Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN

KOMUNIKASI

Dosen pembimbing : Helfridah Situmorang, S.Kep,. Ns,. M.Kep

Di Susun Oleh : Kelompok 3

1) Irmayani
2) Nurul santry
3) Elvia Yulanda S.
4) Lasmaria pakpahan
5) Siti khodijah H.
6) Puti wulandari

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FLORA MEDAN

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR
Puji syukur khadirat Akkah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawaatan Lansia Dengan
Gangguan Komunikasi” dengan baik dan tepat waktunya.

Pada saat membuat dan menyusun makalah ini banyak sekali kendala yang kami hadapi
dikarenakan keterbatasan waktu yang kami miliki dan kami pun menyadari tanpa bantuan semua
pihak mungkin makalah ini tidak dapat diselesaaikan sesuai harapan. Oleh karna itu kami sekalu
penulis makalah ini menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Medan, 25 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1. Latar Belakang............................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
3. Tujuan Penulis............................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 5
1. Konsep Lansia dan Proses Penuaan............................................................... 5
2. Konsep Komunikasi Pada Lansia.................................................................. 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................... 11
Kasus......................................................................................................................... 11
1. Pengkajian...................................................................................................... 12
2. Diangnosa keperawatan................................................................................. 23
3. Intervensi Keperawatan................................................................................. 24
4. Implementasi keperawatan............................................................................. 25
5. Evaluasi.......................................................................................................... 26
BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 28
1. Kesimpulan.................................................................................................... 28
2. Saran.............................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latang Belakang
Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk lanjut usia berbagai masalah klinis
pada pasien lanjut usia akan menjadi semakin sering dijumpai di praktik klinis. Jumlah
penduduk di Indonesia menurut data PBB, Indonesia diperkirakan mengalami
peningkatan mengalami peningkatan jumlah warga lanjut usia yang tertinggi di dunia,
yaitu 414 %, hanya dalam waktu 35 tahun (1990-2025), sedangkan di tahun 2020
diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia akan mencapai 25,5 juta. Menurut Lembaga
Demografi Universitas Indonesia, presetase jumlah penduduk berusia lanjut tahun 1985
adalah 3,4% dari total penduduk, tahun 1990 meningkat menjadi 5.8% dan di tahun 2000
mencapai 7,4% Dokter yang berpraktek perlu memahami kebutuhan yang unik pada
populasi pasien lanjut usia ini sehingga mereka akan lebih siap berkomunikasi secara
efektif selama kunjungan pasien lanjut usia tersebut (Hingle dan Sherry, 2009).

Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak
hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian
terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun
pelayanan kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka
tetap memerlukan komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam
penanganan persoalan kesehatan mereka. Komunikasi yang baik ini akan sangat
membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang
labil pada pasien lanjut usia (William et al., 2007)

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar lansia ?
2. Bagaimana konsep dasar komunikasi pada lansia ?

3. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar lansia
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep komunikasi pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep Lansia dan Proses Penuaan

A. Defenisi Lansia
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang
dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Lebih lanjut Maryam (2008) juga mendefinisikan lansia sebagai seseorang yang telah
berusia lanjut dan telah terjadi perubahanperubahan dalam sistem tubuhnya. Lansia
adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi
dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa
pendapat mengenai "usia kemunduran" yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun
dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia.

Kelompok lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun
ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999:8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides,
1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik
dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri
hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4)

Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi,


(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi
yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan
waktu yang tepat Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994)
menjadi tiga kelompok yakni :
1) Kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki
lansia.
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas)
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

B. Batasan Lansia
WHO dalam Kunaifi (2009) membagi lansia menurut usia ke dalamempat kategori,
yaitu:

1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun


2. Lansia (elderly) : 60-74 tahun
:60-74 tahun
3. Usia tua (old) : 75-89 tahun
4. Usia sangat lanjut (very old) : lebih dari 90 tahun

Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun


perubahan-perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya
perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan
visual, perubahan pendengaran.

Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan


Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan interprestasi
terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif yang
berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi
klien.

Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap
kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:

a) Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang


di berikan petugas kesehatan
b) Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima
keliru
c) Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit.
d) Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan
yang mengikut sertakan dirinya
e) Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur,
terutama bila nasehat tersebut demi kesehatan klien.

C. Tahapan Proses Penuaan


Proses penuaan dapat berlangsung melalui tiga tahap sebagai berikut
(pangkahilah, 2007) :
1. Tahap Subklinik (usia 25-35 tahun)
Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu
hormon testosteron, growth hormon dan hormon estrogen. Pembentukan radikal
bebas dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini
biasanya tidak tampak dari luar, karena itu pada usia dianggap usia muda dan
normal.
2. Tahap transisi (usia 35-45 tahun)
Pada tahap ini orang mulai merasa tidak lagi dan tampak lebih tua. Kerusakan
oleh radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan
penyakit seperti kanker, radang sendi, berkurangnya memori, penyakit jantung
coroner dan diabetes.
3. Tahap Klinik (usia 45 tahun ke atas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormone terus berlanjut yang meliputi DHEA,
melatonin, growth hormon, testosteron, estrogen dan juga hormon tiroid. Terjadi
penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan makanan, vitamin
dan mineral. Penyakit kronis menjadi lebih nyata, sistem organ tubuh mulai
mengalami kegagalan.

2. Konsep Komunikasi Pada Lansia


Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik. psikologi, lingkungan
ketrampilan komunikasi yang tepat juga perlu memperhatikan waktu yang tepat.
Keterampilan komunikasi Listening/Pendengaran yang baik yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
2. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih
3. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.

A. Komunikasi Terapeutik pada Lansia


Kemampuan komunikasi pada lansia dapan mengalami penurunan, penurunan
fungsi berbagai sistem organ, seperti akibat penglihatan pendengaran, wicara,
persepsi, dan lain-lain. Semua ini menyebabkan penurunan kemampuan lansia
untuk menangkap pesan atau informasi dan transfer informasi. Penurunan
kemampuan melakukan komunikasi berlangsung bertahap dan bergantung pada
seberapa jauh gangguan indra dan gangguan otak yang dialami lansia.

1. Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan yang sering dialami oleh lansia adalah presbiopia,
Gangguan ini mengakibatkan lansia tidak dapat menangkap dengan baik persepsi
atau pesan yang disampaikan melalui teknik non- verbal, seperti senyuman,
kerlingan mata, anggukan kepala, gerakan bibir dan lain-lain.
2. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran menyebabkan lansia hanya dapat mendengar suara yang
lebih lambat. Kadang gangguan pendengaran terlalu parah schingga lansia
memerlukan alat bantu dengar dan perlu melihat mimikbibir komunikator untuk
kemudian menyimpulkan apa yang telah diucapkan komunikator (perawat atau
pemberi asuhan).
3. Gangguan Memori
Gangguan Memori (mengalami demensia) yang berdampak pada penerimaan atau
pengiriman pesan. Dampak pada penerimaan pesan antara lain:
1) Lansia mudah lupa terhadap pesan yang baru saja diterimanya
2) Kurang mampu membuat koordinasi dan mengaitkan pesan dengan
konteks yang menyertai
3) Salah menangkap pesan.
4) Sulit membuat kesimpulan.
Semua komunikasi yang efektif dan terapeutik harus ditunjukan untuk menjaga
harga diri dari pemberi penerima pesan dan menciptakan hubungan yang saling
pengertian Agar komunikasi berjalan lancar perawat atau penyampai pesan harus:
1) Menguasai bahan/ pesan yang akan disampaikan
2) Menguasai bahasa setempat
3) Memiliki keyakinan
4) Bersuara lembut
5) Percaya diri
6) Ramah (menunjukan penerimaan)
7) Sopan dan santun
8) Jujur dan bijaksana

Disamping itu perlu diciptakan lingkungan yang nyaman dan mendukung


komunikasi, misalnya suasana terbuka, akrab, santai. bertatakrama dengan posisi
menghormat, dan perawat harus memahami keadaan Lansia.

Tatakrama dan keakraban sangat mendukung kelancaran komunikasi. Juga tidak


kalah penting perawat atau pemberi asuhan harus membiasakan atau melatih
sesering mungkin cara berkomunikasi terapeutik dalam kehidupannya dan dalam
pemberian asuhan kepada lansia antara lain dengan cara:
1) Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan lansia
2) Menunjukan penerimaan
3) Menunjukan pernyataan yang berkaitan
4) Mengulang ucapan lansia dengan kata-kata sendiri
5) Mengklarifikasi ucapan lansia yang kurang jelas
6) Memfokuskan pokok pembicaraan
7) Menyatakan hasil pengamatan perawat terhadap lansia
8) Menawarkan informasi bantuan walaupun tidak diminta
9) Diam sejenak memberi kesempatan lansia untuk menyusun kata-kata
10) Meringkas hasil pembicaraan denangan lansia serta dengan mengulang ide
pertama
11) Memberi penghargaan atas hal positif yang telah dilakukan lansia
12) Memberi kesempatak kepada lansia untuk berbicara terlebih dahulu atau
memulai pembicaraan
13) Menganjurkan lansia untuk meneruskan pembicaraan
14) Menempatkan kejadian secara berurutan
15) Memberi kesempatan kepada lansia untik mengemukakan dan
menguraikan persepsi tentang suatu hal
16) Memberi kesempatan kepada lansia untuk mengemukakan dan menerima
ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri (refleksi)

B. Teknik Komunikasi pada Lansia


Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi,
(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan
komunikasi yang tepat. Disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta
memperhatikan waktu yang tepat.

1. Ketrampilan komunikasi. Listening/ Pendengaran yang baik yaitu:


a. Mendengarkan dengan perhatian telinga kita,
b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih,
c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jemnih kita

2. Teknik komunikasi dengan lansia


a. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik Kecepatan dan
tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik pembicaraan
dan kebutuhan lansia, berbicara dengan lansia yang dimensia dengan
pelan, tetapi berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar
dengan lebih keras hati-hati karena tekanan suara yang tidak tepat akan
merubah arti pembicaraan, pertanyaan yang tepat kurang pertanyaan yang
lansia menjawab ya atau tidak. Berikan kesempatan orang lainuntuk
berbicara hindari untuk mendominasi, pembicara sebaiknya mendorong
lansia untuk berperan aktif. Merubah topik pembicaraan dengan jitu
menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia tidak
interest lagi Contoh siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang
bagus ini?. Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan
makan satu buah setelah makan dari pada menggunakan makanan yang
berserat. Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu
kalimat.
b. Teknik nonverbal komunikasi
1. Perilaku ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak
acuh tak acuh, perbedaan.
2. Kontak mata: jaga tetap kontak mata
3. Expresi wajah mereflexsikan perasan yang sebenarnya.
4. Postur dan tubuh mengangguk. gerakan tubuh yang tepat, meletakan
kursi dengan tepat.
5. Sentuhan memegang tangan,menjabat tangan.

c. Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia.


1. Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan.
2. Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapakan pesan-
pesan verbal dan merupakan metode primer yang non verbal.
3. Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi
keperawatan yang akan diberikan.
4. Mulai pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
5. Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.

d. Lingkungan wawancara
1. Posisi duduk berhadapan
2. Jaga privasi
3. Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
4. Kurangi keramaian dan berisik
5. Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga
kita mengekspresikan diri kita sendiri.
3. Hambatan Berkomunikasi dengan Lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan
terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap nonasertif.
1. Agresif Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan
prilaku-prilaku di bawah ini:
a) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b) Meremehkan orang lain.
c) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan diri sendiri
2. Non asertif Tanda tanda dari non asertif ini antara lain:
a) Menarik diri bila di ajak berbicara
b) Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c) Merasa tidak berdaya
d) Tidak berani mengungkap keyakinaan

Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar


seiring dengan menurunya fisik dan psikis klien namun sebagai tenaga
kesehatan yang professional perawat di tuntut mampu mengatasi
hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tips-tips tertentu
yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan dengan efektif antara
lain:

a) Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien


b) Keraskan suara anda jika perlu
c) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar
dia dapat melihat mulut anda.
d) Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi
yang baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan
adanya pencahayaan yang cukup.
e) Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat
kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi
merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS :
Ny. D usia 65 tahun, klien merupakan seorang janda yang ditinggalkan oleh suaminya
yag meninggal akibat penyakit jantung dan anak-anaknya pun tidak tinggal serumah
dengan ibunya dan hanya mengunjunginya sekali 2 minggu sekali. Ny. D pernah
mengalami stoke 1 tahun yang lalu, dan saat diajak bicara bicara Ny. D bicaranya tidak
jelas, pelo, dan sulit mengekspresikan kata secara verbal. Sebagai sisa penyakit stoke
yang pernah di deritanya, tubuh sebelah kiri Ny. D tidak bisa digerakkan secara normal
seperti sebelumnya, sehingga aktivitas sehari-harinya terbatas. Selama di rumah, klien
menghabiskan waktunya sendiri dan ia sulit diajak berkomunikasi oleh anak anaknya dan
tetangganya di sekitar rumah. Pada saat dikaji pun klien sulit diajak berkomunikasi, klien
cenderung tidak pernah aktif berinteraksi dengan lansia lain. Saat berkomunikasi pun
klien merasa malu dan terkadang perkataanya tidak dimengerti. Dan saat di tanya
perasaannya saat ini klien tidak mau menggungkapkan dan ia tidak suka jika lansia lain
ikut campur dengan urusannya atau ingin tau kehidupan masa lalunya. Dari pemeriksaan
fisik TD: 130/80 mmHg, Suhu: 36,5 °C, Nadi. 76x/menit, RR: 20x/menit. Kazt indeks
pasien menunjukkan gangguan fungsional sebagian. Barthel index klien menunjukkan
ketergantungan sebagian.

1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Umu : 65 tahun
Alamat : Jl. Merpati no 43
Pendidikan : SD
Suku : Melayu
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal masuk ke panti werdha : 15 oktober 2019
Tanggal Pengkajian : 18 desember 2020

2. Status Kesehatan
a) Keluhan Utama (PQRS)
Saat diajak bicara Ny. D bicaranya tidak jelas, pelo, dan sulit
mengekspresikan kata secara verbal. Sebagai sisa dari penyakit stroke yang
pernah di deritanya, tubuh sebelah kiri Ny. D tidak bisa digerakan secara
normal seperti sebelumnya, sehingga aktivitas sehari-harinya terbatas.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu Ny. D pernah mengalami stroke 1 tahun yang lalu
c) Riwayat Kesehatan Keluarga Suaminya yang meninggal akibat penyakit
jantung.
d) Tinjauan Sistem (Jelaskan tentang kondisi sistem-sistem dibawah ini yang
terdapat pada klien)
 Keadaan umum:
Kesadaran : compos mentis
TD : 130/80 mmHg
Suhu : 36,5°C.
Nadi : 76x/menit,
RR : 20x/menit.
Saat diajak bicara Ny. D bicaranya tidak jelas, pelo, dan sulit
mengekspresikan kata secara verbal. Sebagai sisa dari penyakit stroke
yang pernah di deritanya, tubuh sebelah kiri Ny. D tidak bisa digerakan
secara normal seperti sebelumnya, sehingga aktivitas sehari-harinya
terbatas.
 Integument : tidak dapat dikaji
 System hemopoietik : tidak dapat dikaji
 Kepala : rambut warna putih, rontok
 Mata : konjungtiva tidak annemis, sclera tidak
ikterok, dan penggunaan alat bantu penglihatan yaitu kacamata.
 Telinga : tidak ada pengeluaran serumen, tidak ada
penumpukan pada telinga, terjadi penurunan telinga.
 Mulut dan tenggorok : Pelo, asimetris
 Leher : tidak dapat dikaji
 Payudara : tidak dapat dikaji
 System pernapasaan : suara paru bronco vesikuler, tidak terdapat
suara tambahan sepreti wheezing atau ronkhi.
 System Kardiovaskuler : Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdapat
bunyi tambahan seeperti mumur dan gallop.
 System Gasstrointestinal : tidak dapat dikaji
 Sistem Perkemihan : tidak mengalami inkontinesia, BAK 3-4x
sehari.
 System Genitoreproduksi : tidak dapat dikaji
 System Muskuloskeletal : Tubuh sebelah kiri Ny. D tidak bisa
digerakkan secara normal seperti sebelumnya
 System Saraf Pusat : tidak dapat dikaji
 System Endokrin : tidak dapat dikaji

3. Pengkajian Psikososial dan Spiritual.

a) Psikososial Klien merupakan seorang janda yang ditinggalkan oleh


suaminya yang meninggal akibat penyakit jantung dan anak-anaknya pun
tidak tinggal serumah dengan ibunya dan hanya mengunjunginya 2
minggu sekali.
b) Identifikasi masalah sosial
PERTANYAAN TAHAP 1
 Apakah klien mengalami sukar tidur ?
 Apakah klien sering merasa gelisah ?
 Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?
 Apakah klien sering was-was atau khawatir ?

Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2, jika lebih dari atau sama dengan


1 jawaban “Ya”

PERTANYAAN TAHAP 2
 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
 Ada masalah atau banyak pikiran ?
 Ada gangguan / masalah dengan keluaga lain ?
 Menggunakan obar tidur / penenang atas anjuran dokter ?
 Cenderung merurung diri ?

Bila lebih dari atau sama dengan jawaban “Ya”


Interpretasi hasil : Pada saat dikaji pun klien sulit diajak
komunikasi, klien cendrung tidak pernah aktif berinteraksi dengan
lansia lain. Saat berkomunikasi pun klien merasa malu dan
terkadang perkataanya tidak dimengerti.
c) Spiritual : tidak dapat dikaji

4. Pengkajian Fungsional Klien


Katz index : gangguan fungsional sebagian atau kemandirian sebagian sehingga
aktifitas sehari-hari klien yang terbatas dibantu oleh caregiver sebagian. Barthel
Index
NO KRITERIA DENGAN MANDIRI SKOR
BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :

2 Minum 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :

3 Berpindah dari kursi 5-10 15


roda ke tempat tidur,
sebaliknya
4 Personal toilet (cuci 0 5
muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet 5 10
mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15
7 Jalan di permukaan 0 5
datar
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan Pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi :
Konsistensi :

11 Kontrol Bladder 5 10 Frekuensi : 3-4x/hari


(BAK) Warna :

12 Olahraga/Latihan 5 10 Frekuensi :
Jenis ;

13 Reakreasi / 5 10 Jenis :
pemanfaatan waktu Frekuensi :
luang.

Interpertasi : Klien mendapatkan Skor 85 yang artinya memiliki


ketergantuangan sebagian dan aktivitas sehari-hari klien dibantu oleh caregiver.
Keterangan :
A. 130 : Mandiri
B. 65-125 : Ketergantuan Sebahagian
C. 60 : Ketergantungan Total

Pengkajian Status Mental


a. SPSMQ
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short
Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban. Catat
jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


01 Tanggal berapa hari ini ?
02 Hari apa sekarang ini ?
03 Apa nama tempat ini ?
04 Dimana alamat anda ?
05 Berapa umur anda ?
06 Kapan anda lahir / (minimal tahun lahir)
07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya
09 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara
menurun.

Score total =
Interpertasi hasil :
a. Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

b. MMSE
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan MMSE (Mini Mental
Status Exam) : Orientasi : Kalkulasi Registrasi : Mengingat kembali
Perhatian : Bahasa

N ASPEK NILAI NILAI KRITERIA


O KODNITIF MAKS KLIEN
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
Orientassi 5 Dimana kita sekarang berada ?
 Negara Indonesia
 Propinsi jawa barat
 Kota ……
 PSTW ….
 Wisma….
2 Registrasi 3 Sebutkan nama 3 objek (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing obyek.
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga obyek tadi. (untuk
disebutkan)
 Obyek….
 Obyek…
 Obyek…
3 Perhatian 5 Minta klien untuk memulai dari
dan angka 100 kemudian dikurangi 7
kalkulasi sampai 5 kali/tingkat.
 93
 86
 79
 72
 65
4 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada No.2 (registrasi)
tadi. Bila benar, 1 point untuk
masing-masing obyek.
5 Bahasa 9 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien.
 (misal jam tangan)
 (missal pensil)
Minta klien untuk mengulang kata
berikut : “tak ada jika, dan, atau,
tetapi : Bila benar, nilai satu point.
 Pertanyaan benar 2 buah :
taka da, tetapi.
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah : “Ambil kertas di tangan
anda, lipat dua dan taruh di lantai”.
 Ambil kertas di tangan anda
 Lipat dua
 Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point).
 “Tutup mata Anda”
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat dan menyalin
gambar.
 Tulis satu kalimat
 Menyalin gambar

Interpretasi hasil :
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
<_17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat.

5. Pengkajian kesimbangan
Pengkajian keseimbangan di nilai dari dua komponen utama dalam bergerak,
dari kedua komponen tersebut dibagi dalam beberapa gerakan yang perlu
diobservasi oleh perawat. Kedua komponen tersebut adalah:
- Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini:
 Bangun dari tempat tidur (dimasukkan dalam analisis)
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian
depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.
 Duduk ke kursi (dimasukkan dalam analisis)
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi Ket: kursi harus
yang keras tanpa lengan
 Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksa mendorong sternum
sebanyak 3 kali dengan hati-hati)
Klien menggerakkan kaki, memegangn obyek untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi-sisinya.
 Mata tertutup
Lakukan pemeriksaan sama seperti di atas tapi klien disuruh menutup
mata
 Perputaran leher
Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki:
Keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil.
 Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya
sementara berdin pada ujung jari-jari kaki, tidak stabil memegang
sesuatu untuk dukungan.
 Membungkuk
Tidak mampu membungkus untuk mengambil objek-objek kecil
(misalnya pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi,
dan memerlukan usaha-usaha yang keras untuk bangun.
- Komponen gaya berjalan atau pergerakan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini, atau beri nilai
1 jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi di bawah ini:
 Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan Ragu-ragu,
tersandung, memegang objek untuk dukungan.
 Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)Kaki tidak
naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm).
 Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai.
 Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.
 Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasindari
samping kiri klien)
 Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.
 Berbalik Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan,
bergoyang, memegang objek untuk dukungan.
Interpretasi Hasil:
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, kemudian
interpretasikan sebagai berikut:
0-5 : Resiko jatuh rendah
6-10 : Resiko jatuh sedang
11-15 : Resiko jatuh tinggi

6. Pengkajian Kondisi Depresi


INVESTARIS DEPRESI BECK
Petunjuk :
Baca seluruh kelompok pertanyaan, kemudian pilih satu pemyataan dalam
kelompok tersebut sesuai yang dirasakan. Yakinkan untuk membaca semua
pertanyaan pada setiap kelompok sebelum membuat pilihan.

ASPEK YANG DITANYAKAN SKORE


A. Kesedihan
-Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat 3
menghadapinya 2
-Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar 1
darinya. 0
-Saya merasa sedih dan galau
-Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme 3
-Saya merasa masa depan adalah sia-sia dan tidak dapat membaik 2
-Saya merasa tidak memilih apa-apa untuk memandang ke depan 1
-Saya merasa kecil hati mengenai masa depan 0
-Saya tidak begitu pemimis atau kecil hati tentang masa depan
C.Rasa Kegagalan
-Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua, suami/istri 3
-seperti melihat ke belakang, semua yang saya lihat hanya 2
kegagalan. 1
-Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya 0
-Saya tidak merasa gagal

D. Ketidakpuasan 3
-Saya tidak puas dengan segalanya 2
-Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun 1
-Saya tidak menyukai cara yng saya gunakan 0
-Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah 3
-Saya merasa seoah-olah saya sangat buruk atau tak berharga 2
-Saya merasa sangat bersalah 1
-Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari yang baik 0
-saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri 3
-saya benci diri saya sendiri 2
-saya muak dengan diri saya sendiri 1
-saya tidak suka dengan diri saya sendiri 0
Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.
G. Membahayakan Diri Sendiri 3
-saya akan mambunuh diri sendiri jika ada kesempatan 2
-saya mempunyai rencana pasti tentang tujuh bunuh diri 1
-saya merasa lebih baik mati 0
-saya tidak punya pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
H. Menarik Diri dan Sosial 3
-saya telah kehilangan semua minat pada orang lain dan tidak 2
perduli pada mereka semua. 1
-saya telah kehilangan semua minat pada orang lain dan mempunyai 0
sedikit perasaan pada mereka.
-saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya
I. Keragu-raguan 3
-saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali. 2
-saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan. 1
-saya berusaha mengambil keputusan 0
-saya membuat keputusan yang baik.
J. Perubahan gambaran Diri 3
-saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan 2
-saya merasa ada perrubahan-perubahan yang permanen dalam 1
hidup saya dan ini membuat saya tidak menarik 0
-saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
-saya tidak merasa tampak lebih buruk daripada sebelumnya.
K. Kesulitan Kerja 3
-Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali 2
-Saya telah mendorong keras diri saya untuk melakukan sesuatu 1
-Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu 0
-Saya dapat bekerja sebaik sebelumnya.
L. Keletihan 3
-Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu 2
-Saya lelah untuk melakukan sesuatu 1
-Saya lelah lebih dari biasanya 0
-Saya tidak lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia 3
-Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali 2
-Nafsu makan saya sekarang sangat memburuk 1
-Nafsu makan saya sebaik seebelumnya 0
-Nafsu makan saya tidak buruk dari sebelumnya.

Penilaian :
0-4 : Depresi tidak apa atau minimal
5-7 : Depresi ringan
8-15 : Depresi sedang
> 16 : Depresi berat

7. Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada seluruh
tingkat kesehatan dan kesejahteraan lansia. Pengkajian aspek sistem sosial ini
dapat menghasilkan informasi penting untuk memberi gambaran dukungan
keluarga terhadap lansia. Suatu alat skrining singkat yang dapat digunakan
untuk mengkaji fungsi sosial lansia adalah APGAR Keluarga (Smilkstein et al,
1982 dalam lueckenotte, 1998) meliputi adapatasi (Adaptation), hubungan
(Partnership), pertumbuhan (Growth), afeksi (Affection) dan pemecahan
(Resolve).

KOMPENEN SKORE
A Adapation (adaptasi) 2 : Selalu
 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada 1 : Kadang-Kadang
keluarga (teman-teman) saya untuk 0 : Tidak Pernah
membangun pada waktu sesuatu
menyusakan saya.

Partnership (hubungan) 2 : Selalu


 Saya puas dengan caraa keluarga (teman- 1 : Kadang-Kadang
teman) membecarakan sesuatu dengan saya 0 : Tidak Pernah
dan mengungakapnya masalah dengan saya.

G Growth (pertumbuhan) 2 : Selalu


 Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) 1 : Kadang-Kadang
saya menerima dan mendukung kenginan 0 : Tidak Pernah
saya untuk melakukan aktivitas atau arah
baru

A Affection (afeksi) 2 : Selalu


 Saya puas dengan cara keluarga (teman- 1 : Kadang-Kadang
teman) saya mengekspresikan afek dan 0 : Tidak Pernah
berespons terhadap emosi saya seperti
marah, sedih atau mencintai

B Resolve (pemecahan) 2 : Selalu


 Saya puas dengan keluaga (teman-teman) 1 : Kadang-Kadang
saya menyediakan waktu bersama-sama. 0 : Tidak Pernah

Penilaian :
<3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
4-6 : Disfungsi keluarga sedang
7-10 : Disfungsi keluarga ringan atau tidak disfungsi keluarga

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : - Perubahan system Hambatan
saraf pusat. komunikasi
Do : verbal
 Ny. D pernah mengalami
stoke 1 tahun yang lalu
 Ny. D bicaranya tidak jelas,
pelo dan sulit
mengespresikan kata secara
verbal
 Katz index : ganguan
fungsional sebahagian
 Barthel index :
ketergantungan sebagian.
 Klien sulit diajak
berkomunikassi,
kliencenderung tidak
pernah aktif berinteraksi
dengan lansia lain. Saat
berkomunikasi pun klien
merasa malu dan terkadang
perkatannya tidak
dimengerti.
 Komunikasi : ia sulit diajak
berkomunikasi oleh anak-
anaknya dan tetangganya di
sekitar rumah. Saat
berkomunikasi pun klien
merasa malu dan terkadang
perkataannya tidak
dimengerti.

2. Ds : - Perubahan system Hambatan


saraf pusat mobilitas fisik
Do :
 Ny. D pernah mengalami
sroke 1 tahun yang lalu.
 Tubuh kiri Ny. D tidak bisa
digerakkan normal,
sehingga aktivitas
seharinya-hari terbatas.

3. Ds : - Krisis situsional Resiko kesepian

Do :
 Klien adalah seorang janda
yang ditinggalkan
suaminya meninggal
beberapa tahun yang lalu.
 Klien tinggal sendiri
dirumahnya dan anak-
anaknya hanya
mengujunginya 2 minggu
sekali.

2. Diangnosa Keperawatan
 Hambatan komunikasi verbal b.d perubahan sistem saraf pusat.
 Hambatan mobilitas fisik b.d perubahan sistem saraf pusat.
 Resiko kesepian b.d krisis situasional.

3. Intervensi Keperawatan

DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. NOC NIC 1. Agar memudahkan klien
 Sensory fungsional : 1. Communication berkomunikasi.
hearing and vision Enhancement 2. Untuk memotivasi klien
 Fear self control 2. Gunakan agar dapat bersosialisasi
 Setelah dilakukan penerjemah jika dan mampu
tindakan selama 3x 24 diperlukan berkomunikasi dengan
jam klien dapat 3. Dorong klien baik
berkomunikasi dengan untuk 3. Untuk memudahkan
kriteria hasil : berkomunikasi komunikasi antar dua
 Komunikasi : secara perlahan arah
penerima, interpretasi dan untuk 4. Agar klien merasakan
dan ekspresi pesan mengurangi dihargai dengan
lisan, tulisan, dan non permintaan kemampuannya.
verbal meningkat 4. Gunakan kartu
 Gerakan baca, kertas,
terkoordinasi : mampu pensil, bahasa
mengkoordinasikan tubuh, gambar,
gerakan dengan daftar kosakata,
menggunakan isyarat computer dan lain-
 Mampu memanajemen lain untuk
kemampuan fisik yang memfasilitasi
dimiliki komunikasi dua
 Mampu arah yang optimal
mengkomunikasikan 5. Berikan anjuran
kebutuhan dengan kepada klien atau
lingkungan social. keluarga tentang
penggunaan alat
bantu bicara
6. Berikan pujian
positif bila
diperlukan
7. Anjurkan keluarga
dan orang terdekat
secara teratur
memberi stimulus
komunikasi

2. Setelah diberikan tindakan Exercise therapy : 1. Mengetahui keadaan


keperawatan diharapkan
Ambulation normal klien
aktivitas fisik klien meningkat
1. Monitoring vital 2. Untuk melakukan
join Movement : sign sebelum atau rencana lebih lanjut.
Active sesudah latihan 3. Untuk membantu klien
Mobility level dan lihat respon dalam mobilisasi
Self care : ADLs pasien saat latihan 4. Untuk mengetahui
Transfer performance 2. Konsultasi dengan kemampuan klien
Kriteria Hasil : terapi fisik tentang dalam mobilisasi
rencana ambulasi 5. Untuk melatih klien
 Klien meningkat sesuai dengan agar dapat memenuhi
dalam aktivitas fisik kebutuhan kebutuhan adls dengan
 Mengerti tujuan dari 3. Bantu klien untuk mandiri.
peningkatan mobilitas menggunakan
 Membervalisasikan tongkat saat
perasaan dalam berjalan dan cegah
peningkatan kekuatan terhadap cedera.
dan kemampuan 4. Ajarkan pasien
berpindah atau tenaga
 Memperagakan kesehatan lain
penggunaan akat tentang teknik
 Bantu untuk ambulasi.
mobilisasi 5. Kaji kemampuan
pasien.

3. Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi dan 1. Membantu


keperawatan selama 3x24 jam sesuaikan sikap menyesuaikan diri
diharapkan klien dapat : diri terhadap dengan lingkungan
 Klien dapat kondisi dan 2. Membantu
mengatakan respon kondisi dan situasi mengidentifikasi
kesepian klien perasaan yang
 Klien tidak 2. Identifikasi dirasakan.
menunjukkan respon perasaan pribadi 3. Memberikan
kesepian yang ditimbulkan kenyamanan untuk
 Klien tidak mengalami oleh pasien yang pasien.
kesulitan dalam dapat menggangu 4. Membantu untuk
kontak dengan orang efektifitas interaksi kenyamanan saat
lain. teraupeutik bertanya.
3. Berikan klien 5. Membantu
kenyamanan fisik menumbuhkan rasa
sebelum percaya yang baik.
berinteraksi 6. Membantu untuk
4. Diskusikan dapat mengurangi
kerahasiaan hambatan saat
informasi bersama berinteraksi.
klien
5. Ciptakan suasana
hangat dan
penerimaan dalam
komunikasi
6. Yakinkan kepada
klien bahwa kita
tertarik dengan
klien secara
pribadi
7. Gunakan
komunikasi
terbuka yang dapat
mengukapkan diri
8. Kunjungi kembali
klien pada waktu
yang telah
disepakati untuk
menumnuhkan
kepercayaan
9. Minat klien
menggunakan
bahasa tubuh yang
menunjukkan
keterbukaan

BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan
waktu. Ada beberapa pendapat mengenai "usia kemunduran" yaitu ada yang
menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun.

Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi.


(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan
komunikasi yang tepat disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta
memperhatikan waktu yang tepat. Penggolongan lansia menurut Depkes
dikutip dari Azis (1994).

2. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai asuhan keperawatan lansia
dengan masalah komunikasi keperawatan gerontik. Kami berharap para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis khususnya juga para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

 Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik Ed: 2. EGC. Jakarta.


 Setiabudhi, Tony dan Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi:
Tinjauan dari Berbagai Aspek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
 Stanley, Mickey dan patricia gauntlet beare. 2006. Buku ajar
keperwatan gerontik.edisi II. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai