................................................................................12

ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujua.

1.1 Latar Belakang


Korupsi di Indonesia saat ini sudah merupakan patologi social (penyakit social) yang sangat
berbahaya yang sangat mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat besar.
Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan pengurasan keuangan
negara yang dilakukan secara kolektif oleh anggota legislative. Bentuk perampasan dan
pengurasan keuangan negara terjadi hamper di seluruh wilayah tanah air. Hal itu merupakan
cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap rakus.
Pertanyaannya adalah, dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain jika kita ingin
negara Indonesia menjadi negara yang maju, adalah korupsi harus diberantas. Tidak aka nada
harapan negara kita ini mampu mengejar ketertinggalannya dari negara lain jika kita tidak
berhasl memberantas korupsi, atau paling tidak mengurangi kasus korupsi yang terjadi di
Indonesia. Karena korupsi membawa dampak negative yang sangat luas dan dapat membawa
negara ke kehancuran.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu korupsi?
b. Bagaimana studi kasus terakit kasus korupsi yang ada di Indonesia?

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan studi kasus ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kuliah daring
mata kuliah Kewarganegaraan, serta memahami tentang contoh kasus korupsi yang telah terjadi
di Indonesia.

1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Korupsi secara harfiah adalah “sesuatu yang busuk, jahat, dan merusakkan” (Dikti, 2011).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, korupsi didefinisikan lebih spesifik lagi
yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan,
dsb.) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam. Akan tetapi,
penyebab korupsi secara umum dapat dirumuskan sesuai dengan pengertian korupsi itu sendiri
yang bertujuan mendapatkan keuntungan pribadi/ kelompok/ keluarga/ golongannya sendiri.

Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Boulogne atau sering disebut GONE Theory bahwa
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi sebagai berikut.

a. Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada di
dalam diri setiap orang.
b. Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau
masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk
melakukan kecurangan.
c. Needs (kebutuhan) berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh individu-individu
untuk menunjang hidupnya yang wajar.
d. Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh
pelaku kecurangan apabila pelaku ditemukan melakukan kecurangan.

Adapun faktor-faktor penyebab korupsi bisa berasal dari internal pelaku korupsi itu sendiri,
tetapi bisa juga berasal dari situasi lingkungan yang mendukung seseorang untuk melakukan
korupsi.

a. Faktor Internal
Faktor ini merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri pelaku yang dapat
diidentifikasi dari hal-hal berikut.
1) Sifat tamak/rakus manusia

2
3

2) Moral yang kurang kuat


3) Penghasilan yang kurang mencukupi
4) Gaya hidup yang konsumtif
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar yang berasal dari situasi lingkungan yang
mendukung seseorang untuk melakukan korupsi. Berikut ini beberapa faktor eksternal yang
menyebabkan terjadinya korupsi.
1) Manajemen yang kurang baik sehingga memberikan peluang untuk melakukan korupsi
2) Kultur organisasi yang kurang baik
3) Lemahnya controlling/pengendalian dan pengawasan
4) Kurangnya transparasi pengelolaan keuangan
BAB III STUDI KASUS KORUPSI

Kasus Hambalang merupakan kasus dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak
pihak, diantaranya para elit Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri dari Anas Urbaningrum
komisaris PT Dutasari Citralaras; Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Andi Malarangeng;
Mahfud Suroso, Direktur PT Dutasari Citralaras; dan lain sebagainya.

Diketahui, tender proyek ini dipegang oleh kontraktor dimana mereka merupakan BUMN,
yaitu PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya yang diduga mensub-tenderkan sebagian proyek
kepada PT Dutasari Citralaras senilai 300 M. KPK menyatakan, dalam penyelidikan Hambalang
ada dua hal yang menjadi konsentrasi pihaknya. Yakni, terkait dengan pengadaan pembangunan
dan terkait dengan kepengurusan sertifikat tanah Hambalang.

1.1 Kronologi Kasus Korupsi Proyek Hambalang

Proyek Hambalang dimulai sekitar tahun 2003. Proyek yang dikabarkan ada dugaan korupsi
seperti 'nyanyian' M Nazaruddin ini ditargetkan selesai akhir tahun 2012 ini.

