KOMUNIKASI
1) Irmayani
2) Nurul santry
3) Elvia Yulanda S.
4) Lasmaria pakpahan
5) Siti khodijah H.
6) Puti wulandari
Pada saat membuat dan menyusun makalah ini banyak sekali kendala yang kami hadapi
dikarenakan keterbatasan waktu yang kami miliki dan kami pun menyadari tanpa bantuan semua
pihak mungkin makalah ini tidak dapat diselesaaikan sesuai harapan. Oleh karna itu kami sekalu
penulis makalah ini menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1. Latar Belakang............................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
3. Tujuan Penulis............................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 5
1. Konsep Lansia dan Proses Penuaan............................................................... 5
2. Konsep Komunikasi Pada Lansia.................................................................. 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................... 11
Kasus......................................................................................................................... 11
1. Pengkajian...................................................................................................... 12
2. Diangnosa keperawatan................................................................................. 23
3. Intervensi Keperawatan................................................................................. 24
4. Implementasi keperawatan............................................................................. 25
5. Evaluasi.......................................................................................................... 26
BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 28
1. Kesimpulan.................................................................................................... 28
2. Saran.............................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latang Belakang
Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk lanjut usia berbagai masalah klinis
pada pasien lanjut usia akan menjadi semakin sering dijumpai di praktik klinis. Jumlah
penduduk di Indonesia menurut data PBB, Indonesia diperkirakan mengalami
peningkatan mengalami peningkatan jumlah warga lanjut usia yang tertinggi di dunia,
yaitu 414 %, hanya dalam waktu 35 tahun (1990-2025), sedangkan di tahun 2020
diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia akan mencapai 25,5 juta. Menurut Lembaga
Demografi Universitas Indonesia, presetase jumlah penduduk berusia lanjut tahun 1985
adalah 3,4% dari total penduduk, tahun 1990 meningkat menjadi 5.8% dan di tahun 2000
mencapai 7,4% Dokter yang berpraktek perlu memahami kebutuhan yang unik pada
populasi pasien lanjut usia ini sehingga mereka akan lebih siap berkomunikasi secara
efektif selama kunjungan pasien lanjut usia tersebut (Hingle dan Sherry, 2009).
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak
hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian
terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun
pelayanan kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka
tetap memerlukan komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam
penanganan persoalan kesehatan mereka. Komunikasi yang baik ini akan sangat
membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang
labil pada pasien lanjut usia (William et al., 2007)
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar lansia ?
2. Bagaimana konsep dasar komunikasi pada lansia ?
3. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar lansia
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep komunikasi pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Lansia
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang
dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Lebih lanjut Maryam (2008) juga mendefinisikan lansia sebagai seseorang yang telah
berusia lanjut dan telah terjadi perubahanperubahan dalam sistem tubuhnya. Lansia
adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi
dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa
pendapat mengenai "usia kemunduran" yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun
dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia.
Kelompok lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun
ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999:8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides,
1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik
dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri
hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4)
B. Batasan Lansia
WHO dalam Kunaifi (2009) membagi lansia menurut usia ke dalamempat kategori,
yaitu:
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap
kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
1. Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan yang sering dialami oleh lansia adalah presbiopia,
Gangguan ini mengakibatkan lansia tidak dapat menangkap dengan baik persepsi
atau pesan yang disampaikan melalui teknik non- verbal, seperti senyuman,
kerlingan mata, anggukan kepala, gerakan bibir dan lain-lain.
2. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran menyebabkan lansia hanya dapat mendengar suara yang
lebih lambat. Kadang gangguan pendengaran terlalu parah schingga lansia
memerlukan alat bantu dengar dan perlu melihat mimikbibir komunikator untuk
kemudian menyimpulkan apa yang telah diucapkan komunikator (perawat atau
pemberi asuhan).
3. Gangguan Memori
Gangguan Memori (mengalami demensia) yang berdampak pada penerimaan atau
pengiriman pesan. Dampak pada penerimaan pesan antara lain:
1) Lansia mudah lupa terhadap pesan yang baru saja diterimanya
2) Kurang mampu membuat koordinasi dan mengaitkan pesan dengan
konteks yang menyertai
3) Salah menangkap pesan.
