Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

KATA i
PENGANTAR....................................................... ii
..................
DAFTAR
ISI.............................................................
...............
BAB 1
I PENDAHULUAN.................................................
..................
A. Latar Belakang ...................................................... 1
....................
B. Tujuan...................................................................... 2
......................
II BAB II 3
PEMBAHASAN............................................................... 3
....... 3
1. Mendefinisikan Persepsi dan 3
motivasi..................................... 4
2. Mendefinisikan Proses Persepsi dan
4
motivasi...........................
3. Mendefinisikan Faktor Mempengaruhi Persepsi
dan motivasi
4. Mendeskripsikan Gangguan Persepsi dan ,
motivasi..................
5. Mendeskripsikan Coping Behavior Gangguan
Persepsi dan
motivasi

BAB III
PENUTUP..
A. Kesimpulan..
B. Saran.

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Alloh SWT yang telah


memberikan rahmat serta karuniaNya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Persepsi dan Motivasi .
Makalah ini berisikan Pengertian persepsi dan motivasi,
proses, gangguan, serta coping behaviour persepsi dan motivasi.
Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir.

2
Gombong, Mei 2015

Penu
lis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan
mengorganisir data-data indera kita untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita,
termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Sedangkan motivasi juga
merupakan kekuatan yang mendorong dan mengarahkan
keberhasilan perilaku yang tetap ke arah tujuan tertentu.
Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna.
Manusia memiliki kemampuan kognitif untuk memproses
informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekelilingnya melalui
indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa yang
dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan apa
yang hendak dilakukan untuk mengatasi keadaan yang
dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan
kognitif pada manusia meliputi tingkat intelegensi, kondisi fisik,
serta kecepatan sistem pemrosesan informasi terganggu, maka
akan berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi
berbagai kondisi yang dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau
gangguan pada kemampuan kognitif. Masalah yang dialami
dapat terjadi sejak lahir, atau terjadi perubahan pada tubuh
manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami
kecelakaan yang dapat menyebabkan kerusakan salah satu
indera, fisik dan juga mental. Akibat dari adanya keterbatasan
kognitif ini, manusia menjadi tidak mampu untuk memproses
informasi dengan sempurna. Dengan ketidaksempurnaan ini
maka manusia yang memiliki keterbatasan kognitif mengalami

4
masalah dalam meraba, mempelajari, atau berfikir untuk
bereaksi terhadap keadaan yang dihadapinya.

Motivasi adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi


diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Memotivasi diri
adalah proses menghilangkan faktor yang melemahkan dorongan
kita. Rasa tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih
percaya diri. Sementara harapan dimunculkan kembali dengan
membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa kita
capai.

B. Tujuan
1. Mempelajari tentang apa pengertian persepsi dan motivasi
2. Mempelajari tentang proses dan factor yang
mempengaruhi persepsi dan motivasi
3. Mempelajari tentang gangguan persepsi dan motivasi
4. Mempelajari tentang coping behaviour persepsi dan motivasi
5. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
a. Menurut Matlin (1998), persepsi adalah proses aplikasi
pengetahuan sebelumnya untuk memperoleh/mengumpulkan
dan menginterpretasikan stimulus yang ditangkap panca indera
(sensory register).
b. Menurut Davidoff (1981), persepsi adalah stimulus yang
diterima indera oleh individu di organisasikan, kemudian
diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti apa
yang diindera.
2. Proses Persepsi
Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa tahap-
tahap persepsi antara lain:
a. Tahap pertama
Merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman
atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus
oleh alat indera manusia.
b. Tahap kedua

6
Merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,
merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh
reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.
c. Tahap ketiga
Merupakan tahap yang dikenal dengan proses psikologik,
merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang
stimulus yang diterima reseptor.
d. Tahap keempat
Merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu
berupa tanggapan dan perilaku.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi


Menurut David Krech dan Ricard Crutfield dalam Jalaludin
Rahmat (2003:55) membagi faktor-faktor yang menentukan
persepsi dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Faktor Fungsional
Faktor Fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan,
pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang kita sebut sebagai
faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi
adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang
melakukan persepsi.
b. Faktor Struktural
Faktor Struktural adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat
stimulus fisik terhadap efek-efek syarat yang ditimbulkan pada
sistem saraf individu.
4. Gangguan Persepsi
Gangguan persepsi (dispersepsi) adalah kesalahan atau
gangguan persepsi. Menurut Maramis (1999), terdapat 7 macam
gangguan persepsi, yaitu:
a. Halusinasi atau mava

7
Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya
rangsang apapun pada pancaindera seseorang, yang terjadi
pada keadaan sadar/bangun dasarnya mungkin organik,
fungsional psikotik ataupun histerik. Secara singkat halusinasi
adalah persepsi atau pengamatan palsu.
Jenis-jenis halusinasi, yaitu:
a) Halusinasi optik (halusinasi penglihatan)
Apa yang dilihat seolah-olah berbentuk, tidak berbentuk,
berwarna, dan tidak berwarna.
b) Halusinasi auditif/akustik
Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara manusia, hewan,
barang, musik dan kejadian alami.
c) Halusinasi olfaktorik (halusinasi penciuman)
Halusinasi yang seolah-olah mencium suatu bau tertentu.
d) Halusinasi gustatorik (halusinasi pengecapan)
Halusinasi yang seolah-olah mengecap suatu zat atau
rasatentang sesuatu yang dimakan.
e) Halusinasi taktil (halusinasi peraba)
Halusinasi yang seolah-olah merasa diraba, disentuh, dicolek,
ditiup, dirambati ulat dan disinari.
f) Halusinasi kinestik
Halusinasi yang seolah-olah merasa badannya bergerak disebuah
ruang tertentu dan merasa anggota badannya bergerak sendiri.
g) Halusinasi viseral
Halusinasi yang seolah-olah ada perasaan tertentu yang timbul
ditubuh bagian dalam (mis. Lambung seperti ditusu-tusuk jarum).
h) Halusinasi hipnagonik
Persepsi sensorik bekerja yang salah terdapat pada orang
normal, terjadi sebelum tidur.
i) Halusinasi hipnopompik

8
Persepsi sensorik bekerja yang salah terdapat pada orang
normal, terjadi tepat sebelum bangun tidur.
j) Halusinasi histerik
Halusinasi yang timbulpada neurosis histerik karena konflik
emosional.
b. Ilusi
Ilusi adalah interpretasi yang salah atau menyimpang tentang
penyerapan (persepsi) yang sebenarnya sunguh terjadi karena
adanya rangsang pada pancaindera. Secara singkat ilusi adalah
persepsi atau pengamatan yang menyimpang. Contoh: bayangan
daun pisang dilihatnya seperti seorang pejahat, bunyi angin
terdengar seperti ada orang yang memanggil namanya, suara
binatang disemak-semak terdengar seperti ada tangisan bayi.
c. Depersonalisasi
Depersonalisasi adalah perasaan yang aneh tentang dirinya
sudah tidak seperti biasa lagi, tidak menurut kenyataan atau
kondisi patologis yang seseorang. Contoh: perasaan bahwa
dirinya seperti sudah di luar badannya, perasaan bahwa kaki
kanannya bukan miliknya lagi.
d. Derealisasi
Derealisasi adalah perasaan aneh tentang lingkungan di sekitar
dan tidak menurut kenyataan sebenarnya. Contoh: segala
sesuatu dirasakan seperti mimpi.
e. Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi
Somatosensorik adalah suatu keadaan menyangkut tubuh yang
secara simbolik menggambarkan adanya suatu konflik
emosional. Contoh: anestesia yaitu kehilangan sebagian atau
seluruh kepekaan indera peraba pada kulit, perestesia yaitu
perubahan pada indera peraba (seperti ditusuk-tusuk jarum),

9
gangguan penglihatan atau pendengaran, makropsia,
dan mikropsia.
f. Gangguan psikofisiologik
Gangguan psikofisiologik adalah gangguan pada tubuh yang
disyarafi oleh susunan syaraf yang berhubungan dengan
kehidupan dan disebabkan oleh gangguan emosi. Contoh:
Kulit: radang kulit, biduran, gatal-gatal, dan banyak cairan pada
kulit.
Otot dan tulang: otot tegang sampai kaku dikepala dan
punggung.
Alat pernafasan: sindrom hiperventilasi (nafas berlebihan).
Jantung dan pembuluh darah: debaran jantung yang cepat, dan
tekanan darah meningkat.
Alat pencernaan: lambung perih, mual, muntah, kembung, dll.
g. Agnosia
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan
mengartikan persepsi, baik sebagian maupun total sebagai
akibat kerusakan otak.

5. Coping Behavior Gangguan Persepsi


Tingkah laku coping yang berhasil maka terjadi penyesuaian
antara diri individu dengan lingkungannya (adaptasi). Otto
Soemarwoto (1987), mengungkapkan bahwa adaptasi itu ada
tiga macam, yaitu:
a. Adaptasi Fisiologi, adalah proses adaptasi melalui faal.
Contohnya: orang yang hidup di lingkungan yang tercemar
dalam tubuhnya berkembang kekebalan terhadap infeksi.
b. Adaptasi Morfologi, yaitu terjadi perubahan bentuk fisik pada
dirinya. Contohnya orang eskimo yang hidup di daerah dingin
mempunyai bentuk tubuh yang pendek dan kekar.

10
c. Adaptasi kultural / adjusment, yaitu adaptasi yang terjadi
dengan melakukan perubahan pada lingkungan tempat hidup
agar tercapai keseimbangan dengan dirinya. Contohnya
penggunaan alat pendingin ruangan.
Penjelasan mengenai bagaimana manusia mengerti dan
menilai lingkungan dapat didasarkan pada 2 cara pendekatan:
a. Pendekatan pertama, adalah yang dinamakan pandangan
konvesional. Bermula dari adanya rangsang dari luar individu
(stimulus), individu menjadi sadar akan adanya stimulus ini
melalui sel-sel syaraf reseptor (penginderaan) yang peka
terhadap bentuk-bentuk energi tertentu (cahaya, suara, suhu).
Bila sumber energi itu cukup kuat untuk merangsang sel-sel
reseptor maka terjadilah penginderaan. Jika sejumlah
penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat
syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali
dan menilai obyek-obyek, maka keadaan ini dinamakan persepsi.
Secara umum pandangan konvensional ini menganggap persepsi
sebagai kumpulan penginderaan (sensation). Jadi, kalau kita
melihat sebuah benda yang bisa bergerak cepat, punya roda
empat maka kumpulan penginderaan itu akan diorganisasikan
secara tertentu, dikaitkan dengan pengalaman dan ingatan masa
lalu, dan diberi makna tertentu sehingga kita bisa mengenal
benda itu sebagai mobil. Pandangan seperti ini dinamakan juga
pendekatan konstruktivisme. Akan tetapi, aktivitas mengenali
obyek atau benda itu sendiri adalah aktivitas mental, atau
disebut juga aktivitas kognisi (kesadaran yang didapat dari
proses kerja pikiran yang dengannya orang akan waspada
terhadap obyek yang ada dalam pikirannya). Maka sebenarnya
otak tidak secara pasif menggabung-gabungkan kumulasi
(tumpukan) pengalaman dan memori, melainkan aktif untuk

11
menilai, memberi makna, dan sebagainya. Karena adanya fungsi
aktif dari kesadaran manusia, pandangan ini digolongkan juga
pada pandangan fungsionalisme. Jadi, secara konvensionalisme,
persepsi adalah kegiatan mengkonstruksikan dari suatu fungsi.
b. Pendekatan kedua, adalah pendekatan ekologik. Pendekatan
ini dikemukakan oleh Gibson (Fisher et al, dalam Sarwono 1992),
individu tidaklah menciptakan makna-makna dari apa yang
diinderakannya karena sesungguhnya makna-makna itu telah
terkandung dalam stimulus itu sendiri dan tersedia untuk
organisme yang siap menyerapnya. Ia berpendapat bahwa
persepsi terjadi secara spontan dan langsung. Jadi, bersifat
holistik. Spontanitas itu terjadi karena organisme selalu
menjajaki (eksplorasi) lingkungannya dan dalam penjajakan itu ia
melibatkan setiap obyek yang ada di lingkungannya dan setiap
obyek menonjolkan sifat-sifatnya yang khas untuk organisme
bersangkutan. Dengan kata lain menurut Gibson, obyek-obyek
atau stimulus sendiripun aktif berinteraksi dengan makhluk yang
mengindera sehingga akhirnya timbul makna-makna spontan itu.
Adapun kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah ia bisa
mengubah kemanfaatan dari suatu stimulus sehingga lebih
memenuhi keperluanya sendiri.
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
a. Menurut Wahjosumidjo (1987), motivasi adalah semua hal
verbal, fisik atau psikologis yang membuat seseorang melakukan
sesuatu dengan respon dan juga merupakan proses psikologis
yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi,
dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.
b. Menurut Herlina, adalah kekuatan, tanaga, keadaan yang
komplek, kesiapsediaan dalam diri individu dalam bergerak

12
(motion) ke arah tujuan tertentu, baik disadari atau pun tidak
disadari.
2. Proses Motivasi
a. Tahap pertama, keadaan yang mendorong, yang biasa disebut
drive. Istilah drive sering digunakan saat keadaan motif memiliki
dasar biologis atau fisiologis. Drive dipandang sebagai
pendorong seseorang untuk bertindak. Drive dapat muncul bila
organisme kekurangan sesuatu atau memiliki kebutuhan. Drive
juga bisa muncul bila ada stimulus dari lingkungan.
b. Tahap kedua, tingkah laku, yang ditimbulkan oleh karena
adanya Drive. Sebagai contoh rasa lapar mendorong manusia
untuk mencari makanan. Cepat atau lambat, bila tingkah laku itu
berhasil, maka kebutuhan maupun drive akan berkurang. Dengan
perkataan lain, tingkah laku pencarian makanan oleh manusia,
merupakan alat untuk mendapatkan makanan dan mengurangi
dorongan lapar.
c. Tahap ketiga, tingkah laku manusia diarahkan pada tahap
ketiga dari siklus motifasional, yaitu mencapai tujuan. Contoh
siklus motivasi ini adalah pada rasa haus. Kekurangan air pada
tubuh menimbulkan kebutuhan dan dorongan (tahap I),
memunculkan tingkah laku mencari air minum (tahap II), yang
merupakan tujuan (tahap III). Minum meredakan kebutuhan air
dalam tubuh sehingga rasa haus terpuaskan, dan siklus
motifasional berhenti. Tetapi dengan segera kebutuhan akan air
timbul kembali, maka manusia akan memulai kembali siklus
motifasionalnya.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Porter dan Miles, ada 3 faktor utama yang
berpengaruh pada motivasi antara lain :
a. Ciri-ciri pribadi seseorang.

13
b. Tingkat dan jenis pekerjaan.
c. Lingkungan kerja.
4. Gangguan Motivasi
a. Hyperactive/hiperaktif
Ciri anak ini tidak bisa duduk diam dikelas. Kadang anak ini
berlarian, meloncat, bahkan berteria-triak. Anak ini sulit dikontrol
untuk melaukan aktifitas secara teratur dan tertib, serta suka
menganggu teman sekelasnya.
b. Distractibility child
Tipe anak ini cenderung cepat bosan, mudah mengalihkan
perhatiannya keberbagai objek lain dikelas, mudah
dipengaruhi, dan sulit memusatkan perhatian pada kegiatan-
kegiatan yang berlangsung di kelas.
c. Poor self concept
Ciri anak ini pendiam, sangat perasa atau sensitif, mudah
tersinggung, sikapnya pasif dan cenderung tidak berani
bertanya karena merasa diri tidak mampu dan kurang bergaul.
d. Impulsive
Ciri anak ini cepat bereaksi. Anak jenis ini langsung
berbicara, tanpa menghiraukan pertanyaan guru, jawaban
spontan, kurang mendukung kemampuan berfikir logis. Anak ini
berteriak pada saat menjawab, ingin menunjukan diri sebagai
anak yang pandai, namun jawaban atau reaksinya
mencerminkan ketidakmampuanya, jawabannya tidak sesuai
dengan pertanyaan yang diajukan.
e. Distractive behavior
Anak ini tipe perusak, sikapnya agresif kearah negatif, suka
membanting atau melempar. Anak ini termasuk anak yang
bermasalah (trouble maker) sikap mudah tersinggung dengan
tempramen yang tinggi dan suka merusak.

14
f. Dependency
Ciri anak ini tidak dapat tinggal dikelas tanpa ditemani oleh
ibunya, ketergantungan ini dapat disebabkan oleh sikap ibu yang
sangat melindungi anak sehingga saat di sekolahpun harus
ditemani oleh ibu.
g. Withdrawl
Ciri anak ini adalah pemalu dan menganggap dirinya
bodoh, sehingga malu pergi kesekolah. Harga diri rendah yang
disebabkan karena latar belakang sosial ekonomi orang tua yang
rendah.
h. Underachiever
Anak ini tidaklah termasuk anak bodohatau tolol.
Meskipun semangat belajarnya sangat rendah, sering melipakan
PR dan hasil ulangannya selalu rendah. Anak ini potensi
intelektualnya diatas rata-rata. Guru diharapkan memberi
perhatian yang serius kepada anak yang berprestasi dibawah
kemampuan ini.
i. Overrachiever
Anak ini memiliki motivasi belajar yang tinggi, cepat
merespon dan sering tidak menerima kritik. Sikapnya agak
sombong serta merespon dengan sangat cepat. Anak ini tidak
bisa menerima kegagalan dirinya.
j. Slow learner
Anak ini acapkali malas, kalau ditanya biasanya
membutuhkan waktu lama untuk menjawabnya, sering lupa
mengerjakan tugasnya,kalaupun dikerja biasanya tidak tuntas
dan cara berfikirnya lamban.
k. Social interception
Sikap anak ini seperti cuek ia kurang peka terhadap
lingkungannya, sulit membaca ekspresi guru dan teman-

15
temannya. Oleh karena itu, anak ini sering dikucilkan oleh teman-
teman sekitarnya.
5. Coping Behaviour Gangguan Motivasi
a. Motivasi dengan kekerasan (motivating by force), yaitu cara
memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau
kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus
dilakukan. Contoh: seorang komandan akan memberikan
hukuman pada anak buahnya apabila tidak disiplin.
b. Motivasi dengan bujukan (motivacing by enticement), yaitu
cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar
melakukan sesuatu sesuai harapan yang dimotivasi. Contoh:
mahasiswa berprestasi akan mendapat hadiah berupa bebas
membayar SPP selama 2 semester.
c. Motivasi dengan identifikasi (motivating by identification or
ego-involvement), yaitu cara memotivasi dengan menambahkan
kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya
keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai
tujuan. Contoh: seorang mahasiswa belajar giat karena
termotivasi bila belajar dengan baik hingga berprestas, yang
akan memetik hasilnya adalah diri sendiri.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian
makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat
dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa ataupun
hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh
otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi. Permasalahan atau
gangguan persepsi sangat beragam, diantaranya: halusinasi,
ilusi, depersonalisasi, derealisasi, gangguan somatosensorik
pada reaksi konversi, gangguan psikologi dan agnosia.
2. Motivasi merupakan keinginan, hasrat penggerak dalam diri
manusia, motivasi berhubungan dengan faktor psikologi manusia
yang mencerminkan antara sikap, kebutuhan, kepuasan yang
terjadi pada diri manusia sedangkan daya dorong yang diluar diri
seseorang ditimbulkan oleh pimpinan.motivasi mempersoalkan
bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar
mau bekerjasama secara produktif sehingga dapat mencapai dan

17
mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditentukan.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal menyebabkan,
menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia supaya mau
bekerjasama secara giat sehingga mencapai hasil yang optimal.

B. Saran
1. Setiap persepsi senantiasa diarahkan pada hal-hal yang positif
agar tercipta kerukunan hidup antara satu dengan yang lain.
2. Saling memberikan motivasi yang positif harus selalu dipupuk
untuk menciptakan semangat dan rasa percaya diri.
3. Persepsi dan motivasi adalah bagian dari perilaku manusia
yang masing-masing memiliki karakter atau ciri khas yang
berbeda. Oleh karena itu perlu dijaga keseimbangan masing

DAFTAR PUSTAKA

Ibadina, Azkia. Motivasi


Psikologi 2014. http//tugasku4free.blogspot.com/2014/12/psi
kologi-motivasi.html
Khadiyanto, Parfi. 2009. Pemahaman tentang
Persepsi. http://parfikh .blogspot.com/2009/02/pemahaman-
tentang-persepsi.html
Korneliz. 2009. Masalah Motivasi dalam
Psikologi. http://psikologimotivasi.blogspot.com/200905/masalah-
motivasi-dalam-ilmu-psikologi.html
Medical Stuff. 2013. Gangguan Persepsi. http://xianide.blogspot.com /
2013/03/gangguan-persepsi_5.html
Setiawan, Agus. 2012. Gangguan Persepsi. http://agusetiawan-
onpapers.blogspot.com/2012/01/pengertian-persepsi.html

18
Tedjo. 2012. Persepsi dan
Motivasi. https://tedjho.wordpress.com/2012/04/15/motivasi-dan-
persepsi.html
West sinjai. 2009. Masalah motivasi dalam ilmu
psikologi. http://psikologimotivasi.blogspot.com/2009/05/masalah
-motivasi-dalam-ilmu-psikologi.html

19

Anda mungkin juga menyukai