Berikut kronologi pembangunan proyek Hambalang dari tahun ke tahun seperti yang
disampaikan Sesmenpora Yuni Mumpuni di kantor Kemenpora, Jl Asia Afrika, Senayan, Jakarta,
Rabu (30/5/2012). Yuni mengatakan itu sebelum mengajak wartawan ke Hambalang.

 Tahun 2003-2004

Pada tahun itu, masih di Direktorat Jenderal (Ditjen) Olahraga Depdikbud. Proyek ini
digelontorkan pada tahun itu sesuai dengan kebutuhan akan pusat pendidikan dan pelatihan
olahraga yang bertaraf internasional. Selain itu untuk menambah fasilitas olahraga selain
Ragunan.

Pada tahun itu direkomendasikan 3 wilayah, yaitu Hambang, Desa Karang Pawitan,
Bogor dan Cariuk, Bogor. Dan akhirnya yang dipilih adalah Hambalang.

4
5

 Tahun 2004
Dilakukan pembayaran para penggarap lahan di lokasi tersebut dan sudah dibangun
masjid, asrama, lapangan sepakbola, dan pagar.
 Tahun 2004-2009
Proyek di Ditjen Olahraga Kemendikbud dipindahkan di Kemenpora. Lalu dilaksanakan
pengurusan sertifikat tanah Hambalang tetapi tidak selesai.

 Tahun 2005
Datang studi geologi oleh konsultan pekerjaan di lokasi Hambalang.

 Tahun 2006
Dianggarkan pembuatan maket dan masterplan. Dari rencana awalnya pusat peningkatan
olahraga nasional, menjadi pusat untuk atlet nasional dan atlet elite.

 Tahun 2007
Diusulkan perubahan nama dari Pusat Pendidikan Pelatihan Olahraga Nasional menjadi
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional.

 Tahun 2009
Diajukan anggaran pembangunan dan mendapat alokasi sebesar Rp 1,25 miliar.

 Tahun 2010
Pada 20 Januari diterbitkan sertifikat hak pakai nomor 60 atas nama Kemenpora dengan
luas tanah 312.448 m2. Lalu pada 30 Desember 2010 keluar izin pendirian bangunan.

Lalu pada 2010 juga ada perubahan lagi yakni penambahan fasilitas sarana dan prasarana
antara lain bangunan sport sains, asrama atlet senior, lapangan menembak, ekstrem sport,
panggung terbuka dan volley pasir dengan dibutuhkan anggaran Rp 1,75 triliun.

Lalu sejak 2009-2010 sudah dikeluarkan anggaran total Rp 675 miliar. Lalu 6 Desember
2010 keluar surat kontrak tahun jamak dari Kemenkeu untuk pembangunan proyek sebesar Rp
1,75 triliun.

Semuanya menjadi terbuka ketika Koordinator Anggaran Komisi X DPR RI yang juga
Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, ditangkap. Nazar mulai
6

mengungkap berbagai aktifitas korupsi yang melibatkannya, salah satunya korupsi pada proyek
Hambalang yang ternyata juga melibatkan dedengkot-dedengkot Partai Demokrat lainnya:
AnasUrbaningrum, Andi Alfian Mallarangeng, dan Angelina Sondakh.

Dalam perjalanannya, munculah kronologi sebagai berikut :

 1 Agustus 2011: KPK mulai menyelidiki kasus korupsi proyek Hambalang senilai Rp 2,5
triliun.

 8 Februari 2012: Nazar menyatakan bahwa ada uang Rp 100 miliar yang dibagi-bagi, hasil
dari korupsi proyek Hambalang. Rp 50 miliar digunakan untuk pemenangan Anas sebagai
Ketua Umum Partai Demokrat; sisanya Rp 50 miliar dibagi-bagikan kepada anggota DPR
RI, termasuk kepada Menpora Andi Alfian Mallarangeng.

 9 Maret 2012: Anas membantah pernyataan Nazar. Anas bahkan berkata dengan tegas,
"Satu rupiah saja Anas korupsi Hambalang, gantung Anas di Monas.

 5 Juli 2012: KPK menjadikan tersangka Dedi Kusnidar, Kepala Biro Keuangan dan
Rumahtangga Kemenpora. Dedi disangkakan menyalahgunakan wewenang sebagai pejabat
pembuat komitmen proyek.

 3 Desember 2012: KPK menjadikan tersangka Andi Alfian Mallarangeng dalam posisinya
sebagai Menpora dan pengguna anggaran. Selain itu, KPK juga mencekal Zulkarnain
Mallarangeng, adik Andi, dan M. Arif Taufikurrahman, pejabat PT Adhi Karya.

 22 Februari 2013: KPK menjadikan tersangka Anas Urbaningrum. Anas diduga menerima
gratifikasi berupa barang dan uang, terkait dengan perannya dalam proyek Hambalang.

1.2 Bukti Kecurangan Proyek Hambalang


Tersangka kasus dugaan korupsi dalam proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan,
dan Sekolah Olahraga Nasional (PPPSON) Deddy Kusnidar diketahui sempat melakukan
korespondensi dengan PT Adhi Karya untuk membahas pembangunan proyek Kementerian
pemuda dan Olahraga itu. Korespondensi itu juga diketahui dilakukan untuk menegaskan PT
7

Adhi Karya tidak akan menuntut Kementerian jika pengajuan dan amulti years untuk proyek itu
tidak cair.

Berdasarkan dokumen yang diterima Sindo news Kamis (26/7/2012), pada 19 Agustus 2010
lalu Deddy memberitahukan kepada PT Adhi Karya selaku pemenang tender, jika dana yang
telah ada untuk pembangunan proyek itu baru Rp 262,7 miliar. Sementara proses pengajuan
pelaksanaan kontrak tahun jamak (multiyears) dengan total nilai kegiatan direncanakan sebesar
Rp 1,2 triliun sedang dilaksanakan. Dalam surat itu juga Deddy menegaskan jika pengajuan
tersebut tidak disetujui, maka anggaran akan kembali pada anggaran semula, dan pihak penyedia
barang dan jasa pemborong tidak akan menuntut ganti rugi kepada pengguna barang dan jasa
dalam bentuk apapun. Surat Deddy Kusdinar kepada PT Adhi Karya itu menjadi bukti adanya
kongkalikong untuk mengarahkan penganggaran multiyears, sekaligus kongkalikong
pemenangan Adhi Karya sejak awal dalam proyek itu. Padahal, Kemenpora dan PT Adhi Karya
baru menandatangani kontrak multiyears proyek Hambalang pada 10 Desember 2010. Sementara
persetujuan kontrak tahun jamak disetujui Kementerian Keuangan melalui surat Nomor: S-
553/MK.2/2010. Bukti dokumen itu sendiri diperkuat dengan pernyataan Wakil Menteri
Keuangan (Wamenkeu) Anny Ratnawati yang mengatakan, Kemenpora memang telah
KepadaYth
melakukan pelanggaran aturan penganggaran, karena Kemenpora sudah melakukan kontrak
Calon Penyedia Jasa Pemborong
kerjasama dengan pihak ketiga padahal belum ada persetujuan anggaran. "Kontrak multiyears itu
Di Tempat
satu kesatuan, sehingga seharusnya sebelum kontrak multiyears disetujui, maka sebetulnya tidak
Diberitahukan
diperkenankan untukdengan hormat
melakukan bahwa
kontrak kegiatan
untuk Pelaksaan
hal-hal Pembangunan
yang menjadi Lanjutan
kesatuan dalam Pusat
persetujuan
Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional di Hambalang, Bogor, Jawa Barat
multiyears," terang Anny di
pada Kementerian kantor dan
Pemuda KPKOlahraga
beberapa tahun
waktu anggaran
lalu. Anny2010
menegaskan
adalah aturan
sebesarituRp
jelas
262.784.897.000
tercantum (Dua Menteri
dalam Peraturan ratus enam puluh dua
Keuangan milyar
(PMK). tujuh seharusnya
Dimana ratus delapan
adapuluh juta
persetujuan
depalan ratus Sembilan puluh tujuhriburupiah). Sampai dengan saat ini, anggaran masih
Menteri Keuangan
dalam proses lebih dulu. Dengan
pengajuan adanya
pelaksanaan persetujuan
kontrak tahun itulah
jamakyang kemudiandengan
(multiyears) dapat menjadi
total
syaratnilai kegiatan direncanakan
ditandatangani sebesar
kontrak tahun jamak.Rp1.200.000.000.000 (Satu triliun dua ratus milyar
rupiah). Bila mana pengajuan tersebut tidak mendapatkan persetujuan maka anggaran
kegiatan Pelaksaan Pembangunan Lanjutan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah
Berikut isi surat "kecurangan" antara Kemenpora dengan PT. Adhi Karya:
Olahraga Nasional di Hambalang, Bogor, Jawa Barat kembali ke anggaran semula dan
pihak penyedia barang/jasa pemborongan tidak akan menuntut ganti rugi kepada
pengguna barang/jasa dalam bentuk apapun.

Jakarta,19Agustus2010
Kepala Biro Perencanaan
Selaku Pejabat Pembuat Komitmen

Drs. Deddy Kusdinar, M.Pd


NIP.199959122319891001

Tembusan Yth:
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga
8

1.3 Aturan-Aturan yang Dilanggar

Andi ditetapkan menjadi tersangka pada Desember tahun lalu. Andi berstatus tersangka
dalam kapasitasnya sebagai menteri pemuda dan olahraga dan pengguna anggaran proyek
Hambalang. Ia disangkakan melanggar Pasal 2 Ayat (1) dan atau Pasal 3 Undang-Undang (UU)
30/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Pasal 3 mengatur soal penyalahgunaan
kewenangan yang meyebabkan kerugian negara. Sementara Pasal 2 Ayat (1) melakukan
pelanggaran hukum yang menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kempora),
Deddy Kusdinar sebagai tersangka kasus pengadaan pembangunan sarana dan prasarana Pusat
Pelatihan dan Olahraga Bukit Hambalang, Jawa Barat. Deddy ditetapkan tersangka terkait
jabatannya dulu sebagai kepala biro perencanaan Kempora. Deddy diduga telah
menyalahgunakan kewenangannya sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK). Kepada Deddy,
KPK menyangkakan pasal 2 ayat 1 dan atau Pasal 3 Undang-Undang No.31/1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi jo Pasal 55 Ayat (1) kesatu KUHP.
9

Sementara eks Direktur Operasi sekaligus Kepala Divisi Konstruksi 1 non aktif PT Adhi
Karya, Teuku Bagus Mokhamad Noor sebagai tersangka karena melanggar Pasal 2 ayat 1 dan
atau Pasal 3 Undang-Undang No.31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo Pasal
55 ayat 1 ke-1 KUHP.

KPK menetapkan Anas Urbaningrum sebagai tersangka atas penerimaan hadiah atau janji
terkait proses perencanaan pelaksnaan pembangunan sport center hambalang dan atau proyek-
proyek lainnya. Anas ditetapkan menjadi tersangka dalam kapasitasnya sebagai anggota DPR
2009-2014. KPK menyangkakan Anas melanggar pasal 12 huruf a atau huruf b dan atau pasal 11
Undang-Undang No.31/1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

KPK mulai menyelidiki kasus Hambalang sejak Agustus 2011. Setidaknya ada dua
peristiwa yang terindikasi korupsi dalam proyek Hambalang yangg ditaksir KPK mencapai Rp
2,5 triliun. Pertama, pada proses penerbitan sertifikat tanah Hambalang di Jawa Barat. Kedua,
pengadaan proyek Hambalang yang dilakukan secara multi years.

1.4 Hukuman yang Dijatuhkan

 Andi Mallarangeng
Andi dinyatakan terbukti menyalahgunakan wewenang sehingga menguntungkan diri
sendiri dengan melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jakarta sebagaimana diubah UU Nomor 20 Tahun 2001
jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 jo Pasal 65 ayat (1) KUHP.

Hakim menyatakan Andi terbukti memperkaya diri sendiri sebesar Rp 2 miliar (bukan Rp
4 miliar seperti diberitakan sebelumnya, red) dan 550.000 dollar AS dalam kasus dugaan korupsi
proyek Hambalang. Semua uang itu diterima Andi melalui adiknya, Andi Zulkarnain Anwar
alias Choel Mallarangeng.

 Dedy Kusnidar
Mantan Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kementerian Pemuda dan Olahraga
(Kemenpora), Deddy Kusdinar, divonis 6 tahun penjara dan denda Rp 100 juta subsider 3 bulan
kurungan penjara. Selain itu, Deddy juga dihukum membayar uang pengganti Rp 300 juta. Jika
belum dibayar hingga dalam waktu satu bulan setelah kasusnya berkekuatan hukum tetap, maka
10

harta bendanya akan disita negara. Jika hartanya tidak mencukupi, maka akan diganti dengan
pidana penjara selama 6 bulan.

Deddy dijerat Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana


diubah dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1, Pasal 65 Ayat (1) KUHP.

 Teuku Bagus Mochamad Noor


Mantan Kepala Divisi Konstruksi I PT Adhi Karya ini awalnya divonis hukuman empat
tahun enam bulan penjara, tetapi kemudian hukumannya diperberat menjadi 6 tahun dan denda
menjadi Rp 300 juta. Teuku Bagus Mokhamad Noor terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah menurut hukum melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama sebagaimana
dalam Pasal 3 UU Tipikor jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 65 ayat 1 KUHP, dalam dakwaan
kedua.
 Anas Urbaningrum
Mengacu pada pasal-pasal yang didakwakan kepada Anas, dan berdasar pada tuntutan
yang diajukan KPK kepada Majelis Hakim, Mahkamah Agung kemudian menyatakan Anas
bersalah telah melakukan tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang. MA
menjatuhkan vonis pidana penjara 14 (empat belas) tahun dikurangi masa tahanan, denda Rp5
miliar subsidair 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan kurungan, uang pengganti Rp57,59 miliar dan
USD 5,26 juta subsidair 4 (empat) tahun penjara. Pidana tambahan berupa pencabutan hak untuk
dipilih dalam jabatan politik.
BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini akan dibahas tentang kesimpulan dan saran.


4.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat kita simpulkan bahwa korupsi adalah suatu tindakan
memperkaya diri yang secara langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Adapun
faktor-faktor penyebab korupsi dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang berasal dari dalam pribadi pelaku korupsi tersebut. Sedangkan
faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan pelaku korupsi itu berada sehari-
hari.

Kesimpulan yang bisa diambil dari contoh kasus mengenai kasus proyek Hambalang ini
tidak hanya dilakukan oleh satu orang. Melainkan melibatkan beberapa deret nama dari
pemerintahan, pihak-pihak BUMN, dan lainnya. Diantaranya ada Anas Urbaningrum, Andi
Mallarangeng, Dedy Kusnidar, dan Teuku Bagus Mochamad Noor.

Tindakan yang dilakukan oleh salah satu pelaku, yaitu Anas Urbaningrum merupakan
tindakan yang tidak lepas dari pengaruh kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki oleh individu
maupun kelompok yang pada akhirnya merugikan dirinya sendiri masing-masing dan juga
menghancurkan harapan atau impiannya di masa depan karena hukuman yang harus dijalaninya.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan berdasarkan pemaparan diatas yaitu, bahwa sikap
antikorupsi harus ditanamkan sejak dini. Keluarga berperan penting untuk membentuk karakter
dan moral yang kuat pada individu agar tidak mudah terpengaruh oleh keadaan (dalam kasus
pencucian uang yang dilakukan oleh Anas Urbaningrum yaitu terpengaruh oleh jabatan atau
wewenang yang dimilikinya) serta individu mampu memilah manakah hal yang baik untuk
dilakukan dan yang tidak.

11
Daftar Pustaka

http://eprints.ums.ac.id/31461/2/Bab_1.pdf

https://news.detik.com/berita/d-1928176/kronologi-proyek-hambalang-dari-tahun-ke-tahun-

https://nasional.kompas.com/read/2014/03/11/1150216/Kasus.Korupsi.di.Hambalang.Deddy.Kus
dinar.Divonis.6.Tahun.Penjara

https://www.beritasatu.com/nasional/224140/hukuman-teuku-bagus-mokhamad-noor-diperberat

https://nasional.kompas.com/read/2014/07/18/14583141/Dituntut.10.Tahun.Andi.Mallarangeng.
Divonis.4.Tahun.Penjara

http://aqsharianifatya03.blogspot.com/2017/03/kronologi-kasus-hambalang.html

https://aclc.kpk.go.id/wp-content/uploads/2018/07/Buku-Panduan-Dosen-pendidikan-
antikorupsi-DIKTI.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai