“ ASKEP NARAPIDANA “
KELOMPOK 7 :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Askep Narapidana tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawata Kesehatan Jiwa II.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan
makalah ini. Terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan
agar pembaca dapat memberikan sanggahan, kritik, dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada semua pembaca.
penulis
1. Ade Fikrur Rozi
2. HERINAWAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Definisi........................................................................................................................3
B. Etiologi........................................................................................................................3
C. Masalah Kesehatan Narapidana..............................................................................5
D. Klasifikasi Narapidana.............................................................................................7
E. Penatalaksanaan Gangguan Jiwa pada Narapidana.................................................7
F. Asuhan Keperawatan Pada Narapidana....................................................................9
BAB III....................................................................................................................................14
PENUTUP...............................................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................................14
B. Saran.........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa dalam pasal 1 menyebutkan bahwa kesehatan jiwa adalah kondisi
dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
kelompoknya.
Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan sejahtera dikaitkan dengan kebahagiaan,
kegembiraan, kepuasan, pencapaian, optimisme, atau harapan. Kesehatan jiwa
melibatkan sejumlah kriteria yang terdapat dalam suatu rentang. Kriteria sehat jiwa
yaitu, sikap positif terhadap diri sendiri, berkembang aktualisasi diri dan ketahanan diri,
integrasi, otonomi, persepsi sesuai realitas, dan penguasaan lingkungan (Stuart, 2017).
Gangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologis yang ditunjukkan oleh
individu yang menyebabkan distres, disfungsi, dan menurunkan kualitas kehidupan.
Hal ini mencerminkan disfungsi psikobiologis dan bukan sebagai akibat dari
penyimpangan sosial atau konflik dengan masyarakat (Stuart, 2017).
Menurut Purnama, Yani, & Titin (2016) mengatakan gangguan jiwa adalah
seseorang yang terganggu dari segi mental dan tidak bisa menggunakan pikirannya
secara normal.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
LAPAS (Lembaga Permasyarakat). Narapidana bukan saja objek melainkan subjek
yang tidak berbeda dari manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan
kesalahan atau kekilafan yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas.
Oleh karenanya, yang harus diberantas adalah factor, factor yang dapat menyebabkan
narapidana berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hokum, kesusilaan, agama, atau
kewajiban- kewajiban sosial lain yang dapat dikarenakan pidana (Malinda, Anggun
2016:26).
Seseorang yang terpaksa tinggal di lembaga pemasyarakatan karena menjalani
hukuman akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Mereka akan mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan kehidupannya di lembaga pemasyarakatan, tetapi mereka
harus tetap mengikuti aturan-aturan yang berlaku di lembaga pemasyarakatan. Selain
itu, mereka juga harus terpisah dari keluarganya, kehilangan barang dan jasa,
kehilangan kebebasan untuk tinggal diluar, atau kehilangan pola seksualitasnya. Hal
tersebut akan menyebabkan seseorang mendapatkan tekanan karena hidup di dalam
lembaga pemasyarakatan yang mengakibatkan mereka menjadi stres. Jika seseorang
sudah mengalami stres berat, ia akan beresiko untuk membahayakan diri sendiri
maupun orang lain bahkan dapat terjadi percobaan bunuh diri.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian pada narapidana ?
2. Apa faktor penyebab pada narapidana ?
3. Bagaimana klasifikasi pada narapidana ?
4. Apa masalah kesehatan pada narapidana ?
5. Bagaimana penatalaksanaan gangguan jiwa pada narapidana?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada narapidana ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pada narapidana
2. Untuk mengetahui faktor penyebab pada narapidana
3. Untuk mengetahui klasifikasi pada narapidana
4. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada narapidana
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan jiwa pada narapidana
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada narapidana
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Narapidana adalah orang-orang yang sedang menjalani sanki kurunan atau sanksi
lainnya, menurut perundang-undangan. Pengertian narapidana menurut KBBI adalah
orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana) atau
terhukum. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
LAPAS (Lembaga Permasyarakat). Narapidana bukan saja objek melainkan subjek
yang tidak berbeda dengan manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan
kesalahan atau kehilafan yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas.
Oleh karnanya yang harus diberantas adalah factor yang dapat menyebabkan
narapidana berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hokum, kesusilaan, agama, atau
kewajiba-kewajiban social lainnya yang dapat dikarenakan pidana. (Malinda, Anggun
2016 : 26)
B. Etiologi
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga seseorang menjadi narapidana adalah:
1. Faktor ekonomi
a. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan bebas,
menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara penjualan modern dan
lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk memiliki barang dan sekaligus
mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan melakukan penipuan-penipuan.
b. Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan ekonomi
nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks keadaan ekonomi
pada umumnya. Maka dari itu perubahanperubahan harga pasar (market
fluctuations) harus diperhatikan.
c. Pengangguran
Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak, mempengaruhi
terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktuwaktu krisis, pengangguran
dianggap paling penting. Bekerja terlalu muda, tak ada pengharapan maju,
pengangguran berkala yang tetap, pengangguran biasa, berpindahnya
pekerjaan dari satu tempat ke tempat yang lain, perubahan gaji sehingga tidak
mungkin membuat anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengangguran adalah faktor yang paling penting.
2. Faktor Mental
a. Agama
Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis bila
dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang telah meresap secara
menyeluruh. Meskipun adanya faktor-faktor negatif , memang merupakan
fakta bahwa norma- norma etis yang secara teratur diajarkan oleh bimbingan
agama dan khususnya bersambung pada keyakinan keagamaan yang sungguh,
membangunkan secara khusus dorongan-dorongan yang kuat untuk melawan
kecenderungan-kecenderungan kriminal.
b. Bacaan dan Film
Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan faktor
krimogenik yang kuat, mulai dengan roman-roman dari abad ke18, lalu dengan
cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan pornografi, buku-buku picisan lain
dan akhirnya cerita- cerita detektif dengan penjahat sebagai pahlawannya,
penuh dengan 9 kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih langsung
dari bacaan demikian ialah gambaran suatu kejahatan tertentu dapat
berpengaruh langsung dan suatu cara teknis tertentu kemudian dapat
dipraktekkan oleh si pembaca. Harian- harian yang mengenai bacaan dan
kejahatan pada umumnya juga dapat berasal dari korankoran. Di samping
bacaan-bacaan tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap menyebabkan
pertumbuhan kriminalitas tertutama kenakalan remaja akhir- akhir ini.
3. Faktor Pribadi
a. Umur
Kecenderungan untuk berbuat anti social bertambah selama masih sekolah
dan memuncak antar umur 20 dan 25 tahun, menurun perlahan-lahan sampai
umur 40 tahun, lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada
hari tua. Kurve atau garisnya tidak berbeda pada garis aktivitas lain yang
tergantung dari irama kehidupan manusia.
b. Alkohol
Dianggap factor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti
kejahatan dilakukan dengan kekerasan, kejahatan sexs, dan penimbulan
kebakaran. Walaupun alcohol merupakan factor yang kuat masih juga
merupakan tanda Tanya sampai berapa jauh pengaruhnya.
c. Perang
Disamping kemungkinan orang jadi kasar karena perang kepemilikan
senjata menambah bahaya akan terjadinya perbuatan criminal
2. Kesehatan Fisik
Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan penyakir
menular seperti :
1. HIV-AIDS
Angka kejadian HIV diantara narapidana diperkirakan 6 kali lebih tinggi dari
pada populasi umum. Tingginya angka infeksi ini berkaitan dengan perilaku yang
beresiko seperti penggunaan obat-obatan terlarang, seksual intercourse yang tidak
aman dan pemakaian tattoo. Pendekatan yang dilakukan untuk menekan angka
kejadian yaitu dengan dilakukannya program pendidikan kesehatan mengenai HIV
dan AIDS.
2. Hepatitis
Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan lewat suntikan, imigran dari
daerah dengan insiden hepatitis B dan C tinggi. National Commision on
Correctional Healt Care (NCCHC) menyarankan agar dilakukan skrining pada
semua tahanan dan jika diindikasikan maka harus segera diberikan pengobatan.
NCCHC juga merekomendasikan pendidikan bagi semua staf dan tahanan
mengenai cara penyebaran, pencegahan, pengobatan dan kemajuan penyakit.
3. Tuberkolosis
Hal ini terkait dengan kepadatan penjara dan ventilasi yang buruk, yang
memepengaruhi penyebaran penyakit. Pada tahun 196, lembaga yang menangani
tuberculosis yaitu CC merekomendasikan pencegahan dan pengontrolan TB di
lembaga pemasyarakatan yaitu: a) Diadakannya skrining TB bagi semua staf dan
tahanan b) Diadakan penegahan transmisi penyakit dan diberikan pengobatan yang
sesuai c) Monitoring dan evaluasi skrining.
D. Klasifikasi Narapidana
Berdasarkan populasi narapidana yang mempunyai masalah kesehatan pada
lembaga permasyarakatan yaitu :
1. Wanita
Masalah kesehatan yang ada misalnya, tahanan wanita yang dalam keadaan
hamil, meninggalkan anak dalam pengasuhan orang lain, korban penganiyayaan dan
kekerasan social, penyalahgunaan obat terlarang.
2. Remaja
Para remaja ini akan mempunyai masalah-masalah kesehatan seperti kekerasan
seksual, penyerangan oleh tahanan lain atau tindakan bunuh diri. Disini perawat
harus memantau tingkat perkembangan dan pengalaman mereka dan perlu waspada
bahwa pada usia ini rentan terkena masalah kesehatan.
b. Minor
1) Subjektif
a) Merasa sulit konsentrasi
b) Mengatakan Sulit tidur
c) Mengungkapkan keputusasaan
d) Merasa tidak berarti
e) Mengungkapkan Enggan mencoba hal baru
f) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
g) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
2) Objektif
a) Perilaku tidak asertif
b) Mencari penguatan secara berlebihan
c) Bergantung pada pendapat orang lain
d) Sulit membuat keputusan
e) Seringkali mencari penegasan
f) Menghindari orang lain
g) Lebih senang menyendiri
h) Mengkritik orang lain
c. Afektif
1) Merasa bahagia
2) Merasa bersemangat
3) Merasa percaya diri kembali
6. Tindakan keperawatan
a. Tindakan mandiri
1) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
2) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Bantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4) Latih kemampuan yang dipilih pasien
7. Tindakan Kolaborasi
a. Melakukan komunikasi dengan pendekatan ISBAR
b. Memberikan psikofarmaka sesuai advice
c. Kolaborasi pengawasan efek samping obat
8. Discharge Planning
a. menjelaskan rencana persiapan pasca rawat di rumah untuk memandirikan Pasien
b. menjelaskan rencana tindak lanjut pengobatan
c. melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan
9. Evaluasi
a. Penurunan tanda dan gejala
b. Peningkatan kemampuan Pasien mengendalikan halusinasi
c. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat Pasien
PENUTUP
A. Kesimpulan
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
lembaga pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995).
Seseorang yang terpaksa tinggal di lembaga pemasyarakatan karena menjalani
hukuman akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Mereka akan mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan kehidupannya di lembaga pemasyarakatan, tetapi mereka
harus tetap mengikuti aturanaturan yang berlaku di lembaga pemasyarakatan. Selain
itu, mereka juga harus terpisah dari keluarganya, kehilangan barang dan jasa,
kehilangan kebebasan untuk tinggal diluar, atau kehilangan pola seksualitasnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang menjadi narapidana adalah faktor
ekonomi, faktor mental, dan faktor pribadi. Masalah kesehatan yang muncul pada
narapidana yang berada di lapas yaitu kesehatan mental dan fisik. Kebanyakan masalah
kesehatan terjadi pada narapidana wanita dan remaja karena adanya koping tidak
efektif. Penatalaksanaan pada narapidana yang mengalami gangguan jiwa yaitu terapi
psikoterapi, keperawatan, terapi kerja.
B. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penangan masalah
keperawatan khusunya pada narapidana harus memiliki pengetahuan yang luas dan
tindakan yang dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit dan asuhan keperawatan
hendaknya diberikan secara komprehensif, biopsikososial cultural dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Epriliawati, M., Setiati, S., & Rumende, C. (2016). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Workshop Keperawatan Jiwa Ke-X, Depok 23 Agustus 2016, 83.
Keliat, BA. Dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok.
Cetakan I. Jakarta: EGC.
Malinda, Anggun. 2016.Perempuan Dalam Sistem Peradilan Pidana.Yogyakarta :
Graha Ilmu
Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga.
Nurul Baety Tsani.2019. “Implementasi Deteksi Tepi Canny Dengan Transformasi
Powerlaw Dalam Mendeteksi Stadium Kanker Serviks” dalam Information
Technology Journal of UMUS Vol.01, No. 01 (Hlm. 22-23).Cirebon: Teknik
Informatika STIKOM Poltek.
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Graha Ilmu.