4) Sulit membuat kesimpulan.
Semua komunikasi yang efektif dan terapeutik harus ditunjukan untuk menjaga
harga diri dari pemberi penerima pesan dan menciptakan hubungan yang saling
pengertian Agar komunikasi berjalan lancar perawat atau penyampai pesan harus:
1) Menguasai bahan/ pesan yang akan disampaikan
2) Menguasai bahasa setempat
3) Memiliki keyakinan
4) Bersuara lembut
5) Percaya diri
6) Ramah (menunjukan penerimaan)
7) Sopan dan santun
8) Jujur dan bijaksana
d. Lingkungan wawancara
1. Posisi duduk berhadapan
2. Jaga privasi
3. Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
4. Kurangi keramaian dan berisik
5. Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga
kita mengekspresikan diri kita sendiri.
3. Hambatan Berkomunikasi dengan Lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan
terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap nonasertif.
1. Agresif Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan
prilaku-prilaku di bawah ini:
a) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b) Meremehkan orang lain.
c) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan diri sendiri
2. Non asertif Tanda tanda dari non asertif ini antara lain:
a) Menarik diri bila di ajak berbicara
b) Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c) Merasa tidak berdaya
d) Tidak berani mengungkap keyakinaan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS :
Ny. D usia 65 tahun, klien merupakan seorang janda yang ditinggalkan oleh suaminya
yag meninggal akibat penyakit jantung dan anak-anaknya pun tidak tinggal serumah
dengan ibunya dan hanya mengunjunginya sekali 2 minggu sekali. Ny. D pernah
mengalami stoke 1 tahun yang lalu, dan saat diajak bicara bicara Ny. D bicaranya tidak
jelas, pelo, dan sulit mengekspresikan kata secara verbal. Sebagai sisa penyakit stoke
yang pernah di deritanya, tubuh sebelah kiri Ny. D tidak bisa digerakkan secara normal
seperti sebelumnya, sehingga aktivitas sehari-harinya terbatas. Selama di rumah, klien
menghabiskan waktunya sendiri dan ia sulit diajak berkomunikasi oleh anak anaknya dan
tetangganya di sekitar rumah. Pada saat dikaji pun klien sulit diajak berkomunikasi, klien
cenderung tidak pernah aktif berinteraksi dengan lansia lain. Saat berkomunikasi pun
klien merasa malu dan terkadang perkataanya tidak dimengerti. Dan saat di tanya
perasaannya saat ini klien tidak mau menggungkapkan dan ia tidak suka jika lansia lain
ikut campur dengan urusannya atau ingin tau kehidupan masa lalunya. Dari pemeriksaan
fisik TD: 130/80 mmHg, Suhu: 36,5 °C, Nadi. 76x/menit, RR: 20x/menit. Kazt indeks
pasien menunjukkan gangguan fungsional sebagian. Barthel index klien menunjukkan
ketergantungan sebagian.
1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Umu : 65 tahun
Alamat : Jl. Merpati no 43
Pendidikan : SD
Suku : Melayu
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal masuk ke panti werdha : 15 oktober 2019
Tanggal Pengkajian : 18 desember 2020
2. Status Kesehatan
a) Keluhan Utama (PQRS)
Saat diajak bicara Ny. D bicaranya tidak jelas, pelo, dan sulit
mengekspresikan kata secara verbal. Sebagai sisa dari penyakit stroke yang
pernah di deritanya, tubuh sebelah kiri Ny. D tidak bisa digerakan secara
normal seperti sebelumnya, sehingga aktivitas sehari-harinya terbatas.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu Ny. D pernah mengalami stroke 1 tahun yang lalu
c) Riwayat Kesehatan Keluarga Suaminya yang meninggal akibat penyakit
jantung.
d) Tinjauan Sistem (Jelaskan tentang kondisi sistem-sistem dibawah ini yang
terdapat pada klien)
Keadaan umum:
Kesadaran : compos mentis
TD : 130/80 mmHg
Suhu : 36,5°C.
Nadi : 76x/menit,
RR : 20x/menit.
Saat diajak bicara Ny. D bicaranya tidak jelas, pelo, dan sulit
mengekspresikan kata secara verbal. Sebagai sisa dari penyakit stroke
yang pernah di deritanya, tubuh sebelah kiri Ny. D tidak bisa digerakan
secara normal seperti sebelumnya, sehingga aktivitas sehari-harinya
terbatas.
Integument : tidak dapat dikaji
System hemopoietik : tidak dapat dikaji
Kepala : rambut warna putih, rontok
Mata : konjungtiva tidak annemis, sclera tidak
ikterok, dan penggunaan alat bantu penglihatan yaitu kacamata.
Telinga : tidak ada pengeluaran serumen, tidak ada
penumpukan pada telinga, terjadi penurunan telinga.
Mulut dan tenggorok : Pelo, asimetris
Leher : tidak dapat dikaji
Payudara : tidak dapat dikaji
System pernapasaan : suara paru bronco vesikuler, tidak terdapat
suara tambahan sepreti wheezing atau ronkhi.
System Kardiovaskuler : Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdapat
bunyi tambahan seeperti mumur dan gallop.
System Gasstrointestinal : tidak dapat dikaji
Sistem Perkemihan : tidak mengalami inkontinesia, BAK 3-4x
sehari.
System Genitoreproduksi : tidak dapat dikaji
System Muskuloskeletal : Tubuh sebelah kiri Ny. D tidak bisa
digerakkan secara normal seperti sebelumnya
System Saraf Pusat : tidak dapat dikaji
System Endokrin : tidak dapat dikaji
PERTANYAAN TAHAP 2
Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
Ada masalah atau banyak pikiran ?
Ada gangguan / masalah dengan keluaga lain ?
Menggunakan obar tidur / penenang atas anjuran dokter ?
Cenderung merurung diri ?
2 Minum 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
12 Olahraga/Latihan 5 10 Frekuensi :
Jenis ;
13 Reakreasi / 5 10 Jenis :
pemanfaatan waktu Frekuensi :
luang.
Score total =
Interpertasi hasil :
a. Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
b. MMSE
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan MMSE (Mini Mental
Status Exam) : Orientasi : Kalkulasi Registrasi : Mengingat kembali
Perhatian : Bahasa
Interpretasi hasil :
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
<_17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat.
5. Pengkajian kesimbangan
Pengkajian keseimbangan di nilai dari dua komponen utama dalam bergerak,
dari kedua komponen tersebut dibagi dalam beberapa gerakan yang perlu
diobservasi oleh perawat. Kedua komponen tersebut adalah:
- Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini:
Bangun dari tempat tidur (dimasukkan dalam analisis)
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian
depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.
Duduk ke kursi (dimasukkan dalam analisis)
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi Ket: kursi harus
yang keras tanpa lengan
Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksa mendorong sternum
sebanyak 3 kali dengan hati-hati)
Klien menggerakkan kaki, memegangn obyek untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi-sisinya.
Mata tertutup
Lakukan pemeriksaan sama seperti di atas tapi klien disuruh menutup
mata
Perputaran leher
Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki:
Keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil.
Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya
sementara berdin pada ujung jari-jari kaki, tidak stabil memegang
sesuatu untuk dukungan.
Membungkuk
Tidak mampu membungkus untuk mengambil objek-objek kecil
(misalnya pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi,
dan memerlukan usaha-usaha yang keras untuk bangun.
- Komponen gaya berjalan atau pergerakan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini, atau beri nilai
1 jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi di bawah ini:
Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan Ragu-ragu,
tersandung, memegang objek untuk dukungan.
Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)Kaki tidak
naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm).
Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai.
Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.
Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasindari
samping kiri klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.
Berbalik Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan,
bergoyang, memegang objek untuk dukungan.
Interpretasi Hasil:
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, kemudian
interpretasikan sebagai berikut:
0-5 : Resiko jatuh rendah
6-10 : Resiko jatuh sedang
11-15 : Resiko jatuh tinggi
D. Ketidakpuasan 3
-Saya tidak puas dengan segalanya 2
-Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun 1
-Saya tidak menyukai cara yng saya gunakan 0
-Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah 3
-Saya merasa seoah-olah saya sangat buruk atau tak berharga 2
-Saya merasa sangat bersalah 1
-Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari yang baik 0
-saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri 3
-saya benci diri saya sendiri 2
-saya muak dengan diri saya sendiri 1
-saya tidak suka dengan diri saya sendiri 0
Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.
G. Membahayakan Diri Sendiri 3
-saya akan mambunuh diri sendiri jika ada kesempatan 2
-saya mempunyai rencana pasti tentang tujuh bunuh diri 1
-saya merasa lebih baik mati 0
-saya tidak punya pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
H. Menarik Diri dan Sosial 3
-saya telah kehilangan semua minat pada orang lain dan tidak 2
perduli pada mereka semua. 1
-saya telah kehilangan semua minat pada orang lain dan mempunyai 0
sedikit perasaan pada mereka.
-saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya
I. Keragu-raguan 3
-saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali. 2
-saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan. 1
-saya berusaha mengambil keputusan 0
-saya membuat keputusan yang baik.
J. Perubahan gambaran Diri 3
-saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan 2
-saya merasa ada perrubahan-perubahan yang permanen dalam 1
hidup saya dan ini membuat saya tidak menarik 0
-saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
-saya tidak merasa tampak lebih buruk daripada sebelumnya.
K. Kesulitan Kerja 3
-Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali 2
-Saya telah mendorong keras diri saya untuk melakukan sesuatu 1
-Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu 0
-Saya dapat bekerja sebaik sebelumnya.
L. Keletihan 3
-Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu 2
-Saya lelah untuk melakukan sesuatu 1
-Saya lelah lebih dari biasanya 0
-Saya tidak lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia 3
-Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali 2
-Nafsu makan saya sekarang sangat memburuk 1
-Nafsu makan saya sebaik seebelumnya 0
-Nafsu makan saya tidak buruk dari sebelumnya.
Penilaian :
0-4 : Depresi tidak apa atau minimal
5-7 : Depresi ringan
8-15 : Depresi sedang
> 16 : Depresi berat
7. Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada seluruh
tingkat kesehatan dan kesejahteraan lansia. Pengkajian aspek sistem sosial ini
dapat menghasilkan informasi penting untuk memberi gambaran dukungan
keluarga terhadap lansia. Suatu alat skrining singkat yang dapat digunakan
untuk mengkaji fungsi sosial lansia adalah APGAR Keluarga (Smilkstein et al,
1982 dalam lueckenotte, 1998) meliputi adapatasi (Adaptation), hubungan
(Partnership), pertumbuhan (Growth), afeksi (Affection) dan pemecahan
(Resolve).
KOMPENEN SKORE
A Adapation (adaptasi) 2 : Selalu
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada 1 : Kadang-Kadang
keluarga (teman-teman) saya untuk 0 : Tidak Pernah
membangun pada waktu sesuatu
menyusakan saya.
Penilaian :
<3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
4-6 : Disfungsi keluarga sedang
7-10 : Disfungsi keluarga ringan atau tidak disfungsi keluarga
Analisa Data
Do :
Klien adalah seorang janda
yang ditinggalkan
suaminya meninggal
beberapa tahun yang lalu.
Klien tinggal sendiri
dirumahnya dan anak-
anaknya hanya
mengujunginya 2 minggu
sekali.
2. Diangnosa Keperawatan
Hambatan komunikasi verbal b.d perubahan sistem saraf pusat.
Hambatan mobilitas fisik b.d perubahan sistem saraf pusat.
Resiko kesepian b.d krisis situasional.
3. Intervensi Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan
waktu. Ada beberapa pendapat mengenai "usia kemunduran" yaitu ada yang
menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun.
2. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai asuhan keperawatan lansia
dengan masalah komunikasi keperawatan gerontik. Kami berharap para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis khususnya juga para